• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA JALAN LURUS KARYA WISRAN HADI DAN IMPIKASINYA TERHADAP

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA JALAN LURUS KARYA WISRAN HADI DAN IMPIKASINYA TERHADAP "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA JALAN LURUS KARYA WISRAN HADI DAN IMPIKASINYA TERHADAP

APRESIASI DRAMA SISWA KELAS XI

Nella Noviyanti Saputri1, Yulia Sri Hartati2, Iswadi Bahardur3 1) Students STKIP (PGRI) West Sumatra

2) 3) Lecturer in Education Studies Program Language and Literature Indonesia (STKIP) PGRI West Sumatra

ABSTRAC

Nella Novriyanti Saputri (NIM: 10080134), Kritik Sosial dalam Naskah Drama Jalan Lurus Karya Wisran Hadi dan Implikasinya terhadap Apresiasi Drama Siswa Kelas XI,Thesis, Program of Education Study Indonesian Language and Literature STKIP PDRI West Sumatera, Padang, 2014.

The problem in this study is a critique of the issues contained in the works of playwright Jalan Lurus by Wisran Hadi. The purpose of this study was to describe the social criticism contained in the works of playwright Jalan Lurus by Wisran Hadi and its implications for the appreciation of the drama students of class XI. The method used in this research is descriptive method. The results of this study found thirty-one criticism in the works of playwright Jalan Lurus by Wisran Hadi.

The criticism includes a critique of the problems of human habits as individuals and in groups, knowledge problem, agreement problems, economic problems, logic and reason problem, trust problem, cultural problem, political problem, marital problems, strativikasi sicial problems, bribery problems, ego human problems, governance problems, religious problems, corruption problems, ethical and moral problems, emancipation problems, gender problems, greed problems, art problems, queuing problem, honesty problems, language problems, security problems, leadership problems, ideology problems, government policy turmoil problems,Injustice problems, violence problems, and police problems.

Keywords: Social Criticism, Drama Script, Implications, Drama Appreciation.

(5)

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA JALAN LURUS KARYA WISRAN HADI DAN IMPIKASINYA TERHADAP

APRESIASI DRAMA SISWA KELAS XI

Nella Novriyanti Saputri1, Yulia Sri Hartati2, Iswadi Bahardur3 1) Mahasiswa STKIP (PGRI) Sumatera Barat

2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (STKIP) PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Nella Novriyanti Saputri (NIM: 10080134), Kritik Sosial dalam Naskah Drama Jalan Lurus Karya Wisran Hadi dan Implikasinya terhadap Apresiasi Drama Siswa Kelas XI, Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2014.

Masalah dalam penelitian ini adalah kritik terhadap permasalahan yang terdapat dalam naskah drama Jalan Lurus karya Wisran Hadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kritik sosial yang terdapat dalam naskah drama Jalan Lurus karya Wisran Hadi dan implikasinya terhadap apresiasi drama siswa kelas XI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Hasil penelitian ini menemukan tiga puluh satu kritikan dalam naskah drama Jalan Lurus karya Wisran Hadi. Kritikan tersebut mencakup kritik terhadap permasalahan kebiasaan manusia sebagai individu maupun dalam kelompok, masalah pengetahuan, masalah kesepakatan, masalah perekonomian, masalah logika dan nalar, masalah kepercayaan, masalah kebudayaan, masalah politik, masalah rumah tangga, masalah strativikasi sosial, masalah penyogokan, masalah ego manusia, masalah pemerintahan, masalah keagamaan, masalah korupsi, masalah etika dan moral, masalah emansipasi wanita, masalah gender, masalah keserakahan, masalah kesenian, masalah antrian, masalah kejujuran, masalah kebahasaan, masalah keamanan, masalah kepemimpinan, masalah ideologi, masalah kebijakan pemerintahan, masalah kekacauan, masalah ketidakadilan, masalah kekerasan, dan masalah kepolisian.

Kata Kunci: Kritik Sosial, Naskah Drama, Implikasi, Apresiasi Drama.

(6)

PENDAHULUAN

Permasalahan pada penelitian ini adalah kritik terhadap permasalahan yang terdapat dalam naskah drama Jalan Lurus karya Wisran Hadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kritik sosial yang terdapat dalam naskah drama Jalan Lurus karya Wisran Hadi.

Pada pada penelitian ini akan dijabarkan kritik yang ingin disampaikan Wisran Hadi terhadap permasalahan sosial.

Pembahasan tentang drama akan berhubungan dengan pembahasan naskah drama dan pertunjukan drama. Naskah drama berhubungan dengan seni sastra, sedangkan pertunjukan drama berhubungan dengan seni teater. Namun secara umum Hasanuddin (1996: 7) menyatakan drama merupakan suatu genre sastra yang ditulis oleh pengarang dalam bentuk dialog-dialog yang memiliki tujuan untuk dituliskan sebagai suatu seni pertunjukan. Jadi drama berhubungan dengan naskah maupun pertunjukannya

.

Kritik sosial terdiri atas dua kajian yaitu kritik dan sosial. Menurut Semi (1989:7) “Kata kritik berasal dari kritein, bahasa Yunani, yang berarti menghakimi, membandingkan, dan menimbang.” Arti sosial menurut Supardan (2009:27) memiliki arti yang berbeda jika dipandang dari segi istilah sosial maupun ilmu sosial. Istilah sosial merujuk pada objeknya, yaitu masyarakat.

Sedangkan sosial pada departemen sosial merujuk pada kegiatan-kegiatan di lapangan sosial.

Kesimpulannya, manusia hidup dalam masyarakat dengan proses sosial dan memenuhi kebutuhan secara bersama atau saling membutuhkan dan berhubungan.

Budianta (2003:20) menyatakan kemampuan sastra dalam menyampaian pesan menempatkan sastra menjadi sebuah sarana untuk melakukan kritik terhadap keadaan sosial.

Contohnya saja penggunaan puisi dalam demonstrasi. Hal ini sangat memungkinkan sebuah karya sastra menjadi sarana ataupun media untuk mengkritik keadaan sosial.

Menurut Ratna (2003:1) kedua ilmu memiliki objek yang sama yaitu manusia dalam masyarakat. Meskipun demikian, pada hakikat sosiologi dan sastra sangat berbeda, bahkan bertentangan secara diametral. Jika dipilah sosiologi merupakan ilmu yang objektif kategoris, membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini (das sein), bukan apa yang seharusnya terjadi (das sollen). Sebaliknya, karya sastra jelas bersifat evaluatif, subjektif, dan imajinatif.

Horkheimenr (dalam Anwar, 2012: 91) menyatakan dalam tindakan kritik dilatarbelakangi sifat kritis yang memiliki beberapa gagasan. Gagasan kritik dalam teori kritik mencakup beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut dapat berupa persoalan moral atau etika, antropologi, pengetahuan, sejarah, logika atau nalar, ekonomi dan produksi, hedonisme, budaya, seni, dan sastra.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini meneliti kritik sosial yang terdapat dalam naskah drama Jalan Lurus karya Wisran Hadi. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Penelitian ini menganalisis dan menelaah sendiri naskah drama yang dijadikan objek penelitian. Selain itu beberapa buku yang dapat menunjang dalam penelitian ini. Seperti buku-buku yang berhubungan dengan drama, sosial, dan kritik sosial. Teknik analisis data yang digunakan adalah 1) mendeskripsikan data yang didapatkan dari naskah drama Jalan Lurus karya Wisran Hadi, 2) menganalisis data yang telah dikumpulkan dari naskah drama Jalan Lurus karya Wisran Hadi, 3) menginterpretasikan data yang telah dikumpulkan dari naskah drama Jalan Lurus karya Wisran Hadi., 4) meyimpulkan data yang telah diinterpretasikan, 5) menulis laporan penelitian kritik sosial dalam naskah drama Jalan Lurus karya Wisran Hadi.

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil

Penelitian ini menemukan 31 kritik terhadap permasalahan yang ada pada masyarakat.

Kritik tersebut adalah kritik terhadap permasalahan kebiasaan manusia sebagai individu maupun dalam kelompok, masalah pengetahuan, masalah kesepakatan, masalah perekonomian, masalah logika dan nalar, masalah kepercayaan, masalah hedonisme, masalah kebudayaan, masalah politik, masalah rumah tangga, masalah strativikasi sosial, masalah penyogokan, masalah ego manusia, masalah pemerintahan, masalah keagamaan, masalah korupsi, masalah etika dan moral, masalah emansipasi wanita, masalah keserakahan, masalah kesenian, masalah antrian, masalah kejujuran, masalah kebahasaan, masalah keamanan, masalah kepemimpinan, masalah pengharapan, masalah kebijakan, masalah kekacauan, masalah ketidakadilan, masalah kekerasan, dan masalah kepolisian.

Pada bagian ini akan dijabarkan dialog-dialog yang memuat kritik tersebut.

2. Pembahasan

Pada naskah drama Jalan Lurus karya Wisran Hadi terdapat beberapa permasalahan yang dikritik Wisran Hadi. Seperti yang telah dikemukakan pada bagian teori, bahwa kritik hadir berdasarkan teori kritis. Munculnya kritik kerena adanya ketidak puasan seseorang terhadap suatu keadan. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa suatu kritik dapat juga dikritik oleh orang yang tidak suka terhadap suatu kritikan.

Ritzer (2012: 477—482) menyatakan kritik sosial berlandaskan pada teori kritis. Teori kritis adalah produk sekelompok neo-Marxis Jerman yang tidak puas dengan suatu keadaan yang telah ada. Sesuai dengan sejarah perkembangan sosiologi teori kritis lahir oleh sekelompok neo- Marxian Jerman yang tidak puas terhadap teori Marxian.

Anwar (2012: 91) menyatakan nalar merupakan bagian utama dalam teori kritis. Teori kritis ini menegaskan bahwa kebenaran tidak ada di luar masyarakat. Kebenaran berada pada posisi ideologi individu dengan realitas sosialnya. Teori kritis bertujuan untuk mendorong perubahasn sosial. Oleh karna itu, teori kritis mengembangkan gagasan kritik dalam berbagai dimensi sosial yang dianggap penting dalam timbulnya perubahan sosial.

Wisran Hadi termasuk sastrawan yang memiliki pemikiran yang kritis. Oleh karena itu, Wisran Hadi telah menyampaikan pemikiran kritisnya ke dalam naskah drama yang diciptakannya.

Pemikiran kritis Wisran Hadi juga dapat dilihat dalam naskah drama Jalan Lurus. Pada naskah drama ini Wisran Hadi telah mengkritik beberapa permasalahan sosial. Ada 31 permasalahan yang dikritik oleh Wisran Hadi di dalam naskah drama Jalan Lurus ini.

1. Kritik terhadap Permasalahan Kebiasaan Manusia sebagai Individu maupun Kelompok.

Permasalahan yang dikritik adalah masalah kebiasaan. Kebiasaan manusia yang terbiasa hidup dalam kesalahanlah yang dikritik oleh Wisran Hadi. Manusia cenderung bersikap semaunya dan membenarkan sesuatu yang salah. Kebiasaan-kebiasaan yang dikritik dalam naskah drama ini termasuk ke dalam kebiasaan yang salah. Kebiasaan yang salah maksudnya kebiasaan yang tidak sesuai dengan keadaan masyarakat yang selazimnya. Oleh karena itu, Wisran Hadi mengkritik kebiasaan manusia yang seperti itu.

2. Kritik terhadap Permasalahan Pengetahuan

Permasalahan yang dikritik adalah masalah pengetahuan. Di dalam naskah drama Jalan Lurus ini mengkritik orang-orang yang memiliki pengetahuan yang minim namun berlagak seolah mereka tahu segalanya. Orang-orang seperti ini tidak mau diajarkan dan dinasehati. Kritikan terhadap permasalahan pengetahuan ini disampaikan melalui perdebatan para lelaki tentang suatu hal, bagaimana mereka menyikapi masalah, dan informasi..

(8)

3. Kritik terhadap Permasalahan Kesepakatan

Pemasalahan yang paling banyak adalah kritik terhadap permasalahan kesepakatan. Pada kritikan ini Wisran Hadi bertukuan untuk mengkritik masyarakat yang telah mempermainkan kaesepakatan. Bahkan tidak jarang masyarakat menyepakati untuk membenarkan sesuatu yang salah. Contohnya saja dalam naskah drama ini, para tokoh menyepakati tiang listrik adalah batang pinang. Dengan kesepakatan itu semua tokoh sepakat bahwa tiang itu adalah batang pinang.

Mereka tidak peduli bahwa mereka salah, yang terpenting bagi mereka kesalahan itu telah disepakati. Oleh karena itu, tidak jarang mereka melakukan kesalahan karena kesepakatan itu.

4. Kritik terhadap Permasalahan Perekonomian

Permasalahan yang dikritik adalah masalah ekonomi. Nurdin (2008:251—259) menyatakan kegiatan ekonomi merupakan semua kegiatan yang dilakukan menusia untuk memenuhi kebutuhannya yang beragam. Kenyataannya pada masa sekarang perekonomian masyarakat tidak stabil. Rakyat miskin semakin miskin, sedangkan yang kaya semakin kaya. Oleh karena itu, Wisran Hadi mengkritik masalah perekonomian. Pada naskah ini, kritik terhadap masalah ekonomi ini di perlihatkan pada dialog tokoh yang mempermasalahkan nasi sisa. Para lelaki menganggap nasi sisa itu sebagai sesuatu yang sakral dan perlu dikantongi. Keadaan seperti itu menggambarkan kehidupan rakyat miskin yang sulit mendapatkan uang dan makanan.

5. Kritik terhadap Permasalahan Logika atau Nalar

Permasalahan yang dikritik adalah masalah logika dan nalar. Logika berarti pengetahuan tentang kaidah berpikir dan jalan pikiran yang masuk akal. Nalar adalah pertimbangan tentang baik buruknya suatu hal. Naskah drama ini mengkritik keadaan masyarakat yang tidak menggunakan logika dan nalar ketika berpikir. Kritikan ini disampaikan melalui dialog tokoh yang berpikir isi dalam suatu tas adalah cahaya, kehidupan abadi, dan sebagainya. Mereka tidak melogikakan apa yang mereka bicarakan itu. Keadaan seperti ini yang sering terjadi pada masyarakat. Masyarakat sering berpikir suatuhal yang didak masuk akal karena mereka tidak mengunakan logika dan nalar mereka.

6. Kritik terhadap Permasalahan Kepercayaan

Permasalahan yang dikritik adalah masalah kepercayaan. Kepercayaan termasih ke dalam ilmu antropologi. Antropologi merupakan ilmu tentang manusia. Ilmu tersebut mencakup asal usul manusia, aneka warna, bentuk fisik, adat istiadat, dan kepercayaan pada masa lampau. Orang- orang terlalu percaya pada mitos, tahayul, sejarah, dan makluk gaib. Kepercayaan mereka ini membuat orang-orang sering berbuat salah dalam menjalani hidupnya. Mereka terlalu mengagungkan sejarah dan berbuat seperti sejarah agar mereka mendapat kebahagiaan. Mereka terlalu percaya pada hal seperti itu, sehingga manusia sering menyusahkan diri sendiri karena kefanatikan mereka. Selain itu, manusia yang percaya pada tahayul, dukun, dan makluk halus membuat manusia itu menjadi hidup dalam ketakutan mereka. Mereka pun jauh dari ajaran agamanya.

7. Kritik terhadap Permasalahan Kebudayaan

Permasalahan yang dikritik adalah kebudayaan. Budaya sebagai keseluruhan yang komplek yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, adat istiadad, dan kebiasaan yang didapat oleh manusia sesuai perannya sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan yang dikritik dikhususkan pada adat istiadat Minangkabau yang sudah memudar. Pada naskah drama Jalan Lurus karya Wisran Hadi terdapat beberapa keritikan terhadap sektor kebudayaan. Misalnya tarian Minang yang sudah menghilang, gonjong rumah gadang yang sudah tidak lagi sakral dan diletakkan di kandang ayam, Bundo Kanduang yang tidak lagi melaksanakan perannya

(9)

sebagaimana mestinya, keponakan yang tidak lagi patuh pada penghulu, dan kebudayaan yang telah dijadikan alat pariwisata.

8. Kritik terhadap Permasalahan Politik

Permasalahan yang dikritik adalah masalah politik. Masalah politik yang dikemukakan adalah karakter orang-orang yang berpolitik itu sendiri. Mereka saling menjatuhkan dalam mencapai tujuan politiknya. Dua kubu saling menyebutkan keburukan lawan politiknya. Selain itu politikus juga sering mengumbar janji tanpa bukti.

9. Kritik terhadap Permasalahan Rumah Tangga

Permasalahan yang dikritik adalah masalah rumah tangga. Permasalahan rumah tangga yang dikritik adalah hubungan suami istri. Pada saat sekarang, suami sudah tidak lagi melaksanakan perannya sebagai suami dan istri tidak melaksanakan perannya sebagai istri. Selain itu juga sering terjadi perselingkuhan dan kekerasan dalam rumah tangga. Realitanya suami pada zaman sekarang banyak yang bermain serong di belakang istrinya, bahkan hingga mamiliki istri simpanan. Kritikan ini disampaikan melalui adegan lakon yang berperan sebagai istri muda dan adegan lelaki yang berperan sebagai istri. Lelaki yang berperan sebagai istri sering disakti oleh lelaki yang berperan sebagai suami.

10. Kritik terhadap Permasalahan Stratifikasi Sosial

Permasalahan yang dikritik adalah permasalahan status sosial. Stratifikasi sosial adalah suatu sistem di mana kelompok manusia terbagi dalam lapisan-lapisan yang ditentukan oleh kekuasaan, kepemilikan dan prestise. Kritik terhadap masalah strativikasi sosial disampaikan melalui perbedaan peran lakon dengan lelaki pemanjat tiang. Lakon yang berada di atas tiang listrik dengan seenaknya bisa naik turun tiang dengan tangga tali. Sedangkan para lelaki yang berada di bawah tiang harus memanjat tiang itu dengan susah payah. Dari pemeranan tersebut sangat jelas perbedaan status sosial antara seseorang yang berada di atas dengan orang yang berada di bawah tiang. Keadaan seperti ini lah yang terjadi pada kenyataannya. Orang yang memiliki status sosial lebih tinggi akan dengan seenaknya melakukan apa yang diinginkannya, sedangkan orang yang berada di bawah malah harus bersusah payah untuk menjalani hidupnya.

11. Kritik terhadap Permasalahan Penyogokan

Permasalahan yang dikritik adalah masalah penyogokan. Pada zaman sekarang banyak terjadi penyogokan. Penyogokan ini digambarkan melalui dialog tokoh yang protes karena orang yang di atas memberi pelincir di tiang listrik. Pelincir diibaratkan sebagai penyogokan. Selain itu, lakon yang berperan sebagai orang atasan juga sering meminta pelincir pada tokoh lelaki. Keadaan seperti ini juga banyak terjadi pada dunia nyata. Oleh karena itu, Wisran Hadi berupaya mengkritik masalah penyogokan ini.

12. Kritik terhadap Permasalahan Ego Manusia

Permasalahan yang dikritik adalah masalah ego manusia. Manusia sering tidak peduli pada nasip orang lain yang berada di sekitarnya. Mereka hanya peduli pada urusannya masing- masing. Mereka tidak peduli jika orang lain tersakiti. Manusia rela bertengkar demi mencapai tujuannya. Tidak ada yang mau mengalah dan memaafkan. Kritikan tersebut dapat dilihat pada sikap para lelaki yang tidak mau mengalah ketika memperebutkan sesuatu, terutama memperebutkan tas yang berada di atas batang pinang.

(10)

13. Kritik terhadap Permasalahan Pemerintahan

Permasalahan yang dikritik adalah masalah pemerintahan. Bagian yang diritik adalah oknum pemerintahan maupun keadaan pemerintahan itu sendiri. Pemerintah cenderung tidak memikirkan nasip rakyatnya. Permasalahan nasional seperti masalah ekonomi dan politik hitam sudak menjadi masalah yang biasa. Kritikan ini disampaikan melalui tokoh lelaki yang menyatakan bahwa saat ini masyarakat tidak butuh perencanaan dan janji-janji.

14. Kritik terhadap Permasalahan Keagamaan

Permasalahan yang dikritik adalah masalah keagamaan. Banyak orang yang tidak memikirkan soal agama. Oleh karena itu tidak jarang diantara mereka melaksanakan larangan agama. Misalnya laki-laki yang berpenampilan seperti perempuan seperti yang dinyatakan dialog lelaki X. Sehingga mereka salah dalam mengartikan ajaran agama. kritikan ini juga ditujukan pada orang-orang yang tidak mengetahui tentang ajaran agama.

15. Kritik terhadap Permasalahan Korupsi

Permasalahan yang dikritik adalah masalah korupsi. Korupsi sudah menjadi penyakit masyarakat. Tidak hanya korupsi yang dilakukan oleh pejabat, namun korupsi kecil-kecilan juga dilakukan oleh masyarakat kecil. Korupsi inilah yang sulit untuk dihilangkan. Keadaan seperti ini yang dikecam keras oleh Wisran Hadi. Melalui kritikan ini Wisran Hadi menyampaikan hukuman yang sesuai untuk koruptor, yaitu menyita harta pelaku korupsi tersebut.

16. Kritik terhadap Permasalahan Etika atau Moral

Permasalahan yang dikritik adalah masalah etika dan moral. Nurgiantoro (1995: 381) menyatakan bahwa moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan seorang pengarang yang kemudian disampaikan di dalam karyanya. Moral berkaitan dengan baik atau buruknya karakter seseorang. Etika dan moral manusia yang dikritik adalah etika dan moral yang buruk. Pada saat sekarang manusia tidak lagi memperlihatkan etika dan moral yang baik. Mereka tidak malu jika dikatakan tidak beretika. Masalah moral sudah dikesampingkan. Orang-orang hanya memikirkan kebahagiaan dan tujuan hidupnya.

17. Kritik terhadap Permasalahan Emansipasi Wanita

Permasalahan yang dikritik adalah masalah emansipasi wanita. Wanita pada zaman sekarang telah melupakan perannya sebagai wanita. Bahkan wanita pada zaman sekarang tidak segan-segan untuk meninggalkan kodratnya sebagai wanita. Wanita sudah serupa dengan laki-laki.

Misalnya menghabiskan wantu di luar rumah, mencari nafkah dengan berlebihan, hingga tidak mau menyusui bainya. Kritikan terhadap masalah ini dapat dilihat pada dialog lelaki yang menyatakan bahwa para wanita telah berubah wujud menjadi laki-laki.

18. Kritik terhadap Permasalahan Gender

Naskah drama Jalan Lurus karya Wisran Hadi menyampaikan kritik terhadap peran wanita yang tidak lagi diperhitungkan. Wanita tidak lagi dilibatkan dalam berbagai urusan kemasyarakattan. Kritikan tersebut disampaikan melalui dialog lelaki yang mencemooh ketika seorang lelaki datang memerankan peran perempuan. Keadaan seperti ini membuktikan bahwa peran perempuanpun bisa dilakukan oleh laki-laki sehingga peran perempuan sudah tidak ada lagi.

19. Kritik terhadap Permasalahan Keserakahan

Permasalahan yang dikritik adalah masalah keserakahan. Manusia selalu tidak puas dengan apa yang telah diperolehnya. Oleh karena itu manusia cenderung berbuat serakah.

Keserakahan ini terlihat dari karakter lakon. Lakon selalu ingin menjadi siapapun yang bisa

(11)

menguntungkan posisinya. Selain itu keserakah ini juga terlihat ketika lakon menguasai atasan dan tidak mengizinkan ara lelaki bicara dengan atasan. Keadaan seperti ini yang sering terjadi pada realitanya.

20. Kritik terhadap Permasalahan Kesenian

Permasalahan yang dikritik adalah masalah kesenian. Seni merupakan kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi. Wisran Hadi mengkritik keadaan dimana kesenian telah mulai dilupakan. Kesenian yang menjadi ciri khas tidak lagi diabaikan. Manusia cenderung terpesona dengan hiburan lainnya. Perihal inilah yang dikritik oleh Wisran Hadi. Kesenian sudah kalah oleh olah taga, terutapa sepak bola. Lapangan seni telah diubah menjadi lapangan bola.

21. Kritik terhadap Permasalahan Antrian

Permasalahan yang dikritik adalah masalah antrian. Wisran Hadi mengkritik manusia yang cenderung tidak sabar. Ketidak sabaran ini dapat dilihat ketika manusia tidak mau antri.

Orang yang belakangan datangnya malah ingin berada di posisi depan. Misalnya saja ketika mengambil karcis, ketika antri di kasir, dan lainnya.

22. Kritik terhadap Permasalahan Kejujuran

Permasalahan yang dikritik adalah masalah kejujuran. Orang-orang telah terbiasa untuk berbohong. Hakikat kejujuran tidak lagi ditanamkan dalam diri manusia. Selain itu manusia hidup dengan cara saling menipu. Melihat keadaan seperti ini, maka Wisran Hadi menyampaikan kritikan melalui naslah drama Jalan Lurus. Kritikan ini disampaikan melalui dialog tokoh yang menyatakan bahwa kejujuran telah tidak dipertimbangkan lagi.

23. Kritik terhadap Permasalahan Kebahasaan

Permasalahan yang dikritik adalah masalah kebahasaan. Dalam naskah drama ini dikemukakan bahwa bahasa masih sering dipermainkan oleh penggunanya. Bahkan tidak jarang bahasa tidak digunakan dengan baik. Masalah kebahasaan ini dihadirkan melalui dialog para tokoh. Tokoh sering mengatakan bahwa jangan mempermainkan bahasa, bahasa itu membingungkan, sebentar lagi bahasa akan hilang. Oleh karena itu, Wisran Hadi mengibaratkan bahwa bahasa itu akan hilang.

24. Kritik terhadap Permasalahan Keamanan

Permasalahan yang dikritik adalah masalah keamanan. Pada saat sekarang sulit untuk menemukan keadaan aman. Keadaan yang tidak aman ini juga menimbulkan perperangan.

Misalnya saja perang antar suku yang sering dijumpai. Namun, yang disayangkan adalah keadaan yang risuh ini sering diabaikan oleh oknum yang harusnya bertanggung jawab. Misalnya saja kepolisian, pemerintah, maupun pihak keamanan lainnya. Ketidakamanan ini dapat dilihat pada dialog lelaki yang mengomentari bahwa saat sekarang keadaan sudah tidak aman.

25. Kritik terhadap Permasalahan Kepemimpinan

Permasalahan yang dikritik adalah masalah kepemimpinan. Wisran Hadi mengkritik masalah kepemimpinan. Sulit untuk menjadi pemimpin yang jujur. Bahkan ketika pemimpin itu telah mundur dari kursi kepemimipinanya malah akan diketahui kesalahan-kesalahan yang diperbuatnya ketika memimpin.

(12)

26. Kritik terhadap Permasalahan ideologi

Permasalahan yang dikritik adalah masalah ideolgi. Manusia terlalu banyak berharap.

Selain itu manusia kadang berharap terlalu tinggi. Namun, mereka tidak berusaha untuk mewujudkan harapan mereka itu. Oleh karena itu Wisran Hadi meyampaikan kritikannya melalui karakter tokoh yang dihadirkanya.

27. Kritik terhadap Permasalahan Kebijakan Pemerintah

Permasalahan yang dikritik adalah masalah kebijakan. Wisran Hadi mengkritik kebijakan yang tidak lagi bijak. Terutama kritikan pada keadaan yang selalu menghadirkan kebijakan tanpa peduli apakah kebijakan itu bermanfaat bagi masyarakat. Kebujakan pada zaman sekarang hanya berpihak pada golongan yang mampu saja.

28. Kritik terhadap Permasalahan Kekacauan

Permasalahan yang dikritik adalah masalah kekacauan. Keadaan pada zaman sekarang semakin kacau. Pemasalahan masyarakat sudah semakin banyak. Mulai dari masalah pribadi hingga masasalah kelompok. Bahkan ketika menyelesaikan suatu permasalahan, manusia masih saja berdebat tentang masalah apa yang mereka perdebatkan itu tanpa mencari penyelesaian dari masalah yang mereka hadapi.

29. Kritik terhadap Permasalahan Ketidakadilan

Permasalahan yang dikritik adalah masalah ketidakadilan. Tidak adil dapat diartikan sebai berat sebelah. Wisran Hadi mengkritik permasalahan ketidakadilan. Ketidakadilan yang dimaksudkan oleh Wisran Hadi memposisikan sesuatuhal lebih berat dibanding yang lainnya atau dengan kata lain disaat seseorang disibukan dengan suatu hal, orang lain malah diberi keringanan.

Manusia sering tidak adil pada manusia lain. Ketidakadilan inilah yang tidak disukai oleh Wisra Hadi dan disampaikan dalam naskah drama Jalan Lurus.

30. Kritik terhadap Permasalahan Kekerasan

Permasalahan yang dikritik adalah masalah kekerasan. Kekerasan sudah menjadi hal biasa. Menyakiti orang lain sudah bukan masalah lagi. Penganiayaan dan pembunuhan sudah menjadi hal yang lumrah. Kritikan terhadap kekerasan ini disampaikan melalui kegiatan pada lelaki dan dialog mereka. Mengancam untuk membunuh sudah biasa ujarkan.

31. Kritik terhadap Permasalahan Kepolisian

Permasalahan yang dikritik adalah masalah hukum. Kritikan ini menyampaikan bahwa sangat sulit berurusan dengan oknum kepolisian. Bahkan polisi sering berupaya untuk memperbesar suatu masalah hukum. Banyak polisi yang mempermainkan masyarakat.

Memperpanjang urusan masyarakat bahkan mempersulit masyarakat.

Semua kritikan yang dihadirkan Wisran Hadi dalam naskah dramanya hadir karena ketidakpuasan Wisran Hadi terhadap fenomena sosial yang dilihatnya. Wisran Hadi tidak terfokus pada satu masalah saja. Namun, ada beberapa masalah yang disampaikan Wisran Hadi dalam naskah drama Jalan Lurus. Sikap kritis Wisran Hadi ini dapat dibuktikan dengan adanya tiga puluh satu masalah yang dikemukakan wisran Hadi dalam naskah drama Jalan Lurus. Masing- masing masalah ini tentu memiliki penyebab dan dampak yang berbeda-beda.

(13)

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Kritik diartikan sebagai upaya menilai, membanding, dan menimbang. Kritik sosial berarti kegiatan menilai atau mengomentari keadaan sosial yang tidak sesuai dengan pemikiran si pengkritik. Seorang pengarang dapat menjadikan sastra sebagai media untuk mengkritik keadaan sosial. Wisran Hadi melalui naskah drama Jalan Lurus menyampaikan kritikannya terhadap permasalahan sosial.

Pada penelitian ini bertujuan untuk menemukan permasalahan yang dikritik dalam naskah drama Jalan Lurus karya Wisran Hadi. Hasil dari penelitian ini menemukan 31 masalah yang dikritik oleh Wisran Hadi. Masing-masing permasalahan tersebut ditunjang oleh beberapa dialog yang disampaikan oleh tokoh-tokoh dalam naskah drama Jalan Lurus karya Wisran Hadi ini.

Tokoh ini membicarakan beberapa masalah yang tidak saling berhubungan, namun dikritik oleh Wisran Hadi. Karena Wisran Hadi merupakan tokoh yang kritis dan tidak terfokus pada satu permasalahan saja.

Kritik sosial yang disampaikan adalah kritik terhadap permasalahan kebiasaan manusia sebagai individu maupun dalam kelompok, masalah pengetahuan, masalah kesepakatan, masalah perekonomian, masalah logika dan nalar, masalah kepercayaan, masalah kebudayaan, masalah politik, masalah rumah tangga, masalah strativikasi sosial, masalah penyogokan, masalah ego manusia, masalah pemerintahan, masalah keagamaan, masalah korupsi, masalah etika dan moral, masalah emansipasi wanita, masalah gender, masalah keserakahan, masalah kesenian, masalah antrian, masalah kejujuran, masalah kebahasaan, masalah keamanan, masalah kepemimpinan, masalah ideologi, masalah kebijakan pemerintahan, masalah kekacauan, masalah ketidakadilan, masalah kekerasan, dan masalah kepolisian.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang kritik sosial dalam naskah drama Jalan Lurus karya Wisran Hadi maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Pertama, naskah drama ini dapat dijadikan media untuk pendidikan karakter anak. Mengajar anak bagaimana sikap yang baik dan buruk. Kedua, naskah drama ini bisa dijadian media untuk pembelajaran apresiasi drama siswa kelas XI. Sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang mengarahkan siswa untuk mampu menemukan kritik sosial yang terdapat dalam naskah drama.

DAFTAR RUJUKAN

Answar, Ahyar. 2012. Teori Sosial Sastra. Yogyakarta: Ombak.

Budianta, Melani, dkk. 2003. Membaca Sastra. Depok: Indonesiatera.

Hasanuddin. 1996. Drama Karya dalam Dua Dimensi. Bandung: Angkasa.

Ratna, Nyoman Khutna. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Semi, M. Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.

Referensi

Dokumen terkait

4.1087 Ilmy Amiqoh Ilmu Administrasi Publik 4.1088 Dikhla Rif`A Ilmu Administrasi Publik 2.39 4.1089 Elfananda Istiqlalia Ilmu Administrasi Publik 4.1090 Hamida Condrowati Jayadi