LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) I PROGRAM STUDI TATA AIR PERTANIAN
PENGELOLAAN IRIGASI SAWAH DI KELOMPOK TANI SINDANG ASIH II DESA BUNAR KECAMATAN SUKAMULYA KABUPATEN TANGERANG
PROVINSI BANTEN
Oleh :
RAFISYA INDI RACHMAWATI 07.15.20.044
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA 2022
ii HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) 1 Nama : Rafisya Indi Rachmawati
NIM : 07.15.20.044
Program Studi : Tata Air Pertanian
Judul Proposal : Pengelolaan Irigasi Sawah di Kelompok Tani Sindang Asih II Desa Bunar Kecamatan Sukamulya Kabupaten
Tangerang Provinsi Banten
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Andy Saryoko, S.P., M.P NIP. 198203092005011003
Dr. Ir. Rahmat H. Anasiru, M.Eng NIP. 196407251992031002
Mengetahui : Ketua Program Studi
Tata Air Pertanian
Dr. Ir. Rahmat H, Anasiru, M.Eng NIP. 196407251992031002
iii KATA PENGANTAR
Puji syukur terhadap kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas nikmat dan karunia-Nya Penulis dapat Menyusun proposal Praktik Kerja Lapang (PKL) dengan judul “Pengelolaan Irigasi Sawah di Kelompok Tani Sindang Asih II Desa Bunar Kecamatan Sukamulya Kabupaten Tangerang Provinsi Banten”.
Laporan ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas Praktik Kerja Lapangan 1 Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia Tahun Akademik 2021/2022.
Penulis menyadari bahwa proposal ini tidak mungkin berjalan lancar tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Dr. Andy Saryoko, S.P., M.P. selaku Pembimbing I
2. Dr. Ir. Rahmat Hanif Anasiru, M.Eng. selaku Pembimbing II dan Ketua Program Studi Tata Air Pertanian
3. Dr. Muharfiza, S.TP., M.Si. selaku Direktur Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia
4. Balai Penyuluh Pertanian Kaliasin yang turut membantu dan memfasilitasi dalam kelancaran penyusunan proposal PKL I
5. Kedua orang tua yang selalu mendukung, baik moril maupun materil, dan
6. Semua pihak yang tidak dapat Saya sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan proposal
Akhir kata, penulis berharap semoga proposal ini berguna bagi para pembaca dan pihak – pihak lain yang berkepentingan
Tangerang, 11 Juli 2022
Penulis
iv DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN ... ii
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) 1 ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.3 Manfaat ... 2
BAB II ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Sistem Irigasi ... 4
2.2 Sistem Irigasi Permukaan ... 5
2.2.1 Kelebihan dan Kelemahan Sistem Irigasi Permukaan ... 6
2.2.2 Prinsip Irigasi Permukaan ... 6
2.2.3 Faktor Kendala pada Sistem Irigasi Permukaan ... 7
2.3 Jaringan Irigasi ... 7
2.3.1 Klasifikasi Jaringan Irigasi ... 9
2.4 Pengelolaan Irigasi ... 10
2.5 Manajemen Irigasi ... 11
BAB III ... 13
METODE PELAKSAAN ... 13
3.1 Waktu dan Tempat ... 13
3.2 Materi Kegiatan ... 14
3.3 Prosedur Pelaksaan ... 16
BAB IV ... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17
4.1 Gambaran Umum BPP Kaliasin ... 17
4.1.1 Sejarah dan Perkembangan BPP Kaliasin ... 17
4.1.2 Struktur Organisasi BPP Kaliasin ... 19
v
4.1.3 Batas Wilayah ... 20
4.1.4 Karakteristik Tanah dan Iklim ... 21
4.1.5 Data Penduduk ... 21
4.2 Keadaan Umum Kecamatan Sukamulya ... 22
4.2.1 Letak Wilayah ... 22
4.2.2 Luas Wilayah ... 22
4.2.3 Batas Wilayah ... 23
4.2.4 Ketinggian dan Kemiringan Lahan ... 23
4.2.5 Klasifikasi Jenis dan Tata Guna Lahan... 23
4.2.7 Karakteristik Tanah ... 24
4.2.7 Curah Hujan dan Iklim ... 24
4.3.1 Data Alat Mesin Pertanian Kecamatan Sukamulya ... 26
4.3.2 Data Sarana Kecamatan Sukamulya ... 26
4.3.3 Data Luasan Tanah Kecamatan Sukamulya ... 27
4.3.4 Data Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Pertanian ... 27
4.3.5 Data Luas Tanaman Dalam Setahun Kecamatan Sukamulya ... 29
4.3.6 Komoditas Tanaman Pangan di Desa Bunar Kelompok Tani Sindang Asih 2 ... 29
4.4 Jenis dan Pengelolaan Irigasi ... 30
4.4.1 Lembaga Pengelola Irigasi ... 30
4.4.2 Sumber Air ... 32
4.4.3 Pengamatan Saluran Irigasi ... 32
4.5 Permasalahan dan Solusi Saluran Irigasi ... 34
4.5.1 Permasalahan Teknis ... 34
4.5.2 Permasalahan Non Teknis ... 35
4.5.3 Solusi Permasalahan Teknis dan Non Teknis ... 35
4.6 Kegiatan Tambahan ... 36
4.6.1 Penanaman Tanaman Padi ... 36
4.6.2 Sosialisasi Persiapan Bina Wilayah ... 36
4.6.3 Pembuatan Instalasi Irigasi Tetes Sederhana ... 37
4.6.4 Pembuatan Agen Pengendali Hayati (APH) ... 37
4.6.5 Sosialisasi Penyusunan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) 2023 ... 38
4.6.6 Penanaman Kacang Tanah ... 39
vi
4.6.7 Perawatan Lahan Persawahan ... 39
4.6.8 Penyemaian Benih Cabai ... 40
4.6.9 Penanaman Jagung ... 40
BAB V ... 42
PENUTUP ... 42
5.1 Kesimpulan ... 42
5.2 Saran ... 43
DAFTAR PUSTAKA ... 44
LAMPIRAN ... 46
vii DAFTAR TABEL
Tabel 1.Materi Kegiatan PKL 1 ... 14
Tabel 2.Jadwal Palang Kegiatan PKL I ... 16
Tabel 3.Profil BPP Kaliasin ... 18
Tabel 4.Daftar Nama Pegawai BPP Kaliasin ... 19
Tabel 5.Data Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja BPP Kaliasin Tahun 2021 ... 21
Tabel 6.Jumlah Penduduk (KK Umum, KK Tani) di Wilayah Kerja BPP Kaliasin Tahun 2021 ... 21
Tabel 7.Jumlah Rukun Tetangga dan Rukun Warga di Kecamatan Sukamulya . 22 Tabel 8.Luas Wilayah dan Persentase Terhadap Luas Kecamatan di Kecamatan Sukamulya ... 22
Tabel 9.Desa/Kelurahan Menurut Ketinggian ... 23
Tabel 10.Data Keadaan Lahan di Wilayah Binaan BPP Kaliasin ... 24
Tabel 11.Curah Hujan Wilayah Kecamatan Sukamulya Tahun 2017 – 2021 ... 25
Tabel 12.Data Alat Mesin Pertanian Kecamatan Sukamulya ... 26
Tabel 13.Data Sarana Kecamatan Sukamulya ... 27
Tabel 14.Data Luasan Tanah Kecamatan Sukamulya ... 27
Tabel 15.Data Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Pertanian ... 28
Tabel 16.Data Luas Tanaman Dalam Setahun Kecamatan Sukamulya ... 29
viii DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Wilayah Kerja BPP Kaliasin ... 13
Gambar 2.Diagram Alir Prosedur Pelaksanaan PKL I ... 16
Gambar 3.Struktur Organisasi BPP Kaliasin ... 19
Gambar 4.Pintu Air Sekunder A ... 32
Gambar 5.Saluran Irigasi Sekunder B ... 33
Gambar 6.Saluran Irigasi Tersier ... 33
Gambar 7.Peta Lahan Pertanian Desa Bunar ... 34
Gambar 8. Kegiatan Penanaman Tanaman Padi ... 36
Gambar 9.Kegiatan Sosialisasi Persiapan Bina Wilayah... 37
Gambar 10.Kegiatan Pembuatan Instalasi Irigasi Tetes Sederhana ... 37
Gambar 11.Kegiatan Pemberian Materi APH ... 38
Gambar 12.Kegiatan Pembuatan APH Beuvaria ... 38
Gambar 13.Kegiatan Pembuatan APH Paenibacillus Polymyxa ... 38
Gambar 14.Kegiatan Pembuatan APH PGPR ... 38
Gambar 15.Kegiatan Sosialiasi RDKK 2023 ... 39
Gambar 16.Kegiatan Penanaman Kacang Tanah ... 39
Gambar 17.Kegiatan Perawatan Lahan Persawahan ... 40
Gambar 18.Kegiatan Penyemaian Benih Cabai ... 40
Gambar 19.Kegiatan Penanaman Jagung ... 41
ix DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Jurnal Harian (log book) Kegiatan Praktik Kerja Lapangan I ... 46 Lampiran 2.Format Lembar Konsultasi ... 57 Lampiran 3.Format Penilaian Pembimbing Eksternal ... 59
1 BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian dengan makanan pokoknya beras, sagu, dan ubi hasil produksi pertanian. Salah satu faktor pendukung kegiatan pertanian khususnya dalam pengairan lahan adalah dengan adanya sumber irigasi.
Irigasi menjadi pendukung keberhasilan pembangunan pertanian dan merupakan kebijakan Pemerintah yang sangat strategis dalam pertumbuhan perekonomian nasional guna mempertahankan produksi swasembada beras. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2006 tentang irigasi pada ketentuan umum bab I pasal 1 berbunyi irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya adalah irigasi permukaan, rawa, air bawah tanah, pompa, dan tambak. Supadi (2009).
Pemenuhan kebutuhan air untuk sawah dapat dilihat melalui jumlah ketersediaan air yang cukup untuk mengaliri seluruh petak sawah, terlebih pada musim kemarau. Kebutuhan dan ketersediaan adalah hal yang harus seimbang, artinya ketersediaan pada jaringan irigasi harus mampu mencukupi kebutuhan air untuk pertanian di daerah tersebut. Ketersediaan air akan terganggu akibat perubahan iklim maupun adanya degradasi lingkungan di daerah tersebut. Pada umumnya masalah yang sering muncul pada sawah irigasi adalah air untuk seluruh petak sawah yang tidak mencukupi. Apalagi jika memasuki musim kemarau maka daerah sawah bagian hilir pasti akan kekurangan air. Hal ini menandakan saluran irigasi pada waktu-waktu tertentu tidak selalu mencukupi. Masalah ini dikhawatirkan akan menjadi penghambat hasil produksi untuk masa mendatang.
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kaliasin merupakan salah satu BPP di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Wilayah BPP Kaliasin memiliki potensi lahan usaha tani seluas 8.048 Hektar, terdiri dari : Lahan Sawah : 5.567 Hektar (Sawah Irigasi Teknis 3.791 ha, Irigasi ½ Teknis 114 ha, Irigasi Sederhana 110 ha, dan Sawah Tadah Hujan 1.552 ha) dan Lahan
2 Darat 2.481 Hektar (Tegalan 519 ha, Pekarangan 1.887 ha, Kebun 71 ha, dan Kolam 4 ha). (sumber: https://bpp-kaliasin.blogspot.com/).
Kecamatan BPP Kaliasin diketahui memiliki cukup banyak irigasi tetapi, dari beberapa irigasi tidak dimanfaatkan dengan optimal. Dalam meningkatkan produktivitas usaha tani diperlukan intensifikasi dengan pemanfaatan sumber daya air guna melestarikan ketahanan pangan, dan meningkatkan pendapatan petani. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya air yang dapat dilakukan adalah melalui alokasi air irigasi secara efektif dan efisien. Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin membuat
“Pengelolaan Irigasi Sawah di Kelompok Tani Sindang Asih II Desa Bunar Kecamatan Sukamulya Kabupaten Tangerang Provinsi Banten” yang nantinya dapat dikembangkan dan bermanfaat untuk pemenuhan kebutuhan air dilahan sawah
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan Praktik Kerja Lapangan I (PKL 1) adalah sebagai berikut :
1. Mengindentifikasi potensi wilayah pertanian di Desa Bunar, Kecamatan Sukamulya.
2. Mengidentifikasi jenis dan pengelolaan irigasi sawah di kelompok tani Sindang Asih II Desa Bunar, Kecamatan Sukamulya.
3. Mengidentifikasi permasalahan yang ada sekaligus memberikan solusi mengenai saluran irigasi sawah kelompok tani Sindang Asih II Desa Bunar, Kecamatan Sukamulya.
1.3 Manfaat
1. Manfaat Praktik Kerja Lapangan bagi mahasiswa adalah :
a. Terlatih untuk mengerjakan pekerjaan lapangan sekaligus melaksanakan serangkaian keterampilan yang sesuai dengan bidang keahliannya.
b. Memperkuat kemampuan sesuai dengan bimbingan/arahan pembimbing tempat PKL dan dapat berkontribusi kepada dunia kerja c. Dapat mewujudkan jiwa kemandirian beradaptasi, bersosialisasi
dengan keadaan sosiokultur di lapangan.
2. Manfaat bagi pihak terkait seperti Instansi Pemerintah/Swasta, pelaku utama dan pelaku usaha serta Stakeholder lain adalah :
3 a. Menciptakan kerjasama yang baik dengan UPT Dinas Pertanian di
kab/kota dan tingkat kecamatan.
b. Meningkatkan relevansi dan efektivitas program kampus melalui sinkronisasi kurikulum, proses pembelajaran, teaching factory, dan pengembangan sarana dan prasarana praktik berdasarkan hasil pengamatan di tempat PKL.
4 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Irigasi
Irigasi secara umum, merupakan kegiatan yang bertalian dengan usaha untuk mendapatkan air guna menunjang kegiatan pertanian seperti sawah, ladang atau perkebunan. Usaha tersebut menyangkut pembuatan sarana dan prasarana irigasi yaitu berupa bangunan dan jaringan saluran untuk membawa dan membagi air secara teratur kepetak irigasi yang selanjutnya digunakan untuk kebutuan tanaman itu sendiri. Effendi Pasandara dan Donald C. Tylor (2007).
Usaha penyediaan air memiliki delapan kegunaan sebagai berikut:
1. Penambahan air kedalam tanah untuk menyediakan air yang cukup untuk pertumbuan tanaman.
2. Menyediakan jaminan panen pada saat musim kemarau yang pendek 3. Mendinginkan tanah dan atmosfer sehingga menimbulkan lingkungan
yang baik untuk pertumbuhan lingkungan.
4. Mengurangi bahaya pembekuan.
5. Mengurangi atau mencuci garam dalam tanah.
6. Mengurangi bahaya erosi tanah.
7. Melunakkan pembajakan dan gumpalan tanah.
8. Memperlambat pembentukan tunas.
Irigasi merupakan salah satu faktor penting dalam produksi bahan pangan. Sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari berbagai komponen, menyangkut upaya penyediaan, pembagian, pengelolaan dan pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksi pertanian. Beberapa komponen dalam sistem irigasi diantaranya adalah:
a. siklus hidrologi (iklim, air atmosferik, air permukaan, air bawah permukaan)
b. kondisi fisik dan kimiawi (topografi, infrastruktur, sifat fisik dan kimiawi lahan)
c. kondisi biologis tanaman
d. aktivitas manusia (teknologi, sosial, budaya, ekonomi)
5 menurut Sudjawardi (1990). Ditinjau dari proses penyediaan, pemberian, pengelolaan dan pengaturan air, sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu:
a. Sistem irigasi permukaan (surface irrigation system)
b. Sistem irigasi bawah permukaan (sub surface irrigation system) c. Sistem irigasi dengan pemancaran (sprinkle irrigation system)
d. Sistem irigasi dengan tetesan (trickle irrigation / drip irrigation system) Pemilihan jenis sistem irigasi sangat dipengaruhi oleh kondisi hidrologi, klimatologi, topografi, fisik dan kimiawi lahan, biologis tanaman sosial ekonomi dan budaya, teknologi (sebagai masukan sistem irigasi) serta keluaran atau hasil yang akan diharapkan. Bustomi (2000).
2.2 Sistem Irigasi Permukaan
Irigasi permukaan merupakan metode pemberian air yang paling awal dikembangkan. Irigasi permukaan merupakan irigasi yang terluas cakupannya di seluruh dunia terutama di Asia. Sistem irigasi permukaan terjadi dengan menyebarkan air ke permukaan tanah dan membiarkan air meresap (infiltrasi) ke dalam tanah. Air dibawa dari sumber ke lahan melalui saluran terbuka baik dengan atau lining maupun melalui pipa dengan head rendah. Investasi yang diperlukan untuk mengembangkan irigasi permukan relatif lebih kecil daripada irigasi curah maupun tetes kecuali bila diperlukan pembentukan lahan, seperti untuk membuat teras. Sistem irigasi permukaan (Surface irrigation), khususnya irigasi alur (Furrow irrigation) banyak dipakai untuk tanaman palawija, karena penggunaan air oleh tanaman lebih efektif.
Zulkarnain (2018).
Sistem irigasi alur adalah pemberian air di atas lahan melalui alur, alur kecil atau melalui selang atau pipa kecil dan megalirkannya sepanjang alur dalam lahan. Untuk menyusun suatu rancangan irigasi harus diadakan terlkebih dahulu survei mengenai kondisi daerah yang bersangkutan serta penjelasannya, penyelidikan jenis-jenis tanah pertanian, bagi bagian-bagian yang akan diirigasi dan lain-lain untuk menentukan cara irigasi dan kebutuhan air tanamannya. Zulkarnain (2018).
Suatu daerah irigasi permukaan terdiri dari susunan tanah yang akan diairi secara teratur dan terdiri dari susunan jaringan saluran air dan bangunan lain untuk mengatur pembagian, pemberian, penyaluran, dan pembuangan kelebihan air. Dari sumbernya, air disalurkan melalui saluran
6 primer lalu dibagi-bagikan ke saluran sekunder dan tersier dengan perantaraan bangunan bagi dan atau sadap tersier ke petak sawah dalam satuan petak tersier. Petak tersier merupakan petak-petak pengairan/pengambilan dari saluran irigasi yang terdiri dari gabungan petak sawah. Bentuk dan luas masing-masing petak tersier tergantung pada topografi dan kondisi lahan akan tetapi diusahakan tidak terlalu banyak berbeda. Apabila terlalu besar akan menyulitkan pembagian air tetapi apabila terlalu kecil akan membutuhkan bangunan sadap. Ukuran petak tersier diantaranya adalah, di tanah datar:200-300 ha, di tanah agak miring:100-200 ha dan di tanah perbukitan:50-100 ha. Zulkarnain (2018).
2.2.1 Kelebihan dan Kelemahan Sistem Irigasi Permukaan
Menurut Amaru (2014). Sistem irigasi permukaan memiliki kelebihan sebagai berikut:
1. Tidak membutuhkan pemahaman yang tinggi dalam. O&M.
2. Dapat dikembangkan dengan biaya investasi kecil.
3. Jika topografi tidak terlalu bergelombang, biaya yang diperlukan tidak terlalu besar.
4. Energi yang digunakan berupa energi gravitasi.
5. Kurang dipengaruhi oleh karakteristik iklim dan kualitas air.
6. Aliran gravitasi memiliki fleksibititas tinggi dan relatif mudah dikelola.
7. Salinitas lebih mudah dikendalikan.
Menurut Amaru (2014). Sistem irigasi permukaan memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:
1. Efisiensi kurang dari 65%.
2. Membutuhkan air dalam jumlah besar.
3. Perkiraan jumlah air irigasi yang dibutuhkan lebih sulit.
4. Membutuhkan tenaga kerja lebih banyak dan lebih intensif.
2.2.2 Prinsip Irigasi Permukaan
Irigasi permukaan adalah irigasi yang dilakukan dengan cara meresapkan air di atas permukaan tanaman melalui melalui sistem saluran terbuka maupun pipa. Narta (2010).
1. Pemberian air irigasi lewat permukaan tanah, yaitu pemberian air irgasi melalui permukaan tanah. Narta (2010).
7 2. Pemberiaan air melalui permukaan tanah, yaitu pemberian air irigasi yang menggunakan pipa dengan sambungan terbuka atau berlubang lubang, permukaan tanah. Narta (2010).
3. Pemberian air irigasi dengan panearan, yaitu cara pemberian air irigasi dalam bentuk panearan dari suatu pipa yang berlubang yang tetap atau berputar pada sumbu vertikal. Air dialirkan pada pipa dan areal dialiri dengan cara panearan seperti pada waktu hujan. Alat paneara ini kadang kadang diletakan diatas kereta dan dapat dipindah - pindahkan sehingga dapat memberikan penyiraman yang merata. Pemberian air cara panearan untuk keperluan irigasi semacam ini, belum lazim dipergunakan di Indonesia. Narta (2010).
4. Pemberian air dengan cara tetesan, yaitu pemberian air melalui pipa dimana pada tempat-tempat tertentu diberikan perlengkapan untuk jalan keluarnya air agar menetes dalam tanah.
2.2.3 Faktor Kendala pada Sistem Irigasi Permukaan
Terdapat beberapa kendala pada sistem irigasi permukaan.
salah satunya adalah perubahan iklim. Perubahan iklim ini akan berpengaruh terhadap lingkungan, seperti meningkatnya permukaan air laut, banjir, kekeringan, permasalahan sumder daya air dan masih banyak lagi. Perubahan iklim juga berpengaruh terhadap temperature, kelembapan relatif, lama penyinaran matahari, kecepatan angin, dan masih banyak lagi. Perubahan iklim juga berpengaruh terhadap curah hujan sehingga mengakibatkan fluktasi debit sungai pada musim hujan dan musim kemarau. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan irigasi yang sistematis agar irigasi dapat dimanfaatkan secara optimal. Hukom (2012).
2.3 Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang berada dalam petak tersier. Suatu
8 kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi. Direktoral Jendral Pengairan (1986). Menurut Hendra (2008) ada beberapa jenis irigasi yaitu:
1. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdri atas bagunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangan, 11 bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
2. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas saluran sekunder, pembuangan, bangunan bagi, bangunan sadap dan bangunan pelengkapnya.
3. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagi prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri atas saluran tersier, salurankuater dan saluran pembuangan, tersier, kuater, serta bangunan pelengkap.
Menurut Wirawan (1991). Prinsip-prinsip dalam penataan jaringan pemberi air pengairan (irigasi) dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Sistem irigasi bagi lahan pertanian yang terdiri dari jaringan irigasi utama dan jaringan irigasi tersier, harus berada pada tempat tertentu pada lahan-lahan yang letaknya lebih tinggi dari lahan dari letak lahan pertanaman.
2. Sistem irigasi harus ditata sependek atau sesingkat mungkin dan dengan demikian dapat tercegah berkurangnya tekanan aliran air dan air pengairannya selama dalam perjalanan dikarenakan hal-hal yang tidak terduga dan dengan pendek/singkatnya jarak tatanan sistem irigasi tersebut, maka di samping sarana-sarana pembagi air pengairan dapat dibangun seekonomis mungkin juga daya penyampaiannya dapat terjamin.
3. Jaringan irigasi utama dan jaringan irigasi tersier sebaiknya dibangun sejalan mengikuti garis kontur atau mendekati ke arah itu terutama untuk maksud memperoleh ketinggian terjunan aliran air yang cukup menambah tekanan aliran air selanjutnya, sehingga air pengairan dapat mencapai lahan pertanaman yang lebih.
4. Saluran-saluran tersier harus mampu mengalirkan air dengan cukup ke petak-petak tersier, dalam hal ini untuk pesawahan harus mampu melakukan penggenangan (flooding).
9 5. Pembangunan tanggul-tanggul di kedua tepi saluran tersier ataupun kuarter sebaiknya tidak terlalu tinggi agar dengan demikian air permukaan pada saluransaluran dapat mudah dilimpahkan keareal pertanaman yang akan diberi air.
6. Saluran pembuang air pengairan dari petak-petak pertanaman yang airnya telah dimanfaatkan untuk flooding (penggenangan) ataupun furrowing (penyaluran) hendaknya dibuat sedemikian rupa agar dapat berfungsi dengan lancar, karena kalau saluran-saluran pembuang itu tidak berfungsi dengan baik ataupun pembuatannya diabaikan, banyak kemungkinan terjadinya kejenuhan pada air di petak-petak pertanaman Berdasarkan pemeliharaan pada jaringan irigasi dapat dibedakan dalam 4 (empat) macam pemeliharaan, yaitu:
1. Pemeliharaan rutin: Pemeliharan ringan pada bangunan dan saluran irigasi yang dapat dilakukan sementara selama eksploitasi tetap berlangsung, dimana pemeliharaan hanya bagian bangunan/saluran yang ada di permukaan saja.
2. Pemeliharaan berkala: Pemeliharaan yang dilakukan pada bagian bangunan dan saluran di bawah permukaan air, pada waktu melaksanakan pekerjaan ini saluran dikeringkan terlebih dahulu.
3. Pemeliharaan pencegahan: Pemeliharaan pencegahan ini adalah usaha untuk mencegah terjadinya kerusakan pada jaringan irigasi akibat gangguan manusia yang tidak bertanggung jawab atau akibat gangguan binatang.
4. Pemeliharaan darurat: Pekerjaan yang dilakuan untuk memperbaiki akibat kerusakan yang tidak terduga sebelumnya, misalnya karena banjir atau gempa bumi.
2.3.1 Klasifikasi Jaringan Irigasi
Jaringan Irigasi Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan kedalam 3 (tiga) tingkatan yaitu;
1. Nonteknis 2. Semi Teknis 3. Teknis
Perbedaan dari klasifikasi jaringan irigasi diatas adalah berdasarkan bangunan utama, kemampuan dalam mengatur dan
10 mengukur debit, bentuk jaringan saluran, pengembangan petak tersier, efisiensi secara keseluruhan, dan ukuran. Dept.Pek.Umum (2008) Dalam konteks standardisasi irigasi ini, hanya irigasi teknis saja yang ditinjau. Bentuk irigasi yang lebih maju ini cocok untuk dipraktekkan di sebagian besar proyek irigasi di Indonesia. Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional pokok, yaitu:
• Bangunan-bangunan utama (head works) dimana air diambil dari sumbernya, umumnya sungai atau waduk.
• Jaringan pembawa, berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-petak tersier.
• Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kolektif air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air ditampung di dalam suatu sistem pembuangan di dalam petak tersier.
• Sistem pembuang yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air lebih ke sungai atau saluran-saluran alamiah.
2.4 Pengelolaan Irigasi
Pengelolaan irigasi sebagai usaha pendayagunaan air irigasi yang meliputi operasi dan pemeliharaan, pengamanan, rehabilitasi, dan peningkatan irigasi. Pengelolaan irigasi diselenggarakan dengan lvi mengutamakan kepentingan masyarakat petani dan dengan menempatkan perkumpulan petani pemakai air sebagai pengambil keputusan dan pelaku utama dalam pengelolaan irigasi yang menjadi tanggungjawabnya. Untuk mencapai hal tersebut dilakukan pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Supadi (2009).
Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan irigasi yang efisien dan efektif serta dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada masyarakat petani, pengelolaan irigasi dilaksanakan dengan mengoptimalkan pemanfaatan air permukaan dan air bawah tanah secara terpadu. Supadi (2009).
11 2.5 Manajemen Irigasi
Manajemen irigasi adalah suatu bentuk pengelolaan eksploitasi dan distribusi air irigasi terutama di daerah yang kering atau yang memiliki periode musim kelangkaan air dengan tujuan meningkatkan produksi tanaman pertanian. Ilmuwan Julian H. Steward dan Karl August Wittfogel melihat manajemen irigasi sebagai sesuatu yang sangat dibutuhkan bahkan sejak zaman kerajaan hidrolik (bentuk pemerintahan atau struktur sosial yang mengandalkan akses air sebagai sumber kekuasaan). Darmawati, (2017).
Bentuk fisik yang paling utama dari sebuah proyek irigasi adalah lahan dan air. Berdasarkan hubungan antara elemen tersebut, terdapat berbagai jenis manajemen air Darmawati, (2017) :
a. Tipe pengelolaan masyarakat umum Hingga abad ke 19, pengembangan proyek irigasi tidak begitu cepat, mencapai total area 50 juta hektare yang hanya seperlima dari area yang teririgasi saat ini.
Kepemilikan dan pengelolaan lahan pertanian diatur oleh kepala desa, namun sumber daya air dikelola bersama-sama.
b. Tipe perkebunan besar Buruh di perkebunan tebu. Manajemen air tipe perkebunan besar terdapat di lahan yang dimiliki oleh perseorangan atau perusahaan. Baik lahan maupun sumber daya air dimiliki oleh satu pihak. Perkebunan besar yang ditemukan di negara terjajah di Asia, Afrika, dan Amerika Latin mengelola sumber daya air secara sepihak untuk melakukan usaha penanaman berbagai komoditas seperti pisang, tebu, dan kapas.
c. Tipe fasilitas umum Kanal irigasi di Gezira, Sudan, 1997, yang memiliki manajemen air tipe fasilitas umum. Air bersumber dari sungai Nil Biru Tipe fasilitas umum adalah tipe manajemen air yang terjadi di area di mana lahan dimiliki oleh banyak pihak, namun eksploitasi dan distribusi sumber daya air dikelola oleh organisasi tunggal, biasanya adalah pemerintah. Sejak tahun 1900an, berbagai pemerintahan mengambil alih pengelolaan irigasi dikarenakan Darmawati, (2017):
• Air dipertimbangkan sebagai fasilitas milik pemerintah yang harus dikelola dengan baik karena peningkatan permintaan dan berkurangnya ketersediaan 13.
12
• Pemerintah membangun proyek irigasi skala besar karena dinilai lebih efisien.
• Pengembangan skema irigasi yang baru menjadi lebih rumit secara teknis dan finansial sehingga berada di luar jangkauan masyarakat umum.
• Kebijakan pemerintah mengenai ekspor-impor komoditas pertanian membutuhkan budi daya tanaman yang menguntungkan, sehingga dengan mengendalikan sumber daya air, petani dapat lebih mudah dipandu untuk menanam tanaman pertanian jenis tertentu.
13 BAB III
METODE PELAKSAAN 3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa Program Studi Tata Air Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia akan dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kaliasin Desa Bunar, Kecamatan Sukamulya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Waktu pelaksanaan PKL dilaksanakan pada tanggal 11 Juli sampai dengan 5 Agustus 2022.
Berikut merupakan peta wilayah kerja BPP Kaliasin, Kecamatan Sukamulya:
Sumber: Data Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kaliasin Gambar 1.Wilayah Kerja BPP Kaliasin
14 3.2 Materi Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam Praktik Kerja Lapangan I Program Studi Tata Air Pertanian di BPP Kaliasin Desa Bunar, Kecamatan Sukamulya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten adalah sebagai berikut:
Tabel 1.Materi Kegiatan PKL 1
No Materi Kegiatan Rincian Kegiatan Output Kegiatan 1. Keadaan dan informasi
umum BPP Kaliasin
- Profil, sejarah dan perkembangan - Posisi dan denah - Tata letak (lay out) - Struktur organisasi - Personalia, tenaga kerja
dan kualifikasi - Tata hubungan kerja
pegawai (jam kerja, jumlah shift, dll)
Deskripsi Profil BPP Sukatani dan RDkk BPP Kaliasin
2. Identifikasi dan
pendataan teknis irigasi yang ada di bawah naungan BPP Kaliasin
- Mengidentifikasi jumlah dan jenis sistem irigasi yang ada serta
sumbernya
- Menghitung jumlah irigasi yang baik dan layak pakai
Deskiripsi jumlah, jenis dan kondisi sistem irigasi
3. Kegiatan pertanian di UPT Dinas Pertanian tingkat Kecamatan
Informasi jumlah UPJA, P3A, Gapoktan, Poktan, KWT, Luasan Lahan dan komoditas
Deskripsi kegiatan pertanian
4. Identifikasi jenis irigasi dan proses sistem pengelolaan
- Mengidentifikasi pengelolaan sistem irigasi terhadap hasil produksi
- Mendorong pengelolaaan sistem irigasi secara maksimal
Jenis dan
pengelolaan sistem irigasi di lapangan
15 5. Identifikasi
permasalahan dan penanganan pada sistem irgasi
Melakukan identifikasi permasalahan yang terjadi di lapangan dan
penanganannya
Permasalahan dan penanganan pada sistem irigasi
6. Pengabdian kepada masyarakat (PKM)
- Pengawalan dalam pelaksanaan kegiatan pertanian
- Melaksanakan kegiatan social masyarakat dan - Mengidentifikasi dan
mendukung
pengembangan ekonomi masyarakat
Laporan kegiatan PKM dan
dokumentasi kegiatan
16 3.3 Prosedur Pelaksaan
Prosedur pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I merupakan langkah-langkah atau urutan-urutan kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Adapun prosedur pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I ini yaitu :
1. Diagram Alir Prosedur Pelaksanaan PKL I
Mulai
Survei Lapangan
Rumusan Masalah
Pengumpulan Data
Data Primer:
1. Observasi 2. Wawancara 3. Dokumentasi
Data Sekunder:
1. Studi Litelatur 2. Data BPP Kaliasin
Analisis Data
Hasil Analisis
Kesimpulan
Selesai
Gambar 2.Diagram Alir Prosedur Pelaksanaan PKL I
16 2. Jadwal Palang Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I
Jadwal palang Praktik Kerja Lapangan (PKL) I yang akan dilaksanakan selama 4 minggu, berikut jadwal palang Praktik Kerja Lapangan (PKL) I yang tercantum dalam tabel
Tabel 2.Jadwal Palang Kegiatan PKL I
Keterangan:
: Hari Kerja : Hari Libur
17 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum BPP Kaliasin
4.1.1 Sejarah dan Perkembangan BPP Kaliasin
Guna penyuluhan sebagai sebuah sistem dapat berjalan dengan baik, maka dibutuhkan sarana berupa kelembagaan yang menaungi, terutama di tingkat lapangan. Balai penyuluh pertanian (BPP) Kaliasin merupakan salah satu BPP di Kabupaten Tangerang, berlokasi di Jalan Raya Balaraja-Kresek KM 6,5 Desa Sukamulya, Kecamatan Sukamulya, Kabupaten Tangerang. BPP Kaliasin menempati gedung milik sendiri.
Keberadaan BPP dari tahun ke tahun mengalami pasang surut berkenaan dengan perubahan SOTK di Kabupaten Tangerang, BPP ini berada di dalam Dinas Pertanian sampai dengan tahun 1983.
Kemudian beralih di bawah naungan SPHB (1984) Kabupaten Tangerang dan kembali ke Dinas Pertanian Tanaman Pangan (1987), BIPP Kabupaten Tangerang (1998) dan kembali lagi ke Dinas Pertanian dan Perternakan Kabupaten Tangerang (2001). Kemudian BPP ini di dalam Badan Ketahanan Pangan, Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat (BKP3M) Kabupaten Tangerang sejak tahun 2008. Selanjutnya, tahun 2015 BPP di bawah Dinas Pertanian, Perternakan, dan Ketahanan Pangan. Terakhir, sejak tahun 2016 BPP berada di dalam SOTK Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang dengan susunan organisasi berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 90 Tahun 2016 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang.
Kantor BPP Kaliasin memiliki luas lahan seluas 12.610 m2. Dengan penggunaan lahan untuk bangunan dan halaman kantor BPP seluas 5.610 m2 yaitu meliputi bangunan kantor koordinator atau perpustakaan, kantor penyuluh pertanian, bangunan aula pertemuan dan bangunan rumah dinas. Serta digunakan untuk lahan percontohan yang meliputi lahan sawah seluas 7.000 m2. Adapun profil singkat BPP Kaliasin adalah sebagai berikut :
18
Tabel 3.Profil BPP Kaliasin
Nama BPP : BPP Kaliasin
Alamat Kantor : Jalan Raya Balaraja-Kresek KM 6,5 Desa Sukamulya Kecamatan Sukamulya Kabupaten Tangerang Status
Kepemilikan/
Kondisi Gedung
: Aset Pemda (milik BPP)/Sangat Baik
No Telp : -
Email : Bppkaliasin2020@gmail.com Koordinator : Aan Nuraini.SP
Jumlah Penyuluh : 1. PNS (2 orang) 2. PPPK (7 orang)
3. Petugas POPT (1 orang) Jumlah Admin : 1 orang
Penjaga Malam : 2 orang Penghargaan yang
telah diterima
: • BPP Berprestasi Peringkat II Tingkat Provinsi Banten Tahun 2012
• Penilaian BP3K Teladan Peringkat I Tingkat Provinsi Banten
• Balai Penyuluhan Kecamatan Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2014
• BP3K Berprestasi Tahun 2014
• BPP Berprestasi Juara II Tahun 2021
• Kategori Balai Penyuluh Kecamatan Berprestasi Juara I Tahun 2021
Sumber: Data BPP Kaliasin
19 4.1.2 Struktur Organisasi BPP Kaliasin
Struktur organisasi BPP Kaliasin dapat dilihat pada Gambar dibawah ini ;
Tabel 4.Daftar Nama Pegawai BPP Kaliasin
No Nama/ NIP Pangkat/
Gol.Ruang Tempat Tugas Keterangan 1 Aan Nuraini.SP
NIP.19790816201102002
Penata Muda Tk.I / III.b
BPP Kaliasin BPP Kaliasin
2 Rochmatullah
NIP. 198907192017061001
Pengatur Muda/ II.a
Kec.Sukamulya 4 Desa binaan
3 Siti Sopiah.M.S.Pt
NIP. 197803302021212002
PPPK Kec.Sukamulya 2 Desa binaan
4 Dedih.S.PKP PPPK Kec.Kresek 5 Desa binaan
Koordinator Penyuluh Aan Nuraini, S.P
Admin BPP Dedi Tarmudji, S.P Programmer BPP
Rochmatullah, S.P
Penyuluh Kec.
Balaraja 1. Sudarmo
Penyuluh Kec.
Sukamulya 1. Rochmatullah,
S.P
2. Siti Sopiah M.
S.P 3. Drh. Titi
Heriyati
Penyuluh Kec.
Jayanti 1. Ade
Gustiawan, A.Md
2. Dedi Tarmudji, S.P
Penyuluh Kec.
Kresek 1. Dedih, S.PKP 2. Suharna,
S.PKP
Gambar 3.Struktur Organisasi BPP Kaliasin
20 NIP. 196701102021211004
5 Suharna.S.PKP
NIP. 197501122021211001
PPPK Kec.Kresek 4 Desa binaan
6 Sudarmo
NIP. 197702172021211002
PPPK Kec.Balaraja 9 Desa binaan
7 Ade Gustiawan.A.Md NIP. 197608302021211004
PPPK Kec.Jayanti 4 Desa binaan
8 Dedi Tarmuji.S.Pt
NIP. 198105092021211003
PPPK Kec.Jayanti 4 Desa binaan
9 Drh.TIti Heryati
NIP. 196802192021212003
PPPK Kec.Sukamulya 2 Desa binaan
11 Samsudin POPT Kec.Kresek &
Jayanti
2 Kecamatan
12 Abdul Karim PP.
Swadaya
Kec.Balaraja 2 Desa
13 Ahmad Yani PP.
Swadaya
Kec.Sukamulya 2 Desa
14 Encam Samsuro PP.
Swadaya
Kec.Sukamulya 2 Desa
15 H.Asmat PP.
Swadaya
Kec.Jayanti 2 Desa
16 Odim PP.
Swadaya
Kec.Jayanti 3 Desa
17 Purwawinata PP.
Swadaya
Kec.Jayanti 3 Desa
Sumber: Data BPP Kaliasin
4.1.3 Batas Wilayah
Wilayah BPP Kaliasin mempunyai batas-batas administratif adalah sebagai berikut :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Gunungkaler, Mekar baru dan Kronjo.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kemeri, Sindangjaya dan Cikupa.
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Serang.
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tigaraksa dan Cisoka.
21 4.1.4 Karakteristik Tanah dan Iklim
Wilayah BPP Kaliasin memiliki karakteristik tanahdengan tingkat kemasaman tanah Sawah berkisar pH 5,68 dan tanah Darat pH 5,11 Jenis tanah terdiri dari bentukan tanah Podsolik Merah Kuning dan Grumosol. Kemiringan tanah kurang dari <3º-4º, dengan topografi datar. Tinggi tempat dari permukaan laut berkisar antara 7,00 sampai 16,00 meter sehingga termasuk Rezim Suhu Panas dengan temperatur rata-rata 28º - 32ºC.
4.1.5 Data Penduduk
Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di wilayah BPP Kaliasin menurut data terakhir (tahun 2021) tercatat ada : 332.518 orang dengan perincian selengkapnya adalah sebagai berikut : A. Jumlah Penduduk
Tabel 5.Data Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja BPP Kaliasin Tahun 2021
No Kecamatan Penduduk Laki-Laki
Penduduk
Perempuan Jumlah
1. Sukamulya 35,260 34,015 69,275
2. Kresek 34,702 33,337 68,039
3. Balaraja 61,180 58,229 119,409
4. Jayanti 33,474 32,071 65,545
Total 164,616 157,652 322,368
Sumber Data : Kantor Kecamatan dan BPS Tahun 2021
B. Jumlah Penduduk (KK Umum, KK Tani)
Jumlah Penduduk (KK Umum, KK Tani), berdasarkan status lahan di wilayah BPP Kaliasin menurut data terakhir (tahun 2021) tercatat ada : 91.070 orang dengan perincian selengkapnya adalah sebagai berikut :
Tabel 6.Jumlah Penduduk (KK Umum, KK Tani) di Wilayah Kerja BPP Kaliasin Tahun 2021
No Kecamatan
KK TANI KK
Umum Pemilik PP Penggarap Buruh
Tani Pertenak Jumlah 1. Sukamulya 18,792 310 859 1,438 135 32 2,774
2. Kresek 17,164 634 900 1,854 564 108 4,060
3. Balaraja 24,536 137 515 1,372 419 43 2,486 4. Jayanti 21,305 220 1,384 5,008 482 611 7,705 Total 81,793 1,301 3,658 9,672 1,600 794 17,025
22
Sumber Data : Kantor Kecamatan dan BPS Tahun 2021
4.2 Keadaan Umum Kecamatan Sukamulya 4.2.1 Letak Wilayah
Kecamatan Sukamulya merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang yang berada di bagian Selatan yang memiliki luas wilayah sebesar ± 24,84 km2. Temperature udara berkisar 30 ̊C dengan ketinggian wilayah antara ± 27 meter diatas permukaan laut (dpl).
Tabel 7.Jumlah Rukun Tetangga dan Rukun Warga di Kecamatan Sukamulya
No. Desa/Kelurahan
Jumlah/Total Nama Satuan Lingkungan
Setempat
RT RW
1. Kubang 12 4 Rukun Tetangga
2. Parahu 37 8 Rukun Tetangga
3. Sukamulya 17 3 Rukun Tetangga
4. Kaliasin 26 6 Rukun Tetangga
5. Merak 28 4 Rukun Tetangga
6. Bunar 23 3 Rukun Tetangga
7. Benda 18 5 Rukun Tetangga
8. Buniayu 17 5 Rukun Tetangga
Kecamatan Sukamulya 178 38 -
Sumber : Kecamatan Sukamulya dalam Angka 2021
4.2.2 Luas Wilayah
Luas wilayah Kecamatan Sukamulya yaitu sebesar 24,84 ha.
Kecamatan Sukamulya terdiri dari 8 (Delapan) Desa. Bunar merupakan Desa dengan wilayah terluas yaitu dengan luasan 3,70 km2. Sedangkan Desa dengan luas wilayah terkecil adalah Desa Merak dengan luasan 2,33 km2 dengan setiap presentase 100,00.
Perincian selengkapnya per desa dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 8.Luas Wilayah dan Persentase Terhadap Luas Kecamatan di Kecamatan Sukamulya No. Desa/Kelurahan Luas Wilayah Persentase
1. Kubang 3,45 13,89
2. Parahu 3,61 14,53
3. Sukamulya 2,96 11,92
4. Kaliasin 2,44 9,82
5. Merak 2,33 9,38
6. Bunar 3,70 14,90
23
7. Benda 3,05 12,28
8. Buniayu 3,30 13,29
Kecamatan Sukamulya 24,84 100,00
Sumber : Kecamatan Sukamulya dalam Angka 2021
4.2.3 Batas Wilayah
Kecamatan Sukamulya mempunyai batas-batas administratif adalah sebagai berikut :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kronjo dan Kecamatan Kemiri.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sindang Jaya dan Kecamatan Balaraja.
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kresek.
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Jayanti dan Kecamatan Balaraja.
4.2.4 Ketinggian dan Kemiringan Lahan
Keadaan topografi Kecamatan Sukamulya adalah dataran rendah karena memiliki ketinggian tidak mencapai 200 mdpl.
Tepatnya yaitu 125 mdpl dengan kemiringan kurang dari 3̊. Perincian ketinggian tempat per Desa selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 9.Desa/Kelurahan Menurut Ketinggian
No. Desa/Kelurahan Ketinggian Tempat
Meter dpl Kemiringan Kategori
1. Kubang 13 < 3̊ RSP
2. Parahu 14 < 3̊ RSP
3. Sukamulya 12 < 3̊ RSP
4. Kaliasin 12 < 3̊ RSP
5. Merak 13 < 3̊ RSP
6. Bunar 12 < 3̊ RSP
7. Benda 12 < 3̊ RSP
8. Buniayu 12 < 3̊ RSP
Kecamatan Sukamulya 125 < 3̊ RSP
Sumber : Kecamatan Sukamulya dalam Angka 2021
4.2.5 Klasifikasi Jenis dan Tata Guna Lahan
Potensi sumberdaya pertanian, hortikultura, dan perkebunan di wilayah BPP Kaliasin seluas 8.049 ha dengan rincian klasifikasi jenis dan tata guna lahan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
24
Tabel 10.Data Keadaan Lahan di Wilayah Binaan BPP Kaliasin No. Klasifikasi dan Tataguna
Lahan
Luas Lahan (Ha)
Balaraja Sukamulya Kresek Jayanti Jumlah 1. Lahan Sawah
− Irigasi Teknis 410 1.254 1.341 786 3.761
− Irigasi 1
⁄ Teknis 2 - - 114 - 114
− Irigasi Sederhana - - 110 - 110
− Tadah Hujan 437 227 310 578 1.552
Jumlah 847 1.481 1.875 1.364 5.567
2. Lahan Kering
− Pekarangan 696 394 272 525 1.887
− Tegalan 106 148 65 200 519
− Kebun - - - 71 71
− Kolam 4 - - - 4
Jumlah 806 542 337 796 2.481
Total 1.653 2.023 2.212 2.160 8.049
Sumber : Data Monografi BPP Kaliasin
4.2.7 Karakteristik Tanah
Karakteristik tanah di Kecamatan Sukamulya terdiri dari bentukan tanah Padsolik Merah Kuning (PMK) dan Grumosol. PMK terbentuk karena curah hujan yang tinggi dan suhu yang sangat rendah dan juga merupakan jenis tanah mineral tua yang memiliki warna kekuningan atau kemerahan. Warna dari tanah podsolik ini menandakan tingkat kesuburan tanah yang relatif rendah karena pencucian.Warna kuning dan merah ini disebabkan oleh longgokan besi dan aluminum yang teroksidasi. Mineral lempung yang terdapat pada tanah ini penyusunnya didominasi oleh silikat. Dengan pemupukan yang teratur, jenis tanah ini dapat dimanfaatkan untuk persawahan dan perkebunan. Sedangkan Grumusol terbentuk dari batuan kapur dan tuffa vulkanik. Tanah grumusol umumnya bersifat basa.
4.2.7 Curah Hujan dan Iklim
Klasifikasi iklim di Kecamatan Sukamulya berdasarkan data milik Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kaliasin dari Tahun 2017 sampai Tahun 2021, termasuk iklim kering dengan rata-rata curah hujan
25 sekitar 319,44 mm per tahun. Berikut ini ditampilkan data curah hujan Kecamatan Sukamulya dari tahun 2017 sampai dengan 2021.
Tabel 11.Curah Hujan Wilayah Kecamatan Sukamulya Tahun 2017 – 2021
No Bulan
2017 2018 2019 2020 2021
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
1. Januari 1.221 6 1.245 15 0 0 203 15 333,6 26 2. Februari 2.443 21 1.803 12 135 10 137 9 603,4 18 3. Maret 1.106 9 588 5 22 2 171 12 152,9 18
4. April 660 2 450 3 43 3 125 8 150,3 18
5. Mei 105 1 691 4 172 9 116 8 45,3 6
6. Juni 557 4 261 6 130 10 50 5 23,0 7
7. Juli 76 1 0 0 205 10 115 6 0,0 1
8. Agustus 63 2 0 0 139 5 4 1 47,6 2
9. September 0 0 0 0 138 7 9 3 0,0 0
10. Oktober 880 4 42 2 216 7 130 9 0,0 0
11. November 1.378 8 192 7 106 7 93 7 108,5 9 12. Desember 682 7 170 8 219 12 187 10 242 14
Jumlah 9.161 65 5.442 62 1.523 82 1.339 93 1.706,6 119 Rata-Rata 763 5 453 5 127 7 112 8 142,22 10
Bulan Basah 9 - 8 - 9 - 8 - 5 -
Bulan Kering 3 - 4 - 3 - 4 - 7 -
Sumber : Data Monografi BPP Kaliasin
Keterangan : Satuan (milimeter/bulan) Kriteria hujan :
Kriteria rendah -> 0 – 100 mm/bulan Kriteria menengah -> 101 – 300 mm/bulan Kriteria tinggi -> 301 – 500 mm/bulan Kriteria sangat tinggi -> 500 mm/bulan
26 4.3 Potensi Wilayah Pertanian Kecamatan Sukamulya Desa Bunar
4.3.1 Data Alat Mesin Pertanian Kecamatan Sukamulya
Desa Bunar memilki beberapa alat dan mesin pertanian yaitu berupa 10 unit hand traktor, 1 unit power tresher, 4 unit huller, dan 5 unit pompa air yang digunakan untuk irigasi lahan pertanian. Desa Bunar memiliki 4 Kelompok tani, yaitu kelompok tani Bunar Panggang, Bunar Melati, Sindang Asih, dan Sindang Asih II. Alsintan pompa air irigasi terbagi pada 4 kelompok tani tersebut. Namun, pada saat ini pemanfaatan alsintan pompa air irigasi yang masih berjalan dan digunakan yaitu pada kelompok tani Sindang Asih II dengan 2 jenis pompa dinamo yaitu pompa niagara air 6 inch dan pompa air niagara 8 inch. Pada kelompok tani lainnya pompa air irigasi mengalami kerusakan akibat tidak digunakannya alsintan. Perincian data alat mesin pertanian di Kecamatan Sukamulya selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 12.Data Alat Mesin Pertanian Kecamatan Sukamulya
Sumber: Data Monografi BPP Kaliasin
4.3.2 Data Sarana Kecamatan Sukamulya
Berdasarkan data sarana Kecamatan Sukamulya, Desa Bunar memiliki satu saluran irigasi tersier yang merupakan aliran sungai cidurian dengan luas saluran sebesar 0,004 km2. Perincian data sarana di Kecamatan Sukamulya selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
27
Tabel 13.Data Sarana Kecamatan Sukamulya
Sumber: Data Monografi BPP Kaliasin
4.3.3 Data Luasan Tanah Kecamatan Sukamulya
Berdasarkan data luasan tanah Kecamatan Sukamulya, Desa bunar memiliki luas lahan pertanian sebesar 290 ha. Dengan luas tanah sawah dengan irigasi seluas 164 ha dan lahan sawah tadah hujan seluas 37 ha. Selain lahan persawahan, Desa Bunar juga memiliki tanah daratan yang dimanfaatkan sebagai tegalan seluas 17 ha dan pekarangan seluas 35 ha. Perincian data luas tanah di Kecamatan Sukamulya selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 14.Data Luasan Tanah Kecamatan Sukamulya
Sumber: Data Monografi BPP Kaliasin
4.3.4 Data Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Pertanian
Berdasarkan data wilayah kerja BPP Kaliasin yang mencakup 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Balaraja, Kecamatan Jayanti, Kecamatan Sukamulya, dan Kecamatan Kresek. Terdapat 6 komoditas tanaman yang dibudidayakan yaitu padi, jagung, kacang
28 tanah, mentimun, kacang panjang, cabai, dan mentimun. Tanaman padi merupakan komoditas utama yang dibudidayakan pada wilayah kerja BPP Kaliasin. Sedangkan tanaman palawija hanya dijadikan selingan untuk para petani. Perincian data luas tanam, luas panen, produktivitas dan produksi pertanian di Kecamatan Sukamulya selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 15.Data Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Pertanian
No Jenis Komoditas Tahun 2020 Tahun 2021 Peningkatan (%) 1. Padi
Luas Tanam (hektar) 10.406 11.167 7,31
Luas Panen (hektar) 10.238 11.167 7,31
Produktivitas (ton/hektar) 5,3 5,63 6,23
Produksi (ton) 54.261 68.870,21 15,87
2. Jagung
Luas Tanam (hektar) 00.00 6.00 100
Luas Panen (hektar) 0.0 6.00 100
Produktivitas (ton/hektar) 0.0 4,48 100
Produksi (ton) 0.0 26,88 100
3. Kacang Tanah
Luas Tanam (hektar) 3.00 4.00 33,33
Luas Panen (hektar) 3.00 4.00 33,33
Produktivitas (ton/hektar) 2,4 2,7 12,50
Produksi (ton) 7,2 10,8 50,00
4. Mentimun
Luas Tanam (hektar) 14,00 32,00 134,92
Luas Panen (hektar) 14,00 32,00 134,92
Produktivitas (ton/hektar) 18,00 18,50 2,78
Produksi (ton) 252 592 134,92
5. Kacang Panjang
Luas Tanam (hektar 8,00 21,00 61,90
Luas Panen (hektar) 8,00 21,00 162,5
Produktivitas (ton/hektar) 7,6 14,22 87,11
Produksi (ton) 60,8 298,62 391,151
6. Cabai
Luas Tanam (hektar 00,00 3,00 100,00
Luas Panen (hektar) 00,00 3,00 100,00
Produktivitas (ton/hektar) 00,00 3,4 100,00
29
Produksi (ton) 00,00 10,2 100,00
Sumber: Data Monografi BPP Kaliasin
4.3.5 Data Luas Tanaman Dalam Setahun Kecamatan Sukamulya Berdasarkan data luas tanam dalam setahun Kecamatan Sukamulya, Desa Bunar dalam setahun menanam 6 komoditas yaitu padi sawah, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, dan terung.
Padi sawah merupakan komoditas utama di Kecamatan Sukamulya dengan luas pertanaman tanaman pangan 189 ha. Luas pertanaman tanaman pangan terendah yaitu ubi kayu dengan 0,25 ha dan ubi jalar 0.5 ha. Perincian luas tanam dalam setahun data di Kecamatan Sukamulya selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 16.Data Luas Tanaman Dalam Setahun Kecamatan Sukamulya
Sumber: Data Monografi BPP Kaliasin
4.3.6 Komoditas Tanaman Pangan di Desa Bunar Kelompok Tani Sindang Asih 2
Kelompok Tani Sindang Asih II Desa Bunar, Kecamatan Sukamulya, Kabupaten Tangerang memiliki luas area pertanian sebesar ± 50 ha dengan luas tiap petak lahan yaitu sebesar ± 1.500 meter. Komoditas utama yang dibudidayakan yaitu tanaman padi.
Namun, terdapat beberapa tanaman lain yang dibudidayakan yaitu seperti tanaman timun, terong, kacang tanah, dan kacang panjang.
Indeks Pertanaman (IP) tanaman padi di kelompok tani Sindang Asih II rata-rata 200 atau 2 kali masa tanam karena Kecamatan Sukamulya memiliki curah hujan yang rendah atau jarangnya turun hujan. Namun dengan adanya pompa irigasi, maka petani dapat menanam dengan Indeks Pertanaman (IP) 300 dikarenakan air untuk irigasi lahan persawahan selalu tersedia. Masa tanam yaitu selama ±
30 100 hari dan bulan tanam yaitu pada November-Februari, Maret-Juni, dan Juli-Oktober.
Perkembangan luas panen dan produksi tanaman di Desa Bunar pada tahun 2020-2022 mengalami pertumbuhan plus minus.
Demikian juga dengan produktifitasnya, berdasarkan data dan informasi yang diperoleh bahwa produktifitas komoditas tersebut mengalami trend pertumbuhan yang bervariasi. Produksi padi sawah untuk setiap 1 ha pada tahun 2020 sebesar 60% menghasilkan 3 ton dan mengalami peningkatan produksi sebesar 80% dengan menghasilkan 4 ton.
Sistem penanaman padi di kelompok tani menerapakan sistem tanam konvensional tidak menerapkan sistem jarwo karena kelompok tani Sindang Asih II sudah menerapkan jarwo dengan jarak 2, 3, hingga 5 namun, setelah diamati ternyata terjadi pemborosan dalam penyiangan padi karena banyaknya rumput yang tumbuh.
selisih antara penanaman jarwo dengan penanaman konvensional mencapai 5 kwintal. Hasil untuk sistem jarwo ini memang lebih banyak tetapi dari segi biaya operasional lebih tinggi. Sehingga kelompok tani Sindang Asih II menerapkan sistem penanaman konvensional dengan jarak tanam 30x25 cm.
Tanaman palawija di kelompok tani Sindang Asih II memiliki hasil produksi hampir sama untuk satu kali tanam sebesar 40-50 ton dalam setahun. Sistem penanaman palawija tergantung pada musim dan biasanya untuk 2-3 ha hanya satu jenis karena jika dilakukan penanaman berbeda atau banyak jenis proses perawatan pada tanaman akan lebih sulit dikarenakan setiap tanaman memiliki perawatan yang berbeda
4.4 Jenis dan Pengelolaan Irigasi 4.4.1 Lembaga Pengelola Irigasi
Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang. Kedudukan Dinas Tata Ruang dan Bangunan sebagai salah satu perangkat daerah mempunyai tugas pokok membantu Bupati merumuskan kebijakan, mengkoordinasikan,
31 membina dan mengendalikan urusan pemerintahan bidang Tata Ruang dan Bangunan yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan yang diatur dalam Peraturan Bupati Tangerang Nomor 101 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang. Susunan Organisasi Dinas Tata Ruang dan Bangunan terdiri dari :
• Kepala Dinas;
• Sekretariat:
1. Sub. Bagian Perencanaan dan Keuangan ; dan 2. Sub. BagianUmum dan Kepegawaian ;
• Bidang Tata Ruang :
1. Seksi Perencanaan Tata Ruang ; 2. Seksi Pemanfaatan Tata Ruang ; dan 3. Seksi Pemetaan.
• Bidang Bangunan :
1. Seksi Perencanaan Bangunan ; 2. Seksi Bangunan ; dan
3. Seksi Rehabilitasi Bangunan.
• Bidang Pengawasan dan Pengendalian : 1. Seksi Wasdal Wilayah I ;
2. Seksi Wasdal Wilayah II ; dan 3. Seksi Wasdal Wilayah III.
• Unit Pelaksana Teknis :
1. UPT Pemeliharaan Wilayah I ; 2. UPT Pemeliharaan Wilayah II ; dan 3. UPT Pemeliharaan Wilayah III.
• Kelompok Jabatan Fungsional; dan
• Kelompok Jabatan Fungsional.
Pemerintah daerah setempat memutuskan untuk membagi menjadi dua jenis saluran irigasi berdasarkan kewenangan pihak pengelolanya. Pembagian saluran tersebut meliputi :
1. Saluran Irigasi Kabupaten Saluran irigasi kabupaten merupakan saluran yang sepenuhnya menjadi kewenangan dan tanggung jawab UPT Infrastruktur Irigasi disetiap wilayah untuk
32 mengelolanya. Saluran ini terdiri atas saluran primer, saluran sekunder, dan bangunan sadap lainnya.
2. Saluran Irigasi Desa Saluran irigasi desa merupakan saluran yang dalam pengelolaanya menjadi kewenangan dan tanggung jawab pemerintah desa secara utuh. Saluran ini hanya terdiri atas saluran tersier dan saluran kuarter yang mendistribusikan air langsung menuju lahan. Meskipun kewenangan dari pengelola saluran irigasi telah terbagi, semua bentuk upaya pengelolaan saluran irigasi yang dilakukan oleh pihak pemerintah desa harus tetap dalam pengetahuan dan pengawasan dari UPT terkait serta Dinas PUPR Kabupaten Tangerang.