LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Landasan Filosofis Landasan Psikologis
Landasan Sosial Budaya
Landasan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
LANDASAN FILOSOFIS
Dewey (1963) mengatakan bahwa pendidikan adalah “drawing out” yaitu memunculkan potensi anak dan bukan proses “pouring in” atau mengisi anak seperti layaknya sebuah bejana. Martin Luther menyatakan bahwa tujuan utama pendidikan adalah mengajarkan agama, dan model terbaik dalam pengajaran agama adalah dengan pembiasaan.
Rousseau menganggap bahwa pendidikan pada anak yang terbaik adalah yang dilakukan secara alamiah atau kembali ke alam.
Pestalozzi menyatakan bahwa pendidikan sebaiknya mengikuti sifat-sifat bawaan anak.
Berdasarkan pemikiran para filsuf tersebut, memiliki nilai penting dalam mengembangkan kurikulum karena
pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan kebutuhan manusia.
LANDASAN PSIKOLOGIS
Kebutuhan anak sebagai subjek belajar terdiri dari 2 bagian yaitu psikobiologis dan kebutuhan social.
Kurikulum yang didasarkan pada kebutuhan psikobiologis akan lebih bersifat child-centered.
Kurikulum sebagai program pendidikan harus memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya potensi yang dimiliki setiap peserta didiksecara optimal (psikologi perkembangan).
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan hendaknya memperhatikan dan disesuaikan dengan individu yang bersangkutan (psikologi belajar).
Pendidikan harus menghormati anak sebagai makhluk yang memiliki potensi alamiah. Belajar terbaik melalui pengalaman langsung (Rousseau).
Lingkungan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan setiap anak (John Locke).
Setiap manusia sejak lahir dibekali sejumlah potensi, namun untuk berkembangnya potensi tersebut diperlukan dukungan dari lingkungan dimana anak berada (William Stern & Havighurst).
LANDASAN SOSIAL BUDAYA
Syaodih mengemukakan tiga hal utama yang harus menjadi perhatian dalam pengembangan kurikulum yaitu sebagai berikut:
Kurikulum sebagai program pendidikan harus peka terhadap permasalahan, potensi, harapan, unsur pendukung dan penghambat yang mungkin muncul dari lingkungan masyarakat, baik local maupun global.
Pendidikan mengandung nilai dan memebrikan pertimbangan nilai.
Pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat.
Pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat.
LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Awalnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat.
Pendidikan adalah upaya untuk mempersiapkan siswa menghadapi perubahan yang semakin pesat, termasuk perubahan dalam sains, teknologi, dan seni (sains dan teknologi).
Proses pendidikan harus mampu menghasilkan sumber daya manusia yang mampu secara cepat dan tepat melakukan proses adaptasi dengan situasi kehidupan yang secara terus menerus mengalami perubahan.
Dalam pengembangan kurikulum diperlukan kejelian untuk memilih dan
menentukan prioritas pengetahuan yang dianggap penting dan berharga
bagi anak.
Kurikulum harus dapat mengakomodasi dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga siswa
dapat menyeimbangkan dan secara bersamaan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memberi manfaat dan mempertahankan kehidupan manusia.
—
Pambudi (2017)
PENDEKATAN DAN PROSEDUR PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pendekatan dari atas ke bawah (Top down approach)
Pendekatan dari bawah ke atas (Grass-roots
approach)
PENDEKATAN DARI ATAS KE BAWAH (TOP DOWN APPROACH)
Ada 4 tahap kegiatan yang ditempuh dalam proses pengembangan kurikulum dengan pendekatan top down approach:
Pembentukan tim pengarah dengan tugas utama merumuskan konsep dasar, merumuskan garis-garis besar kebijakan, dan merumuskan falsafah dan
tujuan umum pendidikan.
Pembentukan tim kelompok kerja untuk menjabarkan kebijakan atau rumusan-rumusan yang telah disusun oleh tim pengarah.
Setelah rumusan kurikulum selesai dibuat, kurikulum diserahkan kembali
kepada tim pengarah untuk dikaji kelebihan dan kekurangannya berdasarkan hasil uji coba terbatas.
Jika sudah dianggap sempurna, maka kurikulum disebarluaskan kepada setiap sekolah untuk dilaksanakan.
PENDEKATAN DARI BAWAH KE ATAS (GRASS-ROOTS APPROACH)
Pengembangan grass-roots approach dimulai dari munculnya keinginan dari pihak sekolah atau guru.
Para pejabat di tingkat pusat hanya bertindak selaku motivator dan fasilitator untuk terwujudnya penyempurnaan yang diinginkan oleh pihak sekolah.
Pengembangan grass-roots approach hanya mungkin dilakukan
apabila para guru di sekolah memiliki kemampuan dan
profesionalisme serta inisiatif dan kreativitas yang tinggi.
MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM LAINNYA
• Memfokuskan pada upaya mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan dan penyempurnaan.
Model Taba
• Menyesuaikan dan mengarahkan pada visi, misi, dan tujuan dari masing-masing lembaga pendidikan.
Model Tyler
• Dilakukan secara sederhana, komprehensif, dan sistematis.
• Terdapat 12 tahap kegiatan dalam pengembangan kurikulum.
Model Oliva
• Menetapkan wilayah yang akan melakukan perubahan.
• Menetapkan orang-orang atau tim yang akan melakukan pengembangan kurikulum.
• Merumuskan prosedur sebagai langkah pengembangan kurikulum.
• Menerapkan kurikulum.
• Melaksanakan evaluasi kurikulum.
Model Beauchamp
PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN
KURIKULUM
PRINSIP RELEVANSI
Relevansi internal mengacu pada kesesuaian di antara komponen kurikulum seperti tujuan, isi, strategi, dan evaluasi.
Relevansi eksternal mengacu pada kesesuaian kurikulum dengan tuntutan ilmu pengetahuan (relevansi epistemologis), tuntutan dan potensi siswa (relevansi psikologis), serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat (relevansi sosiologis).
Maka dalam membuat kurikulum harus memperhatikan kebutuhan lingkungan masyarakat dan siswa di sekitarnya, sehingga nantinya akan bermanfaat bagi siswa untuk berkompetisi di dunia kerja yang akan datang.
Dan yang tidak kalah penting, harus sesuai dengan perkembangan teknologi
sehingga mereka selaras dalam upaya membangun negara (Asmariani, 2014: 60).
PRINSIP FLEKSIBILITAS
Pengembangan kurikulum berupaya agar hasilnya fleksibel, fleksibel, dan fleksibel dalam implementasinya, memungkinkan penyesuaian berdasarkan situasi dan
kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang.
Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam implementasinya dimungkinkan untuk menyesuaikan penyesuaian berdasarkan kondisi regional.
Kurikulum harus menyediakan ruang untuk memberikan kebebasan bagi pendidik untuk mengembangkan program pembelajaran.
Pendidik dalam hal ini memiliki kewenangan dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan minat, kebutuhan siswa dan kebutuhan bidang lingkungan mereka (Mansur 2016, p. 3).
PRINSIP KONTINUITAS
Makna kontinuitas disini adalah berhubungan, yaitu adanya nilai keterkaitan antara kurikulum dari berbagai tingkat pendidikan.
Sehingga, tidak terjadi pengulangan atau disharmonisasi bahan pembelajaran yang berakibat jenuh atau membosankan baik yang mengajarkan (guru) maupun yang belajar (peserta didik).
Pengalaman belajar siswa dilakukan secara logis dan sistematis.
Pengalaman belajar harus mampu merespon dunia luar yang lebih
luas.
PRINSIP EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS
Efisiensi
• Prinsip efisiensi dalam
pengembangan kurikulum adalah dapat memanfaatkan sumber daya pendidikan yang ada secara optimal, cermat, dan tepat sehingga hasilnya memadai.
Efektivitas
• Prinsip efektivitas adalah
sejauh mana rencana program pembelajaran dicapai atau
diimplementasikan.
• Dalam prinsip ini ada dua
aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: efektivitas mengajar
guru dan efektivitas belajar
siswa.
TERIMA KASIH
Any questions?