• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korespondensi : Rumput Laut Yang Tumbuh Alami di Pantai Barat Pulau Simeulue, Aceh Indonesia: Faktor Lingkungan dan Variasi Geografik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Korespondensi : Rumput Laut Yang Tumbuh Alami di Pantai Barat Pulau Simeulue, Aceh Indonesia: Faktor Lingkungan dan Variasi Geografik"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

Hal ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik lingkungan dan variasi geografis vegetasi rumput laut di pesisir barat Pulau Simeulue. Secara keseluruhan, teridentifikasi 21 spesies rumput laut di pesisir barat Pulau Simeulue yang mewakili 11 suku dan 14 genera (Tabel 2). Selain itu, rumput laut di pesisir barat Pulau Simeulue juga mempunyai sebaran yang langka dengan frekuensi relatif kurang dari 20%.

Gambar 1. Lokasi kajian rumput laut di pantai Barat Pulau Simeulue
Gambar 1. Lokasi kajian rumput laut di pantai Barat Pulau Simeulue

HASIL REVIEW JURNAL DARI REDAKSI

Rumput Laut yang Tumbuh Alami di Pantai Barat Pulau Simeulue, Aceh – Indonesia: Faktor Lingkungan dan Variasi

Rumput laut yang tumbuh secara alami di pesisir barat Pulau Simeulue, Aceh – Indonesia: Faktor lingkungan dan variasinya. Faktor lingkungan rumput laut di pesisir barat Pulau Simeulue diukur dan dikumpulkan secara in situ menggunakan pH meter (mengukur pH air), refraktometer genggam (mengukur salinitas air), termometer derajat Celcius (mengukur suhu air), DO meter (mengukur ). oksigen terlarut), drogue arus (mengukur kecepatan arus) dan ORP meter (mengukur potensi redoks air). Selanjutnya faktor lingkungan yang mempengaruhi kondisi vegetasi dan variasi geografis rumput laut di pesisir barat Pulau Simeulue dianalisis berdasarkan statistik Principal Component Analysis (PCA) menggunakan software PAST 3.

BUKTI PENGIRIMAN HASIL PERBAIKAN REVIEW KE REDAKSI JURNAL

Rumput laut yang tumbuh secara alami di Pantai Barat Pulau Simeulue, Aceh – Indonesia: Faktor lingkungan dan variasinya Simeulue, Aceh – Indonesia: Faktor lingkungan dan variasi geografis. Faktor lingkungan dan variasi geografis suatu ekosistem merupakan langkah penting dalam menjelaskan dinamika komunitas laut, oleh karena itu kajian rumput laut yang tumbuh secara alami di Pantai Barat Pulau Simeulue dilakukan dengan tujuan untuk memahami karakteristik lingkungan, variasi geografis dan mengetahui lingkungan. parameter yang mempengaruhi distribusinya. Selanjutnya sebaran rumput laut di pesisir barat Pulau Simeulue sangat ditentukan oleh kondisi DO, salinitas dan kecepatan arus, sedangkan parameter pH dan suhu tidak memberikan pengaruh yang baik terhadap sebaran rumput laut.

Selanjutnya data variasi geografis rumput laut yang tumbuh secara alami di pesisir barat Pulau Simeulue dikumpulkan dengan cara menggambar garis transek sepanjang 50 m tegak lurus pantai, kemudian dibuat petak contoh (plot) berukuran 1 x 1 m pada setiap 10 m. . Jenis rumput laut yang ditemukan diidentifikasi menurut Wells (1997), Dhargalkar dan Kavlekar (2004), Coppejans et al., (2009), Coppejans et al., (2010) dan Athulya dan Anitha (2019), kemudian berdasarkan jumlah spesimen. . dihitung dan mengamati pola zonasi dimana dihitung frekuensi spesies dan frekuensi relatif menurut Fachrul (2007). Selain itu, jenis rumput laut yang juga tumbuh di pesisir barat Pulau Simeulue dan tergolong jenis invasif menurut UHBD (2021) dan Bishopmuseum (2021) adalah Avrainvillea amadelpha dan Turbinaria ornata.

Hasil pengukuran parameter lingkungan dan analisis vegetasi rumput laut di pesisir barat Pulau Simeulue menunjukkan bahwa terdapat beberapa parameter lingkungan yang menentukan karakteristik sebaran atau persebaran rumput laut yang tercermin dari frekuensi spesies, dimana frekuensi merupakan ukuran keseragaman atau keteraturan dan frekuensi keberadaan spesies sangat berguna dalam memberikan gambaran pola sebaran makhluk hidup di suatu wilayah (Sundra, 2014; Parmadi, 2016; LMS-SPADA Indonesia, 2021). Analisis PCA menggambarkan parameter lingkungan dan frekuensi jenis rumput laut di pesisir barat Pulau Simeulue; SI = stasiun I; SII = stasiun II; SIII = stasiun III; SIV = stasiun IV; SV = Stasiun V; Merah = potensi redoks; Kering = suhu; Fre = frekuensi spesies; KAr = kecepatan arus; Sal = rasa asin. Habitat tumbuhan rumput laut di pesisir barat Pulau Simeulue lebih dipengaruhi oleh Samudera Hindia dibandingkan daratan, dimana telah teridentifikasi 21 spesies rumput laut, belum semuanya masuk dalam IUCN Red List dan sebarannya relatif jarang. .

Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Perairan untuk Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Simeulue Aceh.

PENGIRIMAN INVOICE KONTRIBUSI PENERBITAN ARTIKEL DAN PROOF LAYOUT ARTIKEL OLEH REDAKSI

J URNAL K ELAUTAN T ROPIS

Rumput Laut yang Tumbuh Alami di Pantai Barat Pulau Simeulue, Aceh Indonesia: Faktor Lingkungan dan Variasi Geografik

Hamdi Romansah 1 , Ibnu Amni 1 , Tambah Lambok Berutu 1

Rumput laut yang tumbuh secara alami di pesisir barat Pulau Simeulue, Aceh Indonesia: faktor lingkungan dan variasi geografis. Luning (1990) menyatakan rumput laut di seluruh dunia terdiri dari 8000 jenis, yang diklasifikasikan menurut kandungan pigmennya menjadi 4 kelas, yaitu rumput laut hijau (Chlorophyta), rumput laut merah (Rhodophyta), rumput laut coklat (Phaeophyta) dan rumput laut pirang (Chrysophyta) ( Wiranata dkk., 2018). Mengingat rumput laut banyak digunakan sebagai sumber pangan, fikokoloid (polisakarida yang banyak terdapat pada rumput laut), pengental dan pembentuk gel untuk berbagai aplikasi industri makanan dan farmasi (Selvan et al., 2014), maka rumput laut juga dapat 'memainkan peran ekologis. berperan sebagai organisme produsen yang memberikan kontribusi signifikan terhadap kehidupan fauna perairan, khususnya organisme yang tergolong herbivora (Khudin dkk., 2019).

Namun seiring berjalannya waktu dan semakin banyaknya aktivitas manusia yang mengeksploitasi situs pesisir, termasuk Pulau Simeulue bagian barat (sebagai kawasan selancar laut dan wisata resor), dikhawatirkan akan berdampak pada kelestarian rumput laut. yang tumbuh secara alami, sedangkan penelitian rumput laut di Pulau Simeulue masih sangat terbatas/minimal, dimana Radiarta dkk. 2018) hanya meneliti kesesuaian dan daya dukung Pulau Simeulue untuk pengembangan budidaya rumput laut, kemudian Radiarta dkk. 2018) juga melakukan penelitian rumput laut hanya di pesisir timur Pulau Simeulue, sehingga sangat perlu dilakukan kajian faktor lingkungan dan variasi geografis rumput laut di pesisir barat Pulau Simeulue. Habitat vegetasi rumput laut di pesisir barat Pulau Simeulue menunjukkan adanya pengaruh yang kuat dari Samudera Hindia dibandingkan daratan, dimana konsentrasi pH perairan relatif tinggi (rata-rata dan konsentrasi salinitas serta kecepatan arus tergolong sedang ( mean dan mean 00,32 m/s ± 00,11) (Tabel 1), dimana rata-rata konsentrasi pH perairan secara keseluruhan tergolong basa dan relatif konstan yaitu bervariasi antara.Sementara konsentrasi salinitas dan kecepatan arus di pantai Barat Pulau Simeulue lebih bervariasi dengan konsentrasi tertinggi pada Stasiun III (35,33‰ dan 00,50 m/s) dan terendah pada Stasiun V (31,00‰ dan 00,23 m/s).

Hatje dkk. (2003) menyatakan bahwa sampel yang konsentrasi pHnya bersifat basa berarti sampel tersebut berasal dari laut. Selain itu, jenis rumput laut yang juga tumbuh di pesisir barat Pulau Simeulue dan tergolong spesies invasif menurut UHBD (2021) dan Bishopmuseum (2021), Avrainvillea amadelpha Tabel 1. Areal rumput laut di pesisir barat pulau Pulau Simeulue terletak pada kedalaman ± 0 – 150 cm pada saat air surut terendah dan sampai dengan ± 40 m ke arah daratan dari tepi (garis air) pada celah-celah batuan yang terendam air (Gambar 1, bagian SI – SIV), dimana keadaan unsur hara atau bahan organik sering mengalami gangguan dan pengikisan, ketika gelombang menghantam daratan dan proses sedimentasi pasir dan lumpur di darat terendapkan pada suatu daerah karena terhalang oleh batuan karang yang menutupi dasar pantai.

Potensi pemanfaatan rumput laut sebagai sumber energi baru terbarukan untuk mendukung ketahanan energi lokal (studi di provinsi Bali).

BUKTI PEMBAYARAN KONTRIBUSI PENERBITAN ARTIKEL DAN PENGIRIMAN PROOF LAYOUT ARTIKEL KE REDAKSI

Rumput laut yang tumbuh secara alami di pesisir barat Pulau Simeulue, Aceh Indonesia: Faktor Lingkungan dan Variasi Geografis Indonesia: Faktor Lingkungan dan Variasi Geografis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa habitat vegetasi rumput laut dipengaruhi oleh kondisi Samudera Hindia dengan konsentrasi pH air yang relatif tinggi (rata-rata dan konsentrasi salinitas serta kecepatan arus sedang (rata-rata 00,32 m/s ± 00,11 ), kemudian rumput laut Sebanyak 21 spesies telah teridentifikasi, semuanya belum dinilai dalam Daftar Merah IUCN dan sebarannya relatif jarang dengan frekuensi relatif kurang dari 20% dan luas alga laut ditemukan di a kedalaman ± 0 – 150 cm pada saat air surut terendah dan jarak hingga ± 40 m ke daratan dari pantai.Rumput laut merupakan salah satu produk penting di sektor kelautan dan perikanan Indonesia (Radiarta et al., 2018), dimana rumput laut merupakan tumbuhan thallus (Thallophyta) yang organnya belum dapat dibedakan secara jelas, baik akar, batang, maupun daun (Khudin dkk., 2019).

Wahyuningsih dkk., (2020) menyatakan komponen biotik adalah kegiatan benda mati yang terjadi di alam, baik sendiri, berkelompok atau berkelompok, sehingga komponen biotik dapat dicontohkan pada manusia, hewan, tumbuhan, bakteri atau virus, maka komponen biotik juga dapat digambarkan pada tingkat makhluk hidup lainnya, baik individu, populasi, komunitas, ekosistem, atau biosfer. Sedangkan komponen abiotik merupakan faktor benda mati yang berasal dari alam (Wahyuningsih et al., 2020) yang dapat dicontohkan pada suhu, air, kelembaban, sinar matahari dan topografi, komponen abiotik dibedakan menjadi komponen kimia dan komponen fisika. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui parameter lingkungan yang mempengaruhi penyebaran atau persebaran vegetasi rumput laut.

Lebih lanjut Era et al., (2012) menyatakan bahwa perairan Samudera Hindia mempunyai karakteristik yang unik dan kompleks karena dinamika perairannya dipengaruhi oleh sistem monsun dan angin pasat yang bergerak di atasnya, sehingga dapat mempengaruhi fenomena oseanografi seperti seperti Samudera Hindia, dipol samudera (Saji et al., 1999), upwelling (Wrytki, 1961) dan pusaran air (Robinson, 1983). Selain itu salinitas merupakan faktor lingkungan yang penting bagi penyebaran organisme di perairan laut (Era et al., 2012), dimana sebaran konsentrasi salinitas sangat dipengaruhi oleh evaporasi, banyaknya aliran air tawar yang masuk, debit sungai pada lapisan permukaan. , musim, curah hujan dan pasang surut (Bowden, 1980), sebaliknya arus sangat mempengaruhi struktur vertikal suhu air dan menyebabkan stratifikasi air, terutama pada pola tampilan gradien suhu vertikal dan horizontal (Leers & Prichard). , 1996). Sedangkan di belakang stasiun V terdapat rumput laut pada zona pasang surut yang selalu tergenang air laut pada jarak sampai ± 200 m ke daratan dari tepi (garis air) (Gambar 1 bagian NE), tumbuh rumput laut dan berkembang pada karang mati, patahan (penerimaan), dan substratnya didominasi pasir berkapur.

Selain itu, zona rumput laut terletak pada kedalaman perairan ± 0 – 150 cm saat air surut dan hingga ± 40 m ke arah daratan dengan kondisi DO, salinitas dan kecepatan arus menjadi parameter utama dalam perkembangbiakan/sebaran rumput laut.

BUKTI JURNAL YANG TELAH PUBLISH

Articles

Rumput laut yang tumbuh secara alami di pesisir barat Pulau Simeulue, Aceh Indonesia: faktor lingkungan dan variasi geografis. Kelimpahan mikroplastik pada insang dan saluran pencernaan ikan Lontok Ophiocara porocephala Valenciennes, 1837 (Chordata: Actinopterygii) di Ekosistem Mangrove Dubibir, Situbondo. Keanekaragaman genetik dan filogenetik kepiting fiddler (Uca Spp.) di pesisir Pantai Jailolo Kabupaten Halmahera Barat.

Identifikasi dan karakterisasi endapan tsunami berdasarkan kajian sedimentologi dan paleontologi di Desa Air Pinang dan Desa Sambai Pulau Simeulue Provinsi Aceh. Eksplorasi bakteri air laut yang resisten terhadap pestisida organofosfat klorpirifos di perairan pantai utara Jawa Tengah. Pemantauan bakteri koliform pada pasir pantai dan air laut di Pantai Marina dan Wisata Pantai Baruna.

Perubahan Garis Pantai dan Dampaknya Terhadap Banjir Rob di Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Kelautan Tropis diterbitkan oleh Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro di bawah Lisensi Internasional Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0. PM Rumput Laut Tumbuh Secara Alami di Pantai Barat Pulau Simeulue, Aceh Indonesia: Faktor Lingkungan dan Variasi Geografis | Erniati | Jurnal Kelautan Tropis.

Rumput Laut Tumbuh Secara Alami di Pantai Barat Pulau Simeulue, Aceh Indonesia: Faktor Lingkungan dan Variasi Geografis.

Rumput Laut yang Tumbuh Alami di Pantai Barat Pulau Simeulue, Aceh Indonesia: Faktor Lingkungan dan Variasi Geogra k

Gambar

Gambar 1. Lokasi kajian rumput laut di pantai Barat Pulau Simeulue
Tabel 1. Parameter lingkungan habitat rumput laut di pantai Barat Pulau Simeulue
Tabel 2. Komposisi spesies dan variasi geografis rumput laut di pantai Barat Pulau Simeulue
Gambar  2.  Analisis  PCA  yang  mengambarkan  parameter  lingkungan  dan  frekuensi  jenis  rumput  laut  di  pantai  Barat  Pulau  Simeulue;  SI =  Stasiun I;  SII  =  Stasiun II;  SIII  =  Stasiun III;  SIV  =  Stasiun IV; SV = Stasiun V; Red = Potensia
+7

Referensi

Dokumen terkait

วารสารรังสิตบัณฑิตศึกษาในกลุ่มธุรกิจและสังคมศาสตร์ ปีที่ 6ฉบับที่ 1 มกราคม-มิถุนายน 2563 96 มหาวิทยาลัยราชภัฏหมู่บ้านจอมบึงกับปรัชญาการศึกษาเพื่อการพัฒนาท้องถิ่น Muban Chom Bueng