• Tidak ada hasil yang ditemukan

konstruksi realitas dan agenda media - Digilib UIN SUKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "konstruksi realitas dan agenda media - Digilib UIN SUKA"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

Penulis senantiasa memanjatkan doa kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: KONSTRUKSI REALITAS DAN AGENDA MEDIA (Analisis Framing Larangan Penyebutan Kafir Oleh Robert N. Entman). kepada non muslim di media online Tempo.Co dan Viva.co.id (periode 28 Februari – 15 Maret 2019) dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Ibu dr. Yani Tri Wijayanti selaku sekretaris program studi ilmu komunikasi UIN Sunan Kalijaga sekaligus salah satu penguji yang memberikan saran dan kontribusi dalam penelitian ini. Dosen-dosen prodi Ilmu Komunikasi yang berbagi ilmu dan pengalamannya sangat berharga bagi peneliti dalam perkuliahannya.

Ayah dan Ibu saya serta keluarga besar saya telah mendukung dan selalu mendoakan kegiatan belajar saya. Terima kasih atas segala pengorbanan luar biasa, doa dan kasih sayang yang telah diberikan kepadaku. Keluarga PERHUMAS Muda Yogyakarta seperti Vira, Ilham, Pines, Dhipa dan lain-lain yang telah memberikan kata-kata penyemangat dan masukan.

Rekan Duta dan Organisasi, Kukuh Tri Pratama yang bersedia membantu peneliti dengan meminjam buku-buku di Perpustakaan Universitas Gadjah Mada dari awal penelitian hingga akhir. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT dan semoga kita memperoleh kesuksesan dalam meraih berbagai hal yang kita perjuangkan. Dalam hal ini, sebagai media yang banyak memuat artikel mengenai isu tersebut, bisa diasumsikan bahwa tempo.co dan viva.co.id mungkin akan menghadirkan perbedaan dalam framingnya.

This study has resulted that framing in tempo.co tend to see the phenomenon as a matter of nationality, while viva.co.id tend to see it as an objection from Al Qur'an.

Latar Belakang Masalah

Menurut Suara.com, bangsa Indonesia memiliki penduduk yang beragama sehingga isu agama selalu diperbincangkan. Diantaranya: Pertama kali diberitakan Detik.com, penodaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Gubernur DKI Jakarta, di QS. Seperti dilansir Mojok.co, Wakil Ketua Komisi Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ikhsan Abdullah menyayangkan pembacaan puisi sebagai doa dinilai kurang tepat.

Menurut Tempo.co, Komunitas Gereja Indonesia (PGI), Sekretaris Jenderal PGI Gomar Gultom, misalnya, mengatakan saling perselingkuhan merupakan salah satu bentuk kekerasan teologis. Bahkan, dilansir Tirto.id, Menhan geram dan ingin menampar orang-orang yang menyebut non-Muslim kafir. Selain itu, dilansir Opini.id, pengurus LPD Al-Bahjah Yahya Zainul Ma'rif atau Buya Yahya berpendapat, istilah kafir sebenarnya adalah sebutan untuk orang yang tidak mengenal Allah, Islam, dan Nabi Muhammad SAW. .

Sumber: https://www.Viva.co.id/berita/nasional/1127551-fpi-buat-nu-jual-hadap-allah-karena-mengubah-term-kafir (diakses 24 Maret 2019). Menurut Viva.co.id, Juru Bicara FPI, Munawarman, menghapus istilah kafir, sama saja dengan menghapus nomenklatur kafir dalam Alquran. Seperti dilansir Opini.id, Koordinator Humas Persaudaraan Alumni 212, Novel Bamukmin, menilai aduan istilah kafir hanyalah siasat Nahdlatul Ulama (NU) untuk merebut hati pemegang hak suara di pemilu. pemilu tahun 2019.

Ada dua media nasional yang memiliki tingkat eksposur tertinggi terkait isu pelarangan penyebutan orang kafir, yakni media online Tempo.co dan juga Viva.co.id. Sekilas terlihat dari artikel terbitan Tempo.co yang memuat organisasi yang menyetujui dan mengapresiasi langkah Nahdlatul Ulama atau Viva yang mempublikasikan tanggapan FPI bahwa Nahdlatul Ulama berani mengubah Alquran. Hal ini menunjukkan kedua media mempunyai sikap berbeda terkait persoalan yang dipermasalahkan.

Bahkan dalam asumsinya, Tempo.co mensurvei pendapat khalayak dan menyebut mayoritas setuju dengan langkah Nahdlatul Ulama. Kedua media yang memiliki eksposur tinggi, Tempo.co dan Viva.co.id, sebagai media pemberitaan yang berbeda, tentu berpotensi memiliki konstruksi realitas yang berbeda dengan agenda yang berbeda. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti melakukan analisis bingkai media terhadap isu larangan menyebut non-Muslim sebagai kafir pada media online Tempo.co dan Viva.co.id.

Rumusan Masalah

8 menyebabkan kecelakaan pada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya sehingga menyebabkan kamu menyesali perbuatanmu.” (QS. Al Hujurat : 6). Al-Hujurat : 6 mengatakan bahwa salah satu hal yang menjadi kewajiban kita sebagai manusia adalah memeriksa atau Tabayyun. Allah SWT memerintahkan umat manusia untuk selalu mengecek berita atau informasi yang ada terlebih dahulu.

Hal ini bertujuan untuk menghindari kerugian bahkan bencana akibat kepercayaan terhadap berita atau informasi yang tidak jelas mengenai keadaan sebenarnya. Apakah media mempunyai kerangka atau perspektif realitas tersendiri terhadap fenomena tersebut atau malah media mempunyai agenda berbeda terkait fenomena tersebut? Penelitian ini pada intinya menganalisis kerangka artikel yang dimuat Tempo.co dan Viva.co.id tentang larangan menyebut non-Muslim kafir oleh Nadlatul Ulama (NU) pada periode 28 Februari – 15 Maret 2019.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini membahas tentang analisis bingkai pemberitaan Ganjar Pranowo terhadap kasus suap E-KTP di media Tribun News, Jawa Pos dan Suara Merdeka. Penelitian ini menemukan perbedaan sikap Tribun News terhadap pemberitaan Ganjar Pranowo dalam kasus E-KTP. Penelitian ini menggunakan tiga media online yang akan diteliti yaitu Tribun News, Jawa Pos dan Suara Merdeka.

Sebelas kajian yang akan dilakukan menggunakan dua media online, yakni Tempo.co dan Viva.co.id. Penelitian ini fokus pada isu Ganjar Pranowo terkait korupsi E-KTP, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menyeleksi konten larangan menyebut orang kafir pada non-Muslim. Penelitian ini membahas tentang framing isu LGBT yang dilakukan Republic dan BBC News dengan menggunakan model Robert N.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian ini fokus pada isu LGBT. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan dua media online sebagai pembanding. 13 Penelitian ini membahas tentang framing berita pemilu presiden tahun 2014 di media TV One dan Metro TV pada tanggal 9 Juli 2014.

Penelusuran ini menghasilkan temuan bahwa nilai keseimbangan media TV One dan Metro TV pada pemilu 2014 telah hilang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian ini menggunakan media massa berupa televisi (TV One dan Metro TV) sedangkan yang akan dilakukan menggunakan media berita online Tempo.co dan Viva.co.id. Meski sama-sama menggunakan media online, namun penelitian ini menggunakan tiga media online yang diteliti yaitu Tribun News, Jawa Pos dan Suara Merdeka.

Sedangkan penelitian yang akan dilakukan membandingkan dua media yaitu Tempo.co dan Viva.co.id. Subyek penelitian ini adalah Ganjar Pranowo dalam kasus korupsi E-KTP, sedangkan penelitian yang akan dilakukan membahas permasalahan larangan penyebutan. Penelitian ini menarik karena isu yang ingin diteliti adalah Pemilihan Presiden pada dua media TV yang dianggap bertolak belakang.

Tempo.co dan Viva.co.id ramai memberitakan isu larangan melabeli WNI non-Muslim sebagai kafir. Dalam hal ini media online yang menjadi subjek penelitian adalah Tempo.co dan Viva.co.id.

Gambar 6  Kerangka Pemikiran
Gambar 6 Kerangka Pemikiran

Kesimpulan

Saran

MEDIA, POLITIK dan N POWER (Analisis Framework Model Robert N. Entman dalam Pemberitaan Hasil Pilpres, 9 Juli 2014 di TV One dan Metro TV). Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Jurnal Aristo Vol.2 No. 2017. Petunjuk syariah dalam menerima dan menyebarkan (mendistribusikan) berita. https://muslim.or.id/31810-petunjuk-syariah-dalam-menerima-dan-spread-share-berita.html (diakses 1 Maret 2019).

MUSLIM. https://mojok.co/daf/ulasan/pojokan/dukung-fpi-yang-kritik-nu-cepat-ganti-term-kafir-dengan-non-muslim/ (diakses 24 Maret 2019). Analisis framing reporter Ganjar Pranowo dalam kasus korupsi EKTP (Tribun News, Jawa Pos dan Suara Merdeka periode AgustusutusNobember 2015 dan Maret 2017). Konstruksi realitas dan media massa (analisis framing berita LGBT di Republika dan model berita BBC Robert N.

Referensi

Dokumen terkait