• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP TENTANG MASYARAKAT PERSPEKTIF AL-QUR’AN AL-KARIM

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "KONSEP TENTANG MASYARAKAT PERSPEKTIF AL-QUR’AN AL-KARIM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Perada: Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu ISSN 2656-7202 (P) ISSN 2655-6626 (O)

Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2021 DOI: https://doi.org/10.35961/perada.v4i1.322

KONSEP TENTANG MASYARAKAT PERSPEKTIF AL-QUR’AN AL-KARIM

M. Kafrawi

STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau [email protected]

ABSTRAK

Manusia adalah makhluk sosial saling ketergantungan antara satu individu dengan individu yang lain atau memerlukan orang lain untuk melengkapi keperluan masing-masing. Oleh sebab itu antara individu haruslah saling ramah, santun, peduli dan sayang menyanyangi, tolong menolong, menghargai hak asasi manusia dan lain sebagainya. Semua nilai-nilai tersebut telah diajarkan oleh agama Islam kepada umatnya, banyaknya dalil al-Qur’an untuk menyuruh manusia supaya berbuat baik kepada sesama manusia yang lain, baik dia seorang muslim maupun bukan muslim.

Dengan demikian jika seseorang menjalankan aturan agama yang telah diajarkan al-Qur’an dan Hadis, maka akan terciptalah masyarakat yang tenang, damai, dan aman dalam menjalankan aktifitas duniawi dan ukhrowinya serta tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Setelah itu akan terciptalah masyarakat yang madani beriman, bertaqwa dan taat pada aturan yang ditegakkan oleh Agama. Pada bagian ini, ayat-ayat yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat akan ditelaah dengan mengungkapkan istilah-istilah dalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan konsep masyarakat.

Humans are social beings who are interdependent between one individual and another or need someone else to complete their respective needs. Therefore, individuals must be friendly, polite, caring and affectionate, please help, respect human rights and so on. All of these values have been taught by Islam to its people, there are many arguments in the Qur'an to instruct humans to do good to other human beings, whether he is a Muslim or a non-Muslim. Thus, if someone follows the religious rules that have been taught by the Qur'an and Hadith, it will create a society that is calm, peaceful, and safe in carrying out worldly and ukhrownya activities and not harming themselves and others. After that, a civil society of faith, piety and obedience to the rules enforced by religion will be created. In this section, verses related to community development will be examined by revealing terms in the Qur'an related to the concept of society.

Kata Kunci: open society, madani, tafsir al-qur’an

(2)

PENDAHULUAN

Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah swt memiliki dua kewajiban yaitu hablul min Allah dan habhul min Nas, yakni makhluk individual dan manusia juga sebagai makhluk sosial. Baik hubungan dengan Allah sang penciptanya dan juga sebagai makhluk sosial baik hubungannya dengan manusia yang lain, manusia membutuhkan ketenangan beribadah, memerlukan makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan kebutuhan lainnya.

Sedangkan sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan teman untuk bergaul untuk menyatakan suka dan duka, dan memenuhi berbagai kebutuhan lainnya yang bersifat kolektif. Manusia membutuhkan kedua sisi kehidupan tersebut.

Sebagai makhluk sosial, manusia mau tidak mau harus berinterkasi dengan manusia lainnya, dan membutuhkan lingkungan di mana ia berada. Ia menginginkan adanya lingkungan sosial yang ramah, peduli, santun, saling menjaga dan menyayangi, saling membantu, taat pada aturan, tertib, disiplin, menghargai hak-hak azasi manusia dan sebagainya.

Lingkungan yang demikian itulah yang memungkinkan ia dapat melakukan berbagai aktivitasnya dengan tenang, tanpa terganggu oleh berbagai hal yang dapat merugikan dirinya dan orang lain.1

Keinginan untuk mewujudkan lingkungan yang demikian itu, pada gilirannya mendorong perlunya membina masyarakat yang berpendidikan, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan. Karena hanya di dalam masyarakat yang demikian itulah akan tercipta lingkungan di mana berbagai

1 Abudin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan;

Tafsir Al-ayat Al-Tarbawiy (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 231.

aturan dan perundang-undangan dapat ditegakkan.

Al-Quran sebagai sumber ajaran Islam telah memberikan perhatian yang besar terhadap perlunya pembinaan masyarakat. Pada bagian ini akan dikaji ayat-ayat yang berhubungan dengan pembinaan masyarakat dengan mengungkapkan istilah-istilah dalam Al- Quran yang ada hubungannya dengan konsep masyarakat, ciri-ciri masyarakat ideal dan cara yang ditempuh untuk membina masyarakat ideal tersebut.

PENGERTIAN MASYARAKAT DALAM AL-QUR’AN

Masyarakat adalah kumpulan sekian banyak individu kecil atau besar yang terikat oleh satuan, adat kebudayaan dan hidup bersama. Ada beberapa kata dalam Al-Quran yang menunjukkan tentang masyarakat atau komunitas manusia yaitu diantaranya; al-ummah, al-sya’b, al-qabilah, al- qaum, al-firqah, al-tha’ifah,dan al-hizb.2

a. Al-Ummah; kelompok manusia yang berhimpun karena di dorong oleh ikatan- ikatan tertentu seperti agama, batas wilayah dan keturunan.3 Dalam al-qur’an surah Ali- Imran ayat 110 Allah swt berfirman:















































2 Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran; Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat

(Bandun: Mizan, 2014), 50.

3 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol. II, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 164.

(3)



“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”4

Kata ummah yang terdapat pada ayat tersebut berasal dari kata amma yaummu yang berarti jalan dan maksud. Dari asal kata tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat adalah kumpulan perorangan yang memiliki keyakinan dan tujuan yang sama. Menghimpun diri secara harmonis dengan maksud dan tujuan bersama.

b. Al-Sya’b; arti mengumpulkan, memisah- misahkan dan juga memperbaiki.

Sedangkan menurut Abdullah Yusuf Ali kata sya’b adalah `bangsa. 5 Dalam Al- Qur’an surah al-Hujurat ayat 13 Allah berfirman ;











































“Wahai Manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.”6

Kata sya’b dalam Surat Al-Hujurat ayat 13 ini berbentuk jamak (syu’ūb) yaitu Allah menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Allah jadikan manusia beranak pinak dan berkembang menjadi banyak sehingga berbangsa-bangsa dan bersuku-suku maka

4 Al-Qur’an terjemahan Depag

5 Al-Raghib Al-Ashfahani, al-Mufradat fi Gharib al-Quran, (Mesir: Mustofa al Babi al Halabi, 1961), 308.

6 Al-Qur’an terjemahan Depag

al-Quran mengunakan kata jamak pada kata sya’b menjadi syu’ūb dan qobilah menjadi qabā’il.

c. Al-Qobilah, yaitu kelompok manusia yang brasal dari satu keturunan. Kata qabīlah terulang dua kali dalam Al-Quran, pertama dalam bentuk jamak (qabāil) dalam Surat al- Hujurat 13 yang menunjuk pada suku- suku. Kedua qābil diartikan dengan pengikut-pengikut dalam Surat al-A’raf 27 Allah berfirman ;































































“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya.

Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin- pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.”7

d. Al-Qaum. Kata al-qaum menunjukkan arti Kaum secara umum, tanpa membedakan jenis kelamin dan mempunyai pengertian yang netral tidak mengandung konotasi positif atau negatif. Sebagaimana Surat ar- Ra’d ayat 11:





















7 Ibid.

(4)































“Sesunguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu Kaum sehingga kaum itu sendiri yang merubahnya diri mereka sendir.”8

e. Al-Firqoh; artinya sebagai kelompok manusia. Kata firqah terdapat dalam Surat Taubah 122, Allah berfirman ;















































“…tidak sepatutnya bagi mukmin itu pergi semua kemedan perang, mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama.”9

f. Al-Thoifah ; artinya kelompok manusia yang berkumpul karena satu aliran atau pendapat tertentu yang menjadikan mereka sebagai kelompok istimewa dibandingkan dengan kelompok lain. kata aI-Thoifah Terdapat dalam Surat Al- Hujurat ayat 9 Allah berfirman;

















“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya.“10

8 Depag, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta:

Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Quran, 1984), 370

9 Ibid

10 Ibid

g. Al-Hizb; artinya berkumpulnya manusia dalam suatu kelompok untuk saling tolong menolong dengan tujuan menghilangkan kesusahan. sebagaimana Allah swt berfirman Surat Al-Maidah 56:

























“Dan barangsiapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, maka sungguh, pengikut (agama) Allah itulah yang menang.”11

Dari pemaparan Al-Quran bahwa kata hizb berkonotasi netral, tergantung kata yang mengikutinya, meskipun penggunaannya dalam Al-Quran lebih banyak yang berkonotasi buruk. Namun demikian Al- Quran hanya membagi ke dalam dua kelompok saja yaitu hizb Allah dan hizb al-syaitan.

CIRI-CIRI MASYARAKAT MADANI (IDEAL) DALAM AL-QUR’AN

Dalam al-Qur’an Allah berfirman surat Ali-Imran ayat 110 ;

















































“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”

11 Ibid

(5)

a. Beriman

Dalam ayat di atas keimanan kepada Allah diletakkan dalam urutan ketiga dari syarat-syarat masyarakat Madani. Amar ma’ruf dan nahi mungkar merupakan pintu keimanan dan yang memelihara keimanan tersebut, dan pada umunya pintu mempunyai posisi didepan.

b. Amar Ma’ruf

Ciri masyarakat yang diidealkan oleh al-Quran sebagaimana disebutkan surat Ali Imran ayat 110 yang kedua adalah amar ma’ruf. Kata ma’ruf dalam al-Quran teulang sebanyak 32 kali dalam setiap kali penyebutan, maknanya diberi konteks tertentu. Kata ma’ruf kemudian diartikan sebagai sesuatu yang diketahui, yang dikenal, atau yang diakui. Untuk mengetahui maknanya yang lebih kongkret harus dilihat konteksnya. Sebagai contoh ungkapan qaulun ma’rufun dalam al- Quran terulang sebanyak lima kali.12 Ungkapan tersebut mengadung arti’’perkataan yang baik.” Dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 263 Allah berfirman;

























“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.”13

d. Nahi Munkar

Secara umum nahi mungkar diterjemahkan dengan mencegah perbuatan keji dan mungkar. Secara bahasa mungkar diartikan sebagai segala sesuatu yang

12 Ali Nurdin, Quranic Society (Menelusuri Konsep Masyarakat,

13 Depag, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta:

Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Quran

dipandang buruk, baik dari norma syariat maupun norma akal yang sehat.14 Makna ini kemudian menjadi lebih meluas dalam pandangan syariat, sebagai segala sesuatu yang melanggar norma-norma agama dan budaya atau adat istiadat suatu masyarakat.

Untuk lebih jelasnya, perbuatan apa saja yang dikategorikan sebagai perbuatan munkar dapat ditelusuri dalam Surat Al- Maidah 79:























“Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan Munkar yang mereka perbuat.

Sesungguhnya Amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.”15

IMPLIKASI MASYARAKAT MA- DANI DENGAN PENDIDIKAN

Konsep masyarakat yang madani amat diperlukan dalam rangka mengembangkan konsep pendidikan.

Berkenaan dengan ini paling tidak terdapat tiga hal yang menggambarkan hubungan konsep masyarakat dengan pendidikan, antara lain:

a. Bahwa gambaran masyarakat yang Madani harus dijadikan salah satu pertimbangan dalam merancang visi, misi dan tujuan pendidikan. Visinya dirumuskan pendidikan sebagai pusat pembentukan masyarakat yang beradab. Misinya adalah membangun masa depan bangsa yang lebih maju, sedang tujuannya menghasilkan sumber daya manusia yang siap memajukan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai Islami.

b. Gambaran masyarakat yang Madani juga harus dijadikan landasan bagi pengembangan pendidikan yang berbasis

14 Al-Raghib Al-Ashafahani, Al Mufradat, 505.

15 Depag, Al-Quran dan, 174.

(6)

masyarakat. Yaitu pendidikan yang melihat masyarakat bukan saja sebagai sarana atau objek penyelenggaraan pendidikan. Namun masyarakat harus dilihat sebagai suatu keadaan yang terdapat berbagai potensi untuk diberdayakan bagi penyelenggaraan pendidikan.

c. Perkembangan dan kemajuan yang terjadi di masyarakat harus dipertim-bangkan dalam merumuskan tujuan pendidikan. Pendidikan harus menghasilkan lulusan yang dibutuhkan oleh masyarakat atau lapangan kerja.

KESIMPULAN

Al-Quran telah membicarakan tentang masyarakat Madani, artinya Al- Quran memiliki beberapa karakteristik masyarakat Madani yang harus di bangun, di mana masyarakat madani akan menciptakan keharmonisan dalam interaksinya. Al-Quran telah menjelaskan tentang ciri-ciri yang harus dipenuhi oleh satu masyarakat yang madani, yaitu; 1) masyarakat yang diidealkan Al- Quran adalah masyarakat yang dilandasi dengan keimanan yang kokoh, 2) masyarakat yang masing-masing anggotanya bekerjasama pada yang amal ma’ruf, 3) dan mencegah perbuatan mungkar.[]

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ashfahani, Raghib. al-Mufradat fi Gharib al-Quran. Mesir: Mustofa al Babi al Halabi, 1961.

Depag. Al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al- Quran, 1984.

Katsir, Ibnu. Tafsir Ibnu Katsir, Jilid I.

Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002.

Nurdin, Ali. Quranic Society (Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal Dalam Al- Quran). Jakarta : Erlangga, 2006.

Nata, Abudin. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan.

Tafsir Al-ayat Al-Tarbawiy), (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2002.

Kafrawi, M., and Mohd Nazri Ahmad.

"POLIGAMI MENURUT KITAB TAFSIR AL-MA’RIFAH KARYA MUSTHAFA UMAR." RUSYDIAH:

Jurnal Pemikiran Islam 1.1 (2020) Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah, Vol. II.

Jakarta: Lentera Hati, 2002.

, Wawasan Al-Quran (Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat). Bandung:

Mizan, 2014.

Referensi

Dokumen terkait

However, in attending to this consideration, a broader international involvement and representation from the African continent should be retained: Editor’s response: My experience as