A. Kisah Nabi Hud AS dan kaum ‘Aad
Nabi Hud ASdan Kaum ‘Aad
Beliau bernama Hud bin Syalakh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh
‘Alaihissalam. Dikatakan juga bahwa beliau adalah Abir bin Syalakh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh. Atau ada juga yang menyebut beliau dengan Hud bin ‘Abdullah bin Rabbah bin Al-Jarud bin ‘Aad bin Aus bin Irm bin Sam bin Nuh. Demikianlah yang disebutkan oleh Ibnu Jarir. [Tarikh Ath-Thabari 1/133].
Kaum ‘Aad merupakan bangsa Arab yang menempati Al-Ahqaf yaitu bukit- bukit pasir. Tempat itu terletak di Yaman dari Amman dan Hadhramaut di sebuah tempat yang dekat dengan laut, disebut juga Asy-Syahr. Nama lembahnya adalah Mughits, kaum ‘Aad lebih banyak tinggal di perkemahan yang memiliki pasak tiang-tiang yang besar dan tinggi sebagaimana firman Allah Ta’ala :
ممللأل رلتل فليمكل للعلفل كلببرل ددادعلبب ملرلإب تباتذل دبادملعبلمات
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum Ad? (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. [QS Al-Fajr : 6-7]
Maksudnya adalah kaum ‘Aad Iram. Kaum ini adalah kaum ‘Aad yang pertama, sedangkan kaum ‘Aad yang kedua maka mereka adalah yang terakhir. Kaum ‘Aad hidup berkelompok-kelompok seperti qabilah dan mereka mempunyai keahlian membangun bangunan yang tinggi-tinggi seperti baru saja disebutkan dalam firman Allah Ta’ala. Sebagian ulama dan ahli sejarah mengatakan Nabi Hud
‘Alaihissalam adalah orang pertama yang berbicara dengan bahasa Arab. Wahb bin Munabbih menyebutkan bahwa ayahnya Nabi Hud yang pertama kali berbicara dengan bahasa Arab. Sebagian mereka berkata bahwa Nuh-lah yang pertama kali berbicara dengan bahasa Arab, sementara yang lainnya berkata bahwa ia adalah Adam. Allahu a’lam.
Diriwayatkan bahwa bangsa Arab sebelum Isma’il adalah bangsa Arab Aribah, mereka merupakan suatu kabilah yang banyak, diantara mereka adalah ‘Aad, Tsamud, Jurhum, Thasm, Jadis, Umaim, Madyan, Imlaq, Abil, Jasim, Qaththan dan lainnya. Dalam Shahih Ibnu Hibban, diriwayatkan dari sahabat Abu Dzar -radhiyallahu ‘anhu- dalam sebuah hadits yang panjang setelah menyebutkan kisah para Nabi dan Rasul, Rasulullah bersabda, “…Dari mereka terdapat 4 orang Arab yaitu Hud, Shalih, Syu’aib dan Nabimu wahai Abu Dzar.” [Shahih Ibnu Hibban (361)].
Nabi Hud AS Diutus Allah kepada Kaum ‘Aad
Kaum ‘Aad adalah kaum yang durhaka kepada Allah Ta’ala dengan menjadi kaum yang pertama kali menyembah berhala setelah peristiwa banjir besar dan luluh lantaknya umat manusia yang kafir. Berhala mereka ada tiga yaitu Shad, Shamuda, Hara. Oleh karena itu, Allah Ta’ala utus saudara mereka, Hud
‘Alaihissalam untuk mengembalikan mereka kepada aqidah tauhid yang bersih dari syirik. Allah Ta’ala berfirman :
ى للإبول ددادعل ممههادخلأل اتددودهه للادقل مبودمقلاديل اتودهبهعمات للل ات ادمل ممكهلل هدللإبنممب ههرهيمغل لافلأل نلودقهتلتل
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata:
“Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.
Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” [QS Al-A’raaf : 65].
Mereka adalah bangsa Arab yang keras tabiat, kafir, angkuh dan menyembah berhala. Kemudian Nabi Hud menyeru mereka untuk kembali ke jalan Allah Azza wa Jalla, mengesakanNya dengan melaksanakan ibadah secara ikhlas kepadaNya, namun mereka mendustakan beliau, menentangnya dan mengejeknya. Allah Ta’ala berfirman :
للادقل لأمللمات نليذبللات اتورهفلكل هبمبودمقلنممب
ادنلإب كلاترلنللل ةدهلادفلسلي فب
ادنلإبول كلنبظهنللل نليببذبادكللماتنلمب
Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata: “Sesungguhnya kami benar- benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta”. [QS Al-A’raaf : 66].
Maksudnya adalah perkara yang beliau serukan kepada kaumnya untuk diikuti adalah sebuah kedustaan terhadap kegiatan penyembahan berhala yang telah berlangsung ini yang mana kaum yang durhaka tersebut mengharapkan kemenangan, rizki hanya dari berhala-berhala tersebut.
Nabi Hud berkata, seperti difirmankan Allah Ta’ala :
للادقل مبودمقلاديل سليملل ي بب ةةهلادفلسل ي ننكبللول لةودسهرل بنرلنممب
نليمبللادعللمات ممكهغهلنبلأه تبلادسلرب ي بنرل ادنلألول ممكهلل حةصبادنل نةيمبأل
Hud berkata: “Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat- amanah Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu”. [QS Al-A’raaf : 67-68]. Maksudnya adalah perkara ini bukan kedustaan seperti yang dikira kaumnya beliau. Nabi Hud telah berusaha menyampaikan dengan bahasa yang lugas, fasih dan sederhana. Ini merupakan berkah dan nasehat bagi kaumnya dan kasih sayang beliau kepada mereka serta beliau sangat ingin kaumnya menuju jalan hidayah. Beliau tidak pernah meminta upah atau balasan tetapi beliau melaksanakan dakwahnya dengan penuh keikhlasan demi mencari ridha Allah.
Kaum ‘Aad berkata kepada Nabi Hud :
اتودلهادقل اديل دهودهه ادنلتلئمجبادمل ةدنلينبلبب ادملول نهحمنل ي كبربادتلبب ادنلتبهللبآ نمعل كللبودمقل ادملول نهحمنل نلينبمبؤممهببكللل نمإب لهودقهنل لإب كلاترلتلعمات ضه عمبل ادنلتبهللبآ ءدودسهبب للادقل ي ننإب دههبشمأه
للل ات اتودههلشماتول ي ننأل ءةيءرببل ادملمب نلودكهربشمته نمب هبنبوده ي نبودهيكبفل ادعديمبجل ملثه نبورهظبنتهلل
“Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” Hud menjawab, “Sesungguhnya aku jadikan Allah sebagai saksiku dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan, dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.” [QS Hud : 53-55]
Ini merupakan tantangan balik dari Nabi Hud untuk kaumnya dan pernyataan bara’
(berlepas diri) dari sesembahan mereka, dan menjelaskan kepada kaumnya bahwa sesembahan mereka tidak dapat memberikan manfaat dan mudharat, mereka adalah benda-benda mati yang tak berdaya apa-apa.
Dan Nabi Hud berkata, seperti dalam firman Allah :
ي ننإب تهلمكلودلتل ى للعل للب ات ي بنرل ممكهبنرلول ادمل ةدبلاتدلنممب لإب ودلهه ذةخبآ ادهلتبيلصبادنلبب نلإب ي بنرل ى للعل طداترلصب مديقبتلسممه
Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya.
Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” [QS Hud : 56]
Ini adalah bukti yang kuat bahwa Nabi Hud adalah hamba dan utusan Allah yang diutus untuk menyampaikan kalimat haq, namun kaumnya tetap dalam kebodohan dan kesesatan, mereka tidak mau mengakui Allah sebagai Tuhan mereka sekeras apapun usaha Nabiyullah Hud ‘Alaihissalam untuk menyadarkan mereka.
Kaum ‘Aad Meminta Disegerakan Adzab
Akhirnya apa yang terjadi pada kaum Nuh pun berulang pada kaum ‘Aad, mereka meminta disegerakan adzab karena mereka mendustakan bahwa Nabi Hud adalah utusan Allah, mereka tidak mempercayai bahwa adzab itu adalah haq karena mereka tidak beriman kepada Allah. Mereka menyangka Nabi Hud adalah seorang pendusta padahal sebaliknya, merekalah yang pendusta. Mereka berkata, seperti difirmankan Allah :
اتودلهادقل ادنلتلئمجبأل دلبهعمنللب للل ات ههدلحمول رلذلنلول ادمل نلادكل دهبهعميل ادنلؤهادبلآ ادنلتبأمفل ادملبب ادنلدهعبتل نمإب تلنمكه نليقبدبادصللاتنلمب
Mereka berkata: “Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami?
Maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar”. [QS Al-A’raaf : 70]
Mereka juga berkata :
اتودلهادقل ءةاتودلسل ادنليمللعل تلظمعلولأل ممأل مملل نمكهتل نليظبعباتودللماتنلمب نمإب
اتذلهل لإب قهلهخه نليلبوللات ادملول نهحمنل نليببذلعلمهبب
Mereka menjawab: “Adalah sama saja bagi kami, apakah kamu memberi nasihat atau tidak memberi nasihat, (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu, dan kami sekali-kali tidak akan di “azab”. [QS Asy-Syu’ara : 136-138]
Nabi Hud sedih mendengar perkataan kaumnya yang bodoh. Nabi Hud berdo’a kepada Allah :
للادقل بنرل ي نبرمصهنمات ادملبب نبودبهذلكل للادقل ادملعل لديلبقل نلحهببصميهلل نليمبدبادنل مهههتمذلخلألفل ةهحليمصللات قنحللمادبب ممههادنللمعلجلفل ءدادثلغه اتددعمبهفل مبودمقللملب نليمبلبادظللات
“Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakanku.” Allah berfirman:
“Dalam sedikit waktu lagi pasti mereka akan menjadi orang-orang yang menyesal.” Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak dan Kami jadikan mereka (sebagai) sampah banjir maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang lalim itu. [QS Al-Mu’minuun : 39-41]
Ibnu Katsir berkata, Para ahli tafsir menyebutkan bahwa ketika kaum ‘Aad meminta disegerakan adzab, Allah Ta’ala memulai dengan menahan hujan selama 3 tahun, kemudian mereka meminta jalan keluar kepada Allah di Bait dan Haram mereka yang mana tempat itu terkenal di kalangan penduduk zaman itu.
Di dalamnya terdapat bangsa Amaliq keturunan dari Imlaq bin Lawadz bin Sam bin Nuh, pemimpin mereka kala itu adalah Mu’awiyyah bin Bakr, ibunya berasal dari kaum ‘Aad, namanya Jalhadah binti Al-Khaibari. Kaum ‘Aad mengutus delegasi berjumlah sekitar 70 orang untuk mengambil air. Kemudian mereka melewati Mu’awiyyah di daerah Makkah, lalu mereka singgah selama sebulan di tempatnya untuk meminum khamr dan memberikannya pada Mu’awiyyah.
Setelah selesai mengunjungi Mu’awiyyah, maka mereka segera beranjak ke Al- Haram dan berdoa untuk kaumnya. Kemudian salah seorang pemuka agama yang bernama Qail bin Anaz berdo’a untuk mereka. Maka Allah mengirimkan 3 awan yaitu putih, merah, hitam kemudian mereka diseru dari langit, “Pilihlah untukmu dan kaummu dari awan ini. Qail menjawab, “Aku memilih yang berwarna hitam.”
Qail menyangka bahwa awan hitam adalah awan yang membawa hujan untuk mereka.
Kemudian Allah mengirimkan awan hitam yang telah dipilih Qail kepada kaum
‘Aad, hingga awan itu keluar di sebuah lembah yang dinamakan Al-Mughits.
Penduduk kaum ‘Aad melihatnya dan mereka bergembira ria, mereka berkata,
“Inilah hujan untuk kami!”. Allah Ta’ala berfirman :
ادملللفل ههومألرل ادضدربادعل للببقمتلسممه ممهبتبيلدبومأل اتودلهادقل اتذلهل ضة ربادعل ادنلرهطبمممه لمبل ودلهه ادمل ممتهلمجلعمتلسمات هببب
حةيرب ادهليفب بةاتذلعل مةيلبأل رهمندلته ءدي مشلللكه ربممألبب ادهلبنرل
اتودحهبلصمألفل ى رليهل
لإب ممههنهكبادسلمل كللبذلكل يءزبجمنل ملودمقللمات نليمبربجممهلمات
Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah- lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan)! bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka.
Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa. [QS Al-Ahqaf : 24- 25]
Orang pertama dari kaum ‘Aad yang melihat kalau awan itu adalah angin yang menghancurkan adalah seorang wanita bernama Mahd. Ketika dia melihatnya, dia pun berteriak dan jatuh pingsan. Ketika siuman, kaumnya bertanya padanya, “Apa yang kau lihat wahai Mahd?” Dia menjawab, “Aku melihat awan hitam bagai meteor dari neraka, di depannya ada seorang lelaki yang menuntunnya!”
Lalu Allah Ta’ala menggerakkan awan hitam tersebut 7 hari berturut-turut mengepung mereka. Tidak ada seorangpun yang dibiarkan hidup di dalam desa kaum ‘Aad, sementara Nabiyullah Hud ‘Alaihissalam dan orang-orang yang telah beriman terlebih dahulu sudah pergi dari kaumnya, mengasingkan diri dan menghindar dari adzab dan siksa Allah yang pedih.
Kisah serupa diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya [no. 15524 dengan sanad hasan] dari hadits Al-Harits bin Yazid Al-Bakri mengenai seorang wanita tua dari Bani Tamim.
Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas serta lebih dari satu imam para tabi’in berkata, Angin tersebut dingin dan sangat kencang. [Jami’ul Bayan Ath-Thabari 24/102]
Firman Allah Ta’ala :
ادملألول دةادعل اتودكهلبهمأهفل حديرببب ردصلرمصل ةديلتبادعل ادهلرلخلسل ممهبيمللعل علبمسل لداديللل ةليلنبادملثلول مداديلأل ادمدودسهحه ى رلتلفل ملودمقللمات ادهليفب ى علرمصل ممههنلألكل زهادجلعمأل لدخمنل ةديلوبادخل
Adapun kaum Ad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum Ad
pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). [QS Al-Haqqah : 6-7].
Allah menyerupakan kaum itu dengan tunggul pohon kurma yang tidak memiliki kepala karena angin waktu itu mendatangi mereka dan mengangkat mereka ke atas dengan kencangnya lalu memutar kepala-kepala mereka hingga putus dan yang tersisa hanya jasad tanpa kepala. Beberapa dari mereka ada yang mengungsi ke gua-gua dan gunung-gunung karena rumah-rumah mereka telah hancur.
Kemudian Allah mengutus angin Al-Aqim, yaitu angin panas yang disertai nyala api di belakangnya. Kaum ‘Aad yang tersisa menyangka angin inilah yang akan menyelamatkan mereka. Padahal angin ini justru mengumpulkan mereka semua dalam pusaran hawa dingin dan panas yang sangat membinasakan. Inilah adzab angin terdahsyat dalam sejarah yang pernah terjadi di muka bumi disertai dengan teriakan-teriakan yang amat memilukan dari kaum ‘Aad. Inilah adzab yang mereka meminta-minta untuk disegerakan kedatangannya. Na’udzubillahi min dzaalik.
B. Kisah Nabi Saleh AS dan kaum Tsamud
Kaum Tsamud pun telah mendustakanancaman-ancaman itu. Maka mereka berkata: ”Bagaimana kita akan mengikuti saja seorang manusia (biasa) diantara kita?. Sesungguhnya kalau kita begitu benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila”. Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya diantara kita ?. Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong. Kelak mereka akan
mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong. (QS Al- Qamar: 23-26)
Tsamud adalah nama suatu suku yang oleh sementara ahli sejarah dimasukkan bagian dari bangsa Arab dan ada pula yang menggolongkan mereka ke dalam bangsa Yahudi. Mereka bertempat tinggal di suatu dataran bernama "
Alhijir " terletak antara Hijaz dan Syam yang dahulunya termasuk jajahan dan dikuasai suku Aad yang telah habis binasa disapu angin taufan yang di kirim oleh Allah sebagai pembalasan atas pembangkangan dan pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Nabi Hud A.S.
Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam yang dahulu dimiliki dan dinikmati oleh kaum Aad telah diwarisi oleh kaum Tsamud.Tanah-tanah yang subur yang memberikan hasil berlimpah ruah, binatang-binatang perahan dan lemak yang berkembang biak, kebun-kebun bunga yag indah-indah, bangunan rumah- rumah yang didirikan di atas tanah yang datar dan dipahatnya dari gunung.Semuanya itu menjadikan mereka hidup tenteram ,sejahtera dan bahgia, merasa aman dari segala gangguan alamiah dan bahawa kemewahan hidup mereka akan kekal bagi mereka dan anak keturunan mereka.
Kaum Tsamud tidak mengenal Tuhan. Tuhan Mereka adalah berhala-berhala yang mereka sembah dan puja, kepadanya mrk berqurban, tempat mrk minta perlindungan dari segala bala dan musibah dan mengharapkan kebaikan serta kebahagiaan.Mrk tidak dpt melihat atau memikirkan lebih jauh dan apa yang dpt mrk jangkau dengan pancaindera.
Penyampaian Pesan Nabi Shaleh
Di dalam Al Qur’an disebutkan bahwa Nabi Shaleh diutus untuk memperingatkan kaum Tsamud. Shaleh dikenal dikalangan masyarakat Tsamud. Kaumnya yang tidak mengharapkan ia akan mengumumkan agama yang benar merasa terkejut atas seruannya untuk meninggalkan penyimpangan-penyimpangan mereka. Reaksi pertama adalah menghujat dan mengutuknya ;
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata; ”Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amatlah dekat (Rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya). Kaum Tsamud berkata ;”Hai shaleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami/ dan sesungguhnya kamu betul-betul berada dalam
keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami.
(QS Hud 61-62).
Sebagian kecil dari kaum Tsamud memenuhi panggilan Nabi Shaleh, namun
sebagian besar dari mereka tidak menerima apa yang dikatakannya. Penolakan ini terutama dari para pemimpin kaum
tersebut dan mereka menempatkan Shaleh sebagai musuh terhadap mereka.
Mereka mencoba untuk menghalang-halangi dan menekan kaum yang beriman kepada nabi Shaleh. Mereka sangat murka terhadap Shaleh karena ia menyerukan kepada mereka untuk menyembah Allah. Kemurkaan ini tidak hanya khusus
dilakukan kaum Tsamud. Tsamud mengulang kembali kesalahan yang telah dilakukan oleh kaum Nuh dan ‘Ad yang telah hidup sebelum mereka. Inilah sebabnya berkenaan dengan ketiga kaum tersebut Al Qur’an menyebutkan ; Belumkah sampai kepadamu berita-berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) Kaum Nuh, ‘Ad dan Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Telah datang kepada mereka rasul-rasul (membawa) bukti-bukti yang nyata lalu mereka menutupkan tangannya kemulutnya (karena kebencian) dan berkata;
”Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keraguan yang
menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya”. (QS. Ibrahim: 9).
Tanpa mengindahkan peringatan –peringatan Nabi Shaleh, orang-orang
membiarkan kesangsian menguasai mereka. Namun masih ada sekelompok kecil yang percaya terhadap kenabian shalih dan merekalah orang-orang yang
diselamatkan bersama dengan Shalih ketika bencana besar datang. Pemimpin masyarakat tersebut berupaya untuk menekan kelompok yang mempercayai Shalih ;
Pemuka-prmuka yang menyombongkan diri diantara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka; “ tahukah kamu bahwa Shaleh di utus ( menjadi rasul) oleh Tuhannya?”. Mereka
untuk menyampaikannya”. Orang-orang yang menyombongkan diri berkata;”
sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu”.(QS. Al-A’raf: 75-76).
Kaum Tsamud melanjutkan kesangsian untuk menghormati Allah dan kenabian shaleh, lebih jauh sekelompok orang tertentu secara terang-terangan
menyangkalnya. Sekelompok orang diantara yang menolak keimanan –menurut dugaan, dengan Nama Allah – merencanakan untuk membunuh Shalih :
Mereka menjawab; “ Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan kamu dan orang-orang yang bersama kamu”. Shalih berkata ; “Nasibmu ada pada sisi Allah ( bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu yang diuji”. Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan. Mereka berkata; “Bersumpahlah kamu dengan nama Allah, bahwa kita sungguh-sungguh akan menyerangnya dengan tiba-tiba bersama keluarganya dimalam hari, kemudian kita katakan kepada warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kematian keluarganya itu, dan sesungguhnya kita adalah orang-orang yang benar”. Dan merekapun merencanakan makar dengan
sesungguh-sungguhnya dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari. (QS. An-Naml: 47-50).
Untuk mengetahui apakah kaumnya akan memamtuhi perintah Allah atau tidak, Shalih menunjukkan kepada mereka seekor unta betina sebagai ujian untuk mengetahui apakah mereka akan mematuhinya atau tidak. Salih berkata kepada kaumnya untuk berbagi air mereka dengan unta betina tersebut dan tidak
menyakitinya. Kaumnya menjawab dengan membunuh unta betina tersebut.
Dalam surat Ash-Shuara kejadian tersebut disebutkan sebagai berikut:
Kaum Thamud telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka Shalih, berkata kepada mereka: “ Mengapa kamu tidak bertaqwa?. Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertaqwakah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepdamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.
Adakah kamu akan dibiarkkan tinggal di sini (di negeri ini) dengan aman, di dalam kebun-kebun serta mata air, dan tanaman-tanaman dan pohon-pohon korma yang manyangnya lembut. Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk
dijadikan rumah-rumah dengan rajin; maka bertaqwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku; dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati
batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan”.
Mereka berkata ;” Sesungguhnya kamu adalah seorang dari orang-orang yang terkena sihir; Kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami; maka datangkanlah sesuatu mu’jizat jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar”. Shaleh menjawab;” Ini seekor unta betina, ia mempunyai giliran yntuik mendapatkan air dan kamu mempunyai giliran pula untuk mendapatkan air di hari tertentu. Dan jangalah kamu sentuh unta betina itu dengan sesuatu kejahatan, yang menyebabkan kamu akan ditimpa oleh azab hari yang besar. Kemudian mereka membunuhnya, lalu mereka menyesal, maka mereka ditimpakan azab.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti yang nyata.
Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman. (QS Asy Syu’araa’ 141-158).
Perjuangan Nabi Shalih terhadap kaummnya dikisahkan sebagai berikut:
Kaum Tsamud pun telah mendustakan ancaman-ancaman (itu). Maka mererka berkata; “Bagaimana kita akan mengikuti saja, seorang manusia (biasa) diantara kita ?. Sesungguhnya kalau kita begitu benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila. Apakah wahyu itu diturunkan kepdanya di antara kita ?. Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong. “ kelak mereka akan
mengetahui siapakah sebenarnya yang amat pendusta lagi sombong.
Sesungguhnya Lami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaan bagi mereka, maka tunggulah (tindakan) mereka dan bersabarlah. Dan beritakanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi antara mereka (dengan unta betina itu); tia-tiap giliran minum dihadiri (oleh yang punya gilirannya). Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawanya menangkap (unta itu0 dan membunuhnya.
(QS Al Qamar 23-29).
Kenyataan bahwa mereka tidak dilaknat pada saat itu juga, semakin meningkatkan keangkaramurkaan kaum ini. Mereka menyerang Salih dengan mengatakannya sebagai seorang pendusta :
Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata ;” Wahai Shalih, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah).(QS. Al-A’raf: 77)
Allah membuat rencana dan tipu daya terhadap mereka atas ketidakpercayaan mereka, dan Dia menyelamatkan Shalih dari tangan-tangan yang ingin melakukan perbutan keji terhadapnya. Setelah kejadian itu, Shalih yang telah menyampaikan berbagai pesan terhdap kaumnya dengan berbagai jalan dan tetap tak ada
seorangpun yang memperhatikannya sebagai pelajaran, Shalih berkata kepada kaumnya bahwa mereka akan dihancurkan dalam waktu tiga hari :
Mereka membunuh unta itu, maka berkatalah Shalih ;” Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan’.
( QS Hud 65).
Seperti diketahui dari Al Qur’an bahwa Thamud adalah anak cucu dari kaum ‘Ad.
Dalam persetujuannya dengan hal tersebut, temuan-temuan arkeologis
memperlihatkan bahwa akar dari kaum Thamud yang hidup di Selatan Semenanjung Arabia, kembali ke Selatan Arabia dimana kaum ‘Ad suatu ketika pernah hidup
Cukup sudah, dalam 3 hari kemudian ancaman Shalih menjadi kenyataan dan kaum Tsamud dihancurkan ;
Dan satu suara yang keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di tempat tinggal mereka, seolah-olah mereka belum pernah berdiam ditempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Thamud
mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Thamud. ( QS Hud 67-68)
Secara singkat, kaum Thamud telah membayar atas pembangkangan terhadap nabi Mereka dan merekapun dihancurkan. Bangunan-bangunan yang telah mereka bangun dan karya seni yang telah mereka buat tidak bisa melindungi mereka dari azab. Thamud yang dihancurkan dengan azab yang mengerikan seperti halnya umat-umat lainnya baik sebelum atau sesudah mereka yang mengangkari kebenaran.
Sisa-sisa Kehancuran Kaum Tsamud
Kaum Tsamud dikenal sebagai arsitektir dan entrepreneur yang hebat pada masanya
Pahatan Batu
Salah satu gunung yang dijadikan rumah oleh kaum Tsamud.
Pada sekitar 2000 tahun silam, kaum Tsamud telah mendirikan sebuah kerajaan bersama bangsa arab lain dan diberi nama Nabataeans. Saat ini di lembah Rum yang juga disebut dengan Lembah Petra di Yordania dapat dilihat berbagai contoh karya pahat batu yang terbaik peninggalan kaum ini.
Sebagaimana disebutkan dalam AlQuran, Kaum Tsamud memiliki kemahiran dan keahlian dalam bidang pertukangan ukiran dan pahatan.
“Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanah yang datar dan kamu pahat gunung- gunungnya untuk dijadikan rumah, maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan
janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.” (QS. Al-A’raaf [7]:
74)
Madain Saleh; Warisan Dunia
Kota bekas peninggalan umat Nabi Saleh AS, yaitu kaum Tsamud di Al-Hijr (Madain Saleh) kini menjadi salah satu kota warisan dunia. Badan PBB untuk pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan (UNESCO), pada awal juli 2008 lalu telah mengesahkan kota tua Madain Saleh yang terletak di utara Madinah itu sebagai salah satu warisan dunia (World Heritage Site).
Kaum Tsamud dan Nabatea yang menetap di Madain Saleh adalah situs bersejarah yang memiliki 132 kamar dan kuburan. Tempat ini terletak sekitar 440 km di sebelah utara Madinah. Peninggalan yang masih bisa dilihat disini adalah ukiran dan pahatan pada tembok, menara, serta sejumlah saluran air dan bak-bak air.