• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of KONSEP DAN IMPLEMENTASI KESETARAAN GENDER DALAM PENDIDIKAN ISLAM (STUDI KASUS DI MTSN 2 KOTA BIMA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of KONSEP DAN IMPLEMENTASI KESETARAAN GENDER DALAM PENDIDIKAN ISLAM (STUDI KASUS DI MTSN 2 KOTA BIMA)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

272

P- ISSN: 0216–7794 & E-ISSN: 2745–6447 Volume 21 Nomor 2 Juli 2023

KONSEP DAN IMPLEMENTASI KESETARAAN GENDER DALAM PENDIDIKAN ISLAM (STUDI KASUS DI MTSN 2 KOTA BIMA)

Luthfiyah, Ruslan, Nurul Yaqin, Zakiatul Fakhirah.

Institut Agama Islam (IAI Muhammadiyah Bima

Corresponding Author: Kaharuddin, E-mail: [email protected]

ARTICLE INFO Article history:

Received 28, Januari,

2023 Revised 10, Juli, 2023

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghapus ideologi yang mengharuskan kedudukan perempuan berada dibawah laki-laki dan mengetahui konsep dan implementasi kesetaraan gender dalam pendidikan islam serta dilatarbelakangi permasalahan mengenai ketidakadilan gender yang beredar di kalangan masyarakat awam dan di dunia pendidikan. Penelitian ini dilakukan pada salah satu lembaga Madrasah Tsanawiyah yaitu tepatnya di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Bima. Penelitian ini pula mengadopsi jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dibantu dengan pedoman wawancara dan rekaman suara menggunakan handphone serta menggunakan pula teknik analisis data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak ditemukannya ketidakadilan gender atau dengan kata lain bahwa kesetaraan gender telah diterapkan dalam pendidikan terutama pada pendidikan islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Bima, hal ini yang mengacu pada Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah yang menjelaskan tidak adanya diskriminasi terhadap perempuan, serta antara laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan dan peran yang sama dihadapan Allah dan didalam kehidupan.

Kata Kunci : Pendidikan, Kesetaraan Gender, dan Islam.

(2)

273 How to Cite :

DOI :

Journal Homepage :

This is an open acc ess article under the CC BY SA license :

PENDAHULUAN

P

endidikan ialah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan

manusia. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, pencerahan, bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan, membuka dan membentuk disiplin hidup. Pendidikan juga merupakan proses mendewasakan manusia, dengan kata lain pendidikan ialah upaya memanusiakan manusia.1

Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan diupayakan agar tetap memiliki eksistensinya sendiri dalam kehidupan terlebih pada pendidikan islam. Pendidikan islam yang secara sederhana dapat diartikan sebagai pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran islam sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Saw. Pada masa Rasulullah SAW merupakan masa yang ideal bagi kehidupan perempuan, dimana mereka dapat berpatisipasi secara bebas tanpa dibedakan dengan kaum laki-laki.

Islam yang merupakan agama rahmatan lil ‘alamin, yang sangat memperhatikan banyak hal dan aspek dalam kehidupan, termasuk kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.2 Dalam pandangan islam semua manusia baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama, termasuk dengan keseimbangan hak dan kesempatan dalam memperoleh pendidikan.3

1 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), 8.

2 Nita Kartika, “Konsep Kesetaraan Gender Dalam Pendidikan Islam”, Jurnal Studi Islam, Volume 14, No. 1,

(2020), 31.

3 Ribut Purwi Juono, “ Kesetaraan Gender Dalam Pndidikan Islam ( Studi Pemikiran Hamka Dalam Tafsir Al- Azhar)”, Jurnal Studi Keislaman, Volume 15, No.1, (Juni, 2015), 122-123.

(3)

274

Dalam islam, manusia memiliki dua kapasitas yaitu sebagai hamba dan sebagai khalifah tanpa membedakan antara jenis kelamin, etnik, ras, warna kulit, dan sebagainya, sebagaiman firman Allah SWT dalam Qs. Al-Hujurat : 13

َ ت ِل َل ِٕى ۤ ا َب َ

ق َّو ا ًب ْو ُع ُ ش ْم ُ

ك ٰ ن ْ

ل َع َج َو ى ٰ ث ْ

ن ُ ا َّو ٍر َ

ك َ

ذ ْن ِّم ْم ُ ك ٰ

ن ْ ق َ

ل َ خ ا َّ

ن ِا ُسا َّ

نلا ا َه ُّي َ ا ي ٰٰٓ

ا ْْ ُ

ُ ََا َع

َّ ۚ

َّ ِا

ٌر ْي ِب َ

خ ٌم ْي ِل ع َ َ ه ّٰ

للا َّ

َّ ِاۗ ْم ُ كى ٰ

ق ْ ت َ

ا ِه ّٰ

للا َ د ْ

ن ِع ْم ُ ك َم َر ْ

ك َ ا

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." (QS. Al-Hujurat : 13).

Namun, dalam dunia pendidikan terdapat ungkapan yang menyatakan bahwa “perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, percuma karena nanti pasti akan kembali masuk kedapur”, ungkapan seperti ini yang sering terdengar dikalangan masyarakat didaerah perkampungan yang artinya masih menganggap bahwa perempuan memiliki kedudukan dibawah laki-laki. Dari ungkapan ini, kita dapat memahami bahwa tidak adanya keadilan dalam gender.4

Dalam mewujudkan kesetaraan gender, pendidikan islam memiliki peran yang sangat penting, karena dalam pendidikan islam terdapat prinsip-prinsip demokrasi dan juga kebebasan terutama dalam pendidikan. Prinsip tersebut meliputi prinsip persamaan dan kesempatan yang setara dan sama dalam belajar tanpa dibeda-bedakan. Setiap orang memiliki hak untuk belajar, tanpa ada perbedaan antara kaya dan miskin, maupun jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan.5

Dalam pendidikan dan ajaran islam yang berkaitan dengan perempuan, mendukung tujuan mencetak perempuan haraki (aktivis), yaitu aktif dalam diri, dalam keluarga, hingga masyarakat. Apabila aktif dan positif, maka perempuan akan merasakan nilai dan kedudukannya.6 Sehingga sedikit demi sedikit akan terwujud suatu keadilan dan kesetaraan gender.

4 Nur Afif, Asep Ubaidillah, Muhammad Sulhan, “Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Fatima Mernissi Dan

Implikasinya Dalam Pendidikan Islam”, IQ (Ilmu Al-qur’an) : Jurnal Pendidikan Islam, Volume 3, No. 2, (2020), 231.

5 M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1970), 5.

6 Shalah Qazan, Membangun Gerakan Menuju Pembebasan Perempuan, (Solo : Era Intermedia, 2001), 101.

(4)

275

Arti kesetaraan gender ialah kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan, bukan berarti kedudukan perempuan diatas laki-laki, maupun sebaliknya, terutama dalam hal pendidikan.

Ketidakadilan diantara laki-laki dan perempuan ini sering disebut dengan ketidakdilan gender, perempuan sekarang jumlahnya lebih banyak dibandingkan laki-laki. Akan tetapi, laki-laki yang berpengaruh dalam menentukan keputusan dan kebijakan penting.7 Gender tidak bermaksud untuk menyalahi kodrat, tetapi sebaliknya justru mengembalikan kodrat pada proporsi secara setara dan adil antara laki-laki dan perempuan.

Salah satu ungkapan lain dalam pendidikan ialah “ibu merupakan madrasah pertama bagi anak-anaknya”, maka pendidikan diharapkan mampu direalisasikan secara adil dan setara baik bagi laki-laki maupun perempuan, karena dengan adanya keadilan dan peningkatan kualitas pendidikan bagi perempuan, maka akan melahirkan generasi-generasi penerus yang cerdas yang akan memajukan Negara dan bangsa dalam seluruh aspek yang ada dikehidupan.

Kesetaraan laki-laki dan perempuan merupakan isu-isu yang menjadi perbincangan setiap individu maupun kelompok. Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan penelitian di MTsN 2 Kota Bima sebagai pusat penelitian dan kajian dalam upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Hal ini menjadi menarik dikarenakan MTsN 2 Kota Bima merupakan lembaga pendidikan islam yang tentunya berpijak pada nilai-nilai islam serta menjadi menarik pula bagaimana nilai-nilai islam tersebut terimplementasi dalam menegakkan hak-hak perempuan dalam upaya menyetarakan gender di MTsN 2 Kota Bima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa MTsN 2 Kota Bima adalah lembaga yang memiliki visi dan misi dalam memaknai dan mengimplementasikan kesetaraan gender dalam pendidikan islam.

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan seperti diatas, penulis tertarik untuk mengkaji dan menganalisis tentang konsep kesetaraan gender dalam pendidikan islam. Karena menurut pandangan dari penulis, bahwa kesetaraan gender merupakan isu yang sangat menarik untuk dikaji serta kesetaraan gender merupakan tanggung jawab bersama antara laki-laki dan perempuan. Karena sejatinya yang membedakan setiap manusia dihadapan Allah hanyalah ketaqwaannya, bukan jenis kelaminnya. Sehingga penulis akan membahas hal tersebut dengan

7 Evi Fatimatur Rusydiyah, “ Pendidikan Islam dan Kesetaraan Gender” , Jurnal Pendidikan Islam, Volume 4, No.1, (Mei, 2016), 21-22.

(5)

276

penelitian yang berjudul “KONSEP DAN IMPLEMENTASI KESETARAAN GENDER DALAM PENDIDIKAN ISLAM (STUDI KASUS DI MTSN 2 KOTA BIMA)”

Metode

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, dengan melakukan pengumpulan data dari menganalisis mengenai konsep dan implementasi kesetaraan gender dalam pendidikan islam pada sebuah lembaga pendidikan formal. Secara tegas, V. Wiratna Sujarweni menjelaskan bahwa penelitian kualiatif ini bertujuan memahami gejala atau fenomena social dengan cara memberi penjelasan berupa gambaran yang jelas mengenai gejala atau fenomena social tersebut yang berbentuk serangkaian kata yang akhirnya menghasilkan teori.8 Sumber data dari penelitian ini adalah bapak Irfan, S. Pd. I, beliau merupakan guru sekaligus wakil kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Bima. Data penelitian mulai dikumpulkan sejak hari rabu tanggal 16 Maret 2022. Penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan bantuan pedoman wawancara serta rekaman suara menggunakan handphone. Dengan teknik analisis data menggunakan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil dan Diskusi

1. Konsep Kesetaraan Gender Dalam Pendidikan Islam

Dalam kehidupan dan berkehidupan, laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kewajibannya masing-masing yang saling berkaitan dan berhubungan erat. Kesetaraan gender ada sejak zaman Nabi Muhammad Saw, yang dimana pada saat itu perilaku Nabi Muhammad terhadap kesetaraan gender ialah mendemonstrasikan persamaan kedudukan antara laki-laki dan perempuan dalam aktivitas social, seperti mulai dari kewirausahaan, politik sampai pada peperangan.9

8 V Wiratna Sujarweni, Metode Penelitian, (Yogyakarta : PT Pustaka Baru, 2014), 19.

9 Mohammad Muchlis Solichin, “Pendidikan Agama Islam Berbasis Kesetaraan Gender”, Jurnal Tadris, Volume 1,

No. 1, (2006), 53-54.

(6)

277

Rasulullah merupakan pencetus pertama kesetaraan gender dalam dunia islam.

Pada masa islam saat itu, harkat dan martabat serta derajat perempuan menjadi sangat mulia, baik itu sebagai ibu, anak, maupun istri.10

Kesetaraan gender berangsur menghilang semenjak sepeninggalan Nabi Muhammad Saw, hal ini lah yang mendorong sebagian umat manusia untuk terus mendemonstrasikan dan mendeklarasikan kesetaraan gender hingga saat ini. Gender dan seks tentunya memiliki makna yang berbeda, dimana seks merupakan sebuah penyebutan untuk membedakan dua jenis kelamin yang dimiliki oleh manusia dan secara biologis tidak akan bisa diubah dengan kata lain bersifat permanen, sedangkan gender sendiri merupakan konsep kultural yang berusaha membuat perbedaan dalam hal, perilaku, karakteristik emosional, dan peran antara laki-laki dan perempuan.11

Tabel 1

Perbedaan Sex dan Gender

Identifikasi Laki-Laki Perempuan Sifat Kategori Ciri biologis Penis,

Jakun, Sperma

Vagina, Payudara

(ASI), Ovum, Rahim, Haid,

Hamil, Melahirkan,

Menyusui

Tetap, tidak dapat dipertukarkan,

kodrat pemberian

Tuhan

Sex

Sifat / Karakter

Rasional, kuat, pemberani,

superior, maskulin

Emosional, lemah, penakut, interior, feminime

Ditentukan oleh masyarakat, dimiliki oleh laki-laki dan

Gender

10 Syarifah Rahmah, “Pendidikan dan Kesetaraan Gender Dalam Islam Di Aceh”, Gender Equality : International

Journal Of Child and Gender Studies, Volume 5, No. 1, (Maret, 2019), 41.

11 Imam Syafe’I, Hayyu Mashvufah, Jaenullah, Agus Susanti, “Konsep Gender Dalam Perspektif Pendidikan Islam”,

Al-Tadzkiyyah : Jurnal Pendidikan Islam, Volume 11, No. 2, (2020), 245-246.

(7)

278

perempuan, dapat berubah

Dari tabel diatas, gender dapat memiliki beberapa makna, yaitu : gender sebagai konsep social, gender sebagai gerakan social, gender sebagai fenomena social, gender sebagai masalah social, gender sebagai istilah konseptual, dan gender sebagai kesadaran social.12

Dengan demikian, gender dapat diartikan sebagai konsep yang berasal dari pemikiran manusia dan dibentuk oleh masyarakat yang dapat berubah dan berbeda disetiap adat istiadat, budaya, dan suku bangsa serta dapat berubah dikarenakan perubahan ekonomi, perubahan politik, perubahan social dan budaya, perjalanan sejarah serta berubah karena kemajuan pembangunan. Sehingga, gender tidak berlaku secara umum dan bersifat situasional masyarakatnya.13

Konsep kesetaraan gender sendiri merupakan suatu keadaan dimana siklus social antara laki-laki dan perempuan setara dan seimbang. Hal ini menunjukkan arti bahwa setiap manusia memiliki akses terhadap sumber daya dan manfaat yang seimbang, yang mengarah kepada setiap manusia yang dapat mengambil manfaat dan berpartisipasi dalam pembangunan dan pendidikan.14

Kesetaraan gender dalam pendidikan islam ialah antara laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan, yang berarti mereka seimbang, dapat bersanding namun ada batasan pada hal-hal tertentu”15

Dalam islam, pada hakikatnya laki-laki dan perempuan bersifat adil atau equal.

Keyakinan yang berkembang disekitar masyarakat awan mengatakan bahwa kedudukan

12 Abdul Gani Jamora Nasution, “Kesetaraan Gender Tinjauan Pendidikan Islam”, Ihya Al-Arabiyah : Jurnal

Pendidikan Bahasa dan Sastra Ara, Volume 5, No. 1, (2019), 49-50.

13 Syaifullah, Sukandi, “Gender Dalam Pendidikan Islam”, Edupedia : Jurnal Studi Pendidikan dan Pedagogi

Islam, Volume 6, No. 1, (Juli, 2021), 90.

14 Nelien Haspeis, Busakorn Suriyasarn, Meningkatkan Kesetaraan Gender Dalam Aksi Penanggulangan Pekerja

Anak Serta Perdagangan Perempuan Dan Anak, (Jakarta :Kantor Perburuan Internasional, (2005), 6.

15 Irfan, Wawancara, Bima, 16 Maret 2022.

(8)

279

perempuan lebih rendah dibanding dengan kedudukan laki-laki, padahal hal tersebut sangat bertolak belakang dan tidak sesuai dengan ajaran agama islam.

Secara normatif, Al-Qur’an sebagai kitab suci sangat menghargai perempuan dan memandang laki-laki dan perempuan setara dihadapan Allah.16 Hal ini terbukti dengan adanya ayat-ayat dalam Al-Qur’an mengenai konsep kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan, diantaranya :

a. Laki-laki dan perempuan adalah makhluk Allah yang setara, sama-sama sebagai hamba, hal ini dijelaskan dalam Qs. Adz-Dzaariyat ayat 56.

ِن ْوُدُبْعَيِل َّلِْا َسْنِ ْلْا َو َّن ِجْلا ُتْقَلَخ اَم َو

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Qs. Adz-Dzaariyat : 56).

b. Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai khalifah dimuka bumi, sebagaiman dijelaskan dalam Qs. Al-An’am ayat 165.

لَخ ْمُكَلَعَج ْيِذَّلا َوُهَو ٍضْعَب َق ْوَف ْمُكَضْعَب َعَف َر َو ِض ْرَ ْلْا َفِٕى

َل ٗهَّنِا َو ِِۖباَقِعْلا ُعْي ِرَس َكَّب َر َّنِا ْْۗمُكى ت ا ٓاَم ْيِف ْمُك َوُلْبَيِ ل ٍت ج َرَد ر ْوَُُغَ

مْي ِح َّر

“Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Qs. Al-An’am ayat 165).

c. Laki-laki dan perempuan dianugerahkan dan diperlakukan sama sebagaimana ikrar / janji yang telah mereka janjikan dengan Allah serta disaksikan oleh para malaikat. Hal tersebut terdapat dalam Qs. Al-A’raf ayat 172.

16 Nanik Setyowati, “Pendidikan Gender Dalam Islam : Studi Analisis Nilai-Nilai Kesetaraan Gender Dalam

Pelajaran PAI Di SD Ma’rif Ponorogo, Jurnal Pendidikan Islam dan Multikulturalisme, Volume 1, No. 1, (2019), 38.

(9)

280

ْمِه ِر ْوُهُظ ْنِم َمَد ا ْٓيِنَب ْْۢنِم َكُّب َر َذَخَا ْذِا َو ىٓ لَع ْمُهَدَهْشَا َو ْمُهَتَّي ِ رُذ

ِقْلا َم ْوَي ا ْوُل ْوُقَت ْنَاۛ اَنْدِهَش ۛى لَب ا ْوُلاَق ْْۗمُكِ ب َرِب ُتْسَلَا ْْۚمِهِسُُْنَا اَّنُك اَّنِا َِِم ي

َنْيِلُِ غ اَذ ه ْنَع

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman),

“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan,

“Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.” (Qs. Al- A’raf ayat 172).

d. Laki-laki dan perempuan mempunyai hak untuk berprestasi.17

ْوَا ٍرَكَذ ْنِ م ْمُكْنِ م ٍلِماَع َلَمَع ُعْي ِضُا ٓ َلْ ْيِ نَا ْمُهُّب َر ْمُهَل َباَجَتْساَف

ْۚۚ ى ثْنُا

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan”. (Qs. Ali Imran ayat 195).

Dalam sudut pandang Al-Qur’an sudah sangat jelas bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama. Tidak adanya diskriminasi terhadap generasi muda untuk mendapatkan haknya dalam pendidikan.18

2. Implementasi Kesetaraan Gender Dalam Pendidikan Islam Di MTsN 2 Kota Bima Al-Qur’an dan hadis merupakan sumber rujukan utama dalam pendidikan islam yang memberikan dukungan untuk mencari ilmu kepada semua manusia.19 Ditemukan

17 Muhammad Akip, “Kesetaraan Gender Dalam Pendidikan Islam”, Edification Jurnal : Pendidikan Agama Islam,

Volume 3, No. 1, (Juli, 2020), 79-81.

18 Dewi Ratnawati, Sulistyirini, Ahmad Zainal Abidin, “Kesetaraan Gender Tentang Pendidikan Laki-laki dan

Perempuan”, Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender, Volume 15, No. 1, (2019), 22.

(10)

281

istilah pendidikan dalam mencari dan menuntut ilmu, hal inilah yang menjadi landasan bahwa tidak ada perbedaan dalam pendidikan yang mengatas namakan jenis kelamin.

Di Indonesia, khususnya dalam dunia pendidikan islam, kesetaraan gender sudah dilaksanakan dengan baik, yang dimana tidak adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal pendidikan, terutama disekolah. Kini, perempuan sudah memiliki kebebasan dalam hal pendidikan atau dengan kata lain pendidikan tidak lagi didominasi oleh laki-laki. Dapat dibuktikan dengan adanya program pemerintah yaitu pemerataan pendidikan bagi setiap orang diseluruh Indonesia.20

Kesetaraan gender dapat diwujudkan dengan melalui pendidikan.21 Sekolah merupakan salah satu tempat untuk mendapatkan pendidikan dan salah satu cara mewujudkan kesetaraan gender, sehingga laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama disekolah. Dalam dunia pendidikan khususnya di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Bima, pengimplementasian kesetaraan gender dilakukan dengan cara tidak memisah ruang belajar antara laki-laki dan perempuan serta tidak ada perbedaan diantara keduanya.

Perlakuan yang diberikan kepada laki-laki dan perempuan itu sama, tidak ada perbedaan, tidak dibeda-bedakan, dan kelas antara laki-laki dan perempuan tidak dipisah, mereka belajar dalam satu ruangan.”22

Fakta yang didapatkan bahwa, jika sekarang ruang belajar antara laki-laki dan perempuan dipisah maka akan berdampak kepada kurangnya semangat dalam belajar dan secara otomatis semangat belajar akan turun bagi laki-laki.

“Pemisahan kelas akan berdampak pada laki-laki yang semangat belajar mereka akan turun apabila kelasnya dipisah karena pemisahan

19 Abdul Gani Jamora Nasution, “Kesetaraan Gender Tinjauan Pendidikan Islam”, Ihya Al-Arabiyah : Jurnal

Pendidikan Bahasa dan Sastra Ara, Volume 5, No. 1, (2019), 53.

20 Warni Tune Sumar, “Implementasi Kesetaraan Gender Dalam Bidang Pendidikan” Musawa,”Volume 7, No.1,

(Juni 2015), 160.

21 Bani Syarif Maulana, “Implementasi Pengarusutamaan Gender Dalam Kurikulum Fakultas Syariah”, Jurnal

Equalita, Volume 2, No. 2, (Desember, 2020), 166.

22 Irfan, Wawancara, Bima, 16 Maret 2022.

(11)

282

kelas di MTsN 2 ini pernah dilakukan dan hal itu mendapatkan hasil yang kurang memuaskan untuk laki-laki.”23

Hal ini dapat dikatakan bahwa laki-laki kurang memiliki motivasi belajar dibandingkan perempuan, dan pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Khoirunnisa yang berjudul “Pengaruh Urutan Kelahiran Dan Jenis Kelamin Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMP An-Nur Bulalawang” bahwa motivasi belajar siswa perempuan lebih tinggi dibanding siswa laki-laki.24

Penggabungan kelas antara siswa laki-laki dan perempuan pula sangat penting dalam membangun mentalitas siswa, hal ini dikarenakan adanya interaksi antara lawan jenis dalam belajar.25 Interaksi ini dijadikan sebagai kekuatan dalam daya saing untuk belajar serta saling mengukur kemampuan dan kepandaian dalam belajar, yang secara langsung dapat memicu semangat belajar siswa.

Dalam dunia pendidikan islam kesetaraan gender memang sudah diterapkan didalam sekolah, bahkan perempuanlah yang sudah dominan berperan penting dalam pendidikan. Dalam kehidupan dapat diamati bahwa hampir seluruh bidang diduduki oleh perempuan, hampir seluruh perempuan yang bekerja menafkahi keluarga, akan tetapi tidak lupa juga bahwa laki-lakilah yang dapat mengambil keputusan dengan bijak.

Berdasarkan pengamatan di MTsN 2 Kota Bima kesetaraan gender dalam lingkungan sekolah sangat penting, siswa perempuan yang mendominasi. Jika dihitung jumlah siswa dalam satu kelas yang lebih banyak adalah siswa perempuan dibandingkan banyaknya siswa laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam pendidikan. Serta tidak menutup kemungkinan perempuan untuk menjadi ketua, salah satu contohnya ketua Osis MTsN 2 Kota Bima pada tahun ajaran 2021/2022 adalah seorang perempuan.

23 Irfan, Wawancara, Bima, 16 Maret 2022.

24 Gusti Ayu Nyoman Dyah Malini, I Gusti Ayu Diah Fridari, “Perbedaan Motivasi Belajar Siswa Ditinjau Dari

Jenis Kelamin Dan Urutan Kelahiran Di SMAN 1 Tabanan Dengan System Full Day School”, Jurnal Psikologi Udayana (2019), 152.

25 Zaini Tamrin AR, Subaidi, “Implementasi Segregasi Kelas Berbasis Gender Dalam Menanggulangi Interaksi

Negatif Siswa Di SMP Al-Falah Ketintang Surabaya”, Al Hikmah Jurnal Studi Keislaman, Volume 9, No. 1, (Maret 2019), 32.

(12)

283

Tidak ada perbedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan, terlebih dalam dunia pendidikan.26 Relasi antara laki-laki dan perempuan yang diterapkan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Bima adalah dengan hijab, hijab yang dimaksudkan disini adalah membatasi diri atau membatasi hati.

Hubungan laki-laki dan perempuan itu dihijab, hijab hatinya. Bukan membatasi yang sampai memisah antara kelas laki-laki dan perempuan. Laki-laki juga lah yang akan membentengi, menjaga perempuan. Menjalin ukhuwah yang baik.”27

Meskipun kelas antara siswa laki-laki dan perempuan tidak dipisah, mereka tetap memiliki hijab / pembatas antara satu dengan yang lain. Walaupun pembatas yang dimaksud bukanlah pembatas yang berbentuk fisik seperti kain penghalang diantara mereka, tetapi yang menjadi hijab disini adalah hati masing-masing.

“Siswa dianjurkan untuk mengambil air wudhu sebelum memulai kegiatan ngaji bersama dan kegiatan pembelajaran, sehingga dengan air wudhu itu mereka akan bisa menjaga diri agar tidak bersentuhan dengan lawan jenis, inilah salah satu hijab yang disekolah kami”.28

Berdasarkan UU 1992 bahwa pendidikan merupakan pijakan dalam membentuk dan mengembangkan masyarakat. Sehingga jika dilihat isi dari UU tersebut bahwa antara laki-laki dan perempuan dalam proses pembelajaran sama rata, tidak harus dipisah.29

Hak yang sama dalam pendidikan telah terpenuhi pada saat ini. Berbeda dengan masa lampau, yang dimana orang tua hanya mengizinkan anak laki-laki saja yang akan mengenyam pendidikan tinggi, tetapi pada saat ini telah banyak yang mendukung dan mengizinkan anak perempuan untuk menempuh pendidikan pula seperti anak laki-laki.30

26 Irham Abdul Haris, “Pembelajaran Responsif Gender Dalam Pendidikan Islam”, Jurnal An-Nur : Kajian

Pendidikan dan Ilmu Keislaman, Volume 7, No. 1, (Juni, 2021), 28.

27 Irfan, Wawancara, Bima, 16 Maret 2022.

28Irfan, Wawancara, Bima, 16 Maret 2022.

29 Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta : Asdi Mahasatya, 2005), 1. Dalam Zaini Tamrin AR,

Subaidi, “Implementasi Segregasi Kelas Berbasis Gender Dalam Menanggulangi Interaksi Negatif Siswa Di SMP Al-Falah Ketintang Surabaya”, Al Hikmah Jurnal Studi Keislaman, Volume 9, No. 1, (Maret 2019), 32-33.

30 Yuni Sulistyowati, “Kesetaraan Gender Dalam Lingkup Pendidikan dan Tata Sosial”, Ijougs : Indonesian Journal

Of Gender Studies, Volume 1, No. 2, (2020), 8.

(13)

284

3. Relasi Antara Perempuan Dan Laki-Laki Dalam Pendidikan Agama Islam.

a) Mempunyai akses yang sama dalam pendidikan, maksudnya ialah laki-laki dan perempuan mendapat hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan sampai kejenjang yang tinggi.

b) Mempunyai kewajiban yang sama, yaitu laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki kewajiban dalam menuntut ilmu. Sebagaimana dalam hadits Nabi Muhammad SAW “menuntut ilmu adalah kewajiban bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan

c) Mempunyai Persamaan kedudukan dan peranan, yaitu baik laki-laki maupun perempuan memiliki persamaan kedudukan sebagai subjek pembangunan dan mempunyai peranan yang sama dalam merencanakan, melaksanakan, dan menikmati hasil pembangunan, pada akhirnya berkaitan dengan persamaan kesempatan.31

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan dijabarkan pada pembahasan sebelumnya, bahwa penulis dapat menarik kesimpulan bahwa : 1). Kesetaraan gender ialah kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan, Gender tidak bermaksud untuk menyalahi kodrat, tetapi sebaliknya justru mengembalikan kodrat pada proporsi secara setara antara laki-laki dan perempuan. 2). Konsep kesetaraan gender sendiri merupakan suatu keadaan dimana siklus social antara laki-laki dan perempuan setara dan seimbang. Hal ini menunjukkan arti bahwa setiap manusia memiliki akses terhadap sumber daya dan manfaat yang seimbang, yang mengarah kepada setiap manusia yang dapat mengambil manfaat dan berpartisipasi dalam pembangunan dan pendidikan. 3). Ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menerangkan mengenai konsep kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan, diantaranya : Qur’an surah Adz-Dzariyat ayat 56 (menjelaskan tenteng laki-laki dan perempuan adalah makhluk Allah yang setara, sama-sama sebagai hamba Allah), Al-Qur’an Surah Al-An’am ayat 165 (menerangkan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai khalifah di muka bumi), Al-Qur’an surah Al-A’araf ayat 172

31 Warni Tune Sumar, “Implementasi Kesetaraan Gender Dalam Bidang Pendidikan” Musawa,”Volume 7, No.1,

(Juni 2015), 170-171.

(14)

285

(menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan dianugerahkan dan diperlakukan sama sebagaimana janji yang telah merekan janjikan dengan Allah SWT dan disaksikan oleh para malaikat).4). Implementasi kesetaraan gender dalam pendidikan islam sudah dilaksanakan dengan baik, yang dimana tidak adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal pendidikan, terutama disekolah. Kini, perempuan sudah memiliki kebebasan dalam hal pendidikan atau dengan kata lain pendidikan tidak lagi didominasi oleh laki-laki saja. 5). Adapun relasi antara laki-laki dan perempuan dalam pendidikan islam antara lainnya : (a). Mempunyai akses yang sama dalam hal pendidikan, (b). Mempunyai kewajiban yang sama, (c). Mempunyai Persamaan kedudukan dan peranan.

Daftar Pustaka

Afif, Nur., dkk. (2020). Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Fatima Mernissi Dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam. IQ (Ilmu Al-qur’an) : Jurnal Pendidikan Islam, 3(2).

Akip, Muhammad. (Juli, 2020). Kesetaraan Gender Dalam Pendidikan Islam. Edification Jurnal : Pendidikan Agama Islam, 3(1).

Al-Abrasyi, M. Athiyah. (1970). Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta : Bulan Bintang.

Alim, Muhammad. (2011). Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Gusti Ayu N. D. M., & I Gusti A. D. F. (2019). Perbedaan Motivasi Belajar Siswa Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Urutan Kelahiran Di SMAN 1 Tabanan Dengan System Full Day School. Jurnal Psikologi Udayana,

Haris, Irham Abdul. 2021. Pembelajaran Responsif Gender Dalam Pendidikan Islam. Jurnal An- Nur : Kajian Pendidikan dan Ilmu Keislaman, 7(1).

Haspeis, Nelien., & Busakorn, S. (2005). Meningkatkan Kesetaraan Gender Dalam Aksi Penanggulangan Pekerja Anak Serta Perdagangan Perempuan Dan Anak. Jakarta : Kantor Perburuan Internasional.

Irfan. (16 Maret 2022). Wawancara. Wakil Kepala Sekolah MTsN 2 Kota Bima.

(15)

286

Juono, Ribut Purwi. (Juni, 2015). Kesetaraan Gender Dalam Pndidikan Islam (Studi Pemikiran Hamka Dalam Tafsir Al-Azhar). Jurnal Studi Keislaman, 15(1).

Kartika, Nita. (2020). Konsep Kesetaraan Gender Dalam Pendidikan Islam. Jurnal Studi Islam, 14(1).

Maulana, Bani Syarif . (2020. Implementasi Pengarusutamaan Gender Dalam Kurikulum Fakultas Syariah. Jurnal Equalita, 2(2).

Nasution, Abdul Gani Jamora. (2019). Kesetaraan Gender Tinjauan Pendidikan Islam. Ihya Al- Arabiyah : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab, 5(1).

Qazan, Shalah. (2001). Membangun Gerakan Menuju Pembebasan Perempuan. Solo : Era Intermedia.

Rahmah, Syarifah. (Maret, 2019). Pendidikan dan Kesetaraan Gender Dalam Islam Di Aceh.

Gender Equality : International Journal Of Child and Gender Studies, 5(1).

Ratnawati, Dewi., dkk,. (2019). Kesetaraan Gender Tentang Pendidikan Laki-laki dan Perempuan. Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender, 15(1).

Rusydiyah, Evi Fatimatur. (Mei, 2016). Pendidikan Islam dan Kesetaraan Gender. Jurnal Pendidikan Islam, 4(1).

Setyowati, Nanik. (2019). Pendidikan Gender Dalam Islam : Studi Analisis Nilai-Nilai Kesetaraan Gender Dalam Pelajaran PAI Di SD Ma’rif Ponorogo. Jurnal Pendidikan Islam dan Multikulturalisme, 1(1).

Solichin, Mohammad Muchlis. (2006). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kesetaraan Gender.

Jurnal Tadris, 1(1).

Sujarweni, V Wiratna. (2014). Metode Penelitian. Yogyakarta : PT Pustaka Baru.

Sulistyowati, Yuni. (2020) Kesetaraan Gender Dalam Lingkup Pendidikan dan Tata Sosial.

Ijougs : Indonesian Journal Of Gender Studies, 1(2).

Sumar, Warni Tune. (Juni 2015). Implementasi Kesetaraan Gender Dalam Bidang Pendidikan.

Jurnal Musawa IAIN Palu, 7(1).

Syafe’I, Imam., dkk. (2020). Konsep Gender Dalam Perspektif Pendidikan Islam. Al-Tadzkiyyah : Jurnal Pendidikan Islam, 11(2).

Syaifullah., & Sukandi. (Juli, 2021). Gender Dalam Pendidikan Islam. Edupedia : Jurnal Studi Pendidikan dan Pedagogi Islam, 6(1).

(16)

287

Tamrin AR, Zaini., & Subaidi. 2019. Implementasi Segregasi Kelas Berbasis Gender Dalam Menanggulangi Interaksi Negatif Siswa Di SMP Al-Falah Ketintang Surabaya. Al Hikmah Jurnal Studi Keislaman, 9(1).

Referensi

Dokumen terkait

meliputi nilai pendidikan agama, kewanitaan, moral, dan sosial. kata kunci : novel Geni Jora, novel Mataraisa, kesetaraan gender, nilai pendidikan.. commit to

Untuk itu Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, Departemen Pendidikan Nasional menyelenggarakan Program Pendidikan Kesetaraan

Agama Islam. Pendidikan merupakan kunci terwujudnya keadilan gender dalam masyarakat, karena pendidikan disamping merupakan alat untuk mentransfer norma-norma masyarakat,

Pandangan yang positip terhadap konsep kesetaraan gender dalam kehidupan masyarakat Desa Hutumuri telah nyata dalam kehidupan sehari-hari yang antara lain dapat

Kebijakan Pengarusutamaan Gender atau disingkat PUG merupakan strategi yang dilakukan pemerintah secara rasional dan sistematis untuk mencapai dan mewujudkan kesetaraan dan

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan skripsi dengan baik, yang berjudul: “Aspek Pendidikan Kesetaraan Gender, Analisis Isi dalam Perspektif PKn

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa kesetaraan gender dalam novel Perempuan Berkalung Sorban dalam perspektif pendidikan Islam adalah

Tulisan Ini menyimpulkan bahwa Quraish Shihab memberikan gambaran yang jelas dengan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an tentang wanita dan isu-isu kesetaraan gender berdasarkan corak