Pertanyaan NU Online
1. Bu, pandangan islam sendiri tentang kekerasan seksual bagaimana? Lalu penyebabnya apa ya Bu?
2. Lalu tindakan atau upaya apa untuk menciptakan rekonsiliasi dan perbaikan korban maupun pelaku?
3. Apakah Rosulullah memberikan contoh nyata bagaimana beliau melakukan pemulihan baik secara fisik, terutama mental, sosial, dan ekonomi terhadap korban kekerasan seksual?
4. Informasi al-Qur’an, as-Sunnah dan juga pandangan fuqoha sendiri bagaimana terkait kekerasan dan pemulihan korban, Bu?
Jawaban 1
Pada dasarnya islam di turunkan bersifat “Rohmatan lil’alamin” jadi islam mengajarkan kepada ummat manusia untuk saling menyayangi, dan bersikap lemah lembut. Demikian pula suami dalam bermu’asyaroh pada istri harus sesuai dengan tutuntunan al Qur’an surat an-Nisa’ ayat : 19
“Wa’asyiruhunna bilma’ruf” artinya: Dan bergaullah dengan mereka (istri-istri) menurut cara yang patut.
Adapun penyebab kekerasan seksual adalah adanya pihak yang merasa lebih kuat, dan mendominasi, sehingga bisa memaksa, mengintimidasi, bahkan menganggap rendah perempuan. Sehingga laki-laki dengan mudah melakukan kekerasan baik verbal maupun fisik.
Ada beberapa faktor yang memperburuk kondisi masyarakat dalam kasus kekerasan rumah tangga diantaranya:
a. Budaya patriarki.
b. Pengertian yang salah tentang qiwamah (kepemimpinan) da rojulah (maskulinitas).
c. Sistem pendidikan.
d. Tidak di terapkan mubahalah yang benar dalam berumah tangga.
e. Pegaruh informasi yang salah.
f. Ketidak tegasan pemerintah dalam undang-undang.
Jawaban 2
Tindakan untuk rekonsiliasi kedua pihak bisa dengan edukasi, pendekatan kekeluargaan (islah dengan melibatkan keluarga, dan tokoh masyarakat atau agama setempat).
Jawaban 3
Rosulullah memberi contoh nyata, beliau memperhatikan pemulihan terhadap trauma fisik akibat kekerasan, pada zaman Rosulullah ada sahabat Habibah binti Zaid ibnu Abi Zhahir, istri Sa’ad ibn Robi’ ia di kabarkan nusyuz dan di tampar oleh Saad. Habibah tidak terima atas perlakuan kasar suaminya,
ahirnya ia dan ayahnya mengadu kepada Rosulullah Saw. Rosulullah mempersilahkan Habibah untuk membalas (Qishash). Dan peristiwa itu menjadi asbabun nuzul surat an-Nisa ayat:34 .
Jawaban 4
Dalam al Qu’an surat an-Nisa ayat:19 di jelaskan, bahwa laki-laki harus bersikap baik terhadap istrinya.
Dalam hadis rosulullah bersabda: “ Orang yang baik di antara kalian adalah mereka yang paling baik kepada keluarganya dan aku adalah orang yang paling baik kepada keluargaku” (HR.Turmudzi).
Dari Abu Hurairoh, ia berkata: “Rosulullah SAW bersabda”: “Orang mukmin yang sempurna imannya adalah yang sebaik-baik pribadinya. Dan sebaik-baik pribadi adalah orang yang sebaik-baik terhadap istrinya” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Menurut Dr. Alwi Syihab al- Qur’an memberi tahapan yang dapat di tempuh suami terhadap istri yang dinilai benar-benar durhaka demi mempertahankan kelangsugan keluarganya. Pertama
menasehati. Kedua meampakkan ketidak senangan dengan meninggalkannya dari pembaringan(bukan dari rumah). Ketiga memukulnya. Ini adalah alternative terahir dan tidak terpuji.
Rosulullah mengingatkan agar jangan memukul wajah, beliau bersabda “Tidaklah kalian malu memukul istri kalian seperti memukul keledai?” malu bukan saja karena memukulnya tapi tidak bisa mendidik dan menaseati dengan baik.
Menurut Abu dawud dalam kitab “Sunan” ia mengatakan bahwa mengenai surat an-Nisa: 34 sebagian sahabat memahami “Wadhribu hunna” secara harfiyah, bahkan mereka menerapkan kepada istri mereka, Tentu saja hal itu membuat Nabi murka.”Janaganlah kalian memukul perempuan- perempuan hamba Allah” Apakah yang berpendapat boleh memukul istri berani mengatakan bahwa Nabi menentang perintah Allah? Jika memang kata “Wadhribu hunna” bermakna kekerasan fisik maka Nabi akan menjadi tokoh utama yang melakukan kekerasan terhadap istri beliau.
Biodata narasumber
Nama : Zuhro’ul khoiriyah S.Pd.I TTL : Pati, 06 Agustus 1983
Pendidikan : Dari Tk sampai Mts, belajar di kampung halaman, ketika MA melanjutkan ke Matholi’ul Falah di bawah asuhan KH.SaHal Mahfudh, lalu melanjutkan kuliyah di IAIN sunan Ampel Surabaya yang kini menjadi UIN.
Pengalaman organisasi: Pernah gabung dalam PMII Surabaya, IQMA Sunan Ampel, aktif dalam Fatayat kabupaten bekasi sebagai kordinator bidang dakwah.