• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRADIKSI HADIS NABI PERIHAL SYAIR (STUDY MUKHTALIF ḤADIS) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "KONTRADIKSI HADIS NABI PERIHAL SYAIR (STUDY MUKHTALIF ḤADIS) SKRIPSI"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan penelitian

Manfaat Penelitian

Definisi Istilah

KAJIAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu

Skripsi yang berjudul “Metode Penyempurnaan Hadits Hadits Ikhtilaf (Kajian Kitab Ta’wil Mukhtalif Hadits Ibnu Qutaibah. Skripsi yang ditulis oleh Fiqri Auliya Ilhamny, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin dengan judul “Hadits Kemiskinan Menurut Ibnu Qutaibah dalam Kitab Ta’wil Mukhtaliful Hadits”. 14 Musfik Alamsyah, “Metode Penyempurnaan Hadits Hadits Ikhtilaf (kajian kitab Ta’wil Mukhtalif Hadits Ibnu Qutaibah)”. ( Jember : IAIN Jember, 2020).

15 Fiqri Auliya Ilhamy, Hadits Kemiskinan Menurut Ibnu Qutaibah dalam Hadits Ta'wil Mukhtalif (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014).

Kajian Teori

Hadis-hadis yang kelihatan bercanggah antara satu sama lain dalam pengertian zahirnya dinamakan hadis mukhtalaf atau musykil al-hadith. Oleh itu, setiap mukhtalaf al-hadith juga mesti mengandungi musykil al-hadith, tetapi tidak sebaliknya. Imam Syafi'i (W. 204 H) adalah seorang ulama yang mempelopori himpunan hadis campuran dan berusaha menyelesaikan konflik dengan karyanya yang berjudul Kitab ikhtilaf al-hadith.

Ini bermakna lafaz mutlaq yang terdapat dalam salah satu hadis yang bercanggah hendaklah difahami sebagai muqayyad berdasarkan hadis-hadis yang lain. 44 Salamah Noorhidayati, Ikhtilaf al-Hadith dan Implikasinya Terhadap Ikhtilaf al-Ummah (Analisis titik poin al-Syafi'i), Jurnal Tafakur Ilmu Ushuluddin, jilid 9, no. Daripada gabungan dua perkataan tersebut, ulama mendefinisikan takhrij al-hadith dengan cara yang berbeza, walaupun isinya adalah sama.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat dijelaskan bahwa kegiatan takhrij al-hadits adalah kegiatan mencari suatu hadits, mencari dan mengekstraksinya dari kitab-kitab sumber dengan tujuan untuk mengetahui; Takhrij al-hadits menggunakan pengucapan pertama matan hadits sesuai dengan rangkaian huruf hijaiyah seperti kitab al-Jami' al-Ṣagir karya Jalal al-Ḍin al-Suyuti. Takhrij al-hadits menggunakan salah satu pengucapan matan hadits, baik dalam bentuk isim maupun fi'il, dengan mencari akar kata.

Takhrij al-Hadith menggunakan perawi yang terakhir atau penghubung pertama iaitu sahabat dengan syarat diketahui nama sahabat yang meriwayatkan hadith tersebut. Takhrij al-hadith dengan menggunakan topik-topik tertentu dalam kitab hadith, seperti kitab-kitab yang disusun dalam bentuk bab fiqh atau al-targib wa al-tarhib. Takhrij al-hadith dengan menggunakan hukum dan darjat hadith, seperti statusnya (sahih, hasan, daif dan maudu).

خاص "عبد ألحق بين سيف الدين بين سي" دولة الدهلاوي, نلدنج توت دي جرندبجنسلس فان حديث (سس.

METODE PENELITIAN

  • Jenis Pendekatan
  • Jenis Penelitian
  • Sumber Data
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Analisis Data

Nama lengkapnya adalah 'Umar bin Ḥafṣ bin Giyāṡ bin Ṭalq al-Nakh'i al-Kūfi, meninggal pada tahun 222 H. 69. Guru-gurunya antara lain: ayahnya yaitu Ḥafs bin Giyās, Ahmad bin Ibrāhim al-Dauraqi, Aḥsufmad bin YŸsufmad al-Sulami, Muhammad bin Yahyā al-Żuhli dan Ya'qub. Penilaian ulama terhadapnya antara lain: Abū Hātim menilainya sebagai Ṡiqah dan Ibnu Hibbān memasukkannya ke dalam kategori “al-Ṡiqāt.71. 71 Muglatay bin Qulaij bin “Abdullah al-Bakjirī al-Miṣrī, Ikmāl Tahẓīb al-Kamāl fī Asmā‟ al-Rijāl, Juz 10, 37.

75 Muglatay bin Qulaij bin „Abdullah al-Bakjirī al-Miṣrī, Ikmāl Tahẓīb al-Kamāl fī Asmā‟ al-Rijāl, Juz 4, 292. Setelah dianalisa isi kedua hadits mengenai ayat di atas, nampaknya ada pertentangan di atas. . solusinya kemudian akan dijelaskan. Konflik ini dilakukan dengan metode al-jam'u (kompromi). Al-Mubarakfury berkata: yang dimaksud dengan mengisi (perutnya dengan puisi) adalah ketika puisi telah menguasainya, dimana dia lebih mementingkannya dibandingkan Al-Qur'an dan ilmu-ilmu Islam lainnya, maka itu menjadi puisi yang tercela apapun bentuknya. .

Perlu ditegaskan bahwa puisi yang dibenarkan tidak boleh lepas dari kalimat-kalimat yang mengandung imajinasi atau semua kalimat harus bersungguh-sungguh dan mengandung petunjuk dan pengingat agama. Sedangkan menurut Ibnu Baṭṭal, puisi-puisi yang dilarang digubah di masjid adalah puisi-puisi yang mengandung kata-kata kotor, khayalan, serta puisi-puisi yang mengabaikan jamaah.89. Kandungan dua hadits yang berkaitan dengan puisi, yang pertama menunjukkan kebolehan membaca puisi dan yang kedua menunjukkan keharaman puisi.

Hadis tentang pengharaman syair dan syair bersifat sementara kerana syair yang diharamkan adalah syair yang menyalahi syariat, dan syair yang tidak disenangi ialah syair yang dikarang untuk merendahkan martabat manusia umumnya dan umat Islam khususnya, dan syair yang sangat sibuk di samping syair. kesibukan membaca. al-Quran dan menyembah Tuhan. Adapun syair-syair yang dikarang tanpa melalaikan malah meninggalkan ibadah kepada Allah dengan tujuan menyedarkan manusia daripada kerosakannya atau menyedarkan akal umat Islam dan melemahkan akal orang-orang kafir dan sesuai dengan al-Quran dan as-Sunnah, kemudian syair.

PEMBAHASAN

Hadis tentang Perut Penuh dengan Nanah Lebih Baik dari

  • Sanad dan matan Hadis
  • I‟tibār Sanad
  • Kritik Sanad

Hadis Tentang Syair Mengandung Hikmah

Penyuntingan hadis yang penulis perolehi daripada tujuh kitab hadis di atas berdasarkan petunjuk dalam kitab takhriyyah adalah seperti berikut: Kaedah kritik sanad melibatkan beberapa aspek antaranya menguji kesinambungan proses periwayatan hadis. dengan meneliti salasilah guru-guru yang bertanda ṣighah al-taḥammul (lambang penerimaan hadith), dengan menguji keutuhan perawi (al-„ adālah) dan kecerdasannya (al-dabt) dan jaminan keamanan daripada syuzuz dan “illah. Murid-muridnya ialah: Imam al-Bukhāri, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam al-Tirmiẓi dan Imam al-Dārimi. 70.

Ḥafṣ bin Giyāṡ lahir pada tahun 117 H dan dipanggil al-Hāfiẓ, al-Allāmah dan al-Kāḍī di Kufah dan meninggal pada tahun 194 H. Guru-gurunya antara lain: "Āṣim al-Aḥāyānwal, Sulaim. „īd, al-A'masy dan Muhammad bin Zaid al-Muhajir. Penilaian para ulama terhadapnya antara lain: Al-Ijlī menilainya sebagai ṡikah, Ma'mūn fakhīh, Ja' qūb bin Syaibah menilainya sebagai ṡikah ṡabat, Abu Żurʻah berpendapat bahwa hafalan Ḥafs oleh bin Gijas adalah masalah lamanya, usia, namun Hafs tetap meriwayatkan hadits menggunakan kitabnya, Ibnu Ma'in menambahkan bahwa semua hadits yang diriwayatkan Ḥafṡ di Bagdad dan Kufah datang dari ingatannya, Imam al-Nasā'ī menilai mereka ṡikah.

Adapun guru-gurunya antara lain: Abbān bin Abi „Iyāsy, Ibrāhim al-Tamimi, Zakwān bin „Abi Sālih, al-Husain bin Munzir, dan Sa„id bin Jubair. Dan murid-muridnya termasuk: Ibrāhim bin Tahman, Asbat bin Muhammad al-Qurasyi, Ishāq bin Yusuf, Hafs bin Giyās dan Jarir bin Hazm. 72. Adapun penilaian ulama terhadapnya antara lain: al-Ijli mentaksirnya sebagai siqah-sabbat, Yahyā bin Ma'in mentaksirnya sebagai ṡiqah, dan Imam al-Nasā'i mentaksirnya sebagai siqah-sabbat.

Abū Ṣāliḥ pernah mengajar: Jābir bin „Abdullāh, Sa‟d bin Abi Waqqās, „Abdullāh bin „Abbās, Abdullah bin „Umar, Abu Hurairah dan para sahabat yang lain. Dan di antara muridnya ialah: Ibrāhim bin Abi Maimūnah, Isḥāq bin „Abdullāh bin Abi Talḥaḥ, Sulaimān al-. Mengenai penilaian ulama tentangnya: Ibnu Hiban memasukkannya ke dalam golongan al-siqāt, Aḥmad bin Ṣāliḥ dan al-Sāji mentaksirnya sebagai siqah ṣadūq, al-„Ijli mentaksirnya sebagai ṡiqah, dan Ibn Khalfūn ṡiqi 75 menilainya juga. .

Selain menerima hadis langsung dari Nabi Muhammad SAW, Abu Huraira juga menerima hadis dari para sahabat lainnya, antara lain: Al-Kaṡir al-Taibi, Ubay bin Ka'ab, Usāmah bin Zaid, 'Umar bin al-Khaṭṭāb, Al-Fadl bin el. -„Abbās, Ka'ab al-Ahbar, Abu Bakr al-Ṣiddiq, 'A'isyah dan Basrah bin Abi Basrah al-Gifāriy.

Analisis Ilmu Mukhtalif al-Ḥadīṡ terhadap Kontroversial Hadis

Maka hadis tentang pengharaman syair dan syair hanya boleh difahami dengan kaedah: al-„ibrah bi khuṡūṡ al-sabab lā bi „umūm al-lafẓ (Yang dijadikan patokan ialah kekhususan sebab, bukan keumuman sebutan). Jika dilihat dari sudut asbāb al-wurūd, hadis yang menolak syair adalah kerana syair yang dilafazkan oleh penyair ketika itu adalah syair yang mengandungi penghinaan atau penghinaan terhadap Nabi, manakala hadith yang membenarkan syair adalah kerana syair itu sedang. yang dibacakan mengandungi perkara yang baik. Oleh itu, Imam al-Bukharī dalam sahihnya memberikan satu bab khusus tentang syair dengan nama surah "Dia benci syair apabila ia lebih mendominasi manusia daripada al-Quran dan zikir kepada Allah. 81 Maka apabila seseorang menjadikan al-Quran dan menyembah Allah sebagai keprihatinan.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahawa Ḥasān bin Ṡābit82, Ka‟b bin Mālik83, dan „Abdullah bin Rawāḥah.84 ketika QS. Beliau adalah antara golongan sahabat yang melihat ikrar taat setia kepada Aqabah dan mengikuti banyak peperangan dalam Islam, seperti perang Badar, Uhud, Khandaq, Fathu Makkah, Khaibar, Mu‟tah, Thaif dan Tabuk. 84 Abdullah bin Rawāḥah nama penuh Abdullah bin Rawāḥah bin Ṣa‟labah bin „Imr al-Qais al-Qibasi al-Akbar bin Malik al-Aghra bin Ṣ‟labah bin Ka‟b bin Khazraj bin al-Ḥāriṣī bin al-Ḥāriṣī -ṡ - Khazrajī.

Oleh itu, ayat di atas mengecualikan golongan penyair dengan mengatakan: Kecuali orang-orang yang beriman dengan sebenar-benar iman dan membuktikan iman mereka dengan beramal soleh dan berzikir, iaitu berzikir dan menyebut nama Allah sehinggakan usaha mereka menyusun kalimat yang indah tidak. menghalang zikir, kerana kehadiran dan kebesaran Tuhan juga tergambar dalam syair-syairnya, dan mereka bangkit mempertahankan kebenaran, antara lain melalui syair-syair mereka, setelah mereka ditindas, antara lain, melalui syair-syair yang dikarang untuk memburukkan agama. Dengan ayat ini, Al-Quran membenarkan syair dan ayat-ayat yang disusun dengan indah selagi tujuannya tidak membawa kepada penangguhan dan kemaksiatan. mengakui ini dengan tegas, bukan sahaja dengan menyetujui ramai penyair yang tinggal bersamanya, seperti Hasān bin Ṡābit, `Abdullāh bin Rawāḥah dan lain-lain, tetapi juga memuji beberapa puisi yang didengarinya. Abū Ja‟far Muḥammad bin al-Ṣabbāḥ dan „Alī bin Ḥujr al-Sa‟dī telah menceritakan kepada kami, kedua-duanya daripada Syarīk, Ibnu Ḥujr berkata bahawa dia telah menceritakan kepada kami Syarīk, daripada Abd al-Malik bin.

87 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Harmoni Al-Qur'an, Vol. 9, . Iman yang diturunkannya merupakan iman yang selaras dengan fitrah manusia. Alamsyah, Musfik, “Metode Pengisian Hadits Hadits Ikhtilaf (Kajian Kitab Ta’wil Mukhtalif Hadits Ibnu Qutaibah.

PENUTUP

Kesimpulan

Dan kedua hadis ini semuanya dianggap sahih karena memenuhi unsur kaidah sahih atau syarat kesahihan hadis.

Saran-saran

Abdul Gaffar Bedong & Muhammad Ismail Maggading, al-Jarḥ wa al-Ta„dīl Konstruksi penilaian Hadis yang berorientasi pada aplikasi.

Referensi

Dokumen terkait