KOSMOLOGI
KERAJAAN MATARAM ISLAM
Oleh :
Dr. Ir. Musyawaroh, MT.
Prodi Magister Arsitektur FT. UNS
Definisi
• Kosmologi Jawa adalah wawasan kehidupan yang dilandasi oleh keyakinan pada kisah-kisah masa lalu. Kosmologi adalah ilmu tentang asal-usul
eksistensi manusia Jawa di balik alam semesta, kosmologi yang melandasi
keterkaitan antara orang Jawa dengan alam semesta (Endraswara, 2015).
Gambar. Variasi regional kebudayaan Jawa
Sumber : Koentjaraningrat, 1994.
4
1. Jakarta 2. Cirebon 3. Demak
4. Solo – Yogyakarta 5. Mojokuto
• Tata kota Mataram Islam dikembangkan dari tata kota Majapahit dan Demak, Masjid Agung menjadi elemen perkotaan selalu diletakkan di sisi Barat alun-alun. Di belakang Masjid Agung berkembang kawasan Kauman sebagai elemen perkotaan yang baru (Zahnd, 2008 : 27)
• Sejak berdirinya hingga saat ini, Kota Solo mengalami tiga model perkembangan perkotaan, yaitu sebagai kota tradisional (antara 1745-1870), kota kolonial (1870-1945) dan kota modern (1945 ke depan). Disebut kota tradisional karena struktur ruang kota dibentuk oleh Kraton Solo dengan konsep Kosmologi Jawa dimana hierarkhi sosial sangat berpengaruh dalam pengorganisasian kota.
Sebagai kota Kolonial, Kota Solo menjadi pusat bagi kegiatan pendidikan, ekonomi, administrasi dan jasa pelayanan, untuk mendukung motif Kolonial sebagai bangsa penjajah dalam mengeruk kekayaan alam Indonesia. Kota modern berawal dari Indonesia merdeka tahun 1945 hingga sekarang
(Kusumastuti, 2016 : 42).
Gambar. Konsep tata ruang keraton Jawa Mataram Islam
Sumber : digambar oleh Musyawaroh dari Soemardjan, 1981; Santoso, 2008
Konsep kosmologi Keraton Jawa Mataram Islam.
1) Keraton;
2) Negara;
3) Negara Agung dan
4) Mancanegara
Keterangan :
1. Lingkaran ke satu merupakan lokasi Keraton (tempat tinggal raja dengan keluarganya), serta tempat pengelolaan administratif pemerintahan.
2. Lingkaran ke dua yang disebut Negara atau pusat kerajaan, merupakan lokasi tempat bermukim kaum bangsawan dan pegawai keraton tingkat tinggi,
gedung-gedung pemerintahan, Masjid Agung serta alun-alun.
3. Lingkaran tiga disebut Negara Agung, merupakan daerah wilayah kekuasaan berupa tanah gaduhan/hak guna pakai yang dikepalai oleh seorang patuh.
4. Lingkaran ke empat disebut mancanegara, merupakan wilayah pedesaan yang dikepalai oleh seorang bupati dengan jajaran pamong prajanya.
(Soemardjan, 1962; Santoso, 2008).
Dalam konsep ini kawasan Kauman terletak pada lingkaran ke dua, berlokasi
di sekitar (sebelah Barat dan Utara) Masjid Agung
Gambar. Konsep tata ruang keraton Jawa Mataram Islam
Sumber : : digambar oleh Musyawaroh dari Behrend, 1982