• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korong Kampung Surau, Nagari Lurah Ampalu, Ke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Korong Kampung Surau, Nagari Lurah Ampalu, Ke"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

POLA ASUH KELUARGA LUAS TERHADAP ANAK YANG DITINGGAL KEDUA ORANG TUA

(Studi Kasus: Korong Kampung Surau, Nagari Lurah Ampalu, Kecamatan VII Koto Sungai Sarik, Kabupaten Padang Pariaman)

ARTIKEL

Riri Puspita Sari NPM. 12070223

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATRA BARAT

2016

(2)
(3)

Parenting Family Size Of Children Who Left Both Parents (Case Study : Korong Kampung Surau, Nagari Lurah Ampalu, VII Koto Sungai Sarik District, Padang Pariaman Regency ), Thesis S1, Department of Educational Sociolog, (STKIP ) PGRI West Sumatra, Padang,

2016.

Riri Puspita Sari¹, Faishal Yasin², Yanti Sri Wahyuni³

*The Sociology Education Student of STKIP PGRI Wes Sumatera Barat

* The Sociology Staff of Sociology STKIP PGRI Wes Sumatera Barat

ABSTRACT

This research is motivated by the children who do not get the socialization perfeck of primary socialization media with the following indicators of children living with spacious family due to economic factors and the death of one of the child's parents, so the overall childcare submitted cared by extended families. Children who live with a spacious family at Kampung Surau Korong have properties and behaviors: unruly, cantankerous words of foster parents, speak not polite, and there also is easily arranged, obedient to the foster parents. This study aimed to describe the vast fam1ily upbringing of the children abandoned by both parents in Kampung Surau Korong Lurah Ampalu Nagari Koto VII District of Sungai Sarik Padang Pariaman district. The theory used in this research is the theory of Social Action Max Weber. This study used a qualitative approach and descriptive analytical. Techniques used in the selection of the informant is purposive sampling, the number of informants in this study were 19 people. The data used is secondary data and primary data. Collecting data using the method of observation , interview and document study. The data were analized with a model interactive data anilist by Miles and Hubermand. Based on the results of the study were found in the field that implement comprehensive family 4 of parenting that authoritarian parenting, permissive parenting, democratic parenting, and parenting situational. Of the four parenting applied to the broad family of children abandoned by both parents, parenting dominant implemented by extended families is permissive parenting. Spacious family in caring for children abandoned by both parents is being let or allow any child's behavior.

Keywords : Parenting, Family Size

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

² Pembimbing I Program Studi Pendidikan sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

³ Pembimbing II Program Studi Pendidikan sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

(4)

PENDAHULUAN

Pola asuh orang tua dalam keluarga berarti kebiasaan orang tua, ayah atau ibu, dalam memimpin, mengasuh dan membimbing anak dalam keluarga.

Mengasuh dalam arti menjaga dengan cara merawat dan mendidiknya. Dengan demikian pola asuh orang tua adalah upaya orang tua yang kosisten dan persisten dalam menjaga dan mendidik anak dari sejak dilahirkan hingga remaja (Djamarah, 2014:51).

Keluarga adalah satu-satunya lembaga sosial yang diberi tanggungjawab untuk mengubah suatu organisme menjadi manusia. Pada saat sebuah lembaga mulai membentuk kepribadian seseorang dalam hal-hal penting, keluarganya tentu banyak berperan dalam persoalan perubahan itu, dengan mengajarkannya kemampuan berbicara dan menjalankan banyak fungsi sosial (Goode, 1983:16).

Dalam menjalankan fungsi keluarga, sangatlah dibutuhkan peranan dari orang tua sebagai orang terdekat dengan anak- anaknya terutama ibu merupakan orang pertama dikejar oleh anak-anak, perhatian, pengharapan, dan kasih sayang, sebab ibu merupakan orang yang pertama dikenal oleh anaknya artinya ibulah yang memenuhi kebutuhannya sehari-hari sehingga anak-anak selalu menginginkan ibunya senantiasa ada untuk dirinya menurut (Ermadini dalam Sobur, 1991:34).

Orang tua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga lainnya. Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam kegiatan memberikan pengasuhan ini, orang tua akan memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap keinginan anaknya (Djamarah, 2014:51-52).

Perbedaan penerapan pola asuh yang digunakan setiap orang tua disebabkan beberapa faktor yang melatarbelakanginya yaitu: perbedaan pendidikan, pengalaman pribadi yang berbeda-beda, latar belakang keluarga yang berbeda-beda, budaya yang berbeda-beda, dan masalah yang berbeda-

beda. Begitu juga dengan pola asuh anak yang tinggal dengan keluarga inti tentu akan berbeda dengan anak yang tinggal dengan keluarga luas.

Pendidikan, pembinaan serta pola asuh yang diterapkan kepada anak-anak yang tinggal dengan keluarga luas dapat dilihat dari sifat dan dan tingkah laku yang dimiliki oleh anak-anak yang tinggal dengan keluarga luas.

Berdasarkan di atas maka rumusan masalah Bagaimana pola asuh keluarga luas terhadap anak yang ditinggal kedua orang tua di Korong Kampung Surau Kenagarian Lurah Ampalu Kecamatan VII Koto Sungai Sarik Kabupaten Padang Pariaman?

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola asuh keluarga luas terhadap anak yang ditinggal kedua orang tua di Korong Kampung Surau Nagari Lurah Ampalu Kecamatan VII Koto Sungai Sarik Kabupaten Padang Pariaman.

Teori yang digunakan untuk mengkaji masalah pola asuh keluarga terhadap anak yang ditinggal kedua orang tua adalah teori tindakan sosial yang dikemukakan oleh Max Weber. Tindakan sosial adalah semua perilaku manusia, apabila atau sepanjang itu yang bertindak ini memberikan arti subyektif kepada tindakan itu, tindakan itu disebut sosial karena arti subyektif tadi dihubungkan dengannya oleh individu yang bertindak dengan memperhitungkan perilaku orang lain dan diarahkan ketujuannya. Weber melihat kenyataan sosial (masyarakat) sebagai sesuatu yang didasarkan pada motivasi tindakan-tindakan sosial (Jonhson, 1986:214).

Dalam suatu analisa ilmiah mengenai perilaku manusia bagi Weber, konsep rasionalitas merupakan kunci bagi suatu analisa obyektif mengenai arti-arti subyektif dan juga merupakan dasar perbandingan mengenai jenis tindakan sosial yang berbeda. Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan Weber dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Perbedaan pokok yang diberikan adalah antara tindakan rasional dan tindakan non rasional.

Singkatnya, tindakan rasional (menurut

(5)

Weber) berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. Macam-macam tipe-tipe tindakan rasional:

1. Rasionalitas instrumental (Zweckrationalitat)

Meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang dipergunakan untuk mencapainya, individu sebagai macam-macam tujuan yang mungkin diinginkannya, dan dasar suatu kriterium menentukan satu pilihan diantara tujuan-tujuan yang bersaingan ini.

2. Rasionalitas yang berorientasi nilai (Wertrationalitat)

Sifat rasionalitas yang berorientasi nilai yang penting adalah bahwa alt- alat hanya merupakan obyek pertimbangan dan perhitungan yang sadar tujuan-tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau merupakan akhir baginya.

3. Tindakan tradisional

Tindakan tradisional merupakan tipe tindakan sosial yang bersifat nonrasional. Kalau seseorang individu memperlihatkan perilaku karena kebiasaan, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan, perilaku seperti itu digolongkan sebagai tindakan tradisional.

4. Tindakan afektif

Tipe tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Seseorang yang sedang mengalami perasaan yang meluap-luap seperti cinta, kemarahan, ketakutan atau kegembiraan, dan secara spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa refleksi, berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif (Jonhson, 1986:219- 222).

Dalam teori ini, tipe tindakan sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan afektif meliputi dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar.

Konsep dari teori yang dikemukakan oleh Weber ini merupakan salah satu tipe tindakan sosial yang ada kaitanya dengan pokok pembahasan penelitian yang

dilakukan peneliti. Pola asuh yang diterapkan keluarga luas dalam mengasuh anak yang ditinggal kedua orang tua, menggunakan perasaan dan emosi yang sadar dalam mengasuh anak yang ditinggalkan kedua orang tua. Anak keluarga luas tentu akan mendapati perlakuan yang berbeda dari orang tua kandungnya, dikarenakan latar belakang yang berbeda pula. Dalam keluarga luas, untuk mewujudkan tujuan dalam mengasuh anak, maka perlunya antara tindakan anak dengan keluarga luas.

METODOLOGI

Berdasarkan masalah yang diteliti, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif

Menurut Moleong (2010:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Alasan digunakan pendekatan kualitatif yaitu dianggap mampu mengambarkan suatu kenyataan atau fenomena yang ada dilapangan dan bisa menjelaskan masalah yang akan diteliti secara mendalam mengenai pola asuh keluarga terhadap anak yang ditinggal kedua orang tua.

Penelitian dilaksanakan di Korong Kampung Surau Nagari Lurah Ampalu Kecamatan VII Koto Sungai Sarik Kabupaten Padang Pariaman. Jumlah informan didalam penelitian ini yaitu sebanyak 19 orang yang meliputi 6 orang anak yang diasuh oleh keluarga luas, 5 orang nenek yang mengasuh anak yang ditinggal kedua orang tua, 3 orang tante yang mengasuh anak yang ditinggal kedua orang tua, dan 5 orang tentangga dari keluarga luas yang mengasuh anak ditinggal keluarga luas.

(6)

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dipakai adalah dengan menggunakan metode:

1. Observasi

Dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti menggunakan observasi non partisipan. Observasi non partisipan adalah observer tidak ikut serta dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan selaku pengamat. Di dalam hal ini observer hanya bertindak sebagai penonton saja tanpa harus terjun langsung kelapangan atau ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh yang diobservasikannya. Observasi yang dilakukan oleh observer berupa kegiatan- kegiatan untuk mendapatkan data-data yang akurat.

2. Wawancara

Teknik wawancara dilakukan secara keterbukaan agar peneliti dapat mengembangkan hubungannya dengan subjek, dengan demikian subjek penelitian diharapkan dapat memahami maksud peneliti, memberikan keterangan secara suka rela kepada peneliti. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara berulang-ulang terhadap informasi sesuai dengan pertanyaan yang sudah peneliti siapkan sebelumnya, supaya peneliti mendapatkan data yang valid dan lengkap.

3. Studi Dokumen

Tahap awal yang dilakukan sebelum melakukan penelitian yaitu tanggal 27 Mei 2016, dimana peneliti ke Kantor Wali Nagari Lurah Ampalu jam 9.00 Wib dimana peneliti menemui anggota perangkat Nagari yaitu Ibu Yanti dan Wali Nagari yaitu Bapak Sofyan yang berkerja di Kantor Wali Nagari Lurah Ampalu dengan tujuan peneliti meminta dokumen pada penelitian yang dilakukan seperti kondisi geografis dan demografis Korong Kampung Surau, dan mata pencaharian penduduk, juga melakukan penelusuran dokumen maksudnya yaitu mengumpulkan data-data dari kantor Wali Nagari Lurah Ampalu, selain itu juga hasil foto yang terkait dengan penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Pola Asuh Anak di Keluarga Luas Pola asuh adalah keseluruhan interaksi antar orang tua dengan anak, dimana orang tua bermaksud untuk membimbing, menjaga anaknya agar anak- anaknya berkembang secara sehat dan baik sesuai yang diharapkan keluarga luas.

Pembentukan anak bermula atau berawal dari keluarga. Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada 4 pola asuh yang diterapkan keluarga luas dalam mengasuh anak yang ditinggal kedua orang tua yaitu: pola asuh otoriter, pola asuh permisif, pola asuh demokratis, dan pola asuh situsional.

a. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter yaitu pola asuh dimana anak harus mengikuti pendapat dan keinginan orang tua. Anak tidak diperkenankan memberikan pendapat kepada orang tua. Jadi dalam pola asuh otoriter pemegang peranan adalah orang tua karena semua kekuasaan dan keaktifan anak ditentukan oleh orang tua. Anak sama sekali tidak mempunyai untuk mengemukakan pendapat misalnya dalam bermain dengan teman-temannya, jika anak berpendapat dianggap sebagai anak kecil, anak tidak pernah mendapat perhatian yang layak.

Dari penjelasan diatas dapat dijelaskan pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang mempunyai peran aktif dalam membentuk sikap dan kepribadian anak secara otoriter atau ada unsur pemaksaan dalam mendidik anak. Hal-hal yang ditemukan ditempat penelitian yang berkaitan dengan pola asuh otoriter yang menjadi kebiasaan keluarga luas dalam mendidik anak asuhnya.

waktu bermain sianak juga ditentukan oleh keluarga luas, anak dibolehkan bermain jika sianak sudah menyelesaikan pekerjaan rumah dan selesai mengaji. Waktu mengaji pada anak yang diasuh keluarga luas ini yaitu jam 15.30-16-30 Wib dan sianak harus pulang jam 17.00, jika anak tidak pulang pada waktu yang ditetapkan maka sianak akan dimarahi dan dipukuli atau dicubit. Jadi dapat

(7)

disimpulkan bahwa waktu bermain anak pada keluarga luas yang menetapkan pola asuh otoriter hanya 30 menit. Pola asuh pada malam hari yang diterapkan keluarga luas yaitu anak habis Shalat, makan, dan belajar sesudah itu tidur. Anak yang tinggal dengan keluarga luas yang menerapkan pola asuh otoriter ini boleh menonton televisi pada saat makan saja dan pada saat libur jika tidak ada pekerjaan.

Pola asuh otoriter ini juga diterapkan oleh keluarga luas dengan adanya batasan-batasan terhadap anak dengan teman-temannya, dan kemana saja anak yang diasuh oleh keluarga luas pergi ini selalu dibawah kontrol keluarga luas. Contoh batasan pergaulan anak dalam keluarga luas yang menerapkan pola asuh otoriter yaitu anak tidak boleh bergaul atau dengan siapa saja, anak boleh berteman dengan teman yang ditentukan oleh keluarga luas, hal ini juga sama kemana pergi itu ditentukan oleh keluarga luas, seperti yang dilakukan Ibu Nar, Ibu Nar melarang Ridho berteman dengan Tomi, karena Tomi anaknya perokok dan suka berkata kasar. Hal ini dilakukan supaya anak tidak terjerumus atau salah dalam memilih teman.

b. Pola Asuh Permisif

Keluarga luas bersikap membiarkan atau mengizinkan setiap tingkah laku anak, dan tidak pernah memberikan hukuman kepada anak.

Pola ini ditandai dengan sikap keluarga luas yang membiarkan anak meniru dan menemukan sendiri tata cara yang membiarkan batasan-batasan dari tingkah lakunya. Pada pola asuh ini pengawasan keluarga luas terhadap anak sangat longgar, hal ini disebabkan karena bosannya keluarga luas terhadap tingkah laku anak, dan sibuknya keluarga luas yang mengasuh anak- anak yang ditinggal kedua orang tuanya.

Pola makan anak juga tidak diperhatikan dalam keluarga luas ini, anak dibiarkan saja makan atau tidaknya anak itu terserah pada anak, keluarga luas tidak menyiapkan atau

tidak menyediakan makan untuk anak.

Begitu juga dengan kesehatan anak, anak yang sakit pada keluarga luas yang menerapkan pola asuh permisif ini dibiarkan saja sakit dan pergi berobat sendiri ke Puskemas atau membeli obat di Warung sendiri.

Penerapan pola asuh permisif yang diterapkan keluarga luas terhadap anak yang ditinggal kedua orang tua juga terlihat pada gaya rambut anak yang seperti gaya rambut artis, padahal anak ini masih dalam masa sekolah.

Pada pola asuh ini keluarga luas juga membiarkan anak berteman dengan siapa saja dan kemana saja anak pergi tidak dikontrol oleh keluarga luas, dan anak pulang malam jam 12.00 malam pun tidak dimarahi, bahkan dibiarkan saja sehingga anak menjadi perokok dan berkata kasar. Dalam keluarga luas ini peran keluarga luas sebagai orang tua asuh tidak berjalan.

Kontrol yang dilakukan keluarga luas hanya pada saat tidak bekerja saja seperti yang dilakukan Ibu Jamaliah pada Andi, Amanda, dan Eka. Ibu Jamaliah melakukan kontrol pada pagi sebelum bekerja dan pulang kerja, hal ini terjadi karena Ibu Jamaliah bekerja dari jam 8.00-17.00 Wib sebagai buruh tani, Ibu Jamaliah bekerja untuk memenuhi kebutuhan anak yang diasuhnya, karena biaya kehidupan anak seutuhnya ditanggung oleh Ibu Jamaliah, selain bekerja sebagai buruh tani Ibu Jamaliah juga bekerja sebagai pencuci piring ketika ada yang hajatan.

Selama Ibu Jamaliah bekerja Andi, Eka, dan Amanda tidak ada yang mengawasi, sehingga menyebabkan Andi sering tidak pergi berangkat sekolah, dan berangkat mengaji.

c. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis mengunakan komunikasi dua arah, kedudukan antara orang tua dan anak dalam berkomunikasi sejajar. Suatu keputusan

diambil bersama dengan

mempertimbangkan kedua belah pihak.

Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab. Artinya, apa yang dilakukan anak tetap harus ada dibawah pengawasan orang tua dan

(8)

dapat dipertanggung jawabkan secara moral. Orang tua yang demokratis adalah orang tua yang berusaha untuk menumbuhkan kontrol dari dalam diri anak sendiri.

Dilokasi penelitian sesuai pengamatan peneliti, pola demokrasilah yang paling baik untuk mendidik anak dan paling sedikit digunakan keluarga luas dalam mengasuh anak yang ditinggal kedua orang tua di Korong Kampung Surau. Dari berbagai kegiatan anak-anak dari bangun tidur hingga anak-anak tidur lagi.

Pengasuhan dikeluarga luas tidak dilakukan dengan pemaksaan yang begitu keras kepada anak-anak mengenai penerimaan aturan yang telah ditetapkan kepada anak-anak tersebut.

Anak-anak diberi wewenang untuk berpendapat dalam menentukan suatu keputusan hal ini dilakukan supaya mereka menerima aturan yang telah disepakati bersama dan supaya mereka bisa menyesuaikan aturan yang ada dalam keluarga luasnya.

Pola asuh demokratis yang diterapkan keluarga luas terhadap anak yang ditinggal kedua orang tua selalu memberikan perhatian terhadap anak yang diasuhnya, seperti pola makan, pakaian, kesehatan, dan dengan siapa bermainnya anak ketika menentukan menu makan, maka pada saat itu ditanya pada anak apa bagus yang diamasak pada hari itu. Pola asuh demokratis yang diterapkan keluarga luas pada saat menentukan pendidikan anak, seperti ketika anak memilih masuk sekolah SMA sedangkan keluarga luas menyarankan masuk SMK, karena setelah pertimbangan dan mendengarkan kata anak yang diasuh maka anak diizikan untuk masuk SMA oleh keluarga luas. Begitu juga ketika membeli pakaian untuk anak yang ditinggal kedua orang tua, keluarga luas sebelum membeli pakaian untuk anak yang diasuhnya ditanyakan dahulu ke anak, hal ini dilakukan supaya anak tidak kecewa pada pakaian sudah dibelikan. Keluarga luas juga selalu menanyakan selalu keadaan anak, apakah anak sudah makan atau tidaknya.

d. Pola Asuh Situasional

Dalam kenyataannya setiap pola asuh tidak diterapkan secara kaku dalam keluarga maksudnya, orang tua dapat menggunakan satu atau dua dalam situasi tertentu. Untuk membentuk agar menjadi anak yang berani menyampaikan pendapat sehingga memiliki ide-ide yang kreatif, berani, dan juga jujur orang tua dapat menggunakan pola asuh demokratis, tetapi pada situasi yang sama jika ingin memperlihatkan kewibawaannya orang tua dapat memperlihat pola asuh situasional.

Persentase penerapan pola asuh situasional juga tidak terlalu banyak, yang mana pola asuh situasional ini menepati posisi keempat. Saat peneliti berada di lokasi penelitian pola asuh ini terlihat jelas dalam pengasuhan anak yang masih kecil atau anak yang dibawah umur 10 tahun. Karena pada usia ini anak mengalami pertumbuhan atau perkembangan daya berpikir maka orang tua asuh menggunakan berbagai pola asuh agar anak-anak tersebut menjadi anak yang berani dalam mengunggkapkan pendapat, kreatif dan jujur.

Pola asuh ini diterapkan oleh keluarga luas sesuai dengan keadaan seperti ketika anak berkata kasar, maka pada saat itu keluarga luas memarahi dan memberi peringatan kepada anaknya. Jika anak yang diasuhnya masih mengulangi berkata kasar maka tidak akan dituruti keinginan seperti tidak belikan mainan. Pada kondisi ini keluarga luas menerapkan pola asuh otoriter. Sedangkan pada kondisi yang berbeda bisa saja keluarga luas menerapkan pola asuh permisif, dan pola asuh demokratis seperti pada saat anak memilih mainan yang dia suka, maka keluarga luas menurutinya.

KESIMPULAN

Pola asuh adalah keseluruhan interaksi antar orang tua dengan anak, dimana orang tua bermaksud untuk membimbing, menjaga anaknya agar anak- anaknya berkembang secara sehat dan baik. Berdasarkan pembahasan yang dilakukan dapat disimpulkan pola asuh

(9)

yang diterapkan keluarga luas terhadap anak yang ditinggal kedua orang tua ada 4 macam pola asuh sebagai berikut: pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh permisif, dan pola asuh situasional.

Dari macam-macam pola asuh yang diterapkan oleh keluarga luas bahwa pola asuh permisif yang paling dominan digunakan untuk mendidik anak, dimana pola asuh yang mana orang tua bersikap membiarkan setiap tingkah laku anak dan tidak pernah memberikan hukuman kepada anak. Pada saat kondisi yang berlebihan barulah orang memberikan hukuman.

Orang tua yang menggunakan pola asuh permisif adalah orang tua yang bersikap yang tidak mau peduli aktifitas yang dilakukan anak.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: Sebagai bahan acuan untuk mahasiswa berikutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan perilaku anak yang tinggal dengan keluarga luas.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. M. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Djamarah, Bahri Syaiful. 2014. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga: upaya membangun citra membentuk pribadi anak. Jakarta: Rineka Cipta.

Goode J, William. 2007. Sosiologi Keluarga. Bandung: Gramedia.

Helmawati. 2014. Pendidikan Keluarga.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Maleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suhendi, Hendi & Ramdani Wahyu. 2001.

Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung: Pustaka Setia.

Referensi

Dokumen terkait

Pola asuh terbagi menjadi 3 yaitu, pola asuh demokratis merupakan cara orang tua membimbing anak dengan mengarahkan anaknya agar dapat bertingkah laku