PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 47 TAHUN 2021
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR KP 565 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL BAGIAN
170-03 (ADVISORY CIRCULAR PART 170-03) PEMBUATAN RENCANA KONTINGENSI MANAJEMEN LALU LINTAS PENERBANGAN DI INDONESIA (INDONESIA AIR TRAFFIC
MANAGEMENT CONTINGENCY PLAN)
Menimbang
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,
a. bahwa pengaturan mengenai Air Traffic Management Contingency Plan telah ditetapkan dalam Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 565 Tahun 2015 Tentang Pedoman Teknis Operasional Bagian 1 70-03 (Advisory Circular Part 1 70-03) Pembuatan Rencana Kontingensi Manajemen Lalu Lintas Penerbangan di Indonesia (Indonesia Air Traffic Management Contingency Plan) diatur;
b. bahwa dalam rangka pengembangan perencanaan kontingensi (basic plan elements) dan komposisi manaJemen rencana kontingensi (management of contingency plan) dalam menJamm pelaksanaan rencana kontingensi tingkat 1 dan kontingensi tingkat 2 yang berkesinambungan perlu diatur ketentuan mengenai tugas Komite Pusat Koordinasi (Central Coordinating Committee) dan ATM Operational Contingency Group (AOCG);
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 565 Tahun 2015 Tentang Pedoman Teknis Operasional Bagian 1 70-03 (Advisory Circular Part 170-03) Pembuatan Rencana Kontingensi Manajemen Lalu Lintas Penerbangan
Mengingat
di Indonesia (Indonesia Air Traffic Management Contingency Plan);
1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Repubik Indonesia Nomor 4956);
2. Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 ten tang Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan N avigasi Penerbangan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 176);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6644);
5. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 62 Tahun 2017 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 19 ( Civil Aviation Safety Regulation Part 19) ten tang Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management System);
7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 65 Tahun 2017 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 170 (Civil Aviation Safety Regulation Part 170) Tentang Peraturan Lalu Lintas Penerbangan (Air Traffic Rules);
8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 122 Tahun 2018 ten tang Organisasi clan Tata Kerja Kementerian Perhubungan;
9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 29 Tahun 2021 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 172 (Civil Aviation Safety Regulation Part 172) tentang Penyelenggara Pelayanan Manajemen Lalu Lintas Penerbangan clan Telekomunikasi Penerbangan;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR KP 565 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL BAGIAN 170-03 (ADVISORY CIRCULAR PART l 70-03) PEMBUATAN RENCANA KONTINGENSI MANAJEMEN LALU LINTAS PENERBANGAN DI INDONESIA (INDONESIA AIR TRAFFIC MANAGEMENT CONTINGENCY PLAN).
PasalI
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 565 Tahun 2015 Tentang Pedoman Teknis Operasional Bagian 170-03 (Advisory Circular Part 170-03) Pembuatan Rencana Kontingensi Manajemen Lalu Lintas Penerbangan di Indonesia (Indonesia Air Traffic Management Contingency Plan), diubah sebagai berikut:
1. Mengubah ketentuan Pasal 7, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut :
Pasal 7
Rencana kontigensi tingkat 1 ( Contingency Plan Level 1) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, paling sedikit terdiri dari:
a. Tujuan rencana kontigensi;
b. ATS Unit, Centre, States, dan FIR terdampak;
c. Tipe dan kategori kontigensi;
d. Manajemen rencana kontingensi (management of contingency plan);
e. Rute kontingensi dan Struktur Flight Level ( Contingency Route and Flight Level Structure);
f Manajemen lalu lintas penerbangan dan prosedur kontingensi (ATM and contingency procedure);
g. Prosedur bagi pilot dan operator (pilots and operator procedures);
h. Procedure komunikasi;
1. Pelayanan aeronautika penunJang ( aeronautical support services);
J. Pencarian dan pertolongan (search and rescue); dan
k. Pemberian informasi dugaan terdapat penyakit menular, atau resiko kesehatan publik lainnya, di dalam pesawat udara.
2. Mengubah ketentuan Pasal 8, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut:
Pasal 8
(1) Manajemen rencana kontingensi (management of contingency plan) se bagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf d paling sedikit terdiri dari :
a. Komite Pusat Koordinasi (Central Coordinating Committee); dan
b. ATM Operational Contingency Group.
(2) Komite Pusat Koordinasi (Central Coordinating Committee) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, paling sedikit terdiri dari :
a. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
b. Perum LPPNPI;
c. TNI Angkatan Udara;
d. Kementerian Pertahanan;
e. Perwakilan dari Komite/ orgamsas1 Badan Usaha Angkutan Udara;
f. BMKG;
g. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG);
h. Badan Usaha Bandar Udara atau Unit Penyelenggara Bandar U dara;
1. Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BASARNAS);
J. Organisasi lainnya yang dibutuhkan.
(3) ATM Operational Contingency Group (AOCG) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, paling sedikit terdiri dari :
a. Air Traffic Service (ATS);
b. Aeronautical Telecommunication (CNS);
c. Aeronautical Meteorology (MET);
d. Aeronauticallnformation Services (AIS); dan e. Search and Rescue (SAR).
(4) Komite Pusat Koordinasi (Central Coordinating
(5)
Committee) se bagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit melaksanakan tugas sebagai berikut:
a. membentuk, mengaktifkan dan me-nonaktifkan ATM Operational Contingency Group (AOCG); dan b. mengawas1, mengkoordinir dan mengevaluasi
pelaksanaan pemberian pelayanan lalu lintas penerbangan saat terjadi kondisi kontingensi di Pusat Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan.
Direktorat Jenderal koordinator Komite
Perhubungan U dara Pusat Koordinasi
selaku (Central Coordinating Committee) dapat menyediakan fasilitas guna mendukung penerapan rencana kontingensi.
(6) ATM Operational Contingency Group (AOCG) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling sedikit melaksanakan tugas sebagai berikut:
a. melakukan review dan memperbaharui rencana kontingensi sesuai kebutuhan;
b. memonitor perkembangan dan informasi terkini pada kondisi kontingensi;
c. mengorgamsir tim kontingensi pada masing-masing area;
d. melakukan pertukaran informasi terkini dengan unit pelayanan lalu lintas penerbangan yang terkait untuk mengkoordinasikan kegiatan kontingensi;
e. melakukan koordinasi dan pembaruan informasi kontingensi kepada seluruh pengguna system dan pengguna ruang udara terkait lainnya;
f. memberitahukan sesegera mungkin mengenai situasi kontingensi kepada Komite Pusat Koordinasi (Central Coordinating Committee); dan
g. mempublikasikan NOTAM atau informasi lainnya melalui Unit Pelayanan Informasi Aeronautika Bandar Udara mengenai kondisi kontingensi.
3. Mengubah ketentuan Pasal 14, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut:
Pasal 14
Rencana kontigensi tingkat 2 ( Contingency Plan Level 2) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, paling sedikit terdiri dari :
a. tujuan rencana kontigensi;
b. ATS Unit, Centre, States, dan FIR terdampak;
c. tipe dan kategori kontigensi;
d. manaJemen rencana kontingensi (management of contingency plan);
e. rute contingency dan struktur flight Level (Contingency Route and Flight Level Structure);
f. manaJemen lalu lintas penerbangan dan prosedur kontingensi (ATM and contingency procedure);
g. prosedur bagi pilot dan operator (pilots and operator procedures);
h. prosedur komunikasi;
1. pelayanan aeronautika penunJang ( aeronautical support services);
J. pencarian dan pertolongan (search and rescue); dan
k. pemberian informasi dugaan terdapat penyakit menular, atau resiko kesehatan publik lainnya, didalam pesawat udara.
4. Menyisipkan 1 (satu) Pasal di antara Pasal 17 dan Pasal 18 yaitu Pasal 1 7 A, yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 17A
Peningkatan kemampuan personil ATS dalam pelaksanaan kondisi kontigensi sesuai dengan kaidah kinerja berbasis pelatihan dan prosedur (human performance-based training and procedure) yang diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan di bidang personel nav1gas1 penerbangan.
Pasal II
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 26 Februari 2021
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
ttd
NOVIE RIYANTO R.
Salinan sesuai dengan aslinya HUKUM
SARI