• Tidak ada hasil yang ditemukan

konflik penggunaan cantrang masyarakat nelayan di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "konflik penggunaan cantrang masyarakat nelayan di"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

Skripsi berjudul “Konflik Pemanfaatan Cantrang Bagi Masyarakat Nelayan di Kabupaten Rembang” yang disusun oleh Icha Mursyidah (NIM) diterima dan disetujui oleh panitia ujian skripsi Program Studi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro pada Kamis (11/10). , 2018. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Konflik Pemanfaatan Cantrang Bagi Masyarakat Nelayan di Kabupaten Rembang Tahun 1996-2015”. berjudul “Konflik pemanfaatan Cantrang bagi masyarakat nelayan di Kabupaten Rembang Tahun 1996-2015 menggunakan metode penulisan sejarah.

Permasalahan utama yang muncul adalah bagaimana hubungan perkembangan penggunaan cantrang dengan konflik yang timbul pada masyarakat nelayan akibat penggunaan cantrang. Berdasarkan kondisi tersebut, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2 Tahun 2015 melarang penggunaan cantrang di seluruh wilayah perairan Indonesia.

Latar Belakang Permasalahan

Hal ini membuat sulit untuk membatasi pemanfaatan laut lepas dan akses terhadap sumber daya perikanan bagi siapa pun. Adanya kebijakan pemerintah pada masa Orde Baru pada tahun 1975, dengan diperkenalkannya pinjaman motor tempel kepada kapal nelayan dan penambahan penggunaan kapal motor dalam program PELITA II, menyebabkan berkembangnya alat dan kapal penangkap ikan di suatu negara. cara yang lebih modern. arah, termasuk perahu motor yang menggunakan alat trawl.5 Penggunaan trawl menimbulkan persaingan antara nelayan yang menggunakan alat modern dalam skala besar dan masyarakat nelayan kecil, bahkan menimbulkan banyak kerugian. Penggunaan pukat-hela (trawl) udang merusak lingkungan laut dan menguras ketersediaan sumber daya laut karena penangkapan ikan tidak mempertimbangkan kepedulian terhadap lingkungan.

4Kusnadi, Konflik Sosial Nelayan: Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Alam (Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara, 2006), hal. Nelayan akhirnya digantikan oleh Pemerintah dengan penggunaan alat tangkap trakan yang lebih ramah lingkungan dengan bantuan program pemerintah yaitu KIK dan Bimas sebagai alternatif bagi nelayan khususnya yang terkena dampak penghapusan trawl fishing. Hal ini terlihat dari menurunnya jumlah kapal nelayan dan semakin meningkatnya penggunaan kapal pukat.7 Sektor kelautan dan perikanan mendapat perhatian khusus dari pemerintah Orde Baru sejak tahun 1970-an dengan adanya berbagai program pemerintah untuk membantu usaha penangkapan ikan kecil-kecilan. meningkatkan produksi penangkapan ikannya.8 Berdasarkan fakta empiris menunjukkan bahwa wilayah penangkapan ikan yang padat seperti Laut Jawa masih banyak ditemukan modifikasi dan diversifikasi alat trawl untuk menangkap segala jenis ikan.

Menjelang krisis ekonomi Indonesia yang mencapai puncaknya pada tahun 1998, alat tangkap cantrang semakin banyak digunakan oleh nelayan, seiring dengan runtuhnya rezim Orde Baru, diikuti dengan melemahnya kontrol keamanan dan runtuhnya situasi perekonomian Indonesia. Konflik pernah terjadi pada tahun-tahun tertentu, termasuk pada tahun 1996, yang disebabkan oleh persaingan dan persaingan penggunaan alat penangkapan ikan, sehingga memicu perebutan sumber daya ikan dan mengakibatkan terjadinya pelanggaran wilayah penangkapan ikan di berbagai wilayah perairan. Pada tahun 2009, konflik kembali muncul yang dipicu oleh rusaknya berbagai alat penangkapan rajungan akibat terseretnya jaring cantrang yang tidak ramah lingkungan.

2 Tahun 2015 tentang Larangan Penggunaan Pukat dan Pukat di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia menjelaskan bahwa salah satu jenis alat trawl yang dilarang adalah cantrang.

Ruang Lingkup Penelitian

Tahun 2015 dipilih sebagai batas waktu penelitian dengan alasan pada tahun tersebut telah diterbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 2 tahun 2015 tentang larangan penggunaan alat penangkapan ikan dan alat penangkapan ikan di seluruh wilayah perairan Indonesia. penggunaan perahu termasuk cantrang yang mengganggu keseimbangan ekosistem laut. Konflik terjadi ketika nelayan cantrang menutup pintu masuk tempat berlabuh perahu di PPP Tasikagung Rembang dan menutup aktivitas lelang TPI Tasik Agung I. Penutupan tersebut berlaku bagi kapal non kantrang yakni perahu seka 450 perahu dan perahu net 500 siang malam.

Pertimbangan utama pemilihan Kabupaten Rembang didasarkan pada kenyataan bahwa Kabupaten Rembang merupakan salah satu wilayah pesisir Jawa Tengah yang memiliki garis pantai sepanjang 63,5 km dari panjang garis pantai 289,07 km. 18 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 2/Permen Kp/2015 merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada tahun 2015 berupa larangan penggunaan alat penangkapan ikan jenis ikan. trawl dan pukat di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia yang meliputi kapal pukat, salah satunya jenis cantrang. Jawa Tengah terdampak dengan terbitnya Peraturan Menteri Nomor 2 Tahun 2015 tentang Larangan Penggunaan Kapal Pukat di Seluruh Perairan Indonesia.

Selain itu pemilihan tata ruang juga didasarkan pada fakta bahwa Kabupaten Rembang merupakan kabupaten di pesisir pantai Jawa Tengah yang mempunyai jumlah kapal cantrang sebanyak 331 buah pada tahun 2015 sebagai pemilik jumlah kapal cantrang terbanyak kedua setelah Kota Tegal. yaitu 349 unit. Konflik ini muncul karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain persaingan antara nelayan marjinal dan nelayan kecil. Persaingan tersebut berupa persaingan penggunaan alat tangkap cantrang modern dengan alat pancing tradisional sehingga persaingan kedua nelayan semakin tinggi.

Konflik berkembang karena nelayan kantrang dengan teknologi modern melanggar zona penangkapan ikan yaitu mencari ikan di garis depan penangkapan ikan yang merupakan zona penangkapan ikan bagi nelayan tradisional/kecil.

Tujuan Penelitian

Fokus kajian sejarah sosial pada umumnya berkaitan dengan segala aktivitas yang berkaitan dengan gejala atau fenomena yang terjadi di masyarakat, khususnya kehidupan nelayan.

Tinjauan Pustaka

Dinamika Kebijakan Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Rembang Pada Masa Reformasi dan Otonomi Daerah Tesis ini membahas mengenai dinamika kebijakan Pemerintah Kabupaten Rembang dalam mengatur sektor Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Rembang. Tesis ini menjelaskan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah Kabupaten Rembang, beberapa di antaranya adalah mengembangkan potensi perikanan tangkap melalui modernisasi armada penangkapan ikan dan alat penangkapan ikan. Modernisasi armada penangkapan ikan dilakukan dengan memperbanyak perahu motor jenis cantrang dan ring net yang dinilai masih bernilai ekonomis sehingga menjadi daya tarik bagi berkembangnya usaha penangkapan ikan di Kabupaten Rembang.

Selain itu, pemerintah telah menerapkan kebijakan peningkatan sarana dan prasarana PPI serta penyediaan infrastruktur publik di bidang kelautan dan perikanan, seperti pembangunan KBT yang didukung Tempat Pelelangan Ikan (TPI) untuk mendukung pengelolaan usaha perikanan, dll. di wilayah Kabupaten Rembang. 22Mochammad Salim, “Dinamika Kebijakan Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Rembang Pada Masa Reformasi dan Otonomi Daerah Tahun Program Pascasarjana Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro 2010). Kebijakan ini jelas berhasil mengembangkan penggunaan cantrang di Kabupaten Rembang mengalami peningkatan tajam dari 96 buah cantrang pada tahun 1996 menjadi 331 buah cantrang pada tahun 2015.

23Siti Hajar Suryawati dan Radityo Pramoda, “Dampak Ekonomi dari Pemberlakuan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Selain itu juga memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya konflik dan persaingan antar nelayan di Laut Jawa sehingga dapat dijadikan kerangka analisis untuk mengkaji munculnya konflik yang terjadi antar nelayan di Kabupaten Rembang. Berbeda dengan literatur yang disebutkan di atas, tesis ini berfokus pada perkembangan dan proses munculnya konflik penggunaan cantrang di Kabupaten Rembang pada tahun 1996-2015.

Harapan kami, dengan menjelaskan secara rinci berbagai konflik dan kesulitan penggunaan cantrang di Kabupaten Rembang, dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai penggunaan alat penangkapan ikan tradisional dan modern di Kabupaten Rembang.

Kerangka Pemikiran

Kapal pukat kapal antara lain pukat dodol/Pukat Denmark, Pukat Skotlandia, Pukat berpasangan, Payang, dan lampara dasar.30 Konstruksinya terbuat dari jaring dengan dua bagian sayap, lambung dan kantong yang dilengkapi dengan tali atau tali besar untuk mengikat bagian-bagiannya. teknologi modern. Sebab, kapal pukat mengeruk dasar perairan dan menggunakan mata jaring berukuran kecil, sehingga stok ikan muda juga ikut tertangkap. Keluarnya peraturan pemerintah tentang penghapusan trawl di Indonesia berdampak pada penggunaan alat tangkap purse seine yang menjadi alternatif pemerintahan Orde Baru.

Penggunaan jaring pukat digantikan dengan penggunaan jaring lingkar yang lebih ramah lingkungan karena jaring lingkar merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai selektivitas tinggi, tidak merusak habitat, dan tidak merugikan nelayan kecil. Permasalahan baru mengenai penggunaan alat tangkap muncul setelah banyak kapal pukat beralih menggunakan cantrang dan bobot kapal dimanipulasi karena munculnya cantrang yang merupakan modifikasi alat trawl yang lebih menguntungkan nelayan. Kapal cantrang paling lama melaut adalah satu bulan dan keuntungan bersihnya lebih tinggi dibandingkan kapal isyarat cincin yang melaut selama tiga bulan.

Penggunaan teknologi modern pada cantrang menimbulkan konflik antara nelayan cantrang dengan nelayan kecil/tradisional sehingga menimbulkan persaingan/persaingan dalam penggunaan teknologi alat tangkap. Hal ini dikarenakan penangkapan ikan dengan cantrang akan merugikan nelayan kecil baik secara langsung maupun tidak langsung, karena sumber daya ikan semakin terkuras akibat kurang selektifnya memilih alat tangkap.36 Perebutan sumber daya ikan muncul karena adanya kecemburuan sosial terhadap penggunaan alat tangkap. . . Ada kecenderungan kuat bahwa pengoperasian alat tangkap yang canggih akan semakin memperparah keserakahan nelayan dalam memanfaatkan sumber daya perikanan.

Hal ini disebabkan individu atau kelompok masyarakat berusaha keras untuk mewujudkan kepentingannya dengan memanfaatkan sumber daya perikanan.

Metode Penelitian

Sumber utama penulisan skripsi ini adalah data yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang. Sumber primernya berupa yang pertama, laporan tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang yang diterbitkan setiap tahunnya dan sekaligus menjadi bahan evaluasi kinerja dan akuntabilitas setiap tahunnya. DKP Rembang juga menyajikan data potensi kelautan dan perikanan Kabupaten Rembang yang digunakan penulis untuk memahami potensi perikanan khususnya di bidang perikanan tangkap.

Ketiga, data publikasi yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Rembang dan BPS Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Rembang dalam angka tahun 1996-. Data publikasi dalam bentuk PDF dan dijadikan penulis sebagai acuan untuk mengetahui kondisi geografis, demografi, dan sosial ekonomi di Kabupaten Rembang. Statistik tersebut meliputi data produksi dan nilai produksi perikanan di Kabupaten Rembang dari berbagai alat penangkapan ikan, termasuk cantrang.

Selain menggunakan sumber primer tertulis, skripsi ini juga memanfaatkan sumber primer lisan berupa wawancara dengan tokoh atau pelaku sejarah. Ia memberikan informasi mengenai penggunaan alat tangkap di Kabupaten Rembang, mulai dari alat tangkap yang ramah lingkungan hingga alat tangkap yang dianggap merusak. Selain sumber primer, skripsi ini juga menggunakan sumber sekunder sebagai sumber pendukung, yang tujuannya untuk memperkuat sumber primer tertulis dan lisan.

Pada tahap ini penggunaan konsep dan teori ilmu sosial berguna untuk membantu menjelaskan hubungan antara fakta yaitu hubungan antara perkembangan penggunaan cantrang yang merupakan alat penangkapan ikan yang merusak dengan konflik yang timbul sebagai akibat dari konflik yang terjadi. akibat dari perkembangan ini.

Sistematika Penulisan

Referensi

Dokumen terkait

In 2015, more than 200 000 Chinese nationals were working or conducting business in Angola.4 Accord- ing to the General Administration of Quality Supervision, Inspection and Quarantine