• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Hukuman Edukatif dan Tingkat Religiusitas dengan Kecenderungan Perilaku Agresif Siswa Kelas XI IPA di SMAN 1 Dolopo Tahun Ajaran 2015/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Korelasi Hukuman Edukatif dan Tingkat Religiusitas dengan Kecenderungan Perilaku Agresif Siswa Kelas XI IPA di SMAN 1 Dolopo Tahun Ajaran 2015/2016"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang pembahasan di atas, penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara hukuman edukatif dengan tingkat religiusitas dan kecenderungan perilaku agresif pada siswa IPA kelas XI SMAN 1 Dolopo tahun ajaran 2015/2016”. Adakah hubungan yang signifikan antara hukuman edukatif dengan tingkat religiusitas dan kecenderungan perilaku agresif pada siswa kelas XI IPA SMAN 1 Dolopo tahun pelajaran 2015/2016? Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara hukuman edukatif dan derajat religiusitas terhadap kecenderungan perilaku agresif pada siswa IPA kelas XI SMAN 1 Dolopo tahun pelajaran 2015/2016.

Kami berharap lembaga/sekolah dapat memberikan kontribusi pengetahuan bahwa hukuman pendidikan dan tingkat religiusitas berhubungan dengan kecenderungan perilaku agresif siswa. Hal ini diharapkan dapat membuat guru dapat mengefektifkan hukuman edukatif dan mengembangkan tingkat religiusitas siswa sehingga dapat mengurangi kecenderungan perilaku agresif. Bagi pelajar, diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada pelajar mengenai tujuan hukuman yang mendidik dan perlunya meningkatkan kualitas tingkat religiusitas untuk mengendalikan kecenderungan perilaku agresif pada pelajar.

Hukuman Edukatif

Dari pengertian di atas penulis merumuskan hukuman pendidikan sebagai hukuman yang bersifat mendidik, karena hukuman itu sendiri mempunyai model dan bentuk yang sangat beragam, bahkan ada yang justru membuat para peserta pendidikan patah semangat. Dengan kata lain, hukuman pendidikan adalah hukuman yang tujuannya adalah untuk secara sadar mengubah perilaku dan tindakan seseorang menjadi lebih baik dalam dunia pendidikan. Sebagai seorang guru, Anda harus cerdas dan tepat dalam memberikan hukuman agar hukuman dapat memberikan motivasi.

Jadi seorang guru harus menggunakan pendekatan edukatif yang dimaksud disini adalah “hukuman yang mendidik dan bertujuan untuk memperbaiki sikap dan perbuatan siswa yang dianggap salah”.33. Prinsip dasar hukuman pendidikan antara lain: 34 1) Setiap hukuman harus dapat dipertanggungjawabkan. Hukuman jenis ini merupakan hukuman yang paling sering diterapkan di sekolah, terutama terhadap kesalahan siswa berupa: terlambat datang, tidak/terlambat menyerahkan tugas, dan lain-lain yang berkaitan dengan prestasi akademik.

Tingkat Religiusitas

Pemahaman tersebut juga sejalan dengan muatan agama yang memuat kumpulan cara mengabdi kepada Tuhan yang dikumpulkan dalam kitab suci untuk dibaca. Dan karena itu religiusitas pada dasarnya melampaui atau lebih dalam dari agama yang tampak secara formal, resmi.42 b. Menurut Nico Syukur Dister, empat hal yang menyebabkan seseorang mengembangkan perilaku keagamaan, yaitu: .. 2.) Menjaga moralitas dan ketertiban sosial 3.) Memuaskan akal ingin tahu.

Bagi orang yang sudah matang sikap keagamaannya, ketika mengalami musibah akan menyadari bahwa itu adalah ujian dari Allah yang akan menambah nilai keimanannya. Apabila orang tua atau guru tidak memahami dan melakukan pendekatan dengan baik, meskipun dengan sikap yang keras, maka sikap tersebut akan muncul dalam bentuk perilaku negatif (negativisme), seperti keras kepala, menentang, menentang atau menjauhkan diri, dan acuh tak acuh. 2) Masa remaja akhir (17-21 tahun). Penjelasan agresi sebagai hasil proses pembelajaran menekankan pada peran penguatan dan hukuman dalam mengatur kinerja perilaku agresif.

Hukuman yang sebenarnya harus diberikan segera setelah agresi dilakukan agar dianggap ada kaitannya dengan perilaku agresif tersebut. Artinya: “Dan janganlah kamu merugikan manusia dengan mengurangi hak-haknya dan janganlah kamu merugikan bumi. Sebagaimana dipahami, setiap manusia mempunyai dua potensi, atau kecenderungan, yaitu “takwa” (beriman dan beramal shaleh, atau berakhlak mulia), dan “fujur” (musyrik, kafir, munafik, munafik, munafik).

Agama merupakan sumber nilai, keyakinan, dan pola perilaku yang akan menjadi pedoman makna, tujuan, dan kestabilan hidup manusia54. Dengan kata lain, agama mencakup seluruh tingkah laku manusia dalam kehidupan ini, yang mana tingkah laku tersebut merupakan keutuhan manusia yang berbudi luhur (akhlaq karimah), berdasarkan amanah atau keimanan kepada Allah SWT dan tanggung jawab pribadi di kemudian hari. Jadi dalam hal ini agama mencakup keseluruhan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari yang berlandaskan keimanan kepada Allah, sehingga.

Ada yang berpendapat bahwa moralitas dan agama dapat mengendalikan perilaku anak yang menginjak usia remaja agar tidak melakukan hal-hal yang merugikan masyarakat atau bertentangan dengan norma agama.

Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

Faktor penyebab rendahnya sikap religius siswa ada dua, yaitu (1) faktor internal (dalam keluarga), (2) faktor eksternal (di luar keluarga/teman satu tim); (b) guru teladan di MT. Cendekiawan Bina Putra sangat baik tidak hanya bagi guru pai saja namun semua guru sadar akan pentingnya pandangan agama. Karena guru sadar bahwa siswa akan menjadikan dirinya sebagai panutan; (c) dalam hal ini pengaruh yang dihasilkan oleh gurun pasir merupakan contoh sikap religius siswa.

Persamaan penelitian saat ini dan penelitian terdahulu adalah sama-sama fokus pada perilaku atau sikap siswa mengenai kedisiplinan berupa hukuman pendidikan dan hubungannya dengan agama atau keberagamaan. Perbedaan penelitian saat ini dengan penelitian terdahulu adalah perbedaan rumusan masalah, tujuan, manfaat dan yang membedakan adalah tempat dan objek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti fokus pada pertanyaan apakah terdapat hubungan yang signifikan antara hukuman edukatif dengan tingkat religiusitas dan kecenderungan perilaku agresif pada siswa kelas XI IPA SMAN 1 Dolopo tahun pelajaran 2015/2016.

Kerangka Berfikir

Pengajuan Hipotesis

Letak Geografis 81

Keberadaan lembaga pendidikan di lokasi yang menguntungkan menjadi salah satu faktor yang menunjang kelancaran proses pendidikan dan pembelajaran.

Visi dan Misi 82

Tujuan 83

Peningkatan penguasaan Teknologi Informasi (berbasis komputer) bagi guru untuk menunjang pembelajaran dalam hal menciptakan perangkat pembelajaran, proses pembelajaran berbasis teknologi informasi. Peningkatan pelatihan bagi guru, MGMP, workshop, narasumber media, dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran h. Menciptakan tertib administrasi di lingkungan sekolah, menciptakan program, struktur organisasi, tugas dan kewajiban, tujuan, aturan, sesuai dengan lingkup tugas masing-masing komponen di sekolah.

Struktur organisasi pada suatu lembaga sangatlah penting karena dengan melihat dan membaca struktur organisasi kita akan lebih mudah mengetahui berapa jumlah pegawai yang menduduki jabatan tertentu pada lembaga tersebut. Sebab, selain menjadi generasi penerus bangsa, melalui fasilitas pendidikan, peserta didik dapat meningkatkan taraf hidupnya sebagai manusia, baik di mata sesama manusia bahkan lebih di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. . Jumlah siswa SMAN 1 Dolopo tahun ajaran 2015/2016 pada bulan Maret berjumlah 573 siswa yang terdiri dari 24 kelompok belajar.

Kehadiran tenaga pengajar dan penunjang diharapkan dapat membuat proses pembelajaran di sekolah lancar dan nyaman.

Sarana dan Prasarana

Deskripsi Data

Deskripsi Data tentang Hukuman Edukatif Siswa Kelas XI di SMAN 1 Dolopo Tahun Ajaran 2015/2016

Deskripsi data mengenai hukuman pendidikan IPA siswa kelas XI SMAN 1 Dolopo diperoleh dari angket yang dibagikan kepada responden (79 siswa). Sedangkan untuk skor respon angket berbentuk angka-angka yang diinterpretasikan agar mudah dipahami. Kisi-kisi Instrumen Hukuman Edukatif Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Dolopo Butir Variabel Sebaran Variabel Jumlah Butir Hukuman.

Sebaran variabel pada data di atas menjadi dasar pernyataan dalam kuesioner untuk variabel �1. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rating variabel sanksi pendidikan maksimal adalah sebesar 45.

Deskripsi Data Tentang Tingkat Religiusitas Siswa Kelas XI IPA di SMAN 1 Dolopo

Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa skor tingkat religiusitas siswa IPA Kelas XI adalah sebagai berikut. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa skor variabel pada tingkat religiusitas tertinggi adalah 46 dengan frekuensi 2.

Deskripsi Data Tentang Kecenderungan Perilaku Agresif Siswa Kelas XI IPA di SMAN I Dolopo

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa skor tertinggi variabel mengenai kecenderungan perilaku agresif adalah 59 dengan frekuensi 3 orang dan terendah 40 dengan frekuensi 1 orang.

Analisis Data (Pengujian Hipotesis)

Untuk menentukan kategori kecenderungan perilaku agresif kelas Dari kategori di atas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan perilaku agresif siswa kelas XI IPA SMAN 1 Dolopo berada pada kategori sangat rendah dengan frekuensi 6 responden (7,59%). ) dalam kategori tersebut. Secara umum dapat dikatakan bahwa kecenderungan perilaku agresif siswa SMAN 1 Dolopo masuk dalam kategori rendah.

Hubungan antara hukuman edukatif dan tingkat religiusitas dengan kecenderungan perilaku agresif pada siswa kelas XI SMAN 1 Dolopo pada tahun pelajaran. Sebelum dilakukan analisis hubungan antara hukuman edukatif dengan tingkat religiusitas dan kecenderungan perilaku agresif pada siswa kelas XI IPA SMAN 1 Dolopo pada tahun ajaran, perlu dilakukan uji normalitas. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara hukuman edukatif dengan tingkat religiusitas dan kecenderungan perilaku agresif siswa di SMAN 1 Dolopo digunakan perhitungan korelasi berganda.

Dengan membahas kecenderungan perilaku agresif maka dapat diketahui bahwa kecenderungan perilaku agresif tergolong kelas ), dan berada pada kategori sedang dengan frekuensi sebanyak 3 responden (3,80%). Secara umum dapat dikatakan bahwa kecenderungan perilaku agresif siswa SMAN 1 Dolopo berada pada kategori rendah. Dengan demikian, terdapat hubungan yang kuat/tinggi antara hukuman edukatif dengan tingkat religiusitas dan kecenderungan perilaku agresif pada siswa kelas XI IPA SMAN 1 Dolopo tahun pelajaran 2015/2016.

Dengan demikian dapat disimpulkan baik atau tidaknya hukuman di sekolah, dan tingkat religiusitas siswa kelas XI IPA SMAN 1 Dolopo erat kaitannya dengan kecenderungan perilaku agresif siswa menjadi lebih rendah. Dengan demikian, dapat dikatakan terdapat hubungan yang signifikan antara hukuman orang tua dengan kecenderungan perilaku agresif. Dengan demikian, dapat dikatakan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat religiusitas dengan kecenderungan berperilaku agresif.

Dengan demikian, dapat dikatakan terdapat hubungan yang signifikan antara hukuman edukatif dengan tingkat religiusitas dan kecenderungan perilaku agresif pada siswa kelas XI IPA SMAN 1 Dolopo tahun pelajaran 2015/2016.

Tabel 4.13  Hasil Uji Normalitas
Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas

PENUTUP

SARAN

Bagi kepala sekolah: Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan sekolah dapat mengambil kebijakan untuk lebih memperhatikan pembelajaran dan praktik yang mendukung peningkatan tingkat religiusitas siswa. Bagi guru: Guru diharapkan selalu berperan aktif dalam membimbing, mengarahkan dan mengendalikan siswa dengan menerapkan hukuman edukatif dan mengembangkan tingkat religiusitas siswa untuk mengurangi kecenderungan perilaku agresif. Bagi orang tua : senantiasa berperan aktif dalam membimbing, mengarahkan dan memberikan contoh yang baik kepada anak di lingkungan rumah.

Memberikan perhatian dan pengawasan terhadap tumbuh kembang anak agar mampu memilih dan berada dalam kelompok sosial (teman pergaulan) yang baik. Bagi siswa: meningkatkan keterlibatan dalam kegiatan keagamaan di sekolah, lebih cerdas dalam memilih kondisi lingkungan sosial yang baik dan membiasakan menggunakan nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah, keluarga maupun lingkungan setempat. Bagi peneliti: sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai hukuman pendidikan dan tingkat religiusitas dengan kecenderungan perilaku agresif siswa untuk digunakan dalam menjawab permasalahan aktual, maupun untuk memecahkan permasalahan dalam dunia pendidikan.

Referensi

Dokumen terkait