• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keywords: The Calculation and Payment of Vehicle Tax, The Taxpayer Obedience PENDAHULUAN Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Keywords: The Calculation and Payment of Vehicle Tax, The Taxpayer Obedience PENDAHULUAN Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 291-300 291

IMPLEMENTASI PERHITUNGAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR ORANG PRIBADI PADA SAMSAT GOWA

INDRIANI MARZUKI1, NENG INDRIYANI2, ASTUTY HASTI3 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONEMI YPUP MAKASSAR

1indrianimarzuki10@gmail.com 2nengindriyani16@gmail.com, 3asuty.hasti@gmail.com

ABSTRACT

The research aimed at finding out: (1) the calculation of vehicle tax particularly tax on two-wheeled motor vehicles at SAMSAT Gowa office, and (2) the factors affects the individual taxpayer obedience at SAMSAT Gowa office at Gowa regency, South Sulawesi. The data collected through the observation, the documentation, and the interview. The data analyzed by using a descriptive qualitative method. The result showed that the calculation and the payment of vehicle tax counts according to Constitution set by Perda or Regional Retribution Tax No.28 in 2009 about Vehicle Tax and South Sulawesi Governor’s Regulations No.8 in 2017. The potential taxpayer data in 2019 was IDR. 14.495.999.499, while the tax realization in the same year was only IDR. 308.003.240, at least it improved 0,1% up to 3% in the past three years. The factors influenced the taxpayer was set the best service at SAMSAT Gowa office.

Keywords: The Calculation and Payment of Vehicle Tax, The Taxpayer Obedience

PENDAHULUAN

Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor. Pajak yang dikenakan pada perorangan atau badan yang memiliki atau mengusai kendaraan bermotor. Yang perlu diperhatikan dari pajak ini adalah bahwa Perhitungan Dasar Pengenaan Pajaknya seringkali berubah setiap tahunnya sehingga pemerintah telah menetapkan bahwa Pajak Kendaraan Bermotor merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sangat potensial sehingga peningkatannya setiap tahunnya berangsur signifikan.

Pajak merupakan ujung tombak pembangunan sebuah negara, maka dibutuhkan peran serta wajib pajak baik kepatuhan terhadap pribadi maupun lainya yang dapat dilakukan secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembangunan nasional. Pembangunan tidak dapat dijalankan apabila sumber pendanaannya tidak tersedia. Kesulitan pembangunan akan mengakibatkan upaya meningkatkan kesejaterahan rakyat sulit di wujudkan.

Menurut pasal 2 UU Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak Retribusi Daerah, pajak daerah terbagi menjadi dua kelompok yaitu

pajak provinsi dan pajak kabupaten atau kota.

Pajak provinsi terbagi menjadi 5 (lima) jenis pajak yaitu Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor (BBKNB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB), Pajak Air Permukaan dan Pajak Rokok. Sedangkan Pajak Kabupaten/ Kota terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan, Perdesaan dan Perkotaan, Serta Pajak Biaya Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Dari Berbagai jenis pajak daerah diatas, Perhitungan dan Pembayaran serta Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap kendaraan bermotor yaitu Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan salah satu penerimaan pajak yang mempengaruhi tingginya pendapatan daerah. Pajak tertinggi masih sama dari tahun lalu dipegang oleh PKB atau pajak Kendaraan Bermotor, Menyusul Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBKB), Air Permukaan (AP) dan terakhir Pajak Rokok. Optimalisasi Penerimaan dari Pajak Kendaraan Bermotor Serta Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

(2)

terhadap Kendaran Bermotor melalui upaya- upaya yang dapat meningkatkan jumlah pendapatan dari sektor ini sangat dibutuhkan.

Namun proses pemungutan pajak kendaraan bermotor saat ini masih belum optimal karena kurangnya kesadaran dalam mematuhi kepatuhan wajib pajak.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Pasal (4) tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dengan persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) dan Presiden Republik Indonesia memustuskan dan menetapkan Bab (1) Ketentuan Umum Pasal (4) yaitu (1) Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan/atau mengusai Kendaraan Bermotor. (2) Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah Orang Pribadi atau Badan yang memilki Kendaraan Bermotor. (3) Dalam hal Wajib Pajak Badan, Kewajiban Perpajakannya, diwakili oleh pengurus atau kuasa Badan tersebut.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas yang akan diangkat adalah

1. Bagaimanakah perhitungan dan pembayaran pajak kendaraan bermotor pada Kantor Samsat Gowa, apakah telah sesuai dengan UU pajak kendaraan bermotor ?

2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak ?

maka tujuan dan peneliti adalah untuk mengetahui Perhitungan pajak kendaraan bermotor khususnya roda dua dilakukan di Kantor Samsat Gowa.Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak pada Kantor Samsat Gowa.

TINJAUAN LITERATUR

Terdapat banyak pengertiaan pajak yang dikemukan oleh para ahli. Pengertian pajak para ahli memberikan defenisi yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya definisi tersebut mempunyai tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga mudah di pahami. Pengertian pajak menurut Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) adalah sebagai berikut : Menurut (Siti Resmi :2017) Pajak adalah kontribusi Wajib Pajak Kepada negara

yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa yang berdasarkan Undang-Undang, dengan mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluaan Negara bagi besar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut (Rochmat Soemitro:2017) Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditujukkan, yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara. Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan ‘’surplus’’-nya untuk membiayai public insvesment.

Menurut (S. I. Djajadinigrat : 2017) ajak adalah sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang diterapkan pemerintah serta dapat dipaksakan tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan umum.

Fungsi Pajak

Menurut (Mardiasmo:2016) Terdapat empat fungsi Pajak, Yaitu Fungsi Budgetair (sumber Keuangan Negara/Anggaran), Fungsi regularend (Pengatur), stabilisasi, dan retribusi.

a. Fungsi Anggaran (butgeter)

Sebagai sumber pendapatan negara, Pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya, Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Pajak di gunakan untuk untuk pembiayaan rutin seperi belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan dan lain sebagainya. Untuk biaya pembangunan uang dikeluarkan oleh tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ketahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini diharapkan dari sektor pajak.

(3)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 291-300 293 b. Fungsi mengatur (regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak.

Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanam modal baik dalam negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringan pajak.

Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan Bea yang tinggi produksi luar negeri.

c. Fungsi stabilisasi

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

d. Fungsi redtribusi pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kesadaran, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan masayarakat.

Jenis-jenis Pajak

Menurut (Siti Resmi:2017) terdapat Berbagai jenis Pajak yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu mengelompokkan menurut sifat, pengelompokan menurut golongan, dan menurut lembagan pemungutannya (instansi).

1. Pajak berdasarkan sifatnya

a. Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax), yaitu pajak yang diberlakukan kepada wajib pajak ketika melakukan tindakan tertentu atau peristiwa khusus. Dengan kata lain, jenis pajak tidak di pungut secara berkala tapi hanya pada saat wajib pajak melakukan hal tertentu saja.

Misalnya pajak barang mewah, diberlakukan ketika wajib pajak menjual barang mewah.

b. Pajak langsung (Direct Tax), Yaitu pajak yang diberlakukan secara berkala kepada wajib pajak sesuai dengan surat ketetapan kantor pajak. Pada surat ketetapan tersebut dijelaskan mengenai jumlah pajak

yang harus dibayarkan oleh wajib pajak.

Misalnya pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan (PBB).

2. Jenis berdasarkan instansi pemungut 1. Pajak Daerah (Lokal) yaitu, pajak yang

dipungut oleh pemerintah daerah dimana wajib pajak terbatas pada masyarakat di daerah tersebut oleh Pemda Tingkat satu maupun pemda tingakat dua. Misalnya, pajak hiburan, pajak restaurant, bea masuk, pajak hotel dan lain-lain.

2. Pajak Negara (pusat), yaitu pajak dipungut oleh pemerintah pusat melalui instansi tertentu, seperti dirjen pajak, dirjen bea cukai dan lain-lain. Misalnya pajak penghasilan, bea materai, cukai, bea masuk, pajak bumi dan bangunan dan lain-lain.

3. Jenis Pajak berdarkan sifatnya

a) Pajak subjektif, yaitu pajak yang pemungutanya berdarkan kondisi wajib pajaknya. Dengan kata lain, besaran jumlah pajak yang harus dibayarkan tergantung kemampuan wajib pajak misalnya pajak kekayaan dan pajak penghasilan.

b) Pajak Objektif, yaitu pajak yang pemungutanya berdasarkan kondisi objek tanpa memperhatikan kondisi pajak.

Misalnya pajak impor, pajak pertambahan nilai, pajak kendaraan bermotor, bea materai lain-lain.

Ketentuan Umum Perpajakan

Menurut (Mardiasmo:2016) Peraturan perundang-undangan perpajakan terus di sempurnakan seiring perkembangan ekonomi, teknologi informasi, social, dan politik.

Perubahan perundang-undangan perpajakan khususnya Undang-Undang tentang ketentuan umum dan tata cara Perpajakan yang dimaksudkan untuk lebih memberi keadilan, meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak, meningkatkan kepastian dan penegakan hukum, serta mengantisipasi kemajuan di bidang teknologi informasi dan perubahan ketentuan material di bidang perpajakan. Perubahan tersebut yang dimaksudkan untuk meningkatkan profesionalisme aparatur perpajakan, meningkatkan keterbukaan administrasi

(4)

perpajakan dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Sistem, mekanisme, dan tata cara pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan yang sederhana menjadi ciri dan corak dalam perubahan Undang-Undang ini dengan tetap menganut system self assessment. Perubahan tersebut khususnya berkaitan dengan peningkatan keseimbangan hak dan kewajiban bagi masyarakat, Wajib Pajak dapat melaksankan hak dan kewajiban perpajakannya lebih baik.

Dengan berpegang teguh pada prinsip kepastian hukum, keadilan, dan kesederhanaan, arah dan tujuan perubahan undang-undang tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan ini mengacu pada kebijakan sebagai berikut :

1. Meningkatkan efesiensi pemungutan pajak dalam rangka penerimaan negara.

2. Meningkatkan pelayanan, kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat guna meningkatkan daya saing dalam bidang penanam modal dengan tetap mendukung pengembangan usaha kecil dan menengah.

3. Menyesuaikan tuntutan perkembangan social ekonomi masyarakat serta perkembangan di bidang teknologi informasi.

4. Meningkatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban.

5. Menyederhanakan prosedur administrasi perpajakan.

6. Meningkatkan penerapan prinsip self assessment secara akuntabel dan konsisten.

7. Mendukung iklim usaha kearah yang lebih kondusif dan kompetitif.

Upaya pemerintah tersebut seiring dengan mendominasinya penerimaan dari sektor pajak dalam RAPBN dan APBN negara kita beberapa tahun terakhir ini. Ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang berlaku di Indonesia, yang di dalamnya tertuang ketentuan dalam menjunjung tinggi hubungan warga negara dalam menempatkan kewajiban kenegaraan merupakan sarana peran serta rakyat dalam pembiayaan dan pembangunan nasionalPengertiaan Pajak Kendaraan Bermotor

Berdasarakan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah maka, diketahui bahwa pajak kendaraan bermotor adalah Pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor, Sedangkan kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih, beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat dan di gerakkan oleh peralatan teknik, berupa motor atau peralatan lain yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah, maka diketahui bahwa pajak kendaraan bermotor termasuk pada Pajak Daearah maka subjek retribusi daerah sebagai berikut :

a) Retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan dan jasa umum yang bersangkutan.

b) Retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.

c) Retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah.

Salah satu sumber dana yang dapat digunakan untuk membiayai sarana dan prasarana di setiap daerah yaitu berasal dari pajak atau pendapatan asli daerah itu sendiri.

Berdasarkan Undang-Undang pemerintah daerah, khususnya atas desentralisasi Pemerintah daerah memiliki sumber penerimaan yang terdiri dari hasil Pajak yang sah. Salah satu pendapatan asli daerah yang berpengaruh, terhadap pendapatan daerah. Dengan ditetapkanya suatu penerimaan pajak diharapkan mampu meningkatkan dari sektor Pajak dan hal ini kususnya kendaraan bermotor dan dalam penanganan Kepatuhan wajib dan pembayaran wajib Pajak.

Objek Pajak

Menurut (Persetujuan Bersama DPR-RI dan Presiden No 28 Tahun 2009) Pelaksanaan pajak di dasarkan pada adanya objek yang dikenakan beban pajak. Pajak kendaraan bermotor sebagi Pajak yang mempunyai objek pajak yang terdaftar adalah melalui proses yang dibicarakan. Dengan Persetujuan Bersama DPR-

(5)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 291-300 295 RI dan Presiden Republik Indonesia No 28 Tahun 2009, Undang-Undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pada Bab (1) Ketentuan Umum Pasal (1) yang dimaksudkan : a. Daerah otonom, yang selanjutnya disebut

Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Kendaraan Bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari Pemerintah dan

c. Objek Pajak lainnya di tetapkan oleh peraturan Daerah.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak

Menurut (Erwin Horas:2018) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepauhan wajib pajak sebagai berikut :

1. Kesadaran Wajib Pajak 2. Sosialisasi

3. Pelayanan Fiskus 4. Sanksi Perpajakan 5. Pemeriksaan.

METODE PENELITIAN

Menggunakan pola tata cara menganalisis melaui proses dokumentasi, sehingga dapat mengetahui beberapa hal yang tepat dalam memancahkan masalah baik instrument dengan menggunakan fleksibelisasi kepada pihak atau trek dokumen yang akan dituju seperti, menganilisis perhitungan dan pembayaran pajak kendaraan bermotor terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hal ini digunakan melalui sumber analisis yang saya akan di teliti terhadap rumusan masalah yang akan di pecahkan melalui penelitian yang akan dilakukan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, dimana objek penelitian yang penulis teliti pada Kantor SAMSAT, Jl. Tumanurung, Kalegowa, Somba

Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan 92114.

Adapun waktu penelitian selama kurang lebih 2 bulan.

Metode Pengumpulan Data

Adapun Metode Pengumpulan data yang digunakan yaitu untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan kebutuhan, penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara yaitu:

1. Observasi lapangan yang dilakukan dengan cara pengumpulan data yang dilakukan secara langsung ke objek yang diteliti dengan mengamati apa yang menjadi sasaran dalam pengambilan data sesuai apa yang diperlukan. Observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda) atau kejadiaan yang sistematik tanpa adanya pertayaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti kelebihan metode observasi dibandingkan metode survei bahwa data yang dikumpulkan umumnya lebih akurat dari pada responden, data observasi yang dihasilkan lebih terperinci dan adanya catatan tambahan yang bersifat subyektif.

2. Wawancara yaitu dengan melakukan Tanya jawab dengan subjek yang berkaitan dengan Analisis Perhitungan Pajak dan Pembayaran Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Pada SAMSAT Gowa.

3. Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan data tentang Perhitungan dan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Kepatuhan Wajib Orang Pribadi Pada SAMSAT Gowa.

Jenis Data Penelitian

Menurut (Hastuti Asty:2018) Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu data Kuantitatif dan Kualitatif sebagai berikut:

a. Data Kualitatif adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya dengan melalui kata-kata . Data Kuantitatif disebut juga sebagai data asli atau data baru, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data, peneliti harus mengumpulkanya secara lansung.

Teknik yang dapat digunakan peneliti

(6)

mengumpulkan data antara lain observasi, wawancara, diskusi.

b. Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau di analisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.

Jenis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitiaan ini adalah data kualitatif yang meliputi gambaran umum kantor SAMSAT dan struktur organisasi yang ada.

Untuk menganalisis data yang diperoleh, metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan data yang diperoleh kemudiaan diinterpertasikan dan di anilisis sehingga menghasilkan informasi yang lengkap bagi pemecahan masalah yang dihadapi akhirnya sampai pada suatu kesimpulan yang relevan dengan menggunakan analisis perbandingan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah Pajak yang di pungut atas kepemilikan dan/atau pengusaan kendaraan Bermotor. Dasar Hukum yang berlaku sekarang dalam Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan No 10 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah, namunh dalam pelaksanaannya terdapat beberapa ketentuan yang dipandang tidak sesuai lagi dengan kondisi masyarakat dan perekonomian serta peraturan Perundang-Undangan di bidang Pajak Daerah.

Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Sulaawesi Selatan No 8 Tahun 2017 Tentang perubahan atas Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Sulawesi Selatan No 10 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah.

Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan No 90 Tahun 2018 tentang petunjuk pelaksaan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan No 8 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan No 10 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah Khusus Jenis Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Pajak Kendaran Bermotor di perhitungkan besarnya dari jenis kendaraan, merek, tipe, tahun pembuatan dan Negara Asal, Besarnya Pokok PKB yang terutang sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi

Selatan No 8 Tahun 2017 yang dapat di hitung sebagai berikut:

NJKB = (PKB x 2/3 x 100)

Pajak Terutang = Tarif Pajak x DPP = Tarif Pajak x (NJKB x Bobot) Tarif PKB ditetapkan Sebagai Berikut :

1. Kendaraan Bermotor pribadi:

a. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama sebesar 1,5%

b. Kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya di tetapkan secara progresif untuk kendaraan pribadi sebagai berikut:

1. Kepemilikan kendaraan bermotor kedua sebesar 2%

2. Kepemilikan kendaraan bermotor ketiga sebesar 2,25%

3. Kepemilikan kendaraan bermotor keempat sebesar 2,5%

4. Kepemilikan kelima dan seterusnya sebesar 2,75%

Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor untuk Kepemilikan 1 (Satu) Kendaraan dan belum jatuh tempo

Untuk Sepeda Motor roda dua merek Yamaha tipe 2BJ (DD3363LN/ Mio GT) dengan tahun pembuatan 2014. Untuk pengenaan tarif PKB untuk motor Yamaha tipe 2BJ (DD3363LN/ Mio GT) adalah sebesar 1,5%

Sebagaimana yang ditetapkan Peraturan Daerah Sulawesi Selatan No 8 Tahun 2017 tentang Pajak Daerah.

Menghitung NJKB :

NJKB = (PKB x 2/3 X 100)

= (174.960 x 2/3 X 100)

= 11.664.000

Jadi, data yang diperoleh adalah :

a. NJKB untuk sepeda motor merk motor Yamaha dengan type 2BJ (DD3363LN/

Mio GT) dengan tahun pembuatan 2014 adalah sebesar Rp.11.664.000.

b. DP PKB untuk sepeda motor merek Yamaha dengan type 2BJ (DD3363LN/Mio GT) dengan tahun pembuatan 2014 adalah sebesar Rp.11.664.000.

(7)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 291-300 297 c. Bobot untuk sepeda motor merk Yamaha

dengan type 2BJ dengan tahun pembuatan 2014 adalah sebesar 1 .

Besarnya pokok PKB yang terutang adalah : PKB = Tarif x DPP

= Tarif x (NJKB x Bobot) PKB = (1,5%) x (Rp.11.664.000 x1,0)

= 1,5% x Rp.11.664.000 = Rp. 174.960

Jadi perhitungan Pokok Pajak Terhutang adalah sebesar Rp. 174.960.

Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor untuk Kendaraan ke Dua

Mengitung Kendaran Sepeda Motor Roda Dua dengan Tipe berbeda antara lain:

Kendaraan (1) memilki merek Yamaha tipe 2BJ (DD3363LN/ Mio GT) dengan tahun pembuatan 2014. Untuk pengenaan tarif PKB untuk motor Yamaha tipe 2BJ (DD3363LN/ Mio GT) adalah sebesar 1,5%. Sedangkan kendaraan (2) Memiliki merek Yamaha BJ8 W A/T (DD2863YG/Fino) dengan tahun pembuatan 2017 adalah sebesar 2% Sebagaimana yang ditetapkan Peraturan Daerah Sulawesi Selatan No 8 Tahun 2017 tentang Pajak Daerah.

Menghitung NJKB Kendaraan (2) NJKB = (PKB x 2/3 X 100)

= (210.330 x 2/3 X 100) = Rp. 14.022.000 Jadi, data yang diperoleh adalah :

1. NJKB untuk sepeda motor merk motor Yamaha dengan type BJ8 W A/T (DD2863YG) dengan tahun pembuatan 2017 adalah sebesar Rp.14.022.000

2. DP PKB untuk sepeda motor merek Yamaha dengan type BJ8 w A/T (DD2863YG) dengan tahun pembuatan 2017 adalah sebesar Rp.14.022.000

3. Bobot untuk sepeda motor merk Yamaha dengan type BJ8 W A/T dengan tahun pembuatan 2017 adalah sebesar 1 .

PKB = Tarif x DPP

= Tarif x (NJKBx Bobot)

PKB = (2%) x (Rp.14.022.000 x 1,0) = 2% x Rp.14.022.000

= Rp. 280.440

Jadi perhitungan Pokok Pajak Terhutang adalah sebesar Rp. 280.440

PKB untuk kendaraan ke dua (B) motor merek Fino dengan tipe Sangat besar dikarenakan tarif progresif II sebesar 2% dan

karena NJKBnya cukup besar. Jika motor (A) MIO GT buatan tahun 2014 adalah kendaraan pertama maka hanya dikenakan sebesar Rp.

11.664.000 sedangkan motor kedua sebesar Rp.

14.022.000 karena dikenakan tarif progresif ke dua.

Data Potensi dan Realisasi Pajak Kendaraan Bermotor Khusus Roda Dua

a. Data Potensi Pajak Kendaraan Bermotor Khusus Roda Dua Pada Kantor UPT Pendapatan wilayah Gowa, Keadaan sampai dengan Juli 2019.

No Tahun Unit Rupiah 1 2017 20.357 10.913.973.371 2 2018 26.182 8.743.690.741 3 2019 77.643 14.495.999.499 Jumlah 124.18

4

34.153.663.611

(Sumber Kantor Upt Wilayah Gowa) b. Data Realisasi Pajak Kendaraan Bermotor

Khusus Roda Dua Pada UPT Pendapatan Wilayah Gowa Keadaan Sampai Juli 2019.

No Tahun Unit Rupiah 1 2017 271 Rp. 93.106.800 2 2018 684 Rp.153.797.340 3 2019 2.416 Rp.308.003.240 Jumlah 3.371 Rp.554.907.380 (Sumber Kantor Upt Wilayah Gowa)

Dari Kedua data diatas yang di peroleh pada kantor UPT Pendapatan Wilayah Gowa, telah menunjukkan Potensi hanya terleasisai menjadi 0.1% yang signifikan. Dari laju pertumbuhan Pajak Kendaraan Bermotor dari tahun ke tahun. Sehingga tidak memenuhi target yang telah di targetkan baik secara terbuka maupun tidak.

1. Perbadingan data potensi dan data Realisasi Pajak kendaraan Bermotor Khusus Roda Dua:

(8)

dari ketiga perbandingan dapat diketahui bahwa peningkatan dari data Potensi dan data Realisasi hanya meningakat sekitar 0.1 % dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotornya sebagai berikut:

a. Potensinya pada tahun 2017 sebesar Rp.

10.913.973.371 sedangkan yang terealisasikan Pada tahun yang sama sebesar Rp. 93.106.800.

b. Potensinya pada tahun 2018 sebesar Rp.

8.734.690.741 sedangkan yang terealisasikan Pada tahun yang sama sebesar Rp. 153.797.340.

c. Potensinya pada tahun 2019 sebesar Rp.

14.913.973. sedangkan yang terealisasikan Pada tahun yang sama sebesar Rp.

308.003.240.

Dapat disimpulkan bahwa walaupun dari tahun ketahun tidak memenuhi target dari data potensi data yang ada tapi setidaknya setiap tahun memiliki peningkatan pemasukan sebesar 0,1% hingga 3% dari 3 tahun terakhir.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.

Dalam mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Pemerintah dan kantor Samsat telah mencanangkan pelayanan dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor yaitu menggunakan Layanan Unggulan. Layanan Unggulan Samsat Prov.Sulsel yang terealisasi (Peraturan bersama Gubernur Sulawesi Selatan, Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan, dan Kepala Cabang PT. Jasa Raharja (Persero) Sulawesi Selatan Nomor 123 tahun 2009, B/101/VII/2009, No P/R/49/2009)

1. Pelayanan Samsat Standar ISO 9001:2008

2. Pelayanan Samsat Link 3. Pelayanan Gerai Samsat 4. Pelayanan Samsat Drive THRU 5. Pelayanan Samsat Keliling 6. Pelayanan Samsat Delivery 7. Pelayanan Samsat Care 8. Pelayanan Samsat Kedai

9. Pelayanan E-Samsat denga BPD Sulselbar 10. Sms Info Pajak Kendaraan Bermotor 11. Info Pajak Kendaraan Bermotor Via Twitter 12. Sms Broadcast

13. Sistem Informasi Pajak Daerah (SIPADA) 14. Penertiban Pajak Kendaraan Bermotor 15. Penagihan Door to Door

16. Layanan Website: bapendasulsel.web.id 17. Stiker Tanda Pajak Kendaraan

18. Sosialisasi Pajak Daerah

19. Standar Operasional Prosedur Samsat Gowa 20. Mekanisme Penertiban STNK Perpanjangan dan Perubahan

21. Mekanisme Pengesahan STNK

Dalam penetapan layanan Unggulan tersebut adalah menjadi point pendorong untuk peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhi Wajib Pajak Itu sendiri baik Badan, Pribadi maupun lainnya. Peningkatan Samsat adalah faktor utama dalam menggiring masyarakat lebih patuh terhadap membayar Pajak Kendaraan Bermotor yang dapat meningkat Pendapatan Negara dan untuk peningkatan pembangunan negara yang diperuntukkan untuk seluruh masyarakat Indonesia. Pajak tak pernah merugikan siapapun yang selalu patuh karena Pajak adalh salah satu kepatuhan yang dapat memajukan kehidupan berbangsa.

Pembahasan

Berdasarkan Hasil penelitian diatas dapat di ketahui bahwa Perhitungan dan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor di hitung sesuai dengan Undang-Undang Pajak Kendaran Bermotor di perhitungkan besarnya dari jenis kendaraan, merek, tipe, tahun pembuatan dan Negara Asal, Besarnya Pokok PKB yang terutang sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan No 8 Tahun 2017. Serta Faktor-faktor yang mempengaruhi wajib Pajak Itu sendiri Karena Pihak Samsat selalu melakukan penyuluhan secara merata dan mempunyai program unggulan dan serta layanan yang dapat di jangkau baik secara off line 0

20000 40000 60000 80000

Tahun Potensi Realisasi 2017

2018 2019

(9)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 291-300 299 maupun On line. Menunjukkan bahwa kepatuhan orang pribadi setiap tahunnya telah meningkat untuk melakukan kewajiban Pajaknya itu sendiri. Walaupun tidak memenuhi target dari Potensi data Pajak Itu sendiri.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan juli hingga bulan Aguatustus 2019 mengenai Perhitungan dan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor serta Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada kantor SAMSAT di UPT Pendapatan Wilayah Gowa maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Perhitungan dan pembayaran Pajak

Kendaraan Bermotor telah sesuai Undang- Undang yang ditetapkan berdasarkan Perda (Pajak Daerah dan Retribusi Daerah No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Kendaraan Bermotor dan Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan No 8 Tahun 2017.

2. Faktor- faktor yang mempengaruhi Wajib Pajak itu sendiri dengan menerapkan layanan Unggulan SAMSAT Gowa.

3. Penigkatan Realisasi meningkat secara signifikan dalam jangka tiga tahun terakhir dari tahun 2017 hingga 2019 walaupun tidak memenuhi target dari data potensi Pajak Kendaraan Bermotor Khusus roda dua yang ada.

4. Faktor yang mempengaruhi tidak Patuh Pajak Kendaraan Bermotor dikarenakan faktor kurang mampu dan biaya hidup tinggi sehingga menjadi tanggungjawab pemerintah dan masyarakat di masa yang akan datang dan membuka ruang solusi itu peningkatan kemakmuran bagi bangsa.

Berdasarkan Kesimpulan diatas maka saran yang di berikan kepada Kantor UPT Pendapatan Wilayah Gowa dan Samsat Gowa Sebagai berikut:

1. Guna meningkatkan keberlangsungan pembayaran Pajak agar akses lebih di tingkatkan lagi karena layanan Unggulan yang diterapkan sudah sangat efektif.

2. Perlunya Peningkatan Administrasi agar Wajib Pajak dapat lebih mudah untuk membayar Pajaknya.

3. Kantor Samsat adalah Salah satu layanan yang sangat erat dengan masyarakat yang

mengempuni penigkatan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor sehingga Progresnya selalu meningkatkan Kepatuhan setiap tahunnya.

4. Penulis berharap kepada seluruh lapisan baik pemerintah, masyarakat dan segala aspek tanpa terkecuali agar dapat mematuhi peraturan perpajakannya sehingga dapat meningkatkan kestabilan pemabangunan insfratruktur dan keberlangsungan hidup masyarakat sehingga dapat menjadi suatu negara yang maju. Membuka mata dan pikiran kita menghilangkan ego masing- masing bahwa peraturan dan kedisiplinan dan menjadikan bangsa ini menjadi lebih baik, baik melalui pemerintahannya, lapisan ketertiban negara dan seluruh masyarakat sehingga menjadi suatu negara yang lebih maju lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Anastasia Diana, Lilis Setiawan. (2018)..

Perpajakan. Penerbit Andi, Indonesia, Jakarta.

Anatasia Diana, Fandy Tjiptono. (2018).

Perpajakan Indonesia, Prispip dan praktik. TMBooks. Penerbit Andi.

Asty. H. (2018). Evaluasi Sistem Akntansi Penjualan Kredit Pada PT Sekawan Mujur Sejahtera Makassar. Jurnal equity, Vol. 15 (2). Makassar. Stie Ypup. Diakses Pada tanggal 21 Oktober 2019. Melalaui Website: http;//ojs.stkip- ypup.ac.id/index.php/equity/issue/view9/

Astuty%20Hasti%2C%20Claudia%20|

%La%20mareta|%20cosari%20Artiska.

Chairil Anwar Pohan, M.Si, MBA. (2017).

Manajemen Perpajakan. Edisi Revisi.

PT Gramedia Pustaka Utama, Anggota IKPAPI Jakarta.

Gunadi. (1997). Akuntansi Pajak : Sesuai dengan Undang-Undang Pajak Baru.

Jakarta: PT Grasindo.

Hery. (2014). Akuntansi Perpajakan. Grasindo.

PT Gramedia Indonesia, Jakarta.

Horas Erwin. (2018). Analisis determinasi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Makassar Utara.

Diakses Pada pada tanggal 21 Oktober 2019 pada :http:journal.stieamkop.ac.id

(10)

Keputusan Bersama Gubernur Sulawesi Selatan Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Kepala PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Sulawesi Selatan.

2019. No 1036/VI/2019. No Mou/02/VII/2019. No. P/6.1/5p/2019.

Tentang Pembentukan Layanan Unit Pembantu Sistem Administrasi Manunngal Satu Atap di Provinsi

Sulawesi Selatan. 2019 Lumbantoruan, Sophar. (1996). Akuntansi

Pajak. Edisi Revisi. Jakarta: PT Grasindo

Narmantu, Safri. (2003). Pengantar Perpajakan.

Jakarta : Kelompok Yayasan Obor Ordonasi Pajak Kendaraan Bermotor Tahun

1934. Staatsbland tahun 1934 Nomor 718

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2003. Pasal 3 angaka 1 tentang Objek Kendaraan Bermotor.

Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak. (2016).

Perpajakan Edisi Terbaru. Penerbit:

Andi, Yogjakarta

R.A. Vivi Yulian Sari dan Neri Susanti. (2013).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di unit Pelayanan Pendapatan Provinsi (UPPP) Kabupaten Selume. Ekonomis Review- RA. Vivi Yulianti sari,Neri Susanti Randi Ilhamsyah, Maria G Wi Endang, Rizky

Yudi Dewantara. (2016). Pengaruh Pemahaman Pengetahuaan Wajib Pajak Tentang Peraturan Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Keparuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Studi SAMSAT Kota Malang. Ps Perpajakan, Jurusan Admistrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya.

115030400111087@mail.ub.ac.id.

Jurnal Perpajakan (JEJAK) Vol. 8. No 1, 2016.

Perpajakan.studentjournal.ub.ac.id Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Kendaraan Bermotor atas Pajak Kendaraan Bermotor

Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 28 Tahun Pasal 2 Tahun 2009.

Tentang Pajak Retribusi Daerah . Republik Indonesia. (2017). Undang-Undang

No 8 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan No 10 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah Khusus Jenis Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

Republik Indonesia. (2018). Undang-Undang Nomor 90 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

Siti Resmi. (2017). Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi Revisi 10 Buku 1. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Sukardji, Untung. (2015). Pajak Pertambahan Nilai. Edisi Revisi 2015. Jakarta: PT Raja Grafindo Persadi

Sukrisno, Agoes dan Estralita Trisnawati.

(2010). Edisi Revisi 2016 Akuntansi Perpajakan. Salemba Empat

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perhitungan dan pencatatan Pajak Pertambahan Nilai di perusahaan sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, dimana Pajak Keluaran lebih