Setelah menerima informasi bahwa saya mengetahui sepenuhnya, memahami dan memahami tujuan, manfaat dan risiko yang mungkin timbul dalam penelitian dan sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari keikutsertaan, saya menyatakan setuju/tidak setuju untuk berpartisipasi atau ikut serta dalam penelitian yang berjudul “Perbedaan pengetahuan dan asupan gizi (protein, lemak dan karbohidrat) remaja sebelum dan sesudah konseling gizi remaja di SMPN 1 Wagir Kabupaten Malang.” PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN ASUPAN GIZI (PROTEIN, LEMAK DAN KARBOHIDRAT) REMAJA SEBELUM DAN SESUDAH KONSELING GIZI REMAJA DI SMPN 1 WAGIR WILAYAH MALANG. Pilihlah salah satu dari 3 pilihan jawaban a, b, atau c berikut ini dengan memberi tanda centang (√) pada jawaban yang menurut Anda paling benar.
Pola makan seimbang bagi remaja adalah makanan yang dikonsumsi remaja yang mengandung zat sumber energi, bahan pembangun dan zat pengatur serta jenisnya berbeda-beda. Pola makan seimbang untuk remaja adalah makanan yang dikonsumsi remaja yang mengandung sumber energi dan bahan penyusun. Pola makan seimbang untuk remaja adalah makanan yang dikonsumsi oleh remaja yang mengandung bahan penyusun dan zat pengatur serta jenisnya berbeda-beda.
Sumber energi yang dapat disimpan sebagai cadangan energi dalam tubuh adalah pengertian?. Konsumsi lemak berlebihan pada masa remaja tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan kadar lemak dalam tubuh terutama kadar kolesterol darah yaitu? Munculnya berbagai penyakit kronis degeneratif, seperti gagal ginjal, tekanan darah rendah, dan penyakit jantung lemah.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
- Penyuluhan Gizi Remaja
- Asumsi Positif
- Asumsi Negatif
- Organisasi Tenaga Pelaksana Pelaksana : Lusianah
- Waktu dan Tempat Pelaksanaan
- Alat Peraga 1. Laptop
Namun prevalensi status gizi obesitas mempunyai hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan status gizi sangat kurus dan kurus. Dengan menggunakan data status gizi dasar berdasarkan IMT menurut umur siswa yang diambil secara acak dari 10 siswa SMPN 1 Wagir diperoleh hasil bahwa 30% siswa masuk dalam kategori Gemuk, Obesitas dan Normal, sedangkan 10% sisanya masuk dalam kategori Kurus. kategori. kategori. Sehingga dibandingkan dengan hasil Riskesdas remaja tahun 2013, prevalensi status gizi remaja di SMPN 1 Wagir lebih tinggi dibandingkan hasil Riskesdas tahun 2013 sehingga perlu mendapat perhatian lebih lanjut.
Data dasar tingkat konsumsi siswa yang diambil secara acak dari 10 siswa SMPN 1 Wagir menunjukkan sebesar 90%. Untuk menyukseskan Program Konseling Gizi Remaja di SMPN 1 Wagir perlu dilakukan pendekatan individu dan kelompok dengan melibatkan kepala sekolah, guru dan siswa. Memberikan nasehat kepada siswa SMPN 1 Wagir, serta pre dan post test sebagai feedback, agar guru mengetahui apakah siswa benar-benar memahami materi yang disampaikan, dan evaluasinya dilihat melalui hasil post test.
Selain itu juga terdapat kesempatan bagi siswa yang ingin bertanya mengenai materi yang disampaikan. Sebelum konseling dimulai, siswa sekolah dasar disuruh mengisi daftar hadir dan menyelesaikan pre-test serta menerima materi konseling.
Materi Penyuluhan Gizi Remaja
Gizi Remaja
- Pengertian Gizi Remaja
- Manfaat gizi seimbang bagi remaja
- Kebutuhan Gizi Remaja
- Anjuran Pola Kebiasaan Pangan yang baik bagi Remaja
Menurut Sibagariang (2010), masa remaja adalah usia dimana masa kematangan fisik, emosional, sosial dan seksual dimulai setelah masa dewasa. Kebanyakan jajanan tidak hanya bebas kalori, tetapi juga mengandung sedikit nutrisi (Arisman, 2008). Menurut Adriani dan Wirjatmadi (2012), kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena remaja masih dalam masa pertumbuhan.
Selain itu, remaja umumnya lebih aktif secara fisik dibandingkan usia lainnya sehingga membutuhkan lebih banyak nutrisi. Menurut Hasdianah (2014) dalam Lestari (2016), gizi seimbang bagi remaja adalah makanan yang dikonsumsi remaja yang mengandung energi, zat pembangun dan pengatur serta jenisnya berbeda-beda. Faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan kebutuhan energi remaja adalah aktivitas fisik seperti olahraga yang dilakukannya, baik dalam kegiatan sekolah maupun di luar sekolah.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI (WKNPG VI) merekomendasikan Tingkat Kecukupan Energi (EDL) Diet untuk remaja putri dan dewasa muda adalah 2000-2200 kkal, sedangkan untuk pria antara 2400-2800 kkal per hari. Faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan kebutuhan energi remaja adalah aktivitas fisik, seperti olahraga yang mereka lakukan, baik yang dilakukan. Adriani dan Wirjatmadi (2012) mengatakan kebutuhan energi remaja sangat bergantung pada tingkat kematangan fisik dan aktivitas yang dilakukannya.
Menurut Adriani dan Wirjatmadi (2012), kebutuhan protein yang dianjurkan untuk remaja berkisar antara 44-59 gram tergantung jenis kelamin dan usia. Berdasarkan berat badan, remaja usia 11-14 tahun, laki-laki atau perempuan membutuhkan protein sebesar 1g/kg BB dan pada usia 15-18 tahun dikurangi sebesar 0,9g/kg BB untuk laki-laki dan 0,8g/kg BB untuk perempuan. . . Menurut survei NHANES II, rata-rata asupan protein harian untuk pria adalah 107 g/hari dan untuk anak perempuan 65 g/hari.
Menurut Adriani dan Wirjatmadi (2012), pangan sumber protein mempunyai nilai biologis lebih tinggi dibandingkan sumber protein nabati, karena komposisi asam amino esensialnya lebih baik baik kuantitas maupun kualitasnya. Konsumsi lemak berlebihan pada masa remaja tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan kadar lemak dalam tubuh terutama kadar kolesterol darah yaitu 20-25% dari total kalori, sumber: minyak, mentega (Rentinasmawati, 2016). Membenarkan pilihan makanan jajanan bergizi, dan senantiasa menjelaskan kesalahan mereka yang masih memilih makanan tidak bergizi.
Mendorong remaja untuk menikmati makanan, mencoba makanan baru, sarapan pagi, makan bersama keluarga. kelebihan berat badan sehingga membuat mereka merasa kurang percaya diri. Bulimia merupakan penyakit yang menyertai gejala obesitas dimana nafsu keinginan atau psikologi menimbulkan perasaan bersalah setelah mengkonsumsi makanan yang telah dimakan.
Hal ini terjadi karena adanya kecenderungan takut akan obesitas yang mengakibatkan kerusakan psikologis dan kekurangan gizi, karena makanan yang dimakan akan dimuntahkan sehingga makanan tidak masuk ke dalam tubuh (Istiany dan Rusilanti, 2013). Menurut Istiany dan Rusilanti (2013), anemia terjadi karena adanya penurunan jumlah eritrosit atau kadar hemoglobin dalam darah. Selain itu, remaja putri yang sedang menstruasi mengalami kekurangan darah sehingga rentan mengalami anemia.
Hal ini tentu kurang baik bagi perkembangan remaja karena dapat mengganggu tingkat produktivitas dalam belajar.