• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRITERIA ISTITHOAH MENIKAH BAGI PEMUDA PERSPEKTIF MADZHAB IMAM SYAFI’I (STUDI ANALISIS HADITS RIWAYAT IMAM BUKHARI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "KRITERIA ISTITHOAH MENIKAH BAGI PEMUDA PERSPEKTIF MADZHAB IMAM SYAFI’I (STUDI ANALISIS HADITS RIWAYAT IMAM BUKHARI)"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Unsur pokok dalam suatu perkawinan adalah laki-laki dan perempuan yang akan menikah, dimana salah satu wujud keharmonisan perkawinan adalah dengan adanya ijab kabul dan qabul. Dan nikahkanlah orang-orang yang belum menikah di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dengan hamba-hambamu laki-laki dan perempuan.

Definisi Oprasional

Yang dinamakan Mazhab Syafi'i adalah Mazhab Fiqh dalam Sunni yang didirikan oleh Muhammad ibn Idris As Syafi'I atau dikenali sebagai Imam Syafi'I pada awal abad ke-19.13 Nama penuh Imam Syafi'i ialah Muhammad bin Idris bin Usman bin Syafi 'I bin Sa'ib bin 'Abid bin Abu Yazid bin Hasyim bin Muthalib bin Abbu Manaf bin Qusay bin Kilab bin Murah, adalah seorang ulama yang sangat cemerlang. Ulama mazhab Syafi'i yang penulis rujuk sebagai rujukan termasuklah Imam Nawawi pertama, yang nama lengkapnya Yahya bin Syaraf bin Muri bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Juma'ah bin Hizam Al-Hizam Al-Haurani. Dimisyqi Asy-Syafi'I, dan yang kedua ialah Imam ibn Hajar Al-Asqalani, nama lengkapnya ialah Ahmad bin Ali bin.

Rumusan Masalah

Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmoud bin Ahmed bin Hajar Al-Kanani Al-Qabaila, dalam Free Saqalan com.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di bidang hukum, diharapkan juga dapat meningkatkan penalaran, keluasan wawasan dan kemampuan penulis dalam menjawab permasalahan khususnya mengenai permasalahan kriteria istitho'ah perkawinan bagi pemuda dalam perspektif mazhab Imam Syafi'i. 2) Untuk pembaca. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana dan wawasan lebih lanjut bagi para pembaca mengenai kriteria istitho'ah pernikahan bagi kaum muda dalam perspektif Madzhab Imam Syafi'i.

Telaah Pustaka

Sedangkan tesis penulis membahas tentang kriteria istithos menikah bagi generasi muda ditinjau dari Madzhab Imam Syafi'i.16. Penelitian kali ini membahas mengenai kriteria Istitho'ah dalam pernikahan bagi generasi muda dalam perspektif Madzhab Syafi'i.

Kerangka Skripsi

LANDASAN TEORI

Pernikahan

  • Pengertian Pernikahan
  • Dasar Hukum
  • Rukun dan Syarat sah Pernikahan
  • Tujuan dan Hikmah Pernikahan

Sedangkan menurut istilah syariat, perkawinan adalah akad antara laki-laki dengan wali perempuan, sehingga halalnya hubungan seksual. Hubungan antara laki-laki dan perempuan merupakan suatu pedoman yang diciptakan oleh Allah SWT dan untuk menghalalkan hubungan tersebut maka disyariatkan perkawinan. Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak halal bagi perempuan muslim menikah dengan laki-laki non muslim, begitu pula sebaliknya.

Makna Istitho’ah Dalam perkawinan

48 Akhmad Farid Mawardi, Analisis Kritis Tentang Makna Al-Syababa dan Istitha'ah Dalam Hadis Perkahwinan, (Jurnal Penyelidikan dan Pemikiran Islam, 2017) Jld. Maksud asalnya ialah tempat yang disediakan untuk berteduh.” Manakala Al-Maziri berkata: “Akad dengan seorang wanita diambil dari asal perkataan ‘al-baa’ah’ kerana menjadi kebiasaan bagi seseorang yang mengahwini seorang wanita menyediakan tempat tinggal untuknya”. An-Nawawi berkata dalam kitabnya Syarh an-Nawawi: “Ada dua pendapat para ulama mengenai makna ‘al-baa’ah’ di tempat ini dan kedua-duanya kembali kepada maksud yang sama.

Mereka mengatakan: ‘Orang yang tidak mampu melakukan jimah’ (senggama) tidak perlu berpuasa untuk menahan hawa nafsu, sehingga menjadi suatu keharusan untuk memaknai lafadz al-ba’ah dengan makna biaya. Makna perkataannya, “Barang siapa yang mampu al-ba’ah”, artinya ia telah dewasa dan mampu melakukan jimah, maka hendaknya ia menikah. Barangkali yang dimaksud adalah siapa saja yang tidak mampu membayar al-ba'ah atau tidak mampu untuk menikah.

At-Tirmidzi disebutkan dalam kisah Abdurrahman bin Yazid dan At-Thawri dari Al-A'masy, ةءابلا مكنم عتتسي مل نمو (tidak ada seorang pun di antara kalian yang mampu menanggung al-ba'ah). Namun tidak ada kendala jika dipahami dalam pengertian yang lebih umum, yakni pengertian 'al-ba'ah' adalah kesanggupan melakukan hubungan intim dan biaya perkawinan.53.

Kriteria Kemampuan Menikah

Imam Nawawi dalam kitabnya Syarah Muslim mengatakan bahwa para ulama berbeda pendapat mengenai makna baa’ah dalam hadits tersebut, yaitu sebagai berikut: 58. Sebagian ulama berpendapat demikian, yang dimaksud dengan kata baa’ah adalah arti linguistiknya adalah jima'. Maka hadisnya berbunyi: ‘Barang siapa di antara kalian generasi muda yang mampu jima’, hendaklah dia menikah.

Dari penjelasan pendapat pertama di atas, kita dapat memahami bahwa pendapat pertama ini menjelaskan bahwa baa'ah menurut pendapat mereka adalah baa'ah ditinjau dari kondisi fisik atau kemampuan seseorang untuk melakukan hubungan seksual (jima') dengan pasangannya secara berurutan. untuk memenuhi kelangsungan hidup internal mereka. Jika maknanya baa'ah jima', maka yang menjadi objek hadisnya adalah sekelompok anak muda yang mempunyai nafsu yang besar terhadap lawan jenis. Jadi, hadisnya berbunyi: “Barangsiapa di antara kamu mampu melangsungkan pernikahan, hendaklah dia menikah.

Makna ba’ah menurut pendapat kedua ini adalah seseorang yang akan menikah harus mempunyai kesanggupan untuk membiayai biaya pernikahan istrinya agar dapat melangsungkan pernikahan tersebut. Dari penjelasan pengertian kedua baa'ah tersebut, penulis masih menemukan masyarakat yang beranggapan bahwa kesanggupan (ba'ah) disini hanya diartikan sebagai kesiapan atau kesanggupan secara materiil, artinya orang tersebut telah mempunyai cukup materi untuk membiayai perkawinan. diantaranya karena mereka sudah mempunyai pekerjaan tetap.

Pengertian Pemuda

Kedudukan pemuda yang sangat strategik sebagai penerus cita-cita perang bangsa dan sebagai sumber manusia untuk pembangunan negara.61 Kedudukan remaja dalam masyarakat adalah sebagai makhluk. Adapun maksud atau pengertian muda yang terdapat dalam hadis tentang nasihat nikah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang mengatakan Dalam hadis di atas adalah kalimah al-Syabab yang mempunyai makna muda, dan lafaznya tetap 'Am'.

Pada dasarnya semua remaja termasuk dalam anjuran menikah dalam hadis di atas, tanpa terkecuali, baik remaja tersebut sudah dewasa atau belum. Dalam kaitannya dengan kajian psikologi, generasi muda yang disebutkan dalam kategori generasi muda yang dianjurkan untuk menikah adalah generasi muda yang telah memasuki usia kedewasaan, yaitu masa dewasa yang merupakan fase generasi (penciptaan) yang selalu menghadapi stagnasi. Ini adalah masa kebijaksanaan dan pelepasan keduniawian dan periode ini terwujud pada usia 25,64 tahun.

An-Nawawi berkata, “Pendapat yang paling benar dan dipilih adalah seseorang disebut muda sejak ia baligh hingga mendekati usia 30 tahun, kemudian ia disebut ‘kahl’ (orang tua) hingga ia mencapai usia tersebut. berusia 40 tahun, setelah itu disebut 'Syaik' (kakek). Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan pemuda atau dikatakan muda adalah dimulai dari masa baligh hingga usia 30 tahun.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian

Sumber Data Penelitian

Dalam hal ini penulis akan memaparkan pendapat ulama madzhab Syafi’i dalam pembahasan kriteria nikah istitho’ah bagi generasi muda. ه َءا َب َا ْل (al-baa'ah) Kadang-kadang dibaca al-bah dan juga al-baa'a dan al-baahah. Ada dua pendapat ulama mengenai makna 'al-baa'ah' di tempat ini, dan keduanya kembali pada satu makna.

Namun tidak ada salahnya jika dipahami dalam pengertian yang lebih umum, yaitu pengertian 'al-ba'ah' adalah kemampuan. Kemudian dikatakan pula bahwa generasi muda yang dianjurkan untuk menikah adalah generasi muda yang istitho'ah (mampu). Mengenai kriteria istithoah (kemampuan) menikah dengan pria muda, para ulama mazhab Imam Syafi'i berbeda pendapat.

Pendapat kedua dari para ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-ba'ah adalah biaya perkawinan. Kriteria istitha nikah muda menurut mazhab Imam Syafi'i analisis hadis riwayat Imam Bukhari adalah:

Metode Analisis Data

PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

Penyajian Data

  • Biografi Imam Nawawi
  • Biografi Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani
  • Pemikiran Madzhab Syafi’i Tentang Kriteria Istitho’ah Menikah Bagi

34; Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kamu yang mampu untuk menikah, hendaklah dia menikah. Disebut demikian kerana sesuatu yang mewajibkannya, dan nasib pendapat ini ialah: Sesiapa yang mampu untuk berkahwin hendaklah berkahwin, tetapi jika tidak mampu, hendaklah dia berpuasa untuk menolak syahwat. Orang yang berpegang pada pendapat seperti itu berkata: Nabi bersabda "Dan sesiapa yang tidak mampu, hendaklah dia berpuasa".

Karena sebenarnya takdir kalimat “Siapa yang tidak mampu membayar jimak karena biayanya” adalah jika seseorang membutuhkan jimak maka wajib baginya untuk berpuasa. Ar-Rayani dan sekelompok ulama mengatakan “Barangsiapa yang telah melewati usia 30 tahun disebut Syekh”. Jadi makna hadis tersebut adalah : “Barangsiapa di antara kalian yang mampu melakukan jima’ (setubuh) karena ia bersedia menanggung biaya perkawinan, maka hendaklah ia menikah, dan barangsiapa yang tidak mampu melakukan jima’ (setubuh) karena ia belum siap menanggung biaya hidup, maka hendaklah ia berpuasa untuk menolak syahwatnya, dan terhindar dari akibat buruk benihnya, sebagaimana halnya orang yang melakukan wijaa (hancur buah zakarnya).

Ia dinamakan dengan sesuatu yang berakibat, maka maksud hadis tersebut ialah: “Barangsiapa di antara kamu yang mampu menanggung kos perkahwinan, hendaklah dia berkahwin, dan sesiapa yang tidak mampu, hendaklah dia berpuasa menahan dorongan hawa nafsu.” . Perkara yang memotivasikan mereka yang berfikiran begini ialah kata-katanya "Siapa yang tidak mampu, hendaklah dia berpuasa".

Pembahasan

Sebagian ulama mengatakan bahwa kata baa'ah yang dimaksud di sini berarti jima'. Jadi dapat kita pahami dari penjelasan para ulama di atas bahwa pendapat pertama ini menjelaskan pengertian baa'ah menurut mereka baa'ah adalah ditinjau dari kondisi fisik atau kesanggupan seseorang untuk melakukan hubungan seksual (Jimak) dengan pasangannya. memenuhi keberadaan batin mereka. Apabila pengucapan al-baa’ah diartikan sebagai biaya perkawinan, maka makna hadis tersebut berbunyi: “Barangsiapa di antara kamu yang mampu menanggung biaya perkawinan, maka hendaklah dia menikah, dan siapa yang tidak mampu untuk menikah, maka keluarlah. dia sendiri untuk menahan dorongan nafsunya”.88.

Pernikahan itu disunnahkan bagi orang-orang yang membutuhkan pernikahan dengan kemampuan untuk menjalin hubungan intim jika menemukan biaya pernikahan berupa mahar dan hal-hal lain untuk menjaga agamanya, seperti sibuk atau tidaknya orang tersebut dalam beribadah. Dan yang kedua, istithua diartikan sebagai kesanggupan untuk menafkahi biaya pernikahan.Beban pernikahan di sini ditekankan pada tiga hal, yakni berupa mahar (mahar), kiswah (pakaian) dan biaya pernikahan. hari. Dengan demikian dapat kita pahami bahwa disunnahkannya seorang pemuda (laki-laki) untuk menikah apabila pemuda (laki-laki) tersebut mempunyai kriteria tertentu, yaitu istitho'ah untuk berhubungan badan dengan pasangannya dan istitho'ah untuk mencukupi biaya. yaitu berupa mahar (mahar), kiswah (pakaian) dan biaya hari pernikahan.

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan yaitu mengenai kriteria istitho'ah menikah bagi generasi muda dalam perspektif Mazhab Imam Syafi'i, kajian analisis hadis riwayat Imam Bukhari, penulis dapat menarik kesimpulan yaitu. Istitho'ah pemberian biaya pernikahan menekankan pada tiga hal, yaitu pertama mahar (pernikahan), kedua kiswah (pakaian), dan ketiga biaya hari pernikahan.

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Penutup

Referensi

Dokumen terkait