Dari pemaparan tersebut ditemukan rumusan masalah yaitu pertama, bagaimana bentuk komunikasi interpersonal dalam upaya rehabilitasi santri gangguan jiwa di Pondok Pesantren Condromowo. proses komunikasi interpersonal untuk pemulihan santri gangguan jiwa di Pondok Pesantren Condromowo 2.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Telaah Pustaka
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komunikasi interpersonal perawat dengan pasien gangguan jiwa di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komunikasi interpersonal psikolog dalam pemulihan pasien rumah sakit jiwa di provinsi Sumatera Utara.
Metodologi Penelitian
- Pendekatan dan Jenis Penelitian
- Lokasi Penelitian
- Data dan Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data a. Observasi
- Teknik Pengolahan Data
- Teknik Analisis Data
- Pengecekan Keabsahan Temuan
Sumber data utama dalam penelitian ini diperoleh dari Ketua Pondok Pesantren Condromowo 2, Nur Ahmadi, pengurus santri. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada pengasuh, pengelola pondok pesantren, pengurus kesiswaan dan santri di Pondok Pesantren Condromowo 2 Kabupaten Ngawi.
Sistematika Pembahasan
Triangulasi sumber data adalah menyelidiki kebenaran suatu informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data, seperti selain wawancara dan observasi, peneliti dapat menggunakan dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi, dan gambar atau foto untuk menyelidiki kebenaran informasi tersebut. komunikasi interpersonal dalam upaya rehabilitasi peserta didik gangguan jiwa di Wisma Islam Condromowo 2 Kabupaten Ngawi. Selain itu pada bab ini juga akan dijelaskan teori yang digunakan dan tentunya sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini.
Komunikasi Interpersonal
- Definisi Komunikasi Interpersonal
- Teori Komunikasi Interpersonal
- Jenis Komunikasi Interpersonal a. Komunikasi dua arah
- Bentuk Komunikasi Interpersonal
- Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal
- Komponen Komunikasi Interpersonal
- Proses Komunikasi Interpersonal
- Fungsi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal dianggap sebagai bentuk komunikasi yang paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku seseorang. Menurut Deddy Mulyana, komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan antar individu secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Teori komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang yang bersifat pribadi dan eksklusif.
Komunikasi interpersonal sama saja dengan komunikasi tatap muka, sehingga bisa lebih efektif. Wawancara merupakan salah satu bentuk komunikasi antarpribadi yang berlangsung tanpa adanya media perantara antar partisipan dalam komunikasi tersebut. Komunikasi interpersonal dapat dikatakan sedang dalam proses perkembangan karena tergantung pada tingkat hubungan antar peserta komunikasi interpersonal, pesan yang disampaikan dan cara pesan tersebut disampaikan.
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang berlangsung secara tatap muka sehingga memungkinkan terjadinya umpan balik yang baik.
Gangguan Jiwa
Perasaan tersebut biasanya timbul dari perasaan permusuhan, kemarahan, sakit hati, kebencian, ketakutan dan kecemasan.34. Gangguan jiwa menimbulkan gangguan pada fungsi mental, dimana gangguan tersebut dapat menimbulkan penderitaan bagi individu dan menimbulkan hambatan dalam menjalankan peran sosial. Seseorang yang mengalami gangguan jiwa dapat dilihat berdasarkan ciri-cirinya sebagai berikut: tidak mampu mengurus diri sendiri, berbicara sendiri, berbicara tidak jelas, tidak mengenali orang lain, mengucilkan diri, marah tanpa alasan, sedih karena suatu hal. lama, tidak bersemangat menjalani kehidupan dan cenderung malas dalam beraktivitas. 35.
Proses pemulihan dilakukan dengan menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung proses penyembuhan penyakit sekaligus mencegahnya.37. 36 Gunawan Setiadi, Pemulihan Gangguan Jiwa: Pedoman Penderita, Keluarga dan Relawan Jiwa, (Purworejo: Tirto Jiwo, 2014), 20. Seseorang yang mengalami gangguan jiwa akan merasa tidak puas dalam menjalani hidupnya, kesulitan berkomunikasi dengan orang lain dan rentan terhadap penyakit karena berkurangnya kekebalan tubuh, kehilangan mata pencaharian dan merasa terisolasi.
Adanya salah satu anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa akan menjadi beban bagi keluarga, hal ini disebabkan adanya pembagian waktu dalam merawat dan menafkahi keluarga serta dampaknya terhadap keluarga yaitu penolakan, frustasi, ketidakberdayaan dan lain sebagainya. pada
Pesantren
Pengertian pesantren juga diberikan oleh Abdul Halim Soebahar yang berpendapat bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional yang berlandaskan Islam dimana santrinya tinggal bersama seorang kyai dan belajar di bawah bimbingannya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional yang dijalankan oleh kyai dengan ustadz sebagai tenaga pengajar dan santri sebagai santri.40. Selain itu, Pondok Pesantren Khalaf membantu santri memperoleh keterampilan intelektual muslim melalui prinsip-prinsip Islam.
Pondok adalah asrama yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan Islam tradisional, tempat para santri tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang Kyai. Masjid sebagai salah satu komponen asrama Islam mempunyai banyak fungsi yang menunjang kegiatan pembelajaran di asrama Islam. Ada pula santri yang telah menyelesaikan pendidikannya namun masih tinggal di pesantren dengan menjalankan tugas tertentu, santri tersebut biasa disebut santri khodam.
Kyai dan santri dalam tradisi pesantren merupakan dua kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, keduanya sama-sama mempunyai peranan penting dalam pengembangan pendidikan di pesantren.
Profil Pondok Pesantren Condromowo 2
Seiring bertambahnya jumlah santri dan berbagai gangguan yang dialami para santri, Abah Barnawi berinisiatif mendirikan cabang Pondok Pesantren Codromowo 2 di kawasan yang lebih dekat dengan kota. Rencana tersebut akhirnya terealisasi pada tahun 2014 di Dusun Genggong, Desa Bedis, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi. Pondok Pesantren Condromowo memiliki 16 buah asrama, 1 bangunan masjid, 4 buah gazebo, 1 buah gedung perkantoran dan 1 buah panggung permanen dengan luas sekitar lima hektar. 43 Visi Pondok Pesantren Condromowo 2 adalah membantu program pemerintah di bidang mental dan spiritual.
Proses Penanganan dalam Upaya Pemulihan Santri Gangguan Jiwa di Pondok Pesantren Condromowo 2
Dalam proses pemulihan peserta didik gangguan jiwa, penyelenggara rehabilitasi menggunakan beberapa cara yang efektif dan efisien. Ada beberapa bentuk komunikasi yang terjadi antara pimpinan rehabilitasi dengan siswa gangguan jiwa yang ditemukan peneliti yaitu dialog, sharing dan wawancara. Beberapa siswa gangguan jiwa yang enggan berbicara dan introvert juga menggunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi dengan petugas rehabilitasi.
Hal ini biasa terjadi pada mahasiswa baru penyandang disabilitas mental yang tidak mengenal pengurus dan tidak bisa menyesuaikan diri dengan mereka. Bentuk komunikasi antara petugas rehabilitasi dan pelajar gangguan jiwa selanjutnya adalah wawancara. Bantuan tenaga rehabilitasi kepada peserta didik yang mengalami gangguan jiwa dapat disebut dengan konseling.
Selain bentuk komunikasi interpersonal di atas, terdapat juga terapi spiritual alternatif yang digunakan dalam upaya penyembuhan siswa gangguan jiwa.
Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Interpersonal dalam Upaya Pemulihan Santri Gangguan Jiwa di Pondok Pesantren
Faktor pendukung komunikasi interpersonal antara pengurus dan siswa juga dipengaruhi oleh keinginan siswa untuk cepat pulih dan kembali normal. Yang pertama datangnya dari diri sendiri, yang kedua datangnya dari hidayah yang ada disini, untuk dijadikan penyemangat.” 87. Komunikasi interpersonal yang terjadi antara pengelola bidang rehabilitasi dengan siswa penderita gangguan jiwa dapat terjadi lebih mudah jika siswa dibimbing dan dikomunikasikan sehingga mau mendengarkan apa yang disampaikan manajemen dan melaksanakannya.
Ketika peneliti meminta catatan siswa tersebut, pengelola menunjukkan kepadanya formulir pendaftaran siswa yang harus diisi oleh keluarga pada saat mengeluarkan anggota keluarganya. Dalam proses komunikasi yang berjalan antara petugas rehabilitasi dengan siswa gangguan jiwa terdapat beberapa kendala. Kalau obatnya menyembuhkan kemungkinan besar, bagus, bisa mengurangi rasa ketagihan bahkan menghilangkannya, bagus, tidak terjadi lagi, sebenarnya obatnya sangat bagus, sangat membantu" 94 Dari penjelasan yang diberikan oleh Kang Syahrul, peneliti mengetahui bahwa kendala yang terjadi dalam proses komunikasi interpersonal antara petugas rehabilitasi dengan siswa gangguan jiwa disebabkan oleh kondisi psikologis siswa yang tidak dapat dikendalikan.
Kondisi ini dapat berubah sewaktu-waktu; Bahkan beberapa siswa yang sudah bisa mendapatkan konseling juga bisa kambuh lagi ketika emosinya terpicu oleh hal-hal yang membuatnya marah.
Analisis Bentuk Komunikasi Interpersonal dalam Upaya Pemulihan Santri Gangguan Jiwa di Pondok Pesantren Condromowo 2
- Dialog
- Sharing
- Wawancara
- Terapi Spiritual
Pada tahap awal, seringkali terjadi komunikasi satu arah antara petugas rehabilitasi dan siswa gangguan jiwa. Seperti yang dikatakan pengelola remedial, banyak siswa yang termenung dan menarik diri, sehingga sulit diajak bicara. Komunikasi dua arah yang terjalin antara penyelenggara rehabilitasi dengan peserta didik gangguan jiwa umumnya terjadi pada fase kedua.
Jenis komunikasi ini sering terjadi antara administrator dan siswa yang berinteraksi dengan mereka sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh peneliti, bahasa nonverbal digunakan oleh administrator dengan siswa yang sulit diajak bicara. Kurangnya pemahaman siswa terhadap bahasa verbal disebabkan oleh kondisi siswa yang masih sulit berpikir normal sehingga sulit menafsirkan pesan-pesan dari pengelola.
Hal ini terlihat dari kewajiban shalat lima waktu bagi siswa yang berkembang dengan baik.
Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Interpersonal dalam Upaya Pemulihan Santri Gangguan Jiwa di Pondok Pesantren
Selain itu, faktor pendukung komunikasi interpersonal juga mencakup simbol-simbol yang dapat dipahami oleh komunikator dan komunikator sehingga petugas rehabilitasi menggunakan bahasa. Bentuk komunikasi interpersonal dalam upaya pemulihan santri gangguan jiwa di Pondok Pesantren Condromowo 2 adalah dialog, sharing dan wawancara. Faktor pendukung yang terdapat dalam proses komunikasi interpersonal antara pimpinan rehabilitasi dengan peserta didik gangguan jiwa terbagi menjadi tiga, yaitu faktor pendukung dari sudut pandang komunikator, faktor pendukung dari sudut pandang komunikator, dan faktor pendukung dari sudut pandang komunikator. pandangan pesan.
Faktor pendukung dari sudut pandang komunikator adalah kredibilitas, daya tarik, kemampuan intelektual, integritas, kepekaan sosial, kematangan emosi, dan empati yang dimiliki oleh anggota tim pimpinan rehabilitasi. Faktor pendukung dari segi pesan terlihat pada kesiapan penyelenggara (komunikator) dalam menyampaikan pesan kepada peserta didik (komunikator) dengan mempelajari data peserta didik yang disampaikan oleh keluarga peserta didik. Selain itu, faktor pendukung komunikasi interpersonal juga mencakup simbol-simbol yang dapat dipahami oleh komunikator dan komunikator (bahasa verbal) serta menentukan waktu yang tepat untuk menyampaikan pesan.
Hambatan yang terjadi pada proses pemulihan peserta didik gangguan jiwa adalah hambatan proses, hambatan semantik dan hambatan psikologis.
Saran
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan ajar tambahan atau referensi bagi para akademisi di bidang yang sama yaitu ilmu komunikasi interpersonal. 34; Dampak Komunikasi Interpersonal Dosen dan Mahasiswa Terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Akademik Mahasiswa.” Network Media Journal, 2 Agustus.
Komunikasi interpersonal antara perawat dengan pasien gangguan jiwa di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan. Komunikasi Interpersonal Guru dan Tunarungu dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial (Studi Kasus di SLB Pertiwi Bangunsari Ponorogo. Skripsi IAIN Ponorogo, 2020. Rinawati, Fajar Rinawati dan Alimansur, Moh." Analisis Faktor Penyebab Gangguan Jiwa Menggunakan Pendekatan Model Adaptasi Stres Stuart.” Jurnal Ilmu Kesehatan, 1, November.
Satria Lanri Simanjuntak dan Nurhasanah Nasution, “Komunikasi Interpersonal Psikolog pada Pemulihan Pasien Rumah Sakit Jiwa di Provinsi Sumatera Utara,” Jurnal Interaksi, 1 Januari.