• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lahan yang diolah memiliki nilai laju erosi yang lebih besar dibandingkan dengan lahan tanpa diolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Lahan yang diolah memiliki nilai laju erosi yang lebih besar dibandingkan dengan lahan tanpa diolah"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Andi Hasriyani Asti Nurfajriah Amsal1), Resy Firkawati2)

1)Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Makassar Email : Andihasriyaniasti.teknik@gmail.com

2)Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Makassar Email : Resyfirkawati@gmail.com

Abstrak; Prediksi Laju Erosi Pada Lahan Diolah dan Lahan Tanpa Diolah di Lembanna Kec.

Tinggi Moncong Kab. Gowa 2014, dibimbing oleh Idrus Ompo dan Ma’rupah. Daerah aliran sungai (DAS) bagian hulu memiliki fungsi sebagai daerah untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antaralain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan.

DAS Jeneberang dengan kondisi topografi berlereng dan terjal dan didominasi lahan pertanian dimana struktur akar tanamannya lemah dalam mengikat tanah sehingga turut mempercepat degradasi tanah sehingga memungkinkan terjadinya erosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar laju erosi dan perbandingan laju erosi yang terjadi di lahan di olah wortel, kentang, dan lahan tanpa diolah padang rumput dan hutan pinus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey atau observasi di lapangan dan pengolahan data dengan menggunakan rumus MUSLE. Dari hasil analisis diperoleh erosi tertinggi yaitu pada lahan diolah (lahan wortel) sebesar 18,70 ton/ha/thn dengan kehilangan tanah sebesar 0,34 cm/ha, lahan kentang sebesar 9,82 ton/ha/thn dengan kehilangan tanah sebesar 0,20 cm/ha, lahan tanpa diolah (padang rumput) sebesar 4,15 ton/ha/thn dengan kehilangan tanah sebesar 0,10 cm/ha dan nilai erosi terkecil yaitu hutan pinus sebesar 0,14 ton/ha/thn dengan kehilangan tanah sebesar 0,003 cm/ha. Lahan yang diolah memiliki nilai laju erosi yang lebih besar dibandingkan dengan lahan tanpa diolah. Hal ini terjadi karena lahan diolah keadaan tanahnya cenderung lebih terbuka akibat tumbukan hujan langsung ke permukaan tanah, sehingga tanah akan lebih mudah tererosi.

Kata Kunci: Erosi, Pengolahan Tanah, MUSLE

Abstract; At the rate of erosion prediction Land and Land Without Processed Processed in Lembanna district. High Muzzle Regency Gowa 2014, guided by Idrus Ompo and Ma'rupah.

Watershed (DAS) has a function as the upstream region to maintain the environmental conditions that are not degraded watershed, which may be indicated antaralain of land vegetation cover conditions watershed, water quality, the ability to store water (discharge), and precipitation. DAS Jeneberang with topographical conditions and steep slopes and predominantly agricultural land where the plant root structure is weak in binding the soil, contributing to accelerate the degradation of the soil allowing erosion. This study aims to find out how much the rate of erosion and erosion rate comparison in the land if the carrots, potatoes, and land without being treated pastures and pine forests. The method used in this study is a survey or field observations and data processing using the formula MUSLE. From the results obtained by analysis of the highest erosion on cultivated land (land carrots) of 18.70 tonnes / ha / yr with soil loss of 0.34 cm / ha, potato farms 9.82 tonnes / ha / yr to lose ground at 0 , 20 cm / ha, the land without being processed (pasture) of 4.15 tonnes / ha / yr with a loss of 0.10 cm soil / ha and the smallest value erosion pine forests of 0.14 tonnes / ha / yr with loss land of 0.003 cm / ha. Cultivated land value erosion rate greater than the land without being processed. This happens because the land cultivated land circumstances tend to be more open by the impact of rain directly into the ground, so that the land will be easily eroded.

Keywords: Erosion, Soil Cultivation, MUSLE

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas bawang merah asal biji Trisula dan Lokananta dengan teknologi Proliga masing-masing sebesar 33.9 ton ha -1 dan 40.17 ton ha -1