• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas air yang diperoleh selama pemeliharaan dengan pemberian pakan komersil maupun pakan buatan masih menunjang kelulushidupan ikan lele dumbo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Kualitas air yang diperoleh selama pemeliharaan dengan pemberian pakan komersil maupun pakan buatan masih menunjang kelulushidupan ikan lele dumbo"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KUALITAS AIR PADA KOLAM PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG DAUN SINGKONG (Manihot utillisima)

SEBAGAI PAKAN BUATAN

WATER QUALITY ANALYSIS IN DUMBO CATFISH BREEDING PONDS (Clarias gariepinus) WITH CASSAVA LEAF ADDITIVES (Utilisima Manihot) AS ARTIFICIAL FEED

Andi Alifia Fara Dhiba1), Husain Syam2), Ernawati3)

1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian FT UNM

2) dan 3)Dosen PTP FT UNM alifiafaradhiba@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan buatan dengan penambahan tepung daun singkong (Manihot utillisima) terhadap kualitas air kolam pendederan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Penelitian ini menggunakan uji T (one sample T test) untuk membandingkan perlakuan dengan pemberian pakan buatan dan pakan komersil yang terdiri dari 3 ulangan.Dosis pemberian pakan yaitu 3% dari bobot ikan selama 30 hari pemeliharaan dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari.Parameter yang diamati meliputi NH3, NO2, NO3, pH, suhu, DO dan kelulushidupan ikan lele dumbo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan buatan pada kolam pendederan ikan lele dumbo tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap parameter kualitas air yang diamati. Kualitas air yang diperoleh selama pemeliharaan dengan pemberian pakan komersil maupun pakan buatan masih menunjang kelulushidupan ikan lele dumbo.

Kata Kunci : Daun singkong, ikan lele dumbo, kualitas air, pakan ABSTRACT

This study aims to determine the effect of artificial feed by adding cassava leaf flour (Manihot utillisima) to the water quality of the African catfish nursery pond (Clarias gariepinus). This study used the T test (one sample T test) to compare the treatment with artificial feed and commercial feed consisting of 3 replications. The feeding dose was 3% of the weight of the fish for 30 days of maintenance with the frequency of feeding twice a day. Parameters observed were NH3, NO2, NO3, pH, temperature, DO and survival of African catfish. The results showed that the provision of artificial feed in the African catfish nursery did not have a significant effect (P> 0.05) on the observed water quality parameters. The quality of water obtained during maintenance by providing commercial and artificial feed is still supporting the survival of African catfish.

Keywords : African catfish, cassava leaves, feed, water quality PENDAHULUAN

Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak di konsumsi masyarakat, mudah didapat dan harga yang murah (Ikhsan et al., 2016). Ikan banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena

memberi manfaat untuk kesehatan tubuh yaitu mengandung protein yang tinggi dan kandungan lemak yang lebih rendah dibanding sumber protein hewani lain (Yuarni et al., 2015). Jenis ikan yang saat ini

(2)

digemari dan dikembangkan adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus).

Ikan lele merupakan salah satu spesies ikan air tawar yang mengandung sumber protein hewani dan bernilai ekonomis.Kebutuhan sumber protein hewani khususnya komoditas perikanan terus meningkat setiap tahun sehingga perlu adanya inovasi agar produksi meningkat(Hermawan et al., 2014).

Usaha budidaya ikan lele perlu memerlukan manajemen pengelolaan yang baik. Pakan mempunyai peranan sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan budidaya ikan (Ardiwijoyo et al., 2018). Pemberian pakan dalam jumlah berlebih akan meningkatkan biaya produksi bila ditinjau dari segi ekonomi dan dari segi lingkungan akan menyebabkan turunnya kualitas air akibat pencemaran (Nurdin et al., 2011).

Pakan dan kualitas air merupakan faktor yang memegang peranan sangat penting dalam keberhasilan usaha perikanan.Ketersediaan pakan merupakan salah satu faktor utama untuk menghasilkan produksi ikan lele secara maksimal(Arief et al., 2009).Pakan merupakan salah satu biaya pengeluaran terbesar dalam usaha budidaya. Tingginya harga pakan terkait dengan bahan baku utama pembuatan pakan yaitu tepung ikan sebagai sumber protein yang masih mengandalkan import (Pasaribu, 2007).

Salah satu cara untuk menekan biaya produksi adalah memanfaatkan sumber bahan baku lokal yang melimpah, murah dan masih memiliki nilai gizi yang cukup. Hijauan dalam bentuk basah maupun tepung merupakan salah satu sumber protein yang murah dan dapat

digunakan untuk mengurangi penggunaan tepung ikan.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengeksplor sumber bahan baku nabati untuk pemenuhan kebutuhan protein antara lain berasal dari tepung daun singkong (Listiowati dan Taufik, 2014). Daun singkong mengandung kadar protein yang cukup tinggi yaitu sekitar 27,28% (Iriyanti, 2012). Tingginya kandungan protein daun singkong mungkinkan untuk dijadikan sebagai bahan dalam pembuatan pakan ikan lele.

Manajemen budidaya ikan yang baik selain memperhatikan nutrisi dan jenis bahan baku dalam pakan juga perlu memperhatikan alokasi pemberian pakan.

Pemberian pakan dalam jumlah berlebih akanmenyebabkan sisa pakan dalam air kolam menumpuk yang dapat mempengaruhi kondisi kualitas air.Dekomposisi dari sisa pakan yang menumpukakan menghasilkan racun dan penyebab timbulnya penyakit (Patang, 2016).

Menurut Ajiboye et al.(2012) pencemaran lingkungan budidaya dapat disebabkan oleh pakan yang termakan dan tidak termakan oleh ikan.Pemberian pakan yang tidak tepat mengakibatkan menumpuknya sisa pakan di dalam air.

Keadaan ini akan mempengaruhi kualitas air, organisme akuatik dan lingkungan sekitarnya. Kualitas air yang buruk tersebut menyebabkan keracunan atau kekurangan oksigen serta mempercepat berkembangnya bibit penyakit (Silaban et al., 2012).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan buatan dengan penambahan tepung daun singkong (Manihot utillisima) terhadap

(3)

kualitas air kolam pendederan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus).

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu benih ikan lele dengan bobot 3,8 g/ind, bahan pembuatan pakan antara lain tepung daun singkong, tepung ikan, tepung jagung, ampas tahu dan dedak. Sampel air dan tanah sebagai media pemeliharaan, kertas saring whatman, aquadest, pakan komersil yang di peroleh di pasaran serta bahan untuk menganalisis kualitas air di laboratorium.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah pemeliharaan berupa styrofoam berukuran 70 x 40 x 35 cm, aerator, batu aerasi, selang aerasi,

timbangan analitik, seser,pH meter, DO meter, termometer, botol sampel 500 ml, coolbox, spektrofotometer dan peralatan analisis kimia lainnya.

Metode Penelitian

Jenis Penelitian dan Desain Penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan uji T (One Sample T Test) untuk membandingkan perlakuan dengan pemberian pakan yang dibuat dengan penambahan tepung daun singkong dan perlakuan pemberian pakan komersil.

Terdapat 2 perlakuan dan 3 ulangan sehinggamemperoleh 6 unit percobaan.

Formulasi pembuatan pakan buatan dengan penambahan tepung daun singkong disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.Formulasi Pakan Buatan Jenis Bahan

Baku

Jumlah (%)

Komposisi (100%) Kadar

Air

Protein Kasar

Lemak Kasar

Serat Kasar

Kadar

Abu BETN

Tepung Ikan 25 9,76 47,5 1,78 0,78 18,92 21,26

Ampas Tahu 20 8,34 41,98 10,25 4,23 6,13 28,98

Tepung Jagung 25 13,76 9,95 1,94 1,44 2,96 69,95

Dedak 20 9,3 6,61 2,22 16,21 13,47 52.19

Daun Singkong 10 8,34 23,58 6,46 10,05 22,25 25,44 Sumber : Data Primer 2018

Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap mulai dari tahap pembuatan pakan buatan, tahap persiapan wadah berupa styrofoam dan media pemeliharan seperti tanah yang dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu dalam wadah dengan ketebalan 3 cm dan pengisian wadah dengan air sebagai media pemeliharaan, kemudian dilanjutkan dengan

pemasangan aerasi untuk setiap wadah penelitian.

Setelah wadah pemeliharaan sudah siap maka dilanjutkan ketahap penebaran benih dengan dengan padat tebar 30 ekor/wadah.Pemeliharaan dilakukan selama 30 hari dengan frekuensi pemberian pakan dua kali sehari pada pukul 08.00 pagi dan 16.00 sore.Pemberian pakan diberikan sebanyak 3% dari bobot ikan. Parameter yang diamati adalah kualitas air berupa

(4)

amonia, nitrit, nitrat, suhu, pH dan DO yang pengamatannya dilakukan dengan selang waktu 7 hari, sementara sintasan ikan lele dumbo diambil sebagai data pendukung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsentrasi Amonia (NH3-N) (mg/L) Selama 30 Hari Pemeliharaan

Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi amonia pada perlakuan pakan buatan berkisar antara 0,003-0,087 mg/L dengan rata-rata 0,030 mg/L sementara perlakuan pakan komersil berkisar antara 0,002-0,046 mg/L dengan rata-rata konsentrasi amonia sebesar 0,022 mg/L.

Hasil analisis uji T (one sample T test) tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0,05) untuk setiap perlakuan.

Gambar 1. Konsentrasi Amonia (NH3-N) (mg/L) Selama 30 hari pemeliharaan

Pengukuran konsentrasi amonia untuk setiap perlakuan (Gambar 1.) menunjukkan bahwa kisaran amonia untuk setiap perlakuan masih berada pada batas yang aman dalam budidaya ikan lele yakni 0,1 mg/L (Ghufron, 2010). Meskipun secara umum terjadi fluktuasi, perubahan yang

terjadi masih berada dalam batas toleransi untuk kehidupan ikan lele dumbo.

Peningkatan konsentrasi amonia tertinggi diperoleh pada perlakuan pengaplikasian pakan buatan pada minggu ke 2 pemeliharaan sebesar 0,087 mg/L kemudian berangsur menurun seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan.

Peningkatan konsentrasi amonia juga terjadi pada pelakuan pengaplikasian pakan komersil pada minggu ke 2 pemeliharaan yakni sebesar 0,045 mg/L dan berangsur menurun seiring bertambahnya waktu pemeliharaan.

Menurut Effendi (2003) sumber amonia di perairan dipengaruhi oleh adanya proses pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air yang berasal dari dekomposisi bahan organik termasuk diantaranya hasil ekskresi biota (feses) dan sisa pakan yang tidak termakan.

Tingginya konsentrasi amonia pada perlakuan pengaplikasian pakan buatan dibanding dengan pengaplikasian pakan komersil diduga dipengaruhi oleh komposisi pakan buatan itu sendiri(Tabel 2).

Komposisi yang dikandung oleh pakan buatan diantaranya mengandung serat kasar yang lebih tinggi dibanding dengan pakan komersil menyebabkan tingkat kecernaan terhadap ikan lele relatif rendah.

0,003 0,087

0,015 0,034

0,012 0,004

0,045 0,046

0,013 0,002 R² = 0,027 R² = 0,0679

0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09 0,1

1 2 3 4 5

konsentrasi Amonia (NH3) (mg/L)

pakan buatan pakan komersil Linear (pakan buatan) Linear (pakan komersil)

Waktu Pengamatan Minggu ke-

(5)

Tabel 2. Komposisi Yang Terkandung Dalam Setiap Jenis Pakan

Jenis Pakan

Komposisi (%) Air Protein

Kasar

Lemak Kasar

Serat

Kasar Abu

BETN (Karbohidrat

Tercerna)

Buatan 6,90 22,19 5,79 5,85 11,30 45,97

Komersil 6,38 33,39 8,25 4,09 6,11 39,78

Sumber : Data Primer 2018

Tingginya serat kasar yang terkandung dalam pakan buatan tersebut tidak lain dipengaruhi oleh komposisi bahan yang digunakan seperti daun singkong, dedak dan sebagainya yang memiliki serat kasar yang tinggi. Menurut Restiningtyas et al.(2015) serat kasar merupakan komponen karbohidrat yang kaya akan lignin dan selulosa yang bersifat sukar dicerna sehingga menyebabkan tingkat ekskresi biota berupa feses lebih besar yang tentunya mengandung amonia. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Yulianingrum et al.(2017) semakin tinggi serat kasar pada pakan maka semakin sulit penyerapan pakan oleh ikan.

Konsentrasi amonia untuk setiap perlakuan dalam penelitian ini sedikit lebih rendah dari yang dilaporkan oleh Yulianingrum et al.(2017) dalam penelitannya yang melaporkan bahwa konsentrasi amonia yang didapatkan berkisar antara 0,04-0,20 mg/L yang tentunya lebih tinggi dari konsentrasi amonia yang didapatkan dalam penelitian ini. Syahrizal et al.(2016) yang mengkaji tentang pemanfaatan tepung daun singkong sebagai sumber protein alternatif dalam formula pakan ikan gurami mendapatkan konsentrasi amonia berkisar antara 0,06- 0,17 mg/L.

Keberadaan amonia selain dipengaruhi oleh hasil dari sisa metabolisme oleh ikan itu sendiri (Ramdhan, 2015) juga dipengaruhi oleh ketersedian oksigen terlarut/Dissolved Oxigen (DO) yang ada dalam badan air. Dalam penelitian ini setiap wadah penelitian menggunakan aerasi yang tentunya berfungsi untuk menyuplai oksigen masuk ke dalam air sehingga konsentrasi oksigen dalam air dapat terpenuhi. Menurut Effendi (2003) amonia jarang ditemukan pada perairan yang memiliki pasokan oksigen yang cukup. Sebaliknya, pada wilayah yang kekurangan pasokan oksigen (anoksik) kadar amonia relatif tinggi.

Dengan demikian kadar ammonia yang terdapat dalam media pemeliharaan menjadi rendah bahkan tidak ada ammonia sedikitpun sehingga tidak membahayakan ikan lele dumbo yang dipelihara (Wijaya et al., 2016).

Konsentrasi Nitrit (NO2-N) (mg/L) Selama 30 Hari Pemeliharaan

Konsentrasi nitrit dengan pengaplikasian pakan buatan berkisar antara 0,145-2,383 mg/L dengan rata-rata 1,704 mg/L sementara pengaplikasian pakan komersil berkisar antara 0,154-4,124 mg/L dengan rata-rata konsentrasi nitrit sebesar 1,769 mg/L. Hasil analisis uji T (one sample T test) menunjukkan semua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang

(6)

nyata (P>0,05).Konsentrasi nitrit selama 30 hari pemeliharaan ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Konsentrasi Nitrit (NO2-N) (mg/L) Selama 30 hari pemeliharaan

Tingkat konsentrasi nitrit yang tertinggi didapatkan pada minggu ke 3 pemeliharaan pada perlakuan pengaplikasian pakan komersil sebesar 4,124 mg/L lebih tinggi dibanding perlakuan berupa pengaplikasian pakan buatan tingkat konsentrasi nitrit yang juga didapatkan pada minggu ke 3 pemeliharaan sebesar 2,383 mg/L kemudian mengalami penurunan pada minggu berikutnya untuk setiap perlakuan.

Konsentasi nitrit yang didapatkan dalam penelitian ini untuk setiap perlakuan lebih besar dibanding baku mutu yang dipersyaratkan yakni <0,05 mg/L (Setijaningsih dan Suryaningrum, 2015).

Tingginya konsentrasi nitrit untuk setiap perlakuan diduga selain dipengaruhi oleh akumulasi bahan organik yang ada pada setiap jenis pakan serta hasil metabolisme ikan dalam perairan yang menghasilkan amonia yang kemudian mengalami nitrifikasi

sehingga terbentuk senyawa nitrit dalam air.Selain itu, konsentrasi nitritjuga dipengaruhi oleh tidak adanya pemanfaatan atau rendahnya pemanfaatan senyawa nitrit oleh mikroba untuk mengubah menjadi senyawa nitrat. Hal ini sesuai dengan pendapat Pratama et al.(2017) bahwa tingginya konsentrasi nitrit dapat dipengaruhi karena bakteri alami untuk menguraikan dan memanfaatkan nitrit jumlahnya sedikit.

Konsentrasi nitrit pada penelitian ini jauh lebih tinggi dibanding dengan yang dilaporkan oleh Hermawan et al.(2014) dimana rasio konsentrasi nitrit yang dilaporkan berkisar antara 0,047-0,059 mg/L. Konsentrasi nitrit pada setiap perlakuan cenderung meningkat disebabkan adanya pakan yang tidak termakan oleh ikan sehingga menyebabkan proses nitrifikasi tidak berjalan optimal. Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan nitrat atau dikenal dengan istilah nirifikasi (Effendi, 2003).

Salahsatu penyebab tingginya mortalitas ikan disebabkan oleh tingginya konsentrasi nitrit pada media pemeliharaan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Moore (1991) dalam Ernawati (2014) apabila konsentrasi nitrit dalam perairan >0,05 mg/L dapat bersifat toksik atau beracun bagi organisme perairan. Sementara menurut Boyd (1990) konsentrasi amonia yang rendah dapat menurunkan daya toksik atau racun nitrit begitupun sebaliknya.

Konsentrasi Nitrat (NO3-N) (mg/L)Selama 30 Hari pemeliharaan

Nitrat adalah produksi dari nitrit dalam proses nitrifikasi serta merupakan bentuk oksidasi terbanyak dari nitrogen dalam air (Mayunar, 1990). Konsentrasi

0,145

2,192 2,383 1,867

1,935

0,154 2,035

4,124

1,302 1,23 R² = 0,3301

R² = 0,0231

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5

1 2 3 4 5

Konsentrasi Nitrit (NO2) (mg/L)

pakan buatan pakan komersil Linear (pakan buatan) Linear (pakan komersil)

Waktu Pengamatan Minggu ke-

(7)

nitrat selama penelitaian bersifat fluktuatif dimana konsentrasi nitrat pada perlakuan pakan buatan berkisar antara 0,207-1,278 mg/L dengan rata-rata sebesar 0,654 mg/L sementara perlakuan pakan komersil berkisar antara 0,106-1,270 mg/L dengan rata-rata 0,539 mg/L (Gambar 3.).Hasil analisis uji T (one sample T test) semua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) atau setiap perlakuan memberikan respon yang sama.

Konsentrasi nitrat yang tinggi diperoleh pada minggu pertama pemeliharaan baik perlakuan berupa pengaplikasian pakan buatan maupun pengaplikasian pakan komersil dengan rata rata konsentrasi nitrat masing-masing 0,654 mg/L dan 0,539 mg/L. Menurut Tatangindatu et al. (2013) hasil tersebut bila dibandingkan dengan standar baku mutu air untuk kegiatan budidaya ikan air tawar, masih sangat jauh dari batas yang ditentukan yaitu 20 mg/L, namun hal ini tentunya perlu mendapatkan perhatian karena kadar nitrat yang lebih dari 0,2 mg/L dapat menyebabkan terjadinya pengayaan unsur hara perairan (eutrofikasi). Tingginya konsentrasi nitrat untuk setiap perlakuan pada minggu pertama diduga senyawa nitrat tersebut sudah ada sebelumnya yang sumbernya berasal dari air dan tanah yang digunakan dalam media pemeliharaan tersebut.

Gambar 3. Konsentrasi Nitrat (NO3-N) (mg/L) Selama 30 hari pemeliharaan

Kondisi konsentrasi nitrat yang tinggi didapatkan oleh perlakuan berupa pengaplikasian pakan organik dan terendah oleh perlakuan pengaplikasian pakan komersil berkorelasi dengan konsentrasi amonia seperti yang telah dibahas sebelumnya. Kandungan nitrat dalam media pemeliharaan berasal dari proses nitrifikasi nitrit menjadi nitrat oleh bakteri nitrifikasi (Stickney, 2005) sehingga konsentrasi nitrat dipengaruhi oleh keberadaan senyawa amonia dan nitrit dalam air. Dipertegas oleh Syahrizal et al. (2016) amonia dalam bentuk ion amonium akan mengalami proses nitrifikasi berubah menjadi nitrit dan selanjutnya menjadi nitrat. Perubahan nilai nitrat dapat disebabkan oleh kondisi perairan itu sendiri seperti halnya pH, suhu maupun DO (Pasaribu et al., 2016).

Konsentrasi nitrat yang didapatkan dalam penelitian ini jauh lebih rendah dari yang dilaporkan oleh Mahary (2017) yang mendapatkan konsentrasi nitrat yaitu berkisar antara 0-40 mg/L. Nitrat memiliki sifat yang mudah larut dalam air dan bersifat stabil dan tidak bersifat toksik. Menurut

1,278

0,207 0,418

1,133

0,234 1,27

0,289 0,386

0,643

0,106 R² = 0,1285

R² = 0,476 0

0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4

1 2 3 4 5

Konsentrasi Nitrat (NO3) (mg/L)

pakan buatan pakan komersil Linear (pakan buatan) Linear (pakan komersil)

Waktu Pengamatan Minggu ke-

(8)

Effendi (2003) senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi merupakan hal penting dalam proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob atau konsentrasi oksigen yang cukup.

Oksidasi amonia menjadi nitrit dilakukan oleh bantuan bakteri Nitosomonas, sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter.

Suhu (0C) Selama 30 Hari Pemeliharaan Hasil penelitian menunjukkan suhu air (0C) untuk setiap perlakuan baik pengaplikasian pakan buatan maupun pakan komersil cenderung konstan yakni berkisar antara 26-27 0C. Hasil analisis uji T (one sample T test) tidak terlihat adanya pengaruh yang nyata (P>0,05) atau setiap perlakuan memberikan respon yang sama terhadap parameter suhu.Suhu air untuk setiap perlakuan ditunjukkan pada Gambar 4.

Suhu yang didapatkan dalam penelitian ini berada dalam kondisi optimum untuk pertumbuhan ikan lele. Menurut Mahary (2017) suhu yang ideal dalam budidaya ikan lele berkisar antara 26-31 0C.

Menurut Samsundari dan Wirawan (2013) ikan merupakan hewan poikilothermal yaitu hewan yang memiliki suhu tubuh yang sama dengan suhu lingkungan sekitarnya.

Gambar 4. Suhu Air (0C) Selama 30 Hari Pemeliharaan

Suhu mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam air serta menyebabkan interaksi berbagai faktor lain dalam parameter kualitas air. Kondisi tersebut terbukti dalam penelitian ini dimana peningkatan suhu pada minggu ke lima diiringi dengan penurunan konsentrasi oksigen terlarut/DO dalam air. Peningkatan suhu yang diiringi dengan penurunan DO diduga disebabkan oleh terjadinya peningkatan metabolisme maupun respirasi organisme dalam air sehingga mengakibatkan peningkatan konsumsi okeigen.

Peningkatan suhu air dapat menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik sehingga terjadi peningkatan metabolisme dan respirasi (Lisna dan Insulistyowati, 2015). Menurut Fardiaz (1992) dalam Nur et al. (2016) semakin tinggi suhu air maka konsentrasi oksigen terlarut semakin menurun.

Pernyataan yang sama dikemukakan oleh Effendi (2003) bahwa peningkatan suhu juga menyebabkan peningkatan metabolisme dan respirasi organisme air

26 26 26 26 27

R² = 0,5

25 25 26 26 26 26 26 27 27 27 27

1 2 3 4 5

Suhu (⁰C)

Waktu Pengamatan Minggu Ke-

Pakan Buatan Pakan Komersil Linear (Pakan Buatan) Linear (Pakan Komersil)

(9)

dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen.

Dissolved Oxigen (DO) (mg/L) Selama 30 Hari Pemeliharaan

Dissolved Oxigen (DO) atau sering diistilahkan dengan oksigen terlarut adalah gambaran dari volume oksigen terlarut yang ada di dalam suatu perairan (Wanna et al.,2017). Konsentrasi DO untuk pengaplikasian pakan organik berkisar antara 7,13-7,77 mg/L dengan rata-rata 7,48 mg/L sementara perlakuan berupa pengaplikasian pakan komersil berkisar antara 7,23-7,77 mg/L dengan rata-rata 7,46 mg/L. Hasil analisis uji T (one sample T test) tidak terlihat adanya pengaruh yang nyata (P>0,05). Konsentrasi DO dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Konsentrasi Dissolved Oxigen (DO) (mg/L) selama 30 hari pemeliharaan

Oksigen berperan penting dalam proses metabolisme di dalam tubuh hewan budidaya (Rosmawati dan Muarif, 2014).

Terkait dengan Parameter kualitas air bahwa kisaran DO yang baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele adalah 4,4-4,6 mg/L (Augusta, 2016).Flukstuasi DO dipengaruhi oleh

konsentrasi amonia dan karbondioksida dalam air.

Menurut Abulias et al. (2014) oksigen yang rendah umumnya diikuti dengan meningkatnya amonia dan karbondioksida dalam air yang menyebabkan proses nirifikasi menjadi terhambat sehingga dapat mengganggu kelangsungan hidup ikan. Sementara menurut Hermawan et al.(2012) dengan adanya respirasi dan aktifitas mikroba aerobik yang mutlak membutuhkan oksigen maka semakin tinggi respirasi dan aktifitas mikroba tersebut akan menurunkan konsentrasi DO dalam air. Selain akibat dari proses respirasi tumbuhan dan hewan, hilangnya DO di perairan dipengaruhi oleh adanya pemanfaatan oksigen oleh mikroba untuk mengoksidasi bahan organik (Effendi, 2003).

Derajat Keasaman (pH) Selama 30 Hari Pemeliharaan

Tingkat keasaman (pH) untuk perlakuan pengaplikasian pakan buatan berkisar antara 6,67-7,70 dengan pH rata- rata 7,14 sementara perlakuan pengaplikasian pakan komersil berkisar antara 6,93-7,7 dengan pH rata-rata 7,33.

Hasil analisis uji T (one sample T test) tidak terlihat adanya pengaruh yang nyata (P>0,05) Tingkat keasaman (pH) untuk setiap perlakuan mengalami penurunan selama pemeliharaan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.

7,77 7,67

7,47 7,37

7,13 7,77

7,37 7,47

7,47

7,23 R² = 0,9809

R² = 0,6059

6,80 7,00 7,20 7,40 7,60 7,80 8,00

1 2 3 4 5

Dissolved Oxigen(DO) (mg/L)

Waktu Pengamatan Minggu Ke- Pakan Buatan Pakan Komersil Linear (Pakan Buatan) Linear (Pakan Komersil)

(10)

Gambar 6. Derajat Keasaman (pH) Selama 30 Hari Pemeliharaan

Proses respirasi dalam ekosistem akan meningkatkan jumlah karbondioksida sehingga pH perairan menurun (Elpawati et al., 2015). Nilai pH yang didapatkan setiap perlakuan mengalami penurunan seiring bertambahnya waktu pemeliharaan. Hal ini diduga akibat menumpuknya bahan organik baik yang berasal dari sisa pakan maupun hasil metabolisme ikan itu sendiri. Hasil analisis uji T (one sample T test) tidak ditemukan adanya pengaruh yang nyata untuk setiap perlakuan (P>0,05) untuk parameter pH. Nilai kualitas air yang baik untuk parameter pH dalam budidaya ikan lele berkisar antara 6,5-8,5 (Defrizal dan Khalil, 2015).

Kondisi perairan yang terlalu asam maupun terlalubasa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena mengakibatkan gangguan metabolisme dan respirasi. Penurunan pH juga berkaitan dengan proses oksidasi yang dilakukan oleh bakteri semakin besar tingkat respirasi maka memungkinkan penurunan nilai pH (Pasaribu et al., 2016).

Sintasan/Survival Rate (SR) (%)

Sintasan/Survival Rate (SR) merupakan perbandingan antara jumlah

individu yang hidup pada akhir pemeliharaan dengan jumlah individu yang hidup pada awal pemeliharaan.SR ikan lele yang diperoleh dari hasil penelitian berupa pengaplikasian pakan buatan dan komersil dapat dilihat pada Gambar 7.

Sintasan/Survival Rate (SR) ikan lele pada setiap perlakuan baik perlakuan berupa pengaplikasian pakan buatan maupun pakan komersil menunjukkan hasil yang baik.

Nilai SR yang didapatkan pada perlakuan pengaplikasian pakan buatan sedikit lebih rendah dari perlakuan pakan komersil. Nilai SR yang didapatkan untuk perlakuan berupa pakan buatan sebesar 96,67% sementara untuk perlakuan berupa pengaplikasian pakan komersil didapatkan nilai SR sebesar 100%. Hasil analisis uji T (one sample T test) tidak menunjukkan perbedaan nyata (P>0,05) terhadap SR ikan lele untuk semua perlakuan. Tingginya SR yang didapatkan untuk setiap perlakuan membuktikan bahwa pengaplikasian jenis pakan baik pakan buatan maupun pakan komersil dengan lama pemeliharaan 30 hari mendukung sintasan ikan lele ditinjau dari segi kualitas air baik amonia, nitrit, nitrat, suhu, DO maupun pH.

Gambar 7. Sintasan/Survival Rate (SR)

7,70 7,30

7,17 6,87

6,67 7,77

7,47 7,40

7,07 6,93 R² = 0,9786

R² = 0,9687

6,00 6,20 6,40 6,60 6,80 7,00 7,20 7,40 7,60 7,80 8,00

1 2 3 4 5

pH

Waktu Pengamatan Minggu Ke- Pakan Buatan Pakan Komersil Linear (Pakan Buatan) Linear (Pakan Komersil)

96,67

100

95,00 96,00 97,00 98,00 99,00 100,00 101,00

Pakan Buatan Pakan Komersil

Survival Rate (SR) (%)

Perlakuan

(11)

Secara umum sintasan pada penelitian ini lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh Dewi et al.(2013) dalam penelitian tersebut sintasan yang dilaporkan berkisar antara 28,8-53,3 %. Sintasan ikan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan hidupnya sehingga kondisi lingkungan yang baik dapat mendukung sintasan ikan.

Effendie (2002) menambahkan bahwa sintasan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal dipengaruhi oleh resistensi penyakit, pakan serta umur, sementara faktor eksternal dipengaruhi oleh padat tebar, penyakit serta kualitas air. Ditambahkan oleh Maniani et al.

(2016) faktor lingkungan sangat mempengaruhi kelangsungan hidup biota budidaya diantaranya adalah kualitas air.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakuan dapat disimpulkan bahwa perlakuan berupa pengaplikasian pakan dengan penambahan tepung daun singkong maupun pakan komersil tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter yang diamati. Secara keseluruhan pengaplikasian pakan dengan penambahan tepung daun singkong maupun pakan komersil menunjuang sintasan ikan lele yang tinggi ditinjau dari kualitas air yang diamati dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abulias, M.N., Utarini, D.R.S.R dan Winarni, E.t. 2014. Manajemen Kualitas Media pendederan Ikan Lele pada Lahan Terbatas dengan Teknik Bioflok. Jurnal MIPA 37(1) : 16-21.

Ajiboye, O.O., Yakubu, A.F dan Adams, T.E.

2012. A Perspective on

Theingestion and Nutritional Effects of Feed Additives in Farmed Fish Species.World Journal of Fish and Marine Sciences1(1): 87-101.

Ardiwijoyo, Jamaluddin dan Mappalotteng, A.M. 2018. Rancang Bangun Alat Pemberi Pakan Ikan dengan Sistem Automatisasi Berbasis Arduino Uno R3 dengan Sistem Kendali SMS.

Jurnal Teknologi Pertanian 4(1):12- 20

Arief, M., Irmaya, T dan Widya, P.L. 2009.

Pengaruh Pemberian Pakan Alami Dan Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Betutu (Oxyeleotrismarmorata

Bleeker).Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan1(1): 65-77.

Augusta, T.S. 2016. Dinamika Perubahan Kualitas Air Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Dipelihara di Kolam Tanah. Jurnal Ilmu hewani Tropika 5(1) : 41-44.

Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Birmingham Publishing Co: Birmingham, Alabama.

Defrizal dan Khalil, M. 2015. Pengaruh Formulasi yang Berbeda pada Pakan Pelet Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Acta Aquatica 2(2) : 101-106.

Dewi, C.D., Zainal A. dan Muchlisin, S.

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus) pada Konsentrasi Tepung Daun Jaloh (Salix Tetrasperma Roxb) yang

(12)

Berbeda dalam Pakan. Depik 2(2) : 45-49.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Kanisius.

Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan.

Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusantara

Elpawati, Pratiwi, D.R dan Radiastuti, N.

2015. Alikasi Effective Microorganism 10 (EM10) untuk Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var. Sangkuriang) di Kolam Budidaya Lele Jombang, Tangerang. Al-Kauriyah Jurnal Biologi 8(1) : 6-14.

Ernawati, D. 2014. Pengaruh Pemberian Bakteri Heterotrof Terhadap Kualitas Air pada Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias Sp.) Tanpa Pergantian Air. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Surabaya.

Ghufron, M.K.K.H. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal. Yogyakarta : Lily Hermawan, A.T., Iskandar dan Subhan, U.

2012. Pengaruh Padat Tebar Terhadap Kelangsungan Hidup Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burch.) di Kolam Kali Menir Indramayu. Jurnal Perikanan dan Kelautan 3(3) : 85-93.

Hermawan, T.E.S.A., Agung S. dan Slamet B. P. 2014. Pengaruh Padat Tebar Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Lele (Clarias gariepinus) dalam Media

Bioflok. Journal of Aquaculture Management and Technology 3(3) : 35-42.

Ikhsan, M., Muhsin dan Patang. 2016.

Pengaruh Variasi Suhu Pengering Terhadap Mutu Dendeng Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepeanus).

Jurnal Teknologi Pertanian 2(1):114-122

Iriyanti, N., 2012. Hasil Analisa Proksimat Daun Singkong. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak.

Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman,

Lisna dan Insulistyowati. 2015. Potensi Mikroba Probiotik-FM dalam Meningkatkan Kualitas Air Kolam dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus).

Jurnal Penelitian Universitas Jamni Seri Sains 17(2) : 18-25.

Listiowati, E dan Taufik Budhi Pramono.

2014. Potensi Pemanfaatan Daun Singkong (Manihot uttilisima) Terfermentasi Sebagai Bahan Pakan Ikan Nila (Oreochromis sp).

Berkala Perikanan Terubuk 42(2):

63-70.

Mahary, A. 2017. Pemanfaatan Tepung Cangkang Kerang Darah (Anadara granosa) Sebagai Sumber Kalsium pada Pakan Ikan Lele (Clarias batrachus Sp.). Acta Aquatica 2(2) : 63-67.

Maniani, A.A., Tuhumury, R.A.N dan Sari, A.

2016. Pengaruh Perbedaan Filterisasi Berbahan Alami dan Buatan (Sintetis) pada Kualitas Air Budidaya Lele Sangkuriang (Clarias Sp.) dengan Sistem Resirkulasi

(13)

Tertutup. The Journal of development 2(2) : 17-34.

Mayunar. 1990. Pengendalian Senyawa Nitrogen pada Budidaya Ikan dengan Sistem Resirkulasi. Oseana 15(1) : 43-55.

Nur, A.I., Syam, H dan Patang. 2016.

Pengaruh Kualitas Air Terhadap Produksi Rumput Laut (Kappaphycus alvaewzii). Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 2(2): 27-40

Nurdin M., A. Widiyati, Kusdiarti dan I.

Insan. 2011. Pengaruh FrekuensiPemberian Pakan Terhadap Produksi Pembesaran Ikan Mas (Cyprinuscarpio) di Keramba Jaring Apung Waduk Cirata. Prosiding Forum InovasiTeknologi Akuakultur 1 (2):

88-102.

Pasaribu, 2007. Produk Fermentasi Limbah Pertanian Sebagai Bahan Pakan Unggas Di Indonesia. Wartazoa 17:

(3) 1-10.

Pasaribu, F.M., Usman, S dan Leidonald, R.

2016. Pengaruh Padat Tebar tinggi dengan Penggunaan Nitrobacter Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele

(Clarias Sp.).Jurnal

Aquacoastmarine 12(2) :1-10.

Patang, 2016. Pengembangan Udang Windu Melalui Penerapan Pembantutan, Probiotik &

Pengendalian Lingkungan.Orasi ilmiah pengukuhan guru besar disampaikan pada sidang terbuka luar biasa senat Universitas Negeri Makassar pada Selasa, 27 Desember 2016.

Pratama, W.D., Prayogo dan Manan, A.

2017. Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda dalam Sistem Akuaponik Terhadap Kualitas Air pada Budidaya Ikan Lele (Clarias Sp.). Journal of Aquaculture Science 1(1) : 27-35.

Ramdhan, M. 2015. Studi Kualitas Perairan Teluk Ekas Berdasarkan Komponen Fisika-Kimia. Social Science Education Journal 2(1) : 58-66.

Restiningtyas, R., Subandiyono dan Pinandoyo. 2015. Pemanfaatan Tepung Daun Lamtoro (Laucaena gluca) yang Telah Difermentasikan dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan benih Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus). Jurnal of Aquacuture Management and Technology 4(2): 26-34.

Rosmawati dan Muarif. 2014. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias Sp.) pada Sistem Resirkulasi dengan Kepadatan Berbeda. Sains Akuatik 2(1) : 1-8.

Samsundari, S dan Wirawan, G.A.

2013.Analisis Penerapan Biofilter dalam Sistem Resirkulasi Terhadap Mutu Kualitas Air Budidaya Ikan Sidat (Angguilla biocolor).Jurnal gamma 8(2) : 86-97.

Setijaningsih, L dan Suryaningrum, L.H.

2015.Pemanfaatan Limbah Bididaya Ikan Lele (Clarias batrachus) untuk Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Sistem Resirkulasi. Berita Biologi 14(3) : 287-293.

Silaban T. F., Santoso L. dan Suparmono.

2012. Dalam Peningkatan

(14)

KinerjaFilter Air Untuk Menurunkan Konsentrasi Amonia Pada Pemeliharaan IkanMas(Cyprinus carpio). Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan1(1): 1- 10.

Stickney, R.R. 2005. Aquaculture: An Introductory Text. Massachusetts.

CABI Publication.

Syahrizal, Ghofur, M., Safratilofa dan Sam, R. 2016.Tepung Daun Singkong (Monihot utilissima) Tua sebagai Sumber Protein Alternatif dalam Formula Pakan Ikan Lele (Clarias gariepinus). Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau 1(1) : 1-11.

Tatangindatu, F., Kalesaran, O dan Rompas, R. 2013. Studi Parameter Fisika Kimia Air pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa. Budidaya Perairan 1(2) : 8-19.

Wanna, M., Yanto, S dan Kadirman. 2017.

Analisis Kualitas Air dan Cemaran Logam Berat Merkuri (Hg) dan Timbal (Pb) pada Ikan Di Kanal Daerah Hertasning Kota Makassar.

Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 3(1) : 190-210.

Wijaya, M., Rostika, R dan Andriani, T.

2016. Pengaruh Pemberian C/N Rasio Berbeda Terhadap Pembentukan Bioflok dan Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Perikanan Kelautan 7(1) : 41-47.

Yuarni, D., Kadirman dan Jamaluddin. 2015.

Laju Perubahan Kadar Air, Kadar Protein dan Uji Organoleptik Ikan

Lele Asin Menggunakan Alat Pengering Kabinet (Cabinet Dryer) dengan Suhu Terkontrol. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 1(1): 12-21

Yulianingrum, T., Pamukas, N.A dan Putra, I. 2017. Pemberian Pakan yang Difermentasikan dengan Probiotk untuk Pemeliharaan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepenus) pada Teknologi Bioflok. JOM Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau 4(1):1-9.

Referensi

Dokumen terkait