• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUMPULAN MATERI DASAR DASAR BK

N/A
N/A
Siti Ananda

Academic year: 2023

Membagikan "KUMPULAN MATERI DASAR DASAR BK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KELOMPOK 1

A. Pengrtian Bimbingan dan Konseling

Istilah konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau

“bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan bahasa Anglo- Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau

“menyampaikan”.Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang

bersangkutan, di mana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam memecahkan masalah untuk klien.

Secara umum Bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia, dan oleh manusia. Dari manusia, artinya pelayanan itu diselenggarakan berdasarkan hakikat keberadaan manusia dengan segenap dimensi kemanusiaannya. Untuk manusia, dimaksudkan bahwa pelayanan tersebut diselenggarakan demi tujuan-tujuan yang agung, mulia dan positif bagi kehidupan kemanusiaan menuju manusia seutuhnya, baik manusia sebagai individu maupun kelompok. Oleh manusia mengandung pengertian penyelenggara kegiatan itu adalah manusia dengan segenap derajat, martabat dan keunikan masing-masing yang terlibat di dalamnya.

Pengertian Bimbingan menurut para ahli:

1. Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih,

mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu (Frank Parson, dalam Jones, 1951).

2. Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri. (Crow & Crow, 1960).

(2)

B. ASAL MULA PERKEMBANGAN BIMBINGAN KONSELING DI BARAT

Latar belakang kehadiran konseling sebagai bentuk penanganan terhadap orangorang yang mengalami gangguan psikologis,dimulai sejak tahun 1986 yang dipelopori oleh Lightner Clinic di University of Pennsylvania (Latipum,2001).

Kemudian diusul oleh Jesse B.Davis (dikutip dari Mappire,2002),yang merupakan orang pertama yang memulai kegiatan sebagai pendidik dan konselor karier di Central Hight

School,Detroit.Perkembangan konseling juga dibantu oleh Eli Weaver dengan menerbitkan sebuah pamflet yang berjudul Choosing a Career pada tahun 1908 dan Frank Parson yang

mengembangkan konsep bimbingan dan konseling vokasional.Parson dianggap sebagai inovator konsep dan teknik konseling vokasional atas usahanya tersebut (Liputan,2001).

Di era tahun 1930-an,E.G Wilianson menyumbangkan teorikonseling untuk

pertamakalinya.Dalam hal ini , ia menggunakan pendekatan yang berfisik directive,counselor- centered.Gagasannya ini ia tuangkan dalam bukunya yang berjudul Haw to counseling student pada tahun 1939 dan counseling Adolescent pada 1950 .Pendekatannya inilah yang lebih banyak digunakan dalam dunia konseling selama kurang lebih dua dekade berikutnya.

Pada tahun 1940-an, terjadi beberapa perubahan dalam praktik konseling.Hal ini

dilatarbelakangi oleh hadirnya teoriyang dibawa oleh Carl Rogers. Ia adalah seorang ahli psikologi yamg beraliran humanis dan berhasil memberikan nuansa baru dalam pendekatan

konseling.gagasanyang diusungnya ini sangatlah bertolak belakang dengan apa yang

dikemukakanoleh wiliamson.apabila wiliamson menggunakan pemdekatan counselarcentered dalam menangani kliennya maka Rogerti menggunakan pendekatan person Centered dalam prakytiknya.Gagasan ini ia tuliskan dalam karyanya yang berjudul Counceling and Psychotheraphy pada tahun 1962 dan On Be-coming a Person pada tahun 1961.Pemikiran Rogers

tersebut,menekankan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh individu hanya dapat diselesaikan apabila peran dalam menyelesaikan masalahnya.Pendapatnya ini banyak diterima diberbagai kalangan,walaupun tetap mendapatkan tantangan.Perbedaan pandangan antara teori yang dikemukakan oleh William-son dan Rongers ini,memang saling bertentangan dalam praktik pelaksanaanny.Akan tetapi,mereka tetap dianggap sebagai peletak dasar gerakan konseling modern.

Perkembangan dunia konseling semakin menunjukkan eksitensinya,ketika tahun 1952 American Psychological Associatiaon (APA) membedakannya dari psikologi klinis,Konseling dinilai berbeda dalam metodenya,memberikan tindak lanjut terhadap permasalahan yang dihadapi oleh

individu.Penekanannya yang berbasis ilmiah dan memiliki teori yang menjadi dasar dalam praktik pelaksanaannya menjadikan konseling sebagai ilmu yang dapat dipertanggungjawabkan.

Di seluruh penjuru,dunia konseling dianggap mutlak diperlukan untuk memberikan

penanganan pada setiap permasalahan psikologis individu.Perkembangan komseling diwujudkan dengan dibentuknya lembaga-lembaga konsultasi yang disusul oleh merebaknya buku,jurnal,dan hasil penelitian yang berfokus pada kasus-kasus konseling.Hal ini pada akhirnya menjadikan konseling sebagai media alternatif yang paling diminati oleh kebanyakan orang umtuk

menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya secara ilmiah dan rasional. Pertumbuhan dan

(3)

perkenbangan konseling dalam segala aspek kehidupan di Negara Barat telah mendorong Negara- negara lain untuk mengadaptasi konseling.bukan hanya pada Negara maju,Negara

berkembangpun ikut serta menerapkan konseling sebagai sarana pemecahan masalah,tidak terkecuali dengan Indonesia.

c. sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia.

seperti yang telah dipaparkan sebelumnya dapat diketahui bahwa konseling untuk pertama kalinya lahir di luar Indonesia.kemunculannya di Indonesia adalah setelah melalui proses

perkembangan yang berkesinambungan di Negara asalnya dan dirasakan perlu untuk Negara lain, termasuk Indonesia

sebelum kemunculannya di Indonesia, sebenarnya masyarakat Indonesia telah memengaruhi berbagai sarana yang dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah mereka. Tetapi semua itu dilakukan secara tradisional. Secara umum proses pemecahan masalah dilakukan dengan meminta bantuan dari tokoh masyarakat(kepala desa, orang yang “dituakan”),tokoh agama(kyai, ulama, pendeta, pastor), paranormal dan dukun dianggap lebih arif dan memiliki kelebihan. Masyarakat memiliki ketergantungan terhadap mereka. Berbagai macam bantuan pun diberikan, baik yang bernilai positif (wejangan,nasiah dan petuah) hingga sama sekali tidak bermanfaat dan berefek negative (jampi-jampi dan memberikan tumbal). Masyarakat memiliki keyakinan yang sangat kuat, bahwa masalah mereka akan selesai dengan baik bila meminta bantuan dengan cara cara

tradisional tersebut.

Perkembangan pola piker masyarakat akhirya perlahan lahan berubah ketika konseling masuk ke Indonesia,walaupun sampai saat ini tidak semua masyarakat mengenal dan menggunakan konselinguntuk menyelesaikan masalah mereka. Bagaimanakah asal mula kehadiran konseling di Indonesia? Dalam hal ini, Sawitri (eprints.undip.ac.id) mengungkapkan bahwa memasuki awal 1990-an, universitas Indonesia (UI) untuk pertama kalinya mengembangkan psikologi yang dirintis oleh Prof. Dr. Slamet Imam Santoso. Kemudian pada tahun 1960 konseling diperkenalkan di Indonesia melalui lembaga pendidikan sekolah menengah. Hal ini dilakukan dalam upaya pengembangan proses bimbingan bagi siswa. Perkembangan konseling selanjutnya mengarah ke pusat rehabilitasi social, Lembaga social, dan industry.

Dalam buku pengantar konseling dan psikoterapi yang di tuliskan oleh Mappiare (2002), ia menyebutkan beberapa faktor pendorong perekambangan konseling sekolah secara umum adalah sebagai berikut:

1. Dari dalam diri individu adanya masa-masa kritis pada tiap masa perkembangan individu,terutama masa temaja.

2. Dari luardiri individu. Adanya kemajuan teknologi, nilai demokrasi dan nilai humanistis versus nilai pragmatis, etika pergaulan, kondisi structural bidang pendidikan dan lapangan kerja dan kondisi lain diantaranya proses transmigrasi dan urbanisai, kehidupan masyarakat (mass- society)yang menjauhkan nilai kekerabatan antara manusia.

Selain faktor-faktor tersebut di atas,mappiare(2002) juga menambahkan bahwa faktor pendorong lain berkembangannya konseling sekolah antara lain:

(4)

1. Untuk menghadapi saat-saat krisis, misalnya kegagalan sekolah, kegagalan pergaulan atau pacaran, dan penyalagunaan obat bius.

2. Untuk meenghadapi kesulitan pemahaman diri dalam mengarahkan diri mengambil keputusan dalam kerja karier ,akademik,dan pergaulan social.

3. Mencegah kesulitan yang dihadapi dalam pergaulan atau sexsual, pilihan karier dan sebagainya.

4. Menompang kelancaran perkembangan individu, seperti pengembangan kemandirian, percaya diri, citra diri, perkembangan karier dan akademik.

Istilah konseling sering digunakan pada pendidikan, dimana konseling digunakan di sekolah sebagai sarana untuk memberikan layanan bimbingan bagi siswa yang bermasalah.

Menurut penulis pengetahuan masyarakat dalam mengetahui arti pentingnya konseling dalam menghadapi persoalan kehidupan masih minim, dan hal ini disebabkan juga karena praktikpraktik konseling hanya ada di daerah perkotaan dan belum menyentuh wilayah pedesaan yang juga tidak luput dalam permasalahan. Seharusnya masyarakat di Indonesia dapat menyadari bahwa

konseling merupakan salah satu media bantuan yang dapat meningkatkan kesehatan mental masyarakat.

Pada tahun 1995 saat diadakannya Kongres dan Konvensi Nasional IPBI (sekarang berubah nama menjadi ABKIN) kongres tersebut bertemakan Menemukan Konseling yang Bercirikan Budaya Indonesia. Seperti yang kita tahu, Indonesia merupakan bangsa yang multietnik, maka dari itu diperlukan adanya identitas konseling yang dapat menyesuaikan diri dengan nilai nilai budaya yang ada di indonesia, hal ini dilakukan agar tidak terjadi pertentangan antara konseling dan budaya masyarakat.

ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia) yang didirikan pada tahun 2003, merupakan sebuah organisasi yang memberikan lisensi melalui sertifikasi kepada konselor yang menunjukkan bahwa konselor berhak dan memiliki wewenang untuk menyelenggarakan praktik konseling dan pelatihan bagi masyarakat.

Alternatif yang ditawarkan adalah Teknik Konseling PADI (akronim dari Problem definition, Attempted solution, Desired change, Intervention plan). Teknik PADI saat ini sudah dikembangkan di beberapa negara Asia yaitu: Singapura, Malaysia,Thailand, dan Philipina. Teknik ini

menggabungkan pendekatan humanistis dan behavioristik serta budaya timur.

Prayitno mengembangkan konseling Pancawaskita (KOPASTA) yang merupakan salah satu alternatif pendekatan yang dapat digunakan dalam konseling di Indonesia dan teori ini menggunakan pendekatan eklektik. Penekanan KOPASTA pada wawasan Pancawaskita menggabungkan lima faktor yang mempengaruhi individu, yaitu Pancasila, Lirahid, Pancadaya, masidun dan likuladu.

(5)

Prayitno menyebutkan beberapa spektrum pelayanan konseling yang meliputi:

1. Pelayanan dasar yaitu Konseling yang berorientasi pada eksistensi dan tumbuh kembang individu.

2. Pelayanan pengembangan yaitu konseling yang berorientasi pada pengembangan potensi secara optimal

3. Pelayanan pengentasan yaitu konseling yang berorientasi pada penanganan masalah.

Soedarmadji menegaskan, bahwa saat ini ABKIN telah berhasil memperjuangkan pentingnya keberadaan konselor di sekolah sebagai salah satu jenis tenaga kependidikan. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pada Bab 1 ayat 4. Walaupun Praktik konseling saat ini hanya terlihat berkembang pesat di bidang pendidikan, praktik konseling juga sudah mulai dicoba dikembangkan secara menyeluruh di berbagai institusi melalui riset, hasil penelitian, maupun praktek di

lapangan. Dengan demikian, konseling diharapkan dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat Indonesia, sehingga diterima secara positif sebagai media mengatasi permasalahan kehidupan.

KELOMPOK 2

1. PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING

a) Pengertian Bimbingan Secara Etimologi Menurut Winkel dalam Tohirin (2011: 15-16) istilah

“bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Kata “guidance”yang kata dasarnya

“guide”memiliki beberapa arti :

a) menunjukkan jalan (showing the way), b) memimpin (leading),

c) memberikan petunjuk (giving instruction), d) mengatur (regulating),

e) mengarahkan (governing), dan f) memberi nasihat (giving advice).

b) Pengertian Bimbingan Secara Terminologi

(6)

a. Miller (1961) dalam Surya (1988), menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madrasah), keluarga, dan masyarakat (Tohirin, 2011: 16-17).

b. Selanjutnya Surya (1988) mengutip pendapat Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri (Tohirin, 2011: 17).

c. Menurut Stoops mengemukakan bimbingan adalah suatu proses terus – menerus dalam hal membantu individu dalam perkembangannya untuk mencapai kemampuansecara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar – besarnya bagi dirinya maupun masyarakatnya. (kutipan Djumhur dan M. Surya 1975).

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa BIMBINGAN berarti : bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

2. Pengertian Konseling

1) Pengertian Konseling Secara Etimologi Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris

“counseling” di dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel).

Berdasarkan arti di atas, konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran (Tohirin, 2011: 21-22).

2) Pengertian Konseling Secara Terminologi

a. Mortensen (1964) menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan antarpribadi d mana orang yang satu membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya (Tohirin, 2011: 22).

b. James Adam mengemukakan bahwa konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana seorang Counselor membantu Counsele supaya ia lebih baik memahami dirinya dalam hubungan dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan waktu yang akan datang. (kutipan Djumhur dan M. Surya (1975) .

c. Rogers (1982) mengemukakan bahwa konseling adalah serangkaian kegiatan hubungan langsung antar individu, dengan tujuan memberika bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.

(7)

Kesimpulan yang dapat diambil mengenai pengertian KONSELING adalah kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien (siswa). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Bimbingan dan Konseling (BK) adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.

2. TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Ada 5 tujuan yang akan di capai dengan usaha bimbingan dan konseling di sekolah:

▪ Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungannya.

Dengan mengenal diri sendiri dan lingkungannya, diharapkan siswa dapat melihat hubungan dan kemungkinan yang tersedia serta memperkirakan apa yang dapat mereka capai sesuai dengan diri mereka sendiri. Dengan kata lain mereka mampu untuk mengenal kelebihan dan kekurangan mereka.

▪ Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.

Maksudnya mereka dapat menerima keterbatasan yang mereka miliki, dengan mengenal

keterbatasan diharapkan mereka mampu menerima apa yang ada atau apa adanya yang terdapat pada diri mereka secara positif dan dinamis.

▪ Untuk dapat mengambil keputusan sendiri tentang berbagai hal.

Kenyataan menunjukan bahwa seseorang yang dapat menentukan sendiri dari suatu hal tanpa dipaksa oleh pihak lain, akan memberikan kepuasan tersendirimbagi dirinya sendiri.

▪ Untuk dapat mengarahkan diri sendiri.

Sejalan dengan tujuan sebelumnya, bimbingan dan konseling menginginkan agar pada akhirnya siswa mampu mengarahkan diri mereka sendiri yang di dasarkan pada keputusan yang mereka ambil sesuai dengan apa yang ada pada diri mereka.

▪ Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.

Dengan pengenalan diri dan lingkungan, mengambil keputusan sendiri, dan dengan mengarahkan diri sendiri, akirnya di harapkan siswa dapat mewujudkan dirinya sendiri.

(8)

3. ARAH PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

a. Pelayanan Dasar Pelayanan mengarah kepada terpenuhinya kebutuhan siswa yang paling elementer, yaitu kebutuhan makan dan minum, udara segar, dan kesehatan, serta kebutuhan hubungan sosioemosional. Orang tua, guru dan orang-orang yang dekat (significant persons) memiliki peranan paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan dasar siswa. Dalam hal ini, Guru BK atau Konselor pada umumnya berperan secara tidak langsung dan mendorong para significant persons berperan optimal dalam memenuhi kebutuhan paling elementer siswa.

b. Pelayanan Pengembangan Pelayanan untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan tahap-tahap dan tugastugas perkembangannya. Dengan pelayanan pengembangan yang cukup baik siswa akan dapat menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya dengan wajar, tanpa beban yang memberatkan, memperoleh penyaluran bagi pengembangan potensi yang dimiliki secara optimal, serta menatap masa depan dengan cerah. Upaya pendidikan pada umumnya merupakan pelaksanaan pelayanan pengem-bangan bagi peserta didik. Pada satuan-satuan pendidikan, para pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran dominan dalam

penyelenggaraan pengembangan terhadap siswa. Dalam hal ini, pelayanan BK yang dilaksanakan oleh Guru BK atau Konselor selalu diarahkan dan mengacu kepada tahap dan tugas perkembangan siswa.

c. Pelayanan Teraputik, Pelayanan untuk menangani pemasalahan yang diakibatkan oleh gangguan terhadap pelayanan dasar dan pelayanan pengembangan, serta pelayanan pemi natan.

Permasalahan tersebut dapat terkait dengan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan keluarga, kegiatan belajar, karir. Dalam upaya menangani permasalahan peserta didik, Guru BK atau Konselor memiliki peran dominan. Peran pelayanan teraputik oleh Guru BK atau Konselor dapat menjangkau aspek-aspek pelayanan dasar, pelayanan pengem-bangan, dan pelayanan peminatan.

d. Pelayanan Arah Peminatan/Lintas Minat/ Pendalaman Minat Studi Siswa Pelayanan yang secara khusus tertuju kepada peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik sesuai dengan konstruk dan isi kurikulum yang ada. Arah peminatan/lintas minat/pendalaman minat ini terkait dengan bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan menggunakan segenap perangkat (jenis layanan dan kegiatan pendukung) yang ada dalam pelayanan BK. Pelayanan peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik ini terkait pula dengan aspek-aspek pelayanan pengembangan tersebut di atas.

e. Pelayanan Diperluas Pelayanan dengan sasaran di luar diri siswa pada satuan pendidikan, seperti personil satuan pendidikan, orang tua, dan warga masyarakat lainnya yang semuanya itu terkait dengan kehidupan satuan pendidikan dengan arah pokok terselenggaranya dan suskesnya

(9)

tugas utama satuan pendidikan, proses pembelajaran, optimalisasi pengembangan potensi siswa.

Pelayanan diperluas ini dapat terkait secara langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan pelayanan dasar, pengembangan peminatan, dan pelayanan teraputik

KELOMPOK 4

A. asas asas Bimbingan dan konseling

1. Asas Kerahasiaan Merupakan asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan konseli yang menjadi sasaran layanan. Di mana data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain harus dirahasiakan oleh konselor . Dalam hal i ni , konselor wajib secara penuh untuk memelihara dan menjaga semua data dan keterangan sehingga kerahasiaan benar –benar terjamin.

2. Asas kesukarelaan Merupakan asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan konseli dalam mengikuti , menjalani layanan yang dibutuhkan bagi dirinya. Dalam hal ini konselor wajib membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut .

3. Asas keterbukaan Merupakan asas yang menghendaki konseli yang menjadi sasaran layanan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberi kan keterangan tentang dirinya sendiri mau pun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang bermanfaat bagi pengembangan dirinya.

Dalam hal ini konselor wajib untuk mengembangkan keterbukaan konseli. Keterbukaan ini sangat terkait dengan terlenggaranya asas ke ahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi sasaran layanan. Agarkonseli dapat terbuka, konselor perlu terlebih dahulu untuk bersikap terbuka dan tidak berpurapura.

4. Asas kekinian Merupakan asas yang menghendaki agar objek sasaran layanan

bimbingan dan konseling adalah masalah konseli dalam kondisinya sekarang.Layanan yang berhubungan dengan masa depan atau kondisi di masalampau pun dilihat dampak atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang dilakukan sekarang.

5 .Asas kemandirian Merupakan asas yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan

konseling yaitu konseli sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling di harapkan

menjadi individu yang mandiri dengan ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan

lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri

sendiri .Konselor hendaknya mampu untuk mengarahkan segenap layanan bimbingan dan

konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.

Referensi

Dokumen terkait

Barker 1975 measured 8798 A absorption lines to determine the H20 column abundance at- 60 km altitude as a function of time, Venus phase, and position of the Venus disk and found water

2 | 2020 15 THEME | INDIGENOUS KNOWLEDGE Quest reports on a drought prediction tool that makes use of indigenous knowledge Deep in the rural areas of Africa, small-scale farmers