Menurutnya permasalahan Broken Home yang terjadi di antara orang tua sebenarnya akan berdampak pada permasalahan komunikasi dalam keluarga, khususnya komunikasi dengan anak-anaknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak dari keluarga patah rumah tangga di Desa Serang yang meliputi 1.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan teoritis
Telaah Pustaka
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua anak dari keluarga Broken Home bisa terbuka kepada orang tua tirinya. 11 Hengki Rahmadinata, “Pola komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak dalam pencegahan kekerasan verbal” (Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, 2020).
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini sumber data yang penulis gunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Dimana sumber data primernya adalah memperoleh data secara langsung yang dikumpulkan melalui wawancara terhadap anak dan orang tua dari rumah tangga rusak.
PENDAHULUAN
Teori triangulasi, peneliti menggunakan teori komunikasi interpersonal untuk menggabungkan dan mencocokkan agar hasil penelitian lebih komprehensif.
PRAKTEK KOMUNIKASI INTERPERSONAL KELUARGA BROKEN HOME DESA SERANGAN KECAMATAN SUKOREJO
ANALISIS KOMUNIKASI INTERPERSONAL KELUARGA BROKEN HOME DESA SERANGAN KECAMATAN SUKOREJO
PENUTUP
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan interaksi tatap muka antara dua orang atau lebih, dimana pengirim pesan dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima serta menanggapinya secara langsung. Komunikasi interpersonal dengan setiap orang mempunyai tingkat kedalaman komunikasi, tingkat intensif dan tingkat ekstensif yang berbeda-beda. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang sedang dalam proses Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang sedang dalam proses perkembangan (developmental process).
Komunikasi interpersonal berbeda-beda tergantung pada hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, dan cara pesan tersebut disampaikan. Semakin berkembangnya komunikasi interpersonal maka semakin intensif pula umpan balik dan interaksinya, karena peran pihak-pihak yang terlibat berubah dari peran penerima pesan menjadi pengirim pesan. Agar komunikasi interpersonal dapat berjalan dengan teratur maka pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut saling memberikan respon sesuai dengan isi pesan yang diterima.
Aturan ekstrinsik, misalnya dalam berkabung, nada bicara dalam komunikasi interpersonal di rumah ibadah berbeda dengan komunikasi interpersonal di lapangan sepak bola. Peraturan ekstrinsik masyarakat, misalnya komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh dua orang yang berpacaran di salah satu rumah pacar, tidak berlaku. Komunikasi interpersonal tidak hanya sekedar komunikasi dari pengirim pesan ke penerima pesan dan sebaliknya, melainkan juga komunikasi timbal balik antara pengirim dan penerima pesan.
Keluarga Broken Home
Pertama, pecahnya keluarga karena tidak utuhnya struktur keluarga karena salah satu kepala keluarga meninggal dunia atau bercerai, dan kedua orang tua tidak berpisah, namun struktur keluarga tidak utuh lagi karena ayah atau ibu seringkali tidak ada. di rumah tidak, atau tidak menunjukkan rasa sayang lagi. . Berdasarkan penjelasan dari berbagai tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rumah tangga yang rusak ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: cacat, pembatalan, kematian, perpisahan, perceraian, salah satu atau kedua orang tua meninggalkan rumah, keluarga yang hampa, kegagalan dalam suatu hal yang penting. peran yang tidak dikehendaki, hubungan orang tua dan anak yang kurang baik, hubungan orang tua yang kurang baik, usaha orang tua dari tokoh-tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yang patah (broken home) ditandai dengan ciri-cirinya dari pembatalan, pembatalan, kematian, perpisahan, perceraian, pelanggaran, salah satu atau kedua orang tua meninggalkan rumah, keluarga yang kosong, kegagalan yang tidak diinginkan dalam peran penting, hubungan yang buruk antara orang tua dan anak, hubungan yang buruk antara kedua orang tua, orang tua yang sibuk. 21. Dan anak akan mengungkapkan pengalaman, perasaan dan pemikirannya tentang kebaikan keluarga, termasuk kritik terhadap orang tuanya.
Yang sering terjadi adalah kedua orang tua pulang hampir pada malam hari karena jalanan macet, badan lelah, dan sesampainya di rumah, mata mengantuk dan tertidur. Dan bahayanya, jika ia terlibat dalam penggunaan narkoba, lama kelamaan ia akan ditangkap polisi dan para orang tua akan menyadari bahwa sangat berbahaya jika mengabaikan tanggung jawab terhadap anaknya. Orang tua peduli pada dirinya sendiri, dan bagaimana caranya mendapatkan perhatian orang lain agar mengikutinya, paling tidak memperhatikannya.
Anak akan terpengaruh oleh egoisme orang tua yaitu akan terlihat keras kepala, sulit diperintah dan suka berkelahi dengan saudaranya. Krisis keluarga berarti kehidupan keluarga berada dalam keadaan kacau, tidak teratur dan terarah, orang tua kehilangan wibawa dalam mengatur kehidupan anak khususnya remaja, bertengkar dengan orang tuanya, selalu terjadi pertengkaran antara ibu dan ayah, terutama mengenai persoalan pendidikan anak. Ibarat keluarga Broken Home yang dapat menghambat tumbuh kembang anak, dimana anak merasa orang tuanya hanya mementingkan egonya saja sehingga selalu bertengkar tanpa ada yang mengalah hingga berujung pada perceraian, tanpa memikirkan dampaknya bagi anak yang mana mempunyai pengaruh yang kuat terhadap tumbuh kembang anak.
Kondisi Keluarga Broken Home Di Desa Serangan Kecamatan Sukorejo
Kondisi perekonomian setiap keluarga sebagian besar miskin karena para istri dari keluarga Broken Home harus mencari nafkah sendiri untuk meningkatkan taraf hidup dirinya dan anak-anaknya. Hal inilah yang menjadi penyebab terjadinya kasus keluarga Broken Home di Desa Serang, Kecamatan Sukorejo. Sebuah keluarga yang tidak utuh atau biasa disebut dengan Broken Home dapat menjadi sebuah keluarga yang utuh apabila dalam keluarga tersebut mampu mengembangkan sikap positif, tidak terjebak dalam situasi dan keadaan, mencoba hal-hal baru dan mencari tempat untuk berpisah.
Hal-hal tersebut dapat menciptakan keharmonisan dalam sebuah keluarga yang tidak utuh lagi atau menjadi rumah tangga yang berantakan. Berdasarkan keterangan informan, keadaan keluarga pecah di rumah yang tetap harmonis memberikan cerminan yang baik bagi dirinya meskipun orang tuanya berpisah. 3 Pernyataan informan S dapat disimpulkan bahwa perkembangan dan kondisi keluarga patah dapat lebih baik walaupun tidak berasal dari keluarga harmonis.
Berbeda dengan keluarga pecah belah yang kurang harmonis, setiap orang mendambakan keluarga yang bahagia, namun tidak jarang keluarga mengalami kegagalan dalam prosesnya sehingga berujung pada retaknya hubungan inti keluarga. Perlu kita ketahui bahwa dampak negatif menjadi anak Broken Home disebabkan oleh orang tua Broken Home sendiri yang kurang memberikan perhatian terhadap anaknya dan terkesan cuek terhadap anaknya. Terbangunnya proses komunikasi antara orang tua dan anak rumah tangga rusak di Desa Serang Kecamatan Sukorejo.
Proses Komunikasi Yang Dibangun Antara Orang Tua dan Anak Keluarga Broken Home Di Desa Serangan Kecamatan Sukorejo
Salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan oleh keluarga dalam menghadapi permasalahan Broken Home adalah komunikasi antarpribadi atau interpersonal. Kegiatan komunikasi tersebut memerlukan suatu bentuk komunikasi antarpribadi yang terarah dan mampu mencapai tujuan yang diinginkan, seperti yang diungkapkan S selaku ibu dari keluarga rumah tangga yang rusak. Lebih lanjut, sebagai anak keluarga Broken Home, E menjelaskan pengetahuannya tentang komunikasi interpersonal sebagai berikut.
Dalam keluarga rumah tangga yang rusak, komunikasi timbal balik sangatlah penting, baik antara orang tua dengan anaknya maupun antara anak dengan orang tuanya. Komunikasi melalui hal-hal kecil yang dilakukan orang tua yang mengalami Broken Home kepada anaknya dapat menimbulkan perasaan gembira dan nyaman dalam benak anak. Sebagaimana diungkapkan RA, informan pendukung terkait komunikasi interpersonal antara anak dengan anggota keluarga patah di masyarakat.
Bagi keluarga Broken Home, komunikasi bagi orang tua menjadi pilar dalam membesarkan anak. Sebagian besar keluarga yang mengalami keretakan rumah tidak lagi tinggal serumah. Hambatan komunikasi antara orang tua dan anak dari keluarga patah rumah tangga di Desa Serang Kecamatan Sukorejo.
Hambatan Komunikasi Antara Oang Tua Dan Anak Dari Keluarga Broken Home Di Desa Serangan Kecamatan Sukorejo
Berdasarkan pernyataan informan di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak cenderung mengalami hambatan komunikasi dari media massa, telepon dan media sosial. Namun, ada keluarga yang hancur dalam rumah tangga yang mengalami perceraian hidup atau mati, sehingga mengurangi komunikasi anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak keluarga Broken Home di Desa Serang Kecamatan Sukorejo mempunyai kualitas yang berbeda antara keluarga Broken Home, baik orang tua yang intens berkomunikasi dengan anaknya maupun yang jarang berkomunikasi, seperti yang peneliti jelaskan sebagai berikut.
Keluarga Broken di rumah yang orang tuanya berkomunikasi secara intensif dengan anak mempunyai kualitas yang baik, meskipun orang tua sudah tidak harmonis lagi.Peneliti menjelaskan bahwa, pertama, komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak akan berjalan baik jika orang tua tidak melakukan hal tersebut. bertemu anak-anak. secara langsung karena kesibukan mereka komunikasi masih dilakukan melalui telepon. Proses komunikasi yang dibangun antara orang tua dengan anak Keluarga Broken Home di Desa Serang Kecamatan Sukorejo Keluarga Broken Home di Desa Serang Kecamatan Sukorejo. Komunikasi interpersonal memerlukan rasa saling menghormati dan percaya antara orang tua dan anak berdasarkan persamaan diantara keduanya.
Proses komunikasi interpersonal yang dilakukan antara orang tua dan anak dapat menunjukkan pentingnya komunikasi. Komunikasi yang berlangsung seperti biasa jarang dilakukan sehingga anak merasa tidak nyaman berkomunikasi dengan orang tua yang telah berpisah. Hambatan komunikasi antara orang tua dan anak dari keluarga Broken Home di Desa Serang Kecamatan Sukorejo.
Hambatan Komunikasi Antar Orang Tua Dan Anak Dari Keluarga Broken Home Di Desa Serangan Kecamatan Sukorejo
Interaksi intim dilakukan oleh orang tua untuk mempererat hubungan baik antara orang tua dan anak, sehingga orang tua hendaknya selalu mengajak anak berinteraksi dengan mengajaknya berkomunikasi, berbicara dan memperhatikan anaknya. Orang tua yang sibuk membuat komunikasi antara orang tua dan anak menjadi jarang, hubungan antara orang tua dan anak menjadi renggang sehingga karakter anak tidak terbina. Jarak antara tempat dan tempat tinggal yang dialami anak dan orang tua merupakan proses komunikasi interpersonal secara tidak langsung.
Saat ini komunikasi efektif ditandai dengan terjalinnya hubungan komunikasi antara orang tua dan anak. Jika komunikasi antara orang tua dan anak terjalin dengan baik maka hubungan akan harmonis. Dan jika komunikasi antara orang tua dan anak buruk maka hubungan juga akan menjadi kurang harmonis.
Dimana hasil dari skripsi ini adalah kendala-kendala yang dialami oleh anak-anak dalam keluarga Broken Home dengan orang tua tiri diantaranya; A. Proses komunikasi yang dibangun antara anak dan orang tua masih dapat berjalan dengan baik pada orang tua yang intensitas komunikasinya baik, sedangkan pada orang tua yang jarang berkomunikasi dengan anaknya, komunikasi yang erat jarang dilakukan. Hambatan komunikasi antara anak dan orang tua adalah hambatan teknis, hambatan perilaku, dan terakhir hambatan jarak.
Saran
Sedangkan dari aspek perkembangan sosial, keluarga intens dalam berkomunikasi, perilaku anak terhadap lingkungan cukup baik dalam interaksi sosial di masyarakat. “Efektivitas komunikasi interpersonal orang tua dan anak pada keluarga pasca perceraian di Wilayah Desa Pisangan Kecamatan Ciputat Timur.” Komunikasi Interpersonal Pada Keluarga Broken Home (Studi Kasus Perumahan Graha Walantaka).” Skripsi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang, 2016.