Peningkatan produktivitas dan pengembangan populasi itik Payakumbuh menggunakan alat aspirator sederhana dengan teknologi inseminasi buatan. Judul Penelitian : Peningkatan produktivitas dan pengembangan populasi itik Payakumbuh menggunakan alat aspirator sederhana dengan teknologi inseminasi buatan. Mendukung dan mewujudkan program ketahanan pangan nasional melalui ketersediaan peningkatan populasi, produktivitas dan pemeliharaan plasma nutfa itik Payakumbuh dengan menggunakan teknologi inseminasi buatan reproduksi menggunakan aspirator sederhana.
Subyek penelitian ini adalah pengembangan itik Payakumbuh menggunakan alat aspirator sederhana untuk inseminasi buatan (AI). Hal ini dapat meningkatkan populasi dan produktivitas itik Payakumbuh serta membantu melestarikan plasma nutfa itik lokal di Sumatera Barat. Semakin banyak itik yang masuk ke Sumatera Barat, terjadilah perkawinan campur dan kemurnian bibit itik Payakumbuh semakin menurun.
Padahal, itik Payakumbuh mempunyai potensi yang cukup baik untuk dikembangkan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan protein hewani warga Sumbar. Salah satu upaya peningkatan produktivitas dan mutu genetik itik Payakumbuh adalah seleksi dan pemuliaan. Peningkatan populasi dan produktivitas itik Payakumbuh melalui teknologi inseminasi buatan (AI) dengan menggunakan aspirator sederhana.
Mendukung dan melaksanakan program ketahanan pangan nasional dengan menjamin ketersediaan bahan pakan untuk mendukung upaya peningkatan produktivitas populasi itik Payakumbuh sebagai sumber protein hewani (daging dan telur).
Rencana Target Capaian Tahunan Tabel 1. Rencana Target Capaian Tahunan
RENCANA INDUK DAN PETA JALAN PENELITIAN UNIVERSITAS ANDALAS
TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Karakteristik Itik Lokal
- Itik Payakumbuh
- Anatomi Reproduksi Itik
- Uji Kualitas Semen Itik
- Pemeriksaan Makroskopis a. Warna
- Pemeriksaan Mikroskopis a. Gerakan Massa
- Frekuensi IB
Sedangkan alat reproduksi itik jantan lebih berkembang dibandingkan ayam, yaitu berupa lingga yang dipilin secara spiral, yang berfungsi sebagai alat sanggama (Strukie, 1965). Sedangkan untuk alat reproduksi selain lingga spiral, alat reproduksi itik jantan menyerupai alat reproduksi ayam, seperti sepasang testis, saluran epididimis, dan sepasang duktus deferens yang semuanya terletak di perut. rongga. Evaluasi mutu air mani segar dibedakan menjadi dua, yaitu pemeriksaan makroskopis dan pemeriksaan mikroskopis.
Partodihardjo (1992) menyatakan bahwa warna air mani unggas yang normal adalah putih susu, sedangkan menurut (Srigandono 2000) menyatakan bahwa warna air mani itik Manila adalah putih keruh, buram. Jumlah semen dapat diketahui secara langsung dengan melihat angka yang tertera pada wadah semen. Jumlah semen unggas biasanya relatif sedikit, sedangkan konsentrasinya cukup tinggi, tergantung pada masing-masing ras dan individu (Toelihere, 1998) dan makanan (Widjiastuti, 2009).
Sedangkan Toelihere (1993) menyatakan bahwa semen segar bersifat sedikit basa dengan pH rata-rata antara 7,0 dan 7,6. Konsistensi semen berhubungan dengan konsentrasi semen di dalamnya: Salisbury dkk (1978) menyatakan bahwa viskositas semen akan meningkat sebanding dengan kandungan semen. Supriatna (2000) menyatakan kualitas benih yang berwarna putih dan buram menunjukkan konsentrasi sperma yang tinggi.
Motilitas diukur dengan jumlah spermatozoa yang bergerak maju atau progresif dibandingkan dengan seluruh spermatozoa yang ada. 1985) menyatakan bahwa ada tiga jenis motilitas sperma: (a). Cara praktis dan sederhana untuk menghitung konsentrasi sperma adalah dengan melihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 45x10 dan memperkirakan jarak keduanya. Menurut Partodihardjo (1992), konsentrasi sperma tergantung pada umur, pakan, jenis ternak, bobot badan dan frekuensi.
Hal ini diklarifikasi oleh Soepiyana dkk. 2006) bahwa warna dan konsistensi sperma menentukan konsentrasi sperma, jika sperma kental dan berwarna putih kental maka konsentrasi sperma tinggi, sebaliknya jika sperma encer dan berwarna bening maka konsentrasinya rendah. Sedangkan menurut Toelihere (1998) menyatakan bahwa pada sebagian besar ejakulasi persentase spermatozoa abnormal berkisar antara 5-20% dan untuk spermatozoa normal menurut Siudzinska et al, (2008), morfologi spermatozoa normal bervariasi antara 70-80%. sedangkan menurut Tselutin dkk, (1999) bervariasi antara 91-94% spermatozoa normal atau sekitar 6-9%. Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma yang terjadi pada epitel seminiferus (tubulus) di bawah kendali hormon gonadtropin (FSH dan LH) dari kelenjar hipofisis (kelenjar hipofisis anterior).
METODE PENELITIAN
- Tahapan dan Pelaksanaan Penelitian
- Volume : Dilihat langsung pada tabel gelas semen yang berskala ml
- Warna : Diamati secara visual dan penglihatan
- Bau : Semen yang sudah ditampung didekatkan dengan hidung untuk dicium, umumnya semen memiliki bau yang khas atau spesifik semen
- pH : pemeriksaan pH dilakukan dengan mencelupkan atau menempelkan kertas idikator universal pada semen dan peubah warna disesuaikan dengan standar pH
- Abnormalitas spermatozoa
- Kosentrasi
- Daya Tetas Telur
- Bobot tetas
- Mortalitas
- Analisis Data
- Tempat dan Waktu Penelitian
Tempatkan pejantan sesantai mungkin dengan ekor menghadap ke depan, pastikan bebek dalam keadaan tenang lalu lakukan urutannya, sampai ada tanda-tanda bebek sedang bersemangat lalu keluarkan alat reproduksinya yang berbentuk bulu, langsung Ini adalah alat penyedot alat reproduksi pria untuk menyedot air mani di sekitar alat reproduksi. Semen segar yang disimpan harus segera diberikan pengencer untuk memastikan semen tetap layak. Tujuan lain pemberian pengencer adalah untuk meningkatkan volume semen. Telur-telur tersebut ditetaskan menggunakan inkubator. Pengambilan dimulai sehari setelah itik betina berada di AI dan berakhir pada hari kelima. Sebelum dimasukkan ke dalam inkubator, telur diberi label untuk memudahkan perhitungan variabel dalam penelitian ini. .
Telur yang terkumpul kemudian ditetaskan dalam inkubator sederhana selama 28 hari untuk menghasilkan DOD. Bau: Semen yang terkumpul didekatkan ke hidung untuk dicium, biasanya semen tersebut mempunyai bau yang khas atau khas semen. Konsistensi: Dilakukan di tempat terang, dengan cara memiringkan tabung dan meluruskannya kembali setelah beberapa saat.
Jika semen yang menempel pada pipa perlahan-lahan turun setelah pipa diluruskan kembali, itu menandakan semen tersebut memiliki konsistensi yang kental. Pengamatan dilakukan dengan meneteskan sperma ke kaca objek, kemudian sperma diwarnai dengan eosin dan pewarna tersebar merata. Kemudian sperma yang telah diwarnai ditebarkan ke kaca objek hingga merata dan diamati dengan mikroskop perbesaran 10 x 45 (Cici, 2012).
Penilaian dilakukan dengan menjatuhkan semen ke kaca objek dan menambahkan 1 tetes pewarna aerosine kemudian ditutup dengan kaca penutup untuk mengencerkan dan mencegah penguapan. Bobot tetas adalah bobot yang diperoleh dengan menimbang DOD pada saat migrasi (DOD menetas dengan 95% bulu kering) atau setelah 6 jam penetasan DOD menggunakan timbangan digital (Jayasamudra dan Cahyono, 2005). Mortalitas adalah persentase embrio pada telur yang mati dari sekelompok telur subur yang ditetaskan.
Data mutu semen secara makroskopis dan mikroskopis dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan cara aritmatika (Steel dan Torie, 1994). Data yang diperoleh dari penerapan teknologi AI dianalisis dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan (setiap ulangan terdiri dari 5 ekor itik betina). Tempat dilakukannya penelitian ini berada di sekitar UPT Fakultas Peternakan tipe kandang baterai dan Laboratorium Bioteknologi Hewan Fakultas Peternakan Universitas Andalas sebagai tempat uji laboratorium.
HASIL DAN PEMBAHASAN
- Gambaran Umum Alat Aspirator Pengambilan Semen
- Hasil Evaluasi kualitas Makroskopis Semen Itik Payakumbuh
- Hasil Evaluasi kualitas Mikroskopis Semen Itik Payakumbuh
- Pengaruh Frekuensi IB pada Itik Payakumbuh
Volume semen itik Payakumbuh yang diperoleh lebih rendah dibandingkan volume itik mojosari menurut penelitian Adriani et al., (2014) yaitu 0,8 ml. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2005) bahwa nilai pH semen unggas antara 7 – 8 dan pendapat Garner dan Hafez (2000) yaitu nilai pH semen unggas bervariasi. dari 7.2 - 7.6. Hasil evaluasi mikroskopis kualitas sperma itik Payakumbuh (pergerakan massa, persentase hidup, konsentrasi, motilitas dan kelainan) dapat dilihat pada Tabel 5.
Pergerakan massa spermatozoa pada itik Sikumbang Janti dan itik Mojosari bervariasi yaitu (+) buruk, (++) baik dan (+++) sangat baik. Hasil ini lebih rendah dibandingkan persentase spermatozoa itik mojosari hidup hasil penelitian Naji (2006) yaitu. Konsentrasi semen bebek Payakumbuh lebih rendah dibandingkan penelitian Garner dan Hafes (2008) yang menyatakan bahwa konsentrasi spermatozoa unggas umumnya berkisar 3 – 7 miliar sel/ml.
Namun hasil tersebut lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Ulupi dkk., (2015) yaitu kelainan sperma pada itik mojosari terletak diantara. Rata-rata pengaruh frekuensi AI terhadap fertilitas, susut bobot dan daya tetas telur itik Payakumbuh dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan bahwa frekuensi AI yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap tingkat fertilitas telur itik Payakumbuh. .
Rata-rata fertilitas dengan frekuensi IB yang berbeda menunjukkan bahwa fertilitas tertinggi terdapat pada P2 yaitu 67,72%, sedangkan fertilitas terendah terdapat pada P4 yaitu 39,32%. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi IB 1 x 4 hari (P2) mempunyai tingkat kesuburan paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Pernyataan tersebut sesuai dengan Sastrodiharjo dan Resnawati (2003) yang menyatakan bahwa interval dan frekuensi AI pada masa produksi dapat meningkatkan daya subur spermatozoa.Hal ini terjadi karena frekuensi AI berhubungan dengan peningkatan jumlah spermatozoa. sperma di saluran telur wanita selama masa produksi.
Tingkat kesuburan pada frekuensi IB 1 x 4 hari (P2) lebih tinggi 67,72% dibandingkan dengan hasil penelitian Sinabutar (2009) yang mencapai tingkat kesuburan 61,67% dengan frekuensi IB 2 kali seminggu. Rata-rata penurunan berat badan dengan frekuensi IB yang berbeda menunjukkan rata-rata penurunan berat badan yang bervariasi. Hal ini sama dengan hasil penelitian Sinabutar (2009) pada perlakuan AI 2 kali seminggu dan 3 kali seminggu menghasilkan daya tetas tertinggi yaitu 52,22% dan 58,26%.
KESIMPULAN
Tingkat Keanekaragaman dan Korelasi Karakteristik Kuantitatif Itik “Kumbang Janti” pada Usaha Ternak Netty Farm di Kenagarian Kota Koto Baru Payobasuang Payakumbuh. Mortalitas spermatozoa ayam kampung pada pengencer air kelapa, NaCl fisiologis, dan NaCl fisiologis air kelapa pada ayam kampung 25-29. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Krioprotektan serta Metode Terhadap Mutu Semen Beku Ayam Arab (Fayoumi) Skripsi.
Pengaruh Penembakan Laser Titik Reproduksi Itik Mojosari Jantan (Anas Platyrhynchos) terhadap Jumlah Sel Spermatogonium dan Diameter Tubulus Seminiferus. Pengaruh dosis inseminasi menggunakan sperma itik beku dan sperma itik unggul terhadap fertilitas dan daya tetas. Pengaruh penambahan tepung kulit manggis (Garcinia Mangostana L.) pada ransum pakan terhadap kualitas semen itik Mojosari.
Pemanfaatan tepung daun pepaya (Carica papaya LL ess) dalam upaya peningkatan produksi dan kualitas telur ayam Sentul.