KONSEP I’DAD DALAM PANDANGAN AKTIVIS PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
(Studi Living Qur’an Pergerakan Partai Keadilan Sejahtera di Jember)
SKRIPSI
Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember
Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S. Ag) Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, Jurusan Tafsir Hadits
Program Studi Ilmu al-Qur’an danTafsir
Oleh:
Ruhul Muhammad NIM. 082142081
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
2019
iv
اًرﺎَﺴَﺧ ﱠﻻِإ َﻦﻴِﻤِﻟﺎﱠﻈﻟا ُﺪﻳِﺰَﻳ َﻻَو َﻦﻴِﻨِﻣْﺆُﻤْﻠِﻟ ٌﺔَﻤْﺣَرَو ٌءﺎَﻔِﺷ َﻮُﻫ ﺎَﻣ ِنَآْﺮُﻘْﻟا َﻦِﻣ ُلﱢﺰَـﻨُـﻧَو
Artinya: “Dan Kami turunkan al-Qur’an sebagai penyembuh dan rahmat bagi orang yang beriman. Dan tidaklah bertambah bagi orang dzalim kecuali kerugian.”
(Al- Isra’:82)
v
PERSEMBAHAN
Karya penelitian ini penulis persembahkan kepada:
1. Allah dan Rasul-Nya. Semoga skripsi ini ditulis oleh Allah sebagai amal shalih yang pahalanya mengalir sampai hari kiamat.
2. Kedua orang tua dan mertua. Terima kasih atas semua dukungan dan pengorbanan yang telah kalian berikan padaku.
3. Istri tercinta, Aisyah Aqidatul Muslimah, yang berusaha mencintaiku dengan segenap kemapuannya dalam kesederhanaan.
4. Seluruh adik-adik penulis, Alam Babil Akbar, Pujangga Ratu, Iradatul Muflihun, Alamin, Sunanul Akbar, dan Rijalallah, .
5. Keluarga besar Pondok Pesantren al Quran Ibnu Katsir (Asatidz-Asatidzah, Murobbi, Musyrif-Musyrifah dan para donator).
6. Seluruh sahabat seperjuangan “Angkatan Empat Ibnu Katsir Putra 2014”.
7. Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember, khususnya Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora Program Studi Ilmu al-Quran dan Tafsir, serta teman-teman seperjuangan di kelas Q2 angkatan 2014.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat-Nya kepada kami yang sedang menuntut ilmu, Selawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kepada keluarga, para sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi yang berjudul “Konsep I’dad dalam pandangan aktivis Partai Keadilan Sejahtera (studi living Qur’an pergerakan Partai Keadilan Sejahtera di Jember) ini diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan program sarjana strata 1 guna memperoleh gelar sarjana Agama Jurusan ilmu a-Qur’an dan Tafsir di Fakultas Ushuluddin, adab dan Humaniora Institut Agama Islam Negeri Jember. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis memperoleh banyak dukungan dari berbagai pihak, dengan rasa penuh hormat peneliti menyampaikan Jazakumullah Khoir Katsir kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Jember.
2. Dr. H. Abdul Haris, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Jember.
3. H. Mawardi Abdullah, Lc., MA selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis IAIN Jember.
4. Dr. Uun Yusufa, M.A selaku Ketua Program studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.
vii
5. Dr. H. Safrudin Edi Wibowo, M.Ag selaku dosen pembimbing skirpsi.
6. Kepada bapak/ibu dosen dan segenap karyawan civitas akademik IAIN Jember
7. Bapak dan ibu, terimakasih atas doa terbaiknya kepada penulis serta selalu meridai langkah ini, sehingga penulis bisa menyelesaikan pendidikan sampai perguruan tinggi dengan lancar. Semoga penulis bisa memberikan kebahagiaan dan kebangg aan untuk Bapak dan ibu.
8. Yayasan pondok pesantren al-Qur’an Ibnu Katsir serta para donatur yang telah memberikan beasiswa kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan pendidikan S1 di IAIN Jember.
9. Terimakasih untuk teman-teman seperjuangan di pondok pesantren al- Qur’an Ibnu Katsir atas doa dan motivasi, terimaksih telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi, Semoga Allah selalu memudahkan urusan kita semua. Jazakunnallahu Khoir.
10. Terimakasih kepada keluarga Banyuwangi yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. Semoga senantiasa diberi oleh Allah kesehatan dan kelancaran rezeki.
11. Semua pihak yang memberikan kontribusi dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.
viii
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis meminta maaf kepada semua pihak yang merasa kurang berkenan dengan skripsi ini, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua khususnya bagi yang membaca.
Jember, 20 Maret 2019 Penulis,
Ruhul Muhammad NIM. 082 142 081
ix ABSTRAK
Ruhul M: Konsep I’dad dalam Pandangan Partai Keadilan Sejahtera; Studi Living Qur’an Pergerakan Partai Keadilan Sejahtera di Jember
Perintah i’dad lil quwwah persiapan menyusun kekuatan yang terkandung dalam surat al-Anfaal ayat 60 merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh seluruh umat Islam. Untuk melakukan kewajiban itu, umat Islam dari zaman ke zaman berbeda dalam mengaplikasikannya. Hal itu terjadi karena perbedaan yang terus bermunculan yang disebabkan oleh waktu, tempat, dan kondisi yang berbeda. Salah satunya ialah apa yang diaplikasikan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Indonesia yang dikemas dalam konsep i’dad.
Fokus masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah: 1) Bagaimana pemahaman para aktivis Partai Keadilan Sejahtera yang berada di Jember terhadap ayat i’dad ? 2) Bagaimana cara mereka mentransformasikan pamahaman i’dad tersebut ke dalam platform dan keorganisasiannya? 3) Bagaimana relevansinya dengan konteks sosio-politik di Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan pemahaman para aktivis Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terhadap ayat i’dad, cara pengaktualisasiannya, dan relevansinya dengan konteks sosio politik di Indonesia.
Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang terjadi dalam agenada-agenda PKS di Jember. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi, ikut serta dalam agenda kegiatan dan dokumentasi. Penelitian ini memperoleh kesimpulan 1) Penafsiran ayat i’dad oleh para aktivis PKS bahwa i’dad (persiapan) yang seharusnya dilakukan di Indonesia adalah pemenangan pemilu oleh umat Islam dan menguasai badan eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam negara. 2) Cara mengaplikasikan i’dad yaitu dengan kegiatan liga tarbiyah, mabit, dan mukhayyam. 3) Upaya merelevansikan konsep i’dad dengan konteks sosio-politik Indonesia yaitu dengan ikut serta menjadi bagian entitas negara demokrasi dengan membentuk partai politik.
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – INDONESIA2
2 Tim penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: IAIN Jember Press), 2015.
Vocal Tunggal Vocal panjang Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
ا A ط th ا ȃ
ب B ظ Zh و Û
ت T ع ‘ ي Î
ث Ts غ Gh Vocal pendek
ج J ف F َ◌ A
ح H ق Q ِ◌ I
خ Kh ك K ُ◌ U
د D ل L Vocal ganda
ذ Dz م M ّي Yy
ر R ن N ّو Ww
ز Z و W Diftong
س S ه H أ ْو Aw
ش Sy ء , ْي أ Ay
ص Sh ي Y
ض dl
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai pedoman kehidupan bagi umat Islam dan menjadi sumber otoritatif dalam ranah realitas sosial telah berkembang maknanya.
Kaitannya dengan perkembangan makna dalam al-Qur’an adalah potensi al- Qur’an sendiri yang terus dikaji dan dilestarikan dalam ranah teoritis dan praktis. Dalam ranah teoritis, al-Qur’an terus mengalami rekontruksi pemahaman, rekontruksi ini berhubungan dengan al-Qur’an itu sendiri, seperti halnya tentang apa yang melingkupi al-Qur’an ketika turun dan apa yang terdapat di dalamnya.
Dewasa ini, di Indonesia telah lahir banyak kelompok dan organisasi yang mengatasnamakan Islam sebagai ‘profil pribadinya’ dan menjadikan syari’at Islam sebagai landasannya, menjalankan misi dakwah dan pergerakan untuk tujuan agar umat dapat menjalani kehidupannya di bawah naungan al- Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad saw. Mereka menilai bahwa kondisi masyarakat Indonesia yang notabene adalah mayoritas Muslim, telah banyak yang berbelok dari nilai-nilai Islam itu sendiri yang seharusnya mereka jadikan sebagai pegangan hidup, sehingga perlu dilakukan upaya persiapan pembentukan masyarakat Islami untuk menuju negeri yang damai sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw dalam sejarah hidupnya memimpin suatu negara. Persiapan tersebut disebut dalam al-Qur’an dengan
istilah i’dad,1 suatu perintah menyusun kekuatan untuk menghadapi tantangan musuh.
Dalam hal ini, musuh yang dimaksud adalah kedzaliman pemerintah yang tidak mejalankan amanah sebagaimana mestinya. Pemahaman ini tidak terlepas dari produk tafsir yang telah mengalami rekontruksi dari model penafsiran yang bersifat riwayat pada penafsiran yang bersifat kontekstual, sebuah penafsiran yang menjadikan -kemampuan menjawab problematika kehidupan masyarakat- sebagai legitimasi kebenarannya tidak seperti penafsiran masa klasik yang selalu menjadikan riwayat yang shahih sebagai tolok ukur kebenarannya.2 Sebab, konteks kehidupan yang terjadi di masa klasik berbeda dengan masa kontemporer ini sehingga problematika kehidupan yang membutuhkan jawaban pun tidak sama.
Nabi saw memahami i’dad (persiapan menyusun kekuatan) dengan al- Rimayah (kekuatan memanah).3 Karena pada saat itu kondisi sosial dan politik Madinah sedang mendapat ancaman dari orang-orang kafir Quraisy Makkah yang kalah dalam perang Badar, sehingga perintah i’dad dipahami oleh Nabi dengan persiapan menghadapi musuh dalam medan perang. Senada dengan pemahaman Nabi, Abu Ja’far -tokoh mufassir masa klasik- memahami i’dad
1Perintah i’dad tertuang dalam al-Qur’an surat al-Anfaal ayat 60 yang artinya “ Dan persiapkanlah dengan segala kekuatan yang kamu miliki dan pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dirugikan.” Diriwayatkan oleh imam Ahmad dari ‘Uqbah bin Amir berkata:
“Aku mendengar Rasulullah bersabda: “ Dan persiapkan segala kekuatan yang kamu miliki. Dan ingatlah bahwa kekuatan itu adalah kemampuan memanah”. Beliau mengulanginya hingga tiga kali.lihat Shohih Muslim, Hadits no 1917
2Abdul Mustaqin, Epistimologi Tafsir Kontemporer (Yogyakarta:PT LkiS Printing Cemerlang,2012), cet. ke-2, hal. 21
3Abul Fida’ bin Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim (al-Maktabah al-Syamilah), hal. 184
3
sama dengan apa yang dipahami oleh Nabi yakni persiapan menghadapi musuh dalam peperangan4 dengan menyediakan peralatan perang seperti pedang, kuda perang, dan sejenisnya. Berbeda halnya dengan mufassir kontemporer dalam menafsirkan. Quraish Shihab menafsiri i’dad dengan –menyiapkan segala kemampuan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menjaga nilai-nilai Ilahi yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan.5 Seirama dengan beliau dalam konteks jihad –hasil akhir dari i’dad– bahwa jihad berbeda dengan perang, jihad lebih bersifat komprehensif, dimulai dari jihad melawan setan, kemudian jihad kepada kedzaliman dan kerusakan masyarakat, setelah itu barulah kepada musuh dari orang-orang kafir dan munafik.6 Menurut beliau, hal yang harus diseriusi adalah bagaimana menata kondisi masyarakat Islam agar menjadi masyarakat terdidik dan memiliki kepribadian yang tangguh, sehingga kedepan akan dapat mewujudkan masyarakat yang sejahtera sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam menata Madinah pada masanya.
I’dad secara bahasa berarti persiapan.7 Yaitu suatu tindakan yang dilakukan sebelum melakukan suatu kegiatan yang mempengaruhi tingkat keberhasilan kegiatan tersebut. Seperti seseorang yang hendak mendirikan sholat. Maka persiapan yang harus dia lakukan adalah membersihkan diri dari
4Muhammad bin Jarir al-Tabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an (al-Maktabah al-Syamilah),
5 184
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; pesan, kesan, dan keserasian al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. ke-2, vol. 2, 485
6Yusuf Qordawi, Kita dan Barat: Menjawab berbagai pertanyaan yang Menyudutkan Islam.
Penerjamah Arif Munandar Riswanto dan Yudi Saeful Hidayat (Jakarta: Bulan Bintang), 65
7M. Kasir ,Ibrahim, Kamur Arab – Indonesia; Indonesia – Arab (Surabaya: APOLLO LESTARI,),hal. 26
najis dan hadas, sehingga dia dapat melakukan sholat dengan sah. Kaidah ushul fiqh pun menegaskan bahwa “sesuatu yang tidak akan sempurna satu kewajiban kecuali dengannya maka ia bersifat wajib”. Oleh karena itu, persiapan (i’dad) menjadi syarat bagi tegaknya suatu kewajiban yang diemban oleh setiap orang muslim.
Dalam memahami i’dad (persiapan) untuk mewujudkan masyarakat yang Islami di Indonesia, beberapa kelompok Islam berbeda dalam paradigma dan pengaktualisasiannya. Seperti Hisbut Tahrir Indonesia (HTI) -kelompok Islam yang didirikan oleh Taqiyuddin an-Nabhani- berpandangan bahwa untuk membentuk masyarakat Islami maka politik dan jamaah harus diorganisir dengan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai ideologinya. Pertama, mengajak pada al-khayr, yakni mengajak pada al-Islam yang dimaknai sebagai syariat Islam.
Kedua, memerintahkan kebajikan dan mencegah kemungkaran dengan jalan membentuk khilafah Islamiyah dengan selalu merujuk pada masa awal Islam yakni masa Nabi Muhammad saw (Negara Madinah) dan Khulafaur Rasyidin.8 Mereka melakukan ash-Shira’ul Fikri (pergolakan pemikiran) melalui halaqah- halaqah Hizb untuk menentang ideologi di luar Islam seperti kapitalis, komunis, dan demokrasi.
Senada dengan HTI yaitu Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), sebagai organisasi atau gerakan Islam dengan dua pemimpin yakni Ahlu Hali Wal Aqdi dan Lajnah Tandfiziya, Manhaj atau perjuangan MMI adalah thaifah
8Hartono, “Kontestasi Penerapan Syariat Islam di Indonesia Dalam Perspektif Hizbut Tahrir Indonesia Dan Majelis Mujahidin Indonesia”, (Tesis, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2010), 327.
5
(komunitas), dimana gerakan ini menyerukan kebenaran juga menurut al- Qur’an dan as-Sunnah Rasulullah saw yang shahih. Selanjutnya MMI yang memiliki visi dan misi untuk menegakkan syariat Islam dikembangkan dalam 3 formulasi, yakni: kebersamaan dalam misi menegakkan syari’at Islam, kebersamaan dalam program menegakkan syari’at Islam, dan kebersamaan dalam satu institusi penegakan Syari’at Islam. Sedangkan sandaran dakwah dan jihad MMI ialah: pertama, mengamalkan syari’at Islam secara bersih dan benar, tidak boleh separuh-separuh seperti halnya mengadopsi sistem demokrasi. Kedua, menjalankan syari’at Islam secara kaffah dengan jalan peraihan kekuasaan untuk menerapkan syari’at Islam yang ada.
Aplikasi i’dad dalam bingkai politik di Indonesia memang harus dikemas dalam sebuah konsep yang jelas. Agar kehadirannya tidak menjadikan buah perpecahan di kalangan umat beragama yang ada. Sebab, Indonesia merupakan negara dengan Pancasila sebagai asasnya, menghormati dan tenggang rasa antar umat beragama sudah menjadi ‘darah daging’ bangsa sejak sebelum merdeka hingga saat ini. Khoirul Faizin mengulas, jika Islam hendak dibawa ke dalam politik, itu hanya dalam konteks nilai-nilai substantif berupa pesan-pesan universal Islam, antara lain seperti persoalan keadilan dan demokrasi. Oleh karena itu, persoalan sebetulnya perlu dibahas adalah menerjemahkan gagasan-gagasan politik Islam pada tingkat yang lebih substantif, lebih bermakna, dan tidak formalis.9 Maka dalam konteks ini, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) –salah satu Partai Politik yang didirikan pada
9Khoirul Faizin, Geliat Islam Politik Era Reformasi (Jember: STAIN Jember press, 2013), 165
09 Agustus 1998 di Jakarta yang merupakan metamorfosis dari Lembaga Dakwah Kampus- menawarkan suatu gagasan i’dad (persiapan) untuk membentuk masyarakat Indonesia yang religius, adil, dan sejahtera.
Tujuannaya untuk mendongkrak ‘arena’ perpolitikan yang masih ‘kotor’
dengan memunculkan kader-kader pemimpin yang memiliki kapasitas keagamaan Islam yang mumpuni.. Pengkaderan yang mereka maksudkan ialah berbagai upaya untuk membentuk masyarakat madani yang mensumberkan sejarah Rasulullah dalam memimpin suatu negara yang mereka rangkai dalam sebuah konsep dan tahapan-tahapan dakwah dan pergerakan.
Masyarakat madani yang dimaksud oleh PKS adalah komunitas yang hadir melalui perjuangan dipimpin oleh Rasulullah saw dengan bingkai piagam Madinah. Piagam Madinah diakui oleh para pakar studi Islam dari kalangan muslim atau non-muslim sebagai konstitusi tertua di dunia yang sangat modern. Disamping itu ia juga menghadirkan fakta historis tentang pengelolaan negara berbasiskan pada prinsip hukum, moral dan gotong royong menjaga kedaulatan negara. Piagam itu juga menghormati pluralitas dan merealisasikan ukhwah Islamiyyah, Ukhuwah Wathaniyyah, dan Ukhuwah Basyariyyah sekaligus. Sebagai basis lain berdirinya Masyarakat Madani, Rasulullah telah menegaskan pentingnya melaksanakan nilai-nilai fundamental yang disampaikan secara terbuka, ketika menginjakkan kaki di tanah Madinah sesudah hijrah dari kota Makkah. Nilai-nilai itu bisa disebut sebagai
“Manifesto berdirinya masyarakat madani” yang antara lain menetapkan:
memanusiakan manusia dan melibatkan mereka secara keseluruhan dalam
7
risalah dakwah, apapun latar belakangnya; ajakan untuk menyebarluaskan budaya hidup yang aman dan damai; mengokohkan sikap solidaritas sosial dan menguatkan silaturahim; serta mewujudkan manusia yang seutuhnya dengan menguatkan kedekatan kepada Allah swt. Aktualisasi nilai-nilai fundamental itu menjadi dasar kehidupan bermasyarakat dan bernegara sangatlah positif, bahkan semangat umat Islam untuk terlibat aktif menghadirkan kebangkitan nasional. 10
Agar masyarakat madani dapat diwujudkan, dan karenanya umat pun dapat melaksanakan ajaran agama dan menghadirkan Syariah Islam yang Rahmatan Lil Alamin, sangat penting untuk merujuk pada faktor-faktor utama yang dulu menjadi pilar kokoh dan telah sukses menghadirkan masyarakat madani seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Secara positif dan konstruktif beliau menerima dan menghormati asas pluralitas baik karena faktor suku, agama, asal-usul profesi untuk disinergikan bagi hadirnya masyarakat yang saling menghormati, menguatkan, gotong royong dan bersatu padu membela kedaulatan negara, menegakkan hukum, menjunjung moralitas, menghadirkan masyarakat yang dinamis dan bersemangat mewujudkan Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathoniyah, dan Ukhuwah Basyariyah, kemudian mengaktualisasikannya dalam konteks Keindonesiaan kontemporer dengan segala peluang dan tantangannya. Karenanya perjuangan islamisasi secara struktural tetap harus menghadirkan alternatif solusi yang lebih baik dan
10Platform Kebijakan Pembangunan PKS (Jakarta: Majlis Pertimbangan Pusat PKS,2007), hal.
179-180
sikap adil dan bijaksana terhadap non-muslim maupun yang berbeda latar organisasi politik.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai Partai Pergerakan dan Dakwah, akan berjuang secara konstitusional, baik dalam lingkup kultural maupun struktural dengan memaksimalkan peran politiknya demi terwujudnya masyarakat madani dalam bingkai NKRI. Caranya, dengan mempercepat realisasi target PKS dari “partai kader” menjadi “partai kader berbasis masa yang kokoh”.Tujuannya agar dapat memberdayakan komponen mayoritas bangsa Indonesia, yaitu kalangan perempuan, generasi muda, petani, buruh, nelayan dan kalangan pedagang. Melalui musyarakah (partisipasi politik) yang aktif seperti itu akan hadir pemimpin negeri serta wakil rakyat yang betul-betul bersih, peduli dan profesional, sehingga bangsa dan rakyat Indonesia dapat menikmati karunia Allah berwujud NKRI yang maju dan makmur. Partisipasi politik secara sinergis dapat merealisasikan tugas ibadah, fungsi khalifah dan memakmurkan kehidupan, sehingga tampil kekuatan baru untuk membangun Indonesia menjadi negeri yang religius, sejahtera, aman, adil, berdaulat, dan bermartabat.11
Maka berangkat dari beberapa pernyataan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitan berbasis Living Qur’an dengan mengangkat judul “ Konsep I’dad dalam Pandangan PKS; studi living Qur’an pergerakan PKS di Kabupaten Jember”. Kabupaten Jember dipilih oleh peneliti sebagai medan penelitian dikarenakan agar lebih mengetahui secara riil pergerakan PKS baik
11Platform Kebijakan Pembangunan PKS....180
9
dari pengkaderan, kegiatan-kegiatan tarbawi seperti Liqa Tarbiyah setiap pekan, Mabit dan Mukhayyam yang dilakukan baik oleh kalangan terpelajar maupun umum.
B. Fokus Penelitian
Masalah timbul karena adanya tantangan, kesangsian terhadap suatu fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguity), adanya hal dan rintangan, adanya celah (gap), baik antar kegiatan atau fenomena baik yang telah ada maupun yang akan diadakan.12
Setelah masalah jelas, selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk rumusan yang konkrit dan disusun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
Dengan kaitan ini, peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan para aktifis PKS tentang perintah i’dad dalam al- Qur’an surat al-Anfal ayat 60?
2. Bagaimana konsepsi tersebut ditranformasi ke dalam aktivitas keorganisasian PKS?
3. Bagaimana relevansi i’dad dalam pandangan PKS dalam konteks sosio- politik Indonesia?
12Moh. Nasir, Metode Penelitian (Bogor: Galia Indonesia,2014) cet. ke-9 h. 96
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan pernyataan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendiskripsikan pandangan para aktifis PKS tentang perintah i’dad dalam al-Qur’an surat al-Anfal ayat 60.
2. Untuk mendiskripsikan konsep i’dad dalam al-Qur’an yang ditransformasikan ke dalam aktivitas keorganisasian PKS.
3. Untuk mengetahui relevansi sistematika pandangan PKS tentang i’dad dalam konteks sosio politik Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian disini berisi kontribusi yang akan diberikan setelah peneliti menyelesaikan penelitiannya.13 Maka dalam hal ini terdapat dua manfaat yang akan diberikan yaitu manfaat teoritis dan praktis.
1). Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana perintah i’dad dalam surat al-Anfaal ayat 10 yang menjelaskan tentang i’dad yaitu menyusun suatu kekuatan dalam diri umat Islam yang terkemas dalam konsep i’dad yang diusung oleh partai PKS.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan cerminan tentang bagaimana perintah dalam al-Qur’an dapat diterapkan dalam dunia perpolitikan
13 Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (STAIN Jember Press, 2013), 35-49.
11
sehingga menghapus dikotomi antara agama dan politik yang selama ini dipahami oleh kebanyakan para pelajar Pesantren.
c. Penelitian ini diharapkan mampu menjelaskan bagaimana seharusnya peran nilai-nilai Islam dan hasil penafsiran al-Qur’an dalam kancah kenegaraan dan partai politik.
2). Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti dapat menambah wawasan baru bagaimana memahami sebuah ayat yang telah ditafsirkan sendiri oleh Rasulullah pada masanya dengan memberikan penekanan yang kuat namun masih dapat direlaisasikan di masa sekarang dengan warna yang berbeda dalam konsep i’dad.
b. Bagi pembaca dan IAIN Jember dapat mengetahui seluk-beluk peranan nilai-nilai Islam dan al-Qur’an yang harus dilibatkan dalam dunia politik.
Sehingga tersingkap paham dikotomi antara al-Qur’an dengan nilai-nilai Islam di dalamnya dengan dunia perpolitikan yang selama ini dinilai negatif oleh beberapa kelompok Islam.
E. Definisi Istilah
Untuk memperjelas istilah-istilah dasar dalam penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman maka peneliti perlu menjelaskan beberapa istilah di bawah ini:
1. Al-Qur’an
Ditinjau dari bahasa kata al-Qur’an merupakan bentuk plural dari bahasa arab اءﺮﻗ yang merupakan masdar dari fi’il أﺮ�ﻗ yang berarti bacaan
atau suatu yang berulang-ulang dibaca. Konsep pemakanaan tersebut dapat dirujuk pada surat al-Qiyamah ayat 17 – 18.14 Secara istilah al-Qur’an adalah kalam Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad sebagai mukjizat melalui perantara malaikat Jibril as dan membacanya dihukumi ibadah.
2. I’dad
Kata i’dad berasal dari masdar داﺪ���ﻋا– ّﺪ���ﻌﯾ- ّﺪ���ﻋا yang berarti mempersiapkan. Maksud dari mempersiapkan disini adalah dalam tujuan peperangan. Kata i’dad dalam bentuk fi’il amr terulang hanya satu kali dalam al-Qur’an dalam surat al-Anfaal ayat 60.
3. Partai Keadialan Sejahtera
Merupakan salah satu partai politik di Indonesia. Partai politik ini pertama kali dibentuk pada tanggal 20 April 2002 yang bermula dari sebuah gerakan dakwah yang di kampus. Gerakan ini dimulai dengan berdirinya Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) sejak tahun 1967 yang dipelopori oleh Muhammad Natsir. Pada era Orde Baru tahun 1985, banyak tokoh Islam yang tidak setuju dengan asas Pancasila yang harus diterapkan pada seluruh organisasi masa kala itu. Di saat itulah muncullah jamaah Tarbiyah yang telah merembah ke kampus-kampus. Selanjutnya didirikanlah Lembaga Dakwah Kampus yang dibentuk oleh para anggota dari jamaah Tarbiyah. Organisasi inilah yang kemudian membentuk unit- unit kegiatan mahasiswa. Selanjutnya pada tahun 1986 terbentuklah Forum
14QS. al-Qiyamah: 17-18
13
Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) seiring dengan anggapan bahwa Lembaga Dakwah Kampus terkait dengan kelompok Islam radikal seperti Darul Islam. Kemudian setelah lengsernya Presiden Soeharto, beridirilah sebuah partai yang bernama Partai Keadilan (PK) pada 20 Juli 1998. Debut PK dalam pemilihan umum 1999 tidak mampu memenuhi batas parlemen sebesar 2% yang mengharuskan PK berganti nama.
Selanjutnya PK berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dipakai nama secara resmi sejak 2 Juli 2003.
4. Konsep
Konsep adalah suatu hal umum yang menjelaskan atau menyusun suatu peristiwa, objek, situasi, ide, atau akal pikiran dengan tujuan untuk memudahkan komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir lebih baik. Pengertian lain mengenai konsep adalah abstraksi suatu ide atau sumberan mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai karakteristik.
F. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan skripsi ini, pembahasan secara keseluruhan terdiri dari lima bab, dimana tiap-tiap bab terdiri dari beberapa poin sebagai penjabaran.
Adapun bentuk suatu sistem yang digunakan oleh peneliti dalam membahas penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab satu, peneliti membahas tentang pokok-pokok pikiran untuk memberikan sumberan terhadap inti pembahasan. Pada bab ini terdiri dari:
Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika pembahasan.
Bab dua, membahas kajian pustaka yang berisi penelitian terdahulu dan kajian teori.
Bab tiga, membahas tentang metode penelitian meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.
Bab empat, membahas tentang laporan hasil penelitian, peneliti menyajikan data dan menganalisa data tersebut untuk membuktikan rumusan masalah dan menunjukkan bahwa tujuannya sudah dapat dicapai melalui penelitian yang dilakukan.
Bab lima Penutup, membahas tentang kesimpulan yang berdasarkan pada hasil penelitian yang diperoleh, dan kemudian mengemukakan beberapa saran kepada lembaga yang bersangkutan yang mungkin dapat diterapkan dalam mencapai hasil yang lebih efisien.
15 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Terdahulu
Dari hasil penelusuran peneliti terhadap literatur yang ada belum menemukan karya tulis yang membahas tentang i’dad dalam pandangan Partai Keadilan Sejahtera. Lebih banyak literatur yang ada membahas tentang jihad dan seluk beluknya yang merupakan hasil akhir dari proses i’dad itu sendiri.
a. Konsep Jihad Menurut KH Bisri Mustafa dalam Tafsir Al-Ibriz oleh Abdul Rahman, skripsi STAIN Kudus. Dalam karyanya ini Abdul mencoba untuk menjelaskan tentang perbedaan antara jihad dan terorisme. Jihad merupakan perintah yang haq yang berasal dari Allah dan Rasulullah yang memiliki keluasan makna dan tidak bisa hanya disempitkan maknanya dengan usaha kekerasan yang disebut terorisme. Namun, dalam karyanya tersebut Abdul belum menjelaskan tahapan-tahapan yang seharusnya dilalui agar jihad terlaksana sebagaimana mestinya yang dimaksud oleh al-Qur’an itu sendiri.15 b. Konsep Al-Qur’an Mengenai Jihad Dalam Bidang Pendidikan; Anailis Tafsir
Al-Azhar Karya Hamka oleh Lutfi Nur Afifah, skripsi IAIN Ponorogo. Dalam karyanya tersebut Luthfi berupaya untuk menjelaskan tentang makna jihad yang lebih relevan dalam penerapannya sebagaimana pemahaman Hamka
15Abdur Rahman, KONSEP JIHAD MENURUT KH. BISRI MUSTHAFA DALAM TAFSIR AL-IBRIZ, Skripsi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Kudus, 2006
terhadap jihad. Hamka memperluas makna jihad kepada segala usaha untuk menempatkan kalimah Allah yang tepat dalam segala bidang kehidupan seperti ekonomi, pendidikan, politik dan sebagainya. Sehingga jihad tidak hanya dimaknai dengan perang fisik, melainkan lebih dari itu jihad terkhusus dalam dunia pendidikan. Akan tetapi dalam karya tersebut, Lutfi tidak mencantumkan bagaimana tahapan-tahapan dalam menjalankan jihad dalam konteks pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan manusia pada umumnya.16 c. Konsep Jihad dalam Hukum Islam; Studi Komparatif .Pemikiran Taqiyyudin
an-Nabhani dan Yusuf al-Qordawi oleh Suwardi, skripsi UIN Sunan Kalijaga.
Dalam karyanya ini Suwardi mencoba menengahi dua pemahaman yang berbeda antara dua tokoh ulama. Yusuf al-Qordawi memahami bahwa jihad merupakan usaha untuk mengangkat manusia dari kebodohan dan kemiskinan sedangakan an-Nabhani memahami jihad sebagaimana literalnya, yaitu upaya untuk melawan musuh dengan perang. Akan tetapi Suwardi tidak mencantumkan bagaimana upaya mempersiapkan jihad itu sendiri menurut masing-masing kedua tokoh ulama tersebut.17
d. Jihad Menurut Surat as-Shaff oleh Mohd Jainudi Hj Peran, skripsi UIN Ar- Raniry, Aceh. Skripsi ini menjelaskan tentang ayat-ayat yang memerintah untuk berjihad dalam al-Qur’an dan sekaligus pemahaman-pemahamannya
16Luthfi Nur Afifah, KONSEP AL-QUR’AN MENGENANI JIHAD DALAM BIDANG PENDIDIKAN (Analisis Tafsir Al-Azahar Karya Hamka) Skripsi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo, 2017
17 Suwardi, KONSEP JIHAD DALAM HUKUM ISLAM (Studi Komarasi Pemikiran Yusuf Al-Qordawi dan Taqiyuddin an-Nabhani) Skripsi Universitas Isalam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2010
17
menurut beberapa madzhab dan ulama mengenainya. Namun belum terdapat di dalamnya pembahasan tentang bagaimana persiapan untuk jihad itu sendiri menurut pendapat ulama yang ada.18
Skripsi ini akan menjelaskan tentang upaya-upaya PKS dalam menyusun kekuatan umat Islam untuk jihad melawan ketidakadilan yang dilakukan baik oleh kebijkan pemerintah ataupun pihak-pihak yang memiliki kepentingan untuk meredupkan martabat Islam sebagai agama yang mulia. Dimana hal itu belum diuraikan dalam skripsi-skripsi yang lalu.
B. Kajian Teori
Dalam sebuah penelitian ilmiah, kerangka teori sangat dibutuhkan terlebih untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang akan diteliti serta memperlihatkan ukuran-ukuran yang akan dijadikan dasar untuk membutikan sesuatu.19
Untuk menyingkap hal-hal yang berhubungan dengan i’dad dalam PKS, peneliti menggunakan Teori Perubahan Sosial sebagai pisau analisa. Karena, jika dilihat dari cara pergerakan PKS dijalankan, menunjukkan bahwa PKS sedang berjuang untuk merubah kondisi sosial, budaya, dan politik yang ada di Indonesia agar linier dengan tujuannya.
18Mohd Jainudin Hj Peran, JIHAD MENURUT SURAT AS-SHAF, Skripsi Universitas Isalam Negeri (UIN) Ar-Rinary, Banda Aceh, 2017.
19Abdul Mustaqin, Epistimologi Tafsir Kontemporer (Yogyakarta: PT. LkiS Printing Cemerlang, 2012) cet. ke-2 h.21
Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarkatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perlakuan diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Definisi ini menekankan perubahan lembaga sosial, yang selanjutnya mempengaruhi segi-segi lain struktur masyarakat. Apa yang disebut lembaga sosial ialah unsur yang mengatur pergaulan hidup untuk mencapai tata tertib melalui norma.20
Perubahan Sosial Budaya sesungguhnya berasal dari dua konsep yang berbeda. Pertama, perubahan sosial yang dilihat dari dua konsep yang berbeda.
Kedua, perubahan kebudayaan yang dilihat menggunakan kacamata antropologi.
Namun secara singkat dapat diartikan bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan yang mencakup hampir semua aspek. Pada dasarnya, proses ini lebih cenderung pada proses penerimaan perubahan baru yang dilakukan oleh masyarakat tersebut guna meningkatkan taraf hidup dan kualitas kehiduapan yang ada.21
Menurut Kingsley Davis, perubahan sosial merupakan suatu perubahan- perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Menurut Soemarjan, perubahan sosial meliputi segala perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga
20Gugum, Gumilar, Teori Perubahan Sosial. Unikom. Yogyakarta 2001, 35
21 Yuristia, Jurnal Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, FITK UIN SU Medan, vol. 1, No.1, 2017, 3.
19
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya.22
Menurut Soejono Soekanto (1989) berpendapat bahwa perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan dalam beberapa bentuk diantaranya:23
1) Perubahan lambat dan perubahan cepat
Perubahan lambat adalah perubahan sosial budaya yang memerlukan waktu lama, cenderung tidak direncanakan dan berlangsung alamiah. Biasaya menuju ke tahap perkembangan masyarakat yang lebih sempurna atau lebih baik dari perkembangan sebelumnya. Sedangkan perubahan cepat merupakan kebalikan dari perubahan lambat dan memiliki hasil yang tidak sekonkrit perubahan lambat.
2) Perubahan kecil dan perubahan besar
Pada dasarnya, perbedaan antara keduanya sangat relatif. Namun, tetap terdapat perbedaan jika dilihat dari definisi masing-masing yang menjelaskan bahwa perubahan kecil merupakan perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial atau kebudayaan yang tidak membawa pengaruh langsung dan sangat berarti dalam sendi-sendi kemasyarkatan. Sebalikanya perubahan besar sangat berarti membawa pengaruh positif dan negatif pada kehidupan masyarakat. Misal perubahan busana, musik dan lain sebagianya. Namun
22Nanang, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Rajagrafindo, 2012),2.
23Yuristia, Jurnal Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.,, 6.
perubahan besar dalam suatu lembaga masyarakat akan membawa pengaruh dalam masyarakat. Misal, harga BBM naik.
3) Perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tidak direncanakan
Perubahan direncanakan merupakan suatu bentuk perubahan yang diperkirakan dan direncanakan oleh pihak-pihak yang akan melakukan perubahan (agent of change). Tentunya setelah melalui proses panjang, melalui klarifikasi, verifikasi, observasi dan lain-lain. Sedangkan perubahan yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang tidak didesain terlebih dahulu. Akan tetapi berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan ini bersifat alamiah seperti perubahan cara berpakaian, pergeseran nilai-nilai dan lain-lain.
21 BAB III
METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Sesuai dengan latar belakang diatas, penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus.24 Metode penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.25Jenis penelitian dengan pendekatan kualitatif digunakan untuk mencari data-data hasil lapangan, hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi yang kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk tulisan atau deskripsi mengenai situasi-situai atau kejadian-kejadian, bukan berupa angka. Penelitian kualitatif dalam skripsi ini berupa penelitian lapangan (field reasearch). Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah bentuk dan model praktik, resepsi dan respon masyarakat dalam memperlakukan serta berinteraksi dengan al-Qur’an, maka penelitian ini termasuk penelitian living Qur’an.26
Adapun pendekatan studi kasus yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus intrinsik (yang fokusnya adalah pada kasus itu sendiri, karena
24“merupakan salah satu jenis pendekatan kualitatif yang menelaah sebuah kasus tertentu dalam konteks atau setting kehidupan nyata kontemporer. (Lexy J. Meleong,metodologi penelitian kualitatif),ix.
25Lexy J. Meleong,metodologi penelitian kualitatif(Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2007),
26Abdul Mustaqim, Metode Penelitian al-Qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta: CV. Ide Sejahtera, 2015), 104.
dianggap tidak biasa).27 Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau situasi sosial.28 Tujuan penelitian kasus untuk memperoleh pemahaman yang utuh, kaffah, atau holistik sampai ke akar- akarnya.29
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kantor DPD PKS Jember yang beralamat di Jl. Danau Toba no. 48 Sumbersari Jember. Selain itu penelitian ini di lakukan di beberapa Instansi terkait yang di dalamnya terdapat kader-kader dan aktivis PKS di Jember.
C. Subyek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ialah sesuatu yang menjadi pokok pangkal dalam sebuah penelitian.30 Uraian tersebut meliputi data apa saja yang ingin diperoleh, siapa yang hendak dijadikan informan atau subjek penelitian bagaimana data yang akan dicari dan dijaring sehingga validitasnya dapat dijamin.31 Hal tersebut, akan diperoleh melalui teknik purpossive sampling. Purpossive sampling ialah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pemilihan subjek didasarkan atas ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya sehingga akan
27John W. Creswell, Penelitian Kualitatif dan Desain Riset(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2015), x.
28 Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kuaitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 201
29 A. Chaedar Alwasilah, Pokok Studi Kasus Pendekatan Kualitatif, (Bandung: Kiblat Buku Utama, 2015), 76.
30Nasharuddin Baidan dan Erwati Aziz, Metodologi khusus penelitian Tafsir, (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), 113.
31Tim Penyusun, Penulisan Karya Ilmiah, 47
23
memudahkan peneliti menjelajahi objek yang diteliti.32 Subyek penelitian yang akan menjadi informan terkait penelitian ini adalah para aktivis PKS dari tingkatan paling bawah hingga tertinggi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun cara yang akan ditempuh dalam pengumpulan data penelitian nantinya adalah:
1. Pertama, Metode wawancara (interview). Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewes) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewes) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.33 Dalam hal ini peneliti akan berusaha mencari informan yang bisa diwawancarai, diantaranya anggota dewan PKS yang aktif dalam politik saat ini. Teknik wawancara yang dipilih adalah teknik wawancara semi terstruktur. Semi terstruktur adalah data yang memiliki struktur namun belum sepenuhnya terstruktur. Data ini berisi komponen tidak terstruktur yang tersusun pada data terstruktur. Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada informan, dan jawaban-jawaban informan dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape- recorder).34
32Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), 218-219
33Lexy J. Meleong,metodologi penelitian kualitatif, 186.
34Lexy J. Meleong,metodologi penelitian kualitatif, 192.
2. Kedua, Observasi.35 Adapun jenis obsevasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah merupakan jenis observasi terus terang atau tersamar. Artinya, dalam melakukan pengumpulan data peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat tertentu peneliti juga tidak terus terang dalam observasi, hal ini dikarenakan untuk menghindari jika suatu data yang dicari merupakan suatu data yang masih dirahasiakan. Jika dilakukan secara terang-terangan kemungkinan peneliti tidak akan diizinkan untuk melakukan observasi.36
3. Ketiga, Dokumentasi. Metode dokumentasi adalah mencari data yang berkenaan dengan dengan hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan, transkip, surat kabar, majalah, notulen rapat dan sebagainya.37 Dengan demikian dokumenter ini dapat disimpulkan sebagai usaha pengumpulan data dengan sumber data dari setiap bahan tertulis yang dalam bentuk konkrit, berupa surat-surat, catatan harian dan sebagainya. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan peneliti untuk memperoleh data yang bersifat dokumenter seperti halnya: foto, data sejarah PKS dan lain-lain.
35Menurut Nasution (1988) menyatakan bahwam observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.
Adapun menurut Marshall (1995) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”, melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. (Sugiyono, Metode Penelitian Ku0061ntitatif, Kualitatif, dan R&D), 226
36Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 228.
37Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekata Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), 136.
25
E. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai dengan menyiapkan dan mengorganisasikan data (yaitu, data teks sperti transkip, atau data sumber seperti foto). Semua data yang diperoleh dari proses penggalian data di atas, akan menggunakan analisis data Miles dan Hubermen. Analisis data ini didasarkan pada pandangan paradigma yang positivisme.38 Analisis data ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data ini yaitu dengan merangkum, memilih hal-hal pokok dan memfokuskan pada hal-hal penting. Aktivitas dalam analisis data ini, yaitu:
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan suatu proses pilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini berlangsung secara terus menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Selama pengumpulan data berjalan terjadilah tahapan reduksi selanjutknya (membuat ringkasan, mengode menelurus tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, dan menulis memo). Reduksi data ini bahkan berjalan hingga setelah penelitian dilapangan berakhir dan laporan akhir lengkap tersusun.39 Setelah semua data terkumpul melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, peneliti merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal-
38Lexy J. Meleong,metodologi penelitian kualitatif, 308.
39Adi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, 242.
hal yang penting dan membuang yang tidak perlu.Kemudian difokuskan sesuai rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini.
b. Penyajian Data (Data Display)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.Artinya peneliti menyampaikan dan menyajikan data hasil penelitian yang telah direduksi dalam bentuk uraian- uraian.
c. Verifikasi (conclusion Drawing)
Menurut Miles dan Huberman verifikasi adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Kesimpulan dalam hal ini merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.temuan dapat berupa deskripsi atau sumberan suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
F. Keabsahan Data
Dalam penelitian ini, pengujian keabsahan data akan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara,dan waktu. Dengan demikian, peneliti bisa mendapatkan data yang kredibel.
27
Pada penelitian ini akan menggunakan teknik triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
1. Tahap-tahap Penelitian
Bagian ini menguraikan rencana pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain, penelitian sebenarnya, dan sampai pada penulisan laporan. Dalam penelitian ini terdapat tahapan-tahapan sebagai berikut :
2. Tahap Pra lapangan
a) Menyusun Rancangan Penelitian
Dalam menyusun rancangan penelitian, peneliti menetapkan beberapa hal sebagai berikut:
1) Judul penelitian
2) Latar belakang penelitian 3) Fokus penelitian
4) Tujuan penelitian 5) Manfaat penelitian 6) Kajian kepustakaan
7) Metode pengumpulan data b) Memilih lapangan penelitian.
c) Mengurus perizinan.
d) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan.
e) Memilih dan memanfaatkan informan.
f) Menyiapkan perlengkapan penelitian.40 3. Tahap Lapangan
Pada tahap ini, guna mencari data yang riil maka peneliti melakukan dua hal:
a. Memahami dan memasuki lapangan
- Memahami latar penelitian; latar terbuka; dimana secara terbuka orang melakukan interaksi sehingga peneliti hanya mengamati, latar tertutup dimana peneliti berinteraksi secara langsung dengan orang.
- Penampilan. Menyesuaikan penampilan dengan kebiasaan latar penelitian.
- Pengenalan hubungan peneliti di lapangan, bertindak netral dengan peran serta dalam kegiatan dan hubungan akrab dengan subjek.
- Jumlah waktu studi, pembatasan waktu melalui keterpenuhan informasi yang dibutuhkan.
b. Aktif dalam kegiatan (pengumpulan data)
Pendekatan kualitatif yang digunakan beranjak dari bahwa hasil yang diperoleh dapat dilihat dari proses secara utuh untuk memenuhi hasil yang akurat. Oleh karenanya penelitimelakukan hal-hal sebai berikut:
- Data diambil dari setting alami - Penentuan sampel secara purposif
40Busrawi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2008), 84.
29
- Peneliti sebagai instrumen pokok
- Lebih menekankan pada proses dari pada produk sehingga bersifat deskrptif analitik.
- Analisa data secara induktif.
- Menggunakan makna dibalik data.
A. Sumber Objek Penelitian
1. Profil dan Sejarah PKS di Jember
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) lahir dari gerakan Tarbiyah dari beberapa kampus di Indonesia. Gerakan Tarbiyah sendiri awalnya lebih berfokus sebagai gerakan dakwah yang muncul di awal 1980-an di Era Orde Baru. Gerakan Tarbiyah bisa dipahami sebagai alternatif dari berbagai gerakan Islam lain maka setting politik saat itu perlu dicermati. Perlu dipahami bahwa di masa Orde Baru pemerintah melakukan hambatan terhadap Islam politik. Islam politik adalah kecenderungan sebagian muslim yang aktif di sektor politik dengan membawa aspirasi agama Islam.41
Sejak bergulirnya rezim Orde Baru, pertumbuhan partai politik amat pesat. Sebab, partai politik merupakan pilar dari demokrasi yang ada di dalam suatu negara modern. Melihat hal itu, kalangan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Tarbiyah termotivasi untuk ikut mendirikan partai politik yang dinamakan Partai Keadilan (PK) pada tanggal 09 Agustus 1998 di Jakarta, di
41Hairus Salim dkk.Perkenalan Prediksi, Harapan Pemilu 1999, Tujuh Mesin Pendulang Suara(Yokjakarta: LKIS,1999), 164.
31
aula Masjid al-Azhar Kemayoran Baru. PK merupakan hasil dari gerakan dakwah di kampus yang dilakukan oleh mahasiswa Islam di Indonesia.42
Lahirnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tidak terlepas dari peran penting Partai Keadilan (PK). Pada Pemilu 1999, PK menududuki peringkat ke tujuh diantara 48 partai politik peserta pemilu. Hasil ini tidak mencukupi untuk mencapai ketentuan electoral threshold, sehingga tidak bisa mengikuti pemilu 2004 kecuali berganti nama dan lambang. Karena kagagalan tersebut, Partai Keadilan (PK) bermetamorfosis menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).43
Keputusan pimpinan tarbiyah menuju partai politik merupakan sikap keberanian dan komitmen yang tinggi, karena dari keputusan tersebut penuh resiko. Berbeda halnya dengan ormas-ormas lain yang tidak berani ikut serta karena alasan demokrasi merupakan produk barat. Maka berangkat dari keberaniannya ini, PKS menjadi salah satu partai besar di Indonesia yang mendapat suara cukup banyak di pileg diberbagai Kota atau Kabupaten.
Perkembangannya di berbagai wilayah tersebar, termasuk di Kabupaten Jember.44
Berdirinya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Jember tidak terlepas dari proses berdirinya PKS di Jakarta. PKS di Jember dibawa pertama kali oleh KH.
Khairul Hadi selepas belajar dari LIPIA di Jakarta pada tahun 1998. Pada saat itu PKS masih bernama Partai Keadilan (PK). Beliau merintis PK di Masjid
42Hairus Salim dkk.Perkenalan Prediksi, Harapan Pemilu 1999, Tujuh Mesin Pendulang Suara., 165.
43Sudianto, Wawancara, Jember, 22 Juli 2018
44Sudianto, Wawancara, Jember. 24 September 2018.
Islamic Center yang bertempat di Jalan Danau Toba no. 48 Desa Sumbersari.
Beliau mengajak dr. Didik, Mashuri, dan beberapa dosen untuk bergabung mendirikan partai ini secara formal dan memiliki legitimasi dari PK pusat dan negara. Di bawah kepemimpian beliau, kader-kader partai semakin bertambah banyak dan kegiatan-kegiatan tarbiyah di Jember – sebagai upaya rekurtment – semakin pesat. Kemudian pada tahun 2004 seiring berubahnya PK menjadi PKS, maka PK di Jember secara otomastis ikut berubah menjadi PKS.45
Perubahan PK menjadi PKS di Jember menuntut KH. Khairul Hadi untuk turun, kemudian beliau memilih Parmono menjadi ketua. Sejak pertama kali Parmono memimpin, kondisi perpolitikan partai semakin tidak menemui titik terang. Karena banyaknya problem yang muncul mengiringi awal perubahan partai, sehingga pada akhirnya KH. Khairul Hadi diangkat kembali menjadi ketua menggantikan Parmono selama masa bakti 5 tahun.
Setelah KH. Khairul Hadi habis masa baktinya, beliau memilih untuk keluar dari bangku perpolitikan dan beralih membangun Yayasan Ibnu Katsir yang diresmikan pada tahun 2010. Kemudian kursi kepemimpinan PKS Jember diambil alih oleh dr. Yuli yang memimpin masa jabatan 2005-2009. Lalu diganti oleh Mashuri dengan masa jabatan 2010-2014. Setelah itu diangkatlah Ahmad Rusdan untuk memimpin dari 2015 sampai sekarang.46
Berikut penjelasan KH. Khairul Hadi:
45KH Khairul Hadi, Wawancara, Jember 09 Dersember 2018 pukul 18:00
46KH Khairul Hadi, Wawancara, Jember. 09 Dersember 2018 pukul 18:00
33
“Saya ke Jember tahun 1998 sebelum deklarasi adanya PK terus tahun 2004 berubah menjadi PKS. Waktu itu saya termasuk yang ikut merintis. Saya itu dulu di Jakarta terus temen-temen LIPIA di sana usul pingin buat partai baru termasuk di antaranya mengajak saya. Seperti Ustadz Hidayat Nur Wahid (pendiri PK waktu itu) ada DR Nur Mahmudi (saudara saya dari kediri) yang menjabat sebagai Presiden PK pertama lalu dari situ saya komunikasikan dengan beliau. Pendirinya (PKS di Jember) ya termasuk saya dan teman-teman kampus (mahasiswa). Di awal-awal itu dosen-dosen juga ikut, hanya karena mereka PNS akhirnya tidak diperbolehkan. Saya ketuanya dan wakilnya Dr. Didik, Sekertaris saya Pak Mashuri, kemudian dilanjutkan oleh Parmono (mahasiswa dari Lamongan). Dikarenakan Parmono masih sangat muda kemudian (amanah menjadi ketua PKS) diserahkan kembali kepada saya. Waktu itu kami sangat minoritas, dari 99% hanya 2700 pemilih saja yang memilih. Setelah saya kemudian diganti DR.
Yuli kemudian diganti Mashuri lalu diganti Rusdan sampai sekarang ini, dalam sekali pimpinan menjabat selama 5 tahun. Sebenarnya di PKS itu kaderisasinya yang berjalan, kami adakan halaqah-halaqah (perkumpulan) sepekan sekali untuk membahas kajian agama. Terus belajar politik itu di lapangan. Tidak ada dalam halaqah itu kajian masalah politik. Jadi yang diutamakan itu adalah kajian-kajian agama dan bukan merupakan partai politik ansich (murni). Dan yang menjadi pimpinan-pimpinan PKS itu tidak selalu berlatar belakang ustadz, hanya saja mereka sudah sering mengikuti kajian pekanan.”
Dari paparan KH. Khairul Hadi menunjukkan bahwa pada hakikatnya dia mendirikan Partai di Jember ini bukan tujuan utamanya. Tujuan utama sebenarnya adalah untuk menyebarkan ilmu-ilmu Islam kepada masyarakat Jember dengan metode kajian pekanan. Namun, karena sudah menjadi tuntutan bahwa syiar agama Islam yang memiliki sistem tertentu jika tanpa payung kekuatan politik maka akan seperti beberapa kasus ormas yang telah dibubarkan oleh pemerintah seperti Hisbut Tahrir Indonesia (HTI). Oleh sebab ia tak punya payung politik berupa partai – yang merupakan salah satu entitas negara – maka dengan mudahnya ormas itu dibubarkan dan tidak dapat berkilah apa-apa. Oleh
karena itu dengan sangat terbatas KH. Khairul Hadi ikut serta mendirikan partai ini. Sehingga wajar bila dia mengatakan bahwa partai yang dia dirikan berbeda dengan partai-partai lain yang notabene partai an sich (murni). Namun karena sistem yang dibentuk partainya itu tersusun rapi, akhirnya para kader partai pun semakin banyak bahkan ada yang sampai terpilih menjadi anggota DPRD Jember, kala itu Mashuri (ketua PKS Jember 2010-2014).
2. Struktur Kepengurusan DPD PKS Jember
Pada tahun 2004, Struktur Kepengursan DPD PKS Jember diketuai oleh dr. Yuli dengan wakil pak Mashuri dan sekretaris pak Hari dalam masa jabatan 2005-2009. Setelah masa jabatan dr. Yuli habis maka dipilihlah pak Mashuri selaku wakil menjadi ketua umum dengan wakil ketua pak Anugerah dan sekretaris pak Rusdan dalam masa jabatan 2010-2014. Kemudian pada pemilihan ketua pengurus berikutnya pak Rusdan terpilih menjadi ketua sampai tahun 2020.
Berikut datanya:47
NO NAMA AMANAH
1 Ahmad Rusdan Ketua Umum
2 Imam Syafi’i Wakil ketua umum
3 Nur Hasan Sekretaris umum
4 Ignas Subkhi Adnan Bendahara umum 5 Sudiayanto Ketua bidang kaderisasi 6 Topo Harmoko Ketua bidang kepemudaan 7 Erin Istiana Ketua bidang perempuan dan
ketahanan keluarga
8 Siti Maryatul Kiptiyah Sekretaris bidang perempuan dan ketahanan keluarga
47Lampiran SK DPW PKS Jawa Timur Nomor: 137/D/SKEP/AM-PKS/143
35
9 Yuroh Istidamah Ketua bagian ketahanan keluarga
10 Dyah Ratna Wulandari Ketua bagian peningkata kapasitas kader perempuan 11 Siti Henik Aisiyah Ketua bagian kajian
perempuan
B. Konsep I’dad dalam Pandangan Aktivis PKS.
1). Pandangan para aktivis PKS di Jember Terhadap Ayat I’dad.
Peneliti menggali data dari beberapa informan dari para aktivis PKS di Jember sebagai berikut:
a. KH. Khairul Hadi. Peneliti memilihnya sebagai informan dikarenakan beliau merupakan perintis pertama Partai Keadilan pada tahun 1998.
b. Sudianto S.E. Peneliti memilihnya sebagai informan dikarenakan dia adalah Kabag Kaderisasi PKS Jember. Dia lebih memahami tentang politik Islam, politik umat, dan politik bangsa yang digagas oleh PKS dan telah tergabung dalam partai sejak awal berdirinya. Disamping itu dia merupakan salah satu aktivis partai yang selalu menjadi vocal dalam kegiatan-kegiatan rapat dan acara besar PKS Jember.
c. Ahmad Rusdan S. Pt. Peneliti memilih dia karena merupakan ketua DPD PKS Jember yang masih aktif menjabat hingga tahun 2020. Dia memahami pergerakan politik PKS namun tidak sedetail Sudianto dalam menjelaskan.
d. Ustadz Abu Hasanuddin. Peneliti memilihnya dikarenakan beliau merupakan aktivis PKS Jember yang bergerak di luar politik praktis dan lebih pada politik keumatan.
e. Agus Setiyogunawan. Peneliti memilihnya dikarenakan dia merupakan kader yang baru dalam partai tapi memiliki semangat besar mengikuti aturan-aturan dalam partai.
f. Taufik. Dia merupakan Koordinator Kepanduan dan Olah raga PKS di Jember. Dia sangat memahami betul bagaimana para aktivis PKS mendapatkan latihan khusus fisik dalam setiap tahunnya.
g. Muhammad Farhan. Dia adalah salah satu Murobbi (pembina) halaqah di Kecamatan Arjasa.
h. Neman Agustono. Dia merupakan salah satu murobbi (pembina) sekaligus senior kajian-kajian keagamaan para kader di Kecamatan Patrang.
i. Denok. Dia adalah istri dari Mashuri mantan ketua PKS ketiga setelah dr.
Yuli. Dia mengetahui betul bagamana sistem yang dibentuk dalam partai dari awal berdirinya sampai saat ini.
Ayat i’dad yang dijadikan oleh PKS sebagai landasan menyusun konsep i’dad ialah bersumber dari surat al-Anfaal ayat 60 berikut:
َآَو ْﻢُﻛﱠوُﺪَﻋَو ِ ﱠﷲ ﱠوُﺪَﻋ ِﮫِﺑ َنﻮُﺒِھْﺮُﺗ ِﻞْﯿَﺨْﻟا ِطﺎَﺑِر ْﻦِﻣَو ٍةﱠﻮُﻗ ْﻦِﻣ ْﻢُﺘْﻌَﻄَﺘْﺳا ﺎَﻣ ْﻢُﮭَﻟ اوﱡﺪِﻋَأَو َﻻ ْﻢِﮭِﻧوُد ْﻦِﻣ َﻦﯾِﺮَﺧ
ُﱠﷲ ُﻢُﮭَﻧﻮُﻤَﻠْﻌَﺗ َنﻮُﻤَﻠْﻈُﺗ َﻻ ْﻢُﺘْﻧَأَو ْﻢُﻜْﯿَﻟِإ ﱠفَﻮُﯾ ِ ﱠﷲ ِﻞﯿِﺒَﺳ ﻲِﻓ ٍءْﻲَﺷ ْﻦِﻣ اﻮُﻘِﻔْﻨُﺗ ﺎَﻣَو ْﻢُﮭُﻤَﻠْﻌَﯾ
Artinya: “Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda
37
yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya tetapi Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan didzalimi.”
(QS. al-Anfaal: 60)
Menurut Qurash Shihab, kata Quwwah pada ayat tersebut diartikan sebagai kekuatan yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan teknologi.48Dia menyatakan bahwa kekuatan perang dengan menggunakan panah, tombak, dan pasukan berkuda sudah tidak tidak relevan. Oleh karena itu, kata ribathil khaili yang berarti pasukan berkuda sudah seharusnya diganti dengan yang lebih modern seperti tank, pesawat tempur, bom, dan sebagainya.
Berbeda dengan apa yang dipahami oleh al-Raazi, kata Quwwah diartikan sebagai kekuatan perang dengan menggunakan pedang dan kuda.49 Sebab pada masa itu belum diciptakan peralatan perang yang modern. Maka pemahaman dia terhadap ayat disesuaikan dengan apa yang dipahami oleh Nabi Muhammad.
Beliau menafsirkan kata Quwwah dengan rimayah (pasukan pemanah).
Para aktivis PKS memahami ayat tersebut dengan wajah yang berbeda.
Dalam mengimplementasikan perintah i’dad di atas PKS menilai berdasarkan kondisi negara yang secara real merupakan negara merdeka tidak ada penjajahan yang terjadi sejak awal orde baru hingga datangnya reformasi, maka persiapan
48 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; pesan, kesan, dan keserasian al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. ke-2, vol. 2, 485
49 Abu Ja’far at-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, (al-Maktabah al-Syamilah, 2000), 184.
membentuk kekuatan yang dimaksud bukanlah menyiapkan kekuatan perang secara fisik melainkan pesiapan menata kondisi ekonomi masyarakat muslim, kapasitas keilmuan yang dimiliki mereka, kebebasan menyuarakan ide-ide perubahan, dan keikutsertaan dalam dunia perpolitikan. Poin-poin itulah yang sebenarnya harus disiapkan agar negara yang mayoritas masyarakatnya muslim ini bisa benar-benar meprioritaskan masyarakat yang mayor dari pada masyarkat minor baik dari sisi ekonomi, keilmuan, kebudayaan, dan politik.
Hal ini berdasarkan uraian pendapat yang disampaikan oleh KH. Khairul Hadi, perintis Partai Keadilan pertama di Jember tahun 1998.
“Iya, jadi PKS ini berjuang itu selalu melihat: satu kondisi. Jadi kalau kondisi Indonesia itu menurut PKS ya perjuangan politik yang harus didahulukan. Nah, dalam perjuangan politik ini dibutuhkan beberapa kekuatan. Jadi “min quwwah” disini (artinya) berbagai kekuatan (mencakup) kekuatan ilmiyah, kekuatan harta, kekuatan lobi, kekutan bermasyarakat, kekuatan berkeluarga (dan) semua bentuk kekuatan- kekuatan untuk diberdayakan dalam ranah politik. Dulu awal muncul Partai Keadilan itu sangat kental dengan latihan-latihan.”50
Beliau pun menambahkan bahwa di awal-awal berdirinya Partai Keadilan sempat diadakan latihan-latihan fisik yang mengarah pada perang angkat senjata.
Namun setelah melihat kondisi politik dan sosial di Indonesia ini, pengadaan latihan fisik perang tersebut kemudian ditiadakan dan diganti dengan perjuangan dalam ranah politik.
“Latihan fisik yang mengarah pada jihad, (sekarang) sudah gak ada lagi, sudah gak relevan. Kalau pun kemah (Mukhayyam) itu juga dalam rangka refresing, sama sekali tidak ada ranah angkat senjata disitu”
50KH Khairul Hadi, Wawancara, Jember, 09 Desember 2018 pukul 18:00
39
Paparan KH. Kharul Hadi menunjukkan bahwa kata ٍةﱠﻮ�ُﻗ ْﻦ�ِﻣ pada ayat: ْﻦ�ِﻣ ْﻢُﺘْﻌَﻄَﺘ�ْﺳا ﺎ�َﻣ ْﻢ�ُﮭَﻟ اوﱡﺪ�ِﻋَأَو ٍةﱠﻮ�ُﻗ(“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi.”)P10F51P beliau artikan sebagai kekuatan yang kompleks yang disesuaikan dengan kondisi kebutuhan yang ada di Indonesia ini, yakni kekuatan untuk mengentaskan ketertutupan umat Islam dalam berpolitik, kekuatan mengentaskan kemiskinan masyarakat, kekuatan untuk mengentaskan masyarakat dari kebodohan, dan kekuatan untuk melakukan negosiasi. Karena menurut PKS kondisi keluarga muslim, ekonomi, budaya, dan politik Islam masih belum sesuai dengan cita-cita bangsa yang sesungguhnya.
Jadi penafsiran beliau terlihat cenderung menggunakan penafsiran kontekstual dimana implementasi sebuah ayat disesuaikan dengan kondisi yang ada. Terlihat pula bahwa implementasi ayat seolah tidak bisa dipaksakan sesuai dengan teks yang tertera karena konteks sudah berbeda. Anjuran Rasulullah mengenai maksud “ ٍة ﱠﻮ�ُﻗ ْﻦ�ِﻣ” yang beliau artikan sebagai “kekuatan memanah”P11F52P sudah tidak relevan dengan zaman dan kondisi negara Indonesia sendiri.
Menurut bapak Taufik, ketua bagian Kepanduan PKS Jember bahwa ayat i’dad dalam surat al-Anfal tidak hanya dipahami sebagai sebuah perintah dalam al-Qur’an bahkan ayat tersebut menjadi semboyan berdirinya Partai ini. Dia menilai bahwa upaya melakukan persiapan membentuk kekuatan itu senantiasa
51Al-Qur’an, 6:60
52Abu Abdillah Muhammad Ar-Razi, Mafatih al-Ghaib,(al-Maktabah al-Syamilah, 2010), vol 7, 423