Kep, selaku Direktur Program Studi DIII Keperawatan sekaligus dosen pembimbing 1 yang telah dengan sabar meluangkan waktunya untuk berkontribusi dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Para dosen dan tenaga kependidikan Universitas Kristen Wacana Krisda telah memberikan ilmunya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah penelitian ini. Terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu doa dan semangatnya dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Makalah penelitian ini menggunakan metode studi kasus melalui tahapan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, review catatan keperawatan dan rekam medis.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pola hidup yang tidak sehat menjadi faktor utama penyebab terjadinya DM tipe II, antara lain karena jumlah kalori yang dikonsumsi melebihi batas normal. Dapat disimpulkan bahwa DM tipe II sangat dipengaruhi oleh faktor gaya hidup seseorang yang tidak tepat. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dan dukungan motivasi dari seseorang dari keluarga untuk dapat menerapkan pola hidup sehat agar terhindar dari penyakit diabetes tipe II.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita DM tipe II terbanyak, dan menduduki peringkat ke-7 dari 10 negara (IDF, 2022).
Tujuan
Perawat berperan penting dalam edukasi pasien untuk meningkatkan pengetahuan tentang DM dan membantu mengelola perawatan pasien DM (Cable, 2016). Perawat telah menjalankan perannya terhadap pasien DM dalam upaya penatalaksanaan penderita DM yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, membangun keterampilan, mengembangkan sikap yang mengarah pada peningkatan kualitas hidup, mengurangi atau mencegah komplikasi dan perawatan mandiri pada penderita DM. Kendala yang dihadapi perawat dalam pengobatan pasien DM adalah kurangnya motivasi pada pasien dan kurangnya kesadaran terhadap program gaya hidup dan tindakan pencegahan pada pasien diabetes di kalangan profesional (Ramadhani, 2017).
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus DM ini menjadi sebuah karya tulis ilmiah karena melihat urgensi terjadinya komplikasi penyakit diabetes melitus dan juga kontribusi perawat terhadap pelayanan yang telah diberikan, namun masyarakat atau pasien DM belum menyadari hal tersebut. mampu memotivasi dirinya sendiri dan selalu percaya pada staf perawat sehingga penulis tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien Ny.
Tujuan umum
Tujuan khusus
Manfaat
- Konsep Dasar Diabetes Melitus .1 Pengertian
- Klasifikasi
- Etiologi
- Faktor risiko
- Anatomi dan fisiologi
- Manifestasi Klinis
- Komplikasi
- Patofisiologi
- Penatalaksanaan Medik
- Pemeriksaan penunjang
- Konsep Dasar Keperawatan .1 Pengkajian
- Diagnosa keperawatan
- Rencana Keperawatan
- Implementasi
- Evaluasi
- Pengkajian
- Pengkajian Umum
- Pengkajian psikososial dan spiritual
- Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan penunjang
- Terapi Obat
- Analisa Data
- Diagnosa keperawatan
- Intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan
Diharapkan dapat meningkatkan peran perawat dalam menangani dan mencegah peningkatan kasus diabetes melitus tipe 2, serta dapat dijadikan bahan evaluasi perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan. Diharapkan dapat menambah wawasan, pemahaman dan informasi mengenai penyakit diabetes melitus tipe 2 guna meningkatkan kesadaran dalam menerapkan pola hidup sehat. Kami berharap dapat memperoleh gambaran, menambah wawasan dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus tipe 2.
Diabetes tipe 1, juga dikenal sebagai diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM), adalah suatu kondisi di mana penderita diabetes sangat beruntung dengan insulin, namun pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat memproduksi insulin, atau insulin yang diproduksi tidak mencukupi, sehingga menyebabkan diabetes tipe 1. pasien memerlukan suntikan insulin eksternal. . Diabetes melitus gestasional (GDM) merupakan penyakit diabetes yang didiagnosis pada masa kehamilan yang ditandai dengan hiperglikemia (kadar glukosa darah rendah di atas normal). Wanita hamil memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi perinatal akibat diabetes, yang berlangsung dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan.
Diabetes melitus jenis ini terjadi pada masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa pertama kali ditemukan pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga. Menurut PERKENI (2015), penyakit diabetes melitus sering kali dialami pada awalnya dan tidak disadari oleh penderitanya. Poliuria ini muncul sebagai gejala diabetes melitus karena kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak mampu memecahnya dan berusaha mengeluarkannya melalui urin.
Penderita diabetes akan cepat merasa lapar dan lemas, hal ini disebabkan karena glukosa dalam tubuh lebih sedikit, sedangkan glukosa darah cukup tinggi (Soegondo, Soewondo, & Subekti, 2014). Komplikasi diabetes termasuk gagal ginjal dan pasien yang memerlukan cuci darah rutin atau transplantasi ginjal. Diabetes tipe 2: karena sel-sel di pankreas tidak dapat merespons insulin secara normal, sehingga glukosa tetap berada di dalam darah dan tidak dapat digunakan sebagai energi.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien diabetes melitus menurut Malisa, dkk, (2022) adalah: Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan hiperglikemia; resistensi insulin, gangguan glukosa darah puasa, gangguan fungsi pankreas, gangguan glukosa darah puasa.
Diagnosa 1: Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin (D.0027)
Subyektif : pasien mengatakan badan terasa lemas, buang air kecil lebih sering pada malam hari, lebih dari 6-7 kali, sekitar 2.700 cc. Perencanaan: Intervensi dilanjutkan: Pantau GDS, pantau TTV, pantau asupan dan keluaran, berikan edukasi tentang diet rendah gula. Subyektif : pasien mengatakan makan 1 porsi dan minum BAK 700 ml sebanyak 3 kali dari pagi sampai jam 12 siang dan pasien mengatakan sudah tidak lemas lagi.
Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan faktor fisiologis (D.0077) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan tingkat nyeri berkurang. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memperparah dan meredakan nyeri Hasil: Pasien mengatakan nyeri muncul ketika bergerak/mengubah posisi tidur dan duduk terlalu lama. Subjektif: Pasien mengatakan dia tidak mempunyai keyakinan tentang rasa sakit. Sasaran: TD: 128/80x/mmHg, N: 87x/menit, RR: 19x/menit. Tampaknya pasien sedang tirah baring.
Jelaskan cara mengurangi nyeri yang dirasakan pasien. Hasil : pasien memahami cara mengurangi nyeri. Subyektif : pasien mengatakan mampu relaks dengan nafas dalam, pasien mengatakan setelah dilakukan relaksasi dengan nafas dalam nyerinya berkurang. Hasil: Pasien tidak menyukai makanan manis/gula, namun dalam 3 bulan terakhir pasien sering minum teh manis setiap hari.
Akibat : pasien sering terbangun dari tidur akibat BAK, saat bergerak terasa nyeri pada daerah perut sebelah kiri. Subjektif : pasien mengatakan sering BKA pada malam hari sehingga sering terbangun, dan pasien mengatakan karena nyeri pada perut sebelah kiri maka aktifitasnya terganggu.
Diagnosa : Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111)
Pukul 08:45
Subyektif : Pasien menyatakan memahami kondisinya dan ingin menjaga pola hidup dengan cara (menghindari makanan yang mengandung gula, ingin berolahraga).
PEMBAHASAN
- Pengkajian
- Diagnosa Keperawatan
- Intervensi keperawatan
- Implementasi keperawatan
- Evaluasi
Pada kasus Ny. A, tidak ada riwayat keturunan, namun Ny. A didiagnosis menderita obesitas, makan berlebihan, kurang olah raga, dan stres. Tanda dan gejala yang muncul secara teori namun tidak terjadi pada Ny. A adalah gigi goyang dan mudah rontok, penurunan kemampuan seksual, dan gangguan penglihatan. Ketidakstabilan gula darah Ny. A berhubungan dengan sekresi insulin merupakan masalah prioritas karena Ny.
Berdasarkan data pasien Ny. A nafsu makannya menurun, berat badannya menurun dan pasien merasa mual dan lemas. Alasan penulis membuat diagnosis ini adalah karena pada kasus pasien, Ny. Penulis menegakkan diagnosis ini karena pada kasus Ny. A pasien kebingungan dan tidak memahami penyakitnya sehingga meminta klarifikasi mengenai penyakitnya.
Alasan tidak ditegakkannya diagnosis perfusi perifer yang tidak efektif adalah karena Ny. Namun, dalam kasus Ny. Alasan penulis tidak menggunakan intervensi ini karena kondisi pasien menunjukkan bisa tenang dan kooperatif.
Dalam hal ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus Ny. A karena pasien kooperatif dan mampu berkomunikasi dengan baik, sehingga tindakan yang diberikan perawat dan penulis terlaksana dengan baik. Evaluasi nyeri akut terkait agen cedera fisik telah teratasi secara tuntas, hal ini terjadi karena intervensi yang disiapkan sudah sesuai dengan SIKI, namun pada saat pelaksanaan tidak semuanya terlaksana karena keterbatasan waktu, dan ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan rencana. kondisi pasien, nyonya tenang dan dari data subyektif dan obyektif sudah tidak ada keluhan lagi.
PENUTUP
Kesimpulan
Diagnosis defisiensi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan merupakan diagnosis yang muncul bersamaan dengan ketidakstabilan gula darah, sedangkan diagnosis intoleransi aktivitas adalah ketika pasien tidak mampu melakukan aktivitas dan menyelesaikan aktivitas. Diagnosis defisiensi pengetahuan merupakan diagnosis yang terjadi pada pasien yang mempunyai pengetahuan yang kurang tentang DM dan memerlukan pendidikan khusus bagi pasien. Pada kasus pasien dengan hasil GDS yang bervariasi, hal ini perlu menjadi perhatian khusus, karena gula darah yang tinggi dan tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi seperti gagal ginjal, kerusakan saraf dan pembuluh darah hingga sirkulasi darah terganggu.
Intervensi diberikan kepada pasien oleh penulis berdasarkan beberapa referensi dan pelaksanaan intervensi serta pelaksanaannya dilakukan bersama-sama dengan perawat rumah sakit. Implementasinya meliputi pemantauan kadar gula darah, mengajarkan pola makan rendah gula dan mendorong pasien untuk menjaga pola hidup sehat dengan melakukan aktivitas olah raga, rutin memeriksa gula darah secara mandiri, menjaga pola makan, memantau tanda-tanda vital, memantau asupan dan keluaran, memberikan edukasi dan motivasi. bagi pasien dengan melibatkan keluarga pasien. Implementasi dilakukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, dimana penulis mengevaluasi hasil dari tindakan yang diberikan.
Dari hasil evaluasi didapatkan diagnosis kadar glukosa darah tidak stabil teratasi sebagian, nyeri akut teratasi, defisit nutrisi teratasi, intoleransi aktivitas teratasi, dan defisit pengetahuan teratasi. Hasil pengkajian keperawatan menunjukkan dari lima diagnosa, empat diagnosa teratasi sepenuhnya dan satu diagnosa teratasi sebagian. Namun penyakit diabetes melitus merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian, karena penyakit ini sering dijumpai pada usia lanjut.
Penderita DM harus menjaga kesehatan, menjalani pengobatan dan mengontrol gula darah untuk mencegah komplikasi. Selain itu, pasien DM memerlukan dukungan dari keluarga untuk memberikan dukungan mental dan fisik serta pengawasan pasien dalam hal pengendalian diet rendah gula.
Saran
Diharapkan pula mahasiswa dapat mengatur waktunya dengan lebih baik sehingga proses keperawatan yang diberikan pada pasien diabetes melitus tipe 2 dapat berfungsi secara maksimal. Selain itu, mahasiswa juga harus lebih siap dalam bentuk pembekalan teori diabetes melitus sehingga pada saat praktek dapat mengaplikasikan ilmunya di rumah sakit. Hubungan dukungan keluarga dan motivasi menjalani diet diabetes dengan kadar gula darah pada penderita diabetes.
S dengan diagnosa penyakit diabetes melitus tipe II di Desa Karang Asih, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi Tahun 2022. Edukasi pemahaman dasar gizi dan hubungannya dengan penyakit diabetes melitus pada pekerja di Kantor Desa Sawaru, Kecamatan Camba. Asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan masalah perfusi jaringan perifer tidak efektif di ruang Melati RSUD Bangil (Disertasi Doktor STIKes Insan Medika Jombang.
Pemeliharaan hidrasi pada pasien rawat inap yang tidak mampu menahan cairan dan sebagai pembawa obat. Digunakan untuk mengontrol kadar gula darah tinggi pada pasien dewasa penderita diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2. Perut kembung, Sakit perut, Mual atau muntah, Diare atau bahkan sembelit, Sakit kepala, pusing atau mengantuk, Hidung tersumbat.
Sebagai terapi tambahan pola makan dan olah raga untuk meningkatkan kontrol gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2. Mengantuk, pusing, sensitif terhadap cahaya, pandangan kabur, sulit berkonsentrasi, gangguan tidur, otot tubuh terasa lemas, sakit perut, mual atau muntah, dan diare.