• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSIS COVID-19

N/A
N/A
Yurida Delvia Christianty

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSIS COVID-19 "

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSIS COVID-19

DISUSUN OLEH:

Faqhriza Varadella Agustin 2202026 Kezia Laksita S.S 2202040 Kristiana Nilam Sari 2202041

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

2023

(2)

BAB I

TINJAUAN TEORI A. Defenisi

Menurut Wang, (2020) Corona Virus merupakan RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Sedangkan Menurut WHO (2020) virus corona adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan ataupun manusia.

Berangkat dari itu menurut Albertus (2020) 16 virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARSCoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi ini disebut COVID-19, Virus corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernafasan, infeksi paru- paru yang berat, hingga kematian.

Corona virus 2019 (COVID-19) merupakan corona virus jenis baru yang dapat menyebabkan penyakit pernapasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti pneumonia dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok yang rentan seperti orangtua, ana-anak, dan orang-orang dengan kondisi kesehatan yang kurangadekuat. Sebagian besar coronavirus adalah virus yang tidak berbahaya. Virus corona pada manusia pertama kali ditemukan pada tahun 1960 dalam hidung pasien yang terkena flu biasa (common cold).

Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa virus corona atau (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan dengan ditandai beberapa gejalaringan seperti flu, batuk, sesak nafas dan demam yang dapat menular melalui droplet atau percikan kecil dari si penderita ke orang lain, yangartinya apabila tidak ditangani secara cepat mengakibatkan dampak fatal seperti infeksi paru-paru berat hingga berujung kematian.

B. Anatomi fisiologi

Anatomi pernafasan manusia dibagi menjadi 2 bagian yaitu saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah.

A. Beberapa bagian saluran pernafasan atas : 1. Hidung

Hidung dibentuk oleh tulang dan kartilago bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang dipisahkan oleh septum. Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Di sebelah belakang rongga hidung

(3)

terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae.

Di dalam hidung juga terdapat bermacam-macam sinus :

2. Faring

Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan

(orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung(resonansi) untuk suara percakapan.

3. Laring

Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring disebut epiglotis.

Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring. Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang

(4)

terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara.

B. Saluran Pernafasan Bagian Bawah 1. Trakea

Trakea merupakan perpanjangan dari laring. Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh 4 cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia- silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus)

2. Paru-Paru

Paru-paru terdiri dari dua paru-paru besar yang seperti spons, yang terletak di setiap sisi rongga thorax. Paru-paru kanan terdiri atas tiga lobus, yaitu lobus superior (atas), tengah, dan inferior (bawah) yang dibagi oleh dua celah yang dalam. Fisura inferior, yang memisahkan lobus inferior dan tengah, disebut fisura oblik. Fisura horisontal memisahkan lobus superior dan tengah. Paru-paru kiri hanya memiliki dua lobus, yaitu lobus superior (atas) dan inferior

(5)

(bawah) yang dipisahkan oleh satu fisura oblik yang dalam. Organ paru-paru tersusun atas sel- sel parenkim, mirip spons yang ringan dan sangat elasti sehingga memungkinkan terjadinya mekanisme pernafasan. Setiap paru paru mengandung kantung berdinding ganda yang halus, atau membran, yang disebut pleura, yang dapat divisualisasikan baik dalam gambar bagian depan maupun bagianmelintang. Lapisan luar kantung pleura ini melapisi permukaan bagian dalam dinding dada dan diafragma dan disebut parietal pleura. Lapisan dalam yang menutupi permukaan paru-paru, yang juga masuk ke celah di antara lobus disebut pleura paru atau viseral. Ruang potensial antara pleura berdinding ganda yang disebut rongga pleura, berisi cairan pelumas yang memungkinkan pergerakan satu atau yang lainnya selama bernafas. Ketika udara atau cairan terkumpuldiantara dualapisan ini, ruang inidapat divisualisasikan secara radiografi. Udara atau gas yang ada di rongga pleura ini menghasilkan suatu kondisi yang disebutpneumotoraks. Akumulasi cairan dalamronggapleura(efusi pleura) menciptakan kondisi yang disebut hemotoraks (Bontrager, 2018) 3.Bronkus Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannyamelingkari lumen dengan sempurna. Bronkusbercabangcabang lagimenjadibronkiolus. Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru. 4.Bronkiolus Cabang ke 12 – 15 bronkus. Tidak mengandung lempeng tulang rawan, tidak mengandung kelenjar submukosa. Otot polos bercampur dengan jaringan ikat longgar. 5.Alveoli Alveoli memiliki fungsi sebagai tempat pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi secara difusi.

(6)

C. Etiologi

Penyebab dari COVID-19 adalah infeksi SARS-CoV-2. Coronavirus termasuk dalam ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae, berkapsul, tidak bersegmen, berbentuk seperti bulat atau elips, memiliki genom RNA yang sangat Panjang dan merupakan virus positif RNA. Terdapat tujuh tipe yang menginfeksi manusia, yaitu lima Betacoronavirus yaitu OC43, HKUI, Middle East Respiratory Syndrome- Related Coronavirus (MERS-CoV), Severe Acute Respiratory Syndrome- Related Coronavirus (SARS- CoV) dan SARS-CoV-2 serta dua Alphacoronavirus (229E dan NL63).

Siklus hidup dari SARS-CoV-2 terdiri atas lima langkah, yaitu penempelan, penetrasi, biosintesis, maturase, dan pelepasan. Ketika virus ini menempel dengan reseptor pada inangnya, mereka akan memasuki sel inangnya melalui endositosis ataupun fusi membrane. Ketika konten viral dilepaskan di dalam sel inang, RNA virus akan masuk ke dalam nukleus untuk bereplikasi. Kemudian mRNA hasil replikasi menjadi template untuk membentuk protein-protein virus; lalu partikel virus baru terbentuk dan dikeluarkan dari sel inangnya

Transmisi SARS-CoV-2 terjadi lewat respiratory droplets, yaitu partikel dengan diameter 5-10 µm, yang disebarkan melalui batuk dan bersin. SARS-CoV-2 juga dapat ditransmisikan lewat jalur fekal-oral.

Hal ini dapat dibuktikan setelah dua laboratiorium independen di Cina yang dapat mengisolasi SARS-CoV- 2 aktif dari feses pasien dengan COVID-19. Data dari kasus-kasus pertama di Wuhan dan investigasi yang dilakukan oleh Chinese Center for Disease Control and Prevention (China CDC), menyebutkan bahwa waktu inkubasi secara umum terjadi dalam tiga sampai tujuh hari dan hingga dua minggu.

Virus corona juga dapat menular dari orang satu ke orang yang lain dengan cara :

1. Tidak sengaja terkena atau menghirup percikan ludah / droplet yang keluar saat penderita batuk atau bersin

2. Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah menyentuh benda yang terkena droplet penderita covid 19

3. Kontak berdekatan dengan penderita

Efek virus corona berbahaya bagi semua orang namun lebih berbahaya atau berakibat fatal apabila terjadi pada lansia, ibu hamil dan orang yang memiliki penyakit tertentu. Virus corona juga beresiko tinggi pada tenaga medis yang merawat penderita karena mereka kontak langsung dengan pasien covid 19.

D. Epidemiologi

Tanggal 11 maret 2020, WHO menyatakan bahwa infeksi SARS-CoV-2 sebagai pandemi dan hingga tanggal 15 juni 2020 tercatat 7.805.148 kasus di seluruh dunia. Tanggal 17 november 2021, sudah mencapai sebanyak 255 juta kasus. Angka kematian di dunia sebanyak lebih dari 5,12 juta. Thailand menjadi negara terbanyak terkonfirmasi pandemi COVID-19 dari tanggal 13 januari 2020 hingga 15 juni 2020.2

Tanggal 2 Maret 2020 sebanyak 2 penderita terkonfirmasi terkena infeksi coronavirus yang

(7)

berasal dari jakarta. Hingga 17 November 2021, tercatat sudah lebih dari 4,25 juta kasus dengan angka kematian sebanyak 144 ribu. Terdapat 24 provinsi yang terjangkit COVID-19 yaitu Jakarta, Banten, Bali, Yogyakarta, Jawa barat, Jawa tengah, Jawa timur, Jambi, Kalimantan barat, Kalimantan timur,

Kalimantan selatan, Kalimantan tengah, Kepulauan Riau, Sumatera selatan, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi tenggara, Sulawesi utara, Sulawesi selatan, Lampung, Riau, Maluku Utara, Maluku dan Papua.

E. Klasifikasi

Corona virus dibedakan berdasarkan tingkat keparahan penyakit dan seberapa jauh penyebarannya.

Sejauh ini ada 6 jenis virus corona yang menginfeksi manusia, 4 jenis di antaranya yaitu : 1. 229E

2. NL63 3. 0C43 4. HKU1

Dua jenis sisanya adalah corona virus yang lebih langka yakni MERS-CoV penyebab penyakit MERS dan SARS-CoV penyebab dari penyakit SARS

F. Manifestasi klinis

Untuk gejala yang dirasakan penderita covid 19 berbeda-beda ada yang memiliki gejala ringan bahkan parah. Gejala-gejala ini dapat muncul dalam 2 hari atau selama 14 hari setelah paparan berdasarkan apa yang telah diamati sebelumnya sebagai masa inkubasi virus MERS. Tanda dan gejala umum diantaranya yaitu :

1. Demam

Gejala demam pada Covid-19 lebih tinggi dibandingkan pada penyakit tubercolosis. Biasanya suhu tubuh pada Covid-19 sering diatas 380C. Pada penyakit Covid-19 onsetnya rata-rata sekitar 4-5 hari, banyak referensi yang juga menyatakan 1-14 hari, ini juga menjadi alasan isolasi mandiri harus dilakukan selama 14 hari

2. Batuk kering

Gejala ini diakibatkan oleh virus corona yang memang menyerang saluran pernafasan. Saat ini masuk ke dalam tenggorokan, sistem imun kita akan meresponnya dengan cepat sehingga efeknya tenggorokan akan terasa kering dan mengalami batuk kering.

3. Sesak nafas 4. Hidung berair 5. Sakit kepala

Beberapa gejala lain diantaranya yaitu : 1. Diare

Penelitian Ciname laporkan bahwa 2 – 10% pasien terkonfirmasi positif Covid-19 menunjukkan

(8)

gejala gangguan pada sistem pencernaan seperti muntah, diare dan nyeri perut. Karena reseptor angiotensin converting enzymes 2 (ACE-2) sebagai tempat perlekatan Covid-19 untuk memulai infeksi bukan hanya terekpresi hanya pada saluran pernafasan saja melainkan juga pada sel epitel ileum dan colon (Berta et al., 2020)

2. Konjungtivitas

Konjungtivitis merupakan peradangan pada selaput yang melapisi permukaan bola dan kelopak mata bagian dalam yang ditandai dengan mata menjadi kemerahan, mata berair dan terasa gatal (Wu et al.,2020). Beberapa penderita covid 19 di Cina mendapatkan gejala ini.

3. Hilangnya kemampuan mengecap rasa

Gejala yang ditimbulkan oleh penderita Covid-19 maupun flu biasa memiliki kesamaan diantaranya hilangnya kemampuan untuk mencium bau dan mengecap rasa, hilangnya kemampuan mengecap rasa bukan hanya semata-mata dikarenakan flu biasa namun dampak yang ditimbulkan oleh virus Covid-19 yang merujuk pada menurunnya indera pencium dan pengecap berdasarkan dampak virus SARS-CoV-2 pada otak dan sistem syaraf (Huart et al,.2020).

4. Anosmia / hilangnya kemampuan mencium bau

Anosmia merupakan hilangnya fungsi indra penciuman secara total. Orang yang mengalami anosmia tidak bisa mencium aroma apapun, baik aroma bunga atau parfum maupun bau tidak sedap, seperti bau busuk dan bau amis.

(9)

G. Patwhay

H. Pemeriksaan diagnostic

Pemeriksaan laboratorium penting dilakukan bagi pasien ataupun individu yang dicurigai terinfeksi virus corona dengan berbagai derajat infeksinya. Pemilihan parameter pemeriksaan perlu dipilih dengan hati-hati sesuai dengan kondisi seseorang dan tentunya dapat berkonsultasi dahulu dengan dokter yang mengerti tentang penyakit ini. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostic untuk covid-19 yang sekarang banyak ditawarkan oleh laboratorium diantaranya:

1) Pemeriksaan molekuler> dapat memperlihatkan apakah anda terinfeksi SARS-CoV-2 aktif dan membutuhkan isolasi. Pemeriksaan molekuler untuk mendeteksi materi genetik spesifik virus SARS-CoV-2 menggunakan metode Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).

2) Pemeriksaan serologi, ada 2 jenis yaitu:

a. Pemeriksaan antigen mendeteksi protein spesifik pada permukaan virus. Walaupun pemeriksaan ini mendeteksi komponen virus secara langsung, pemeriksaan ini kurang sensitif dibandingkan pemeriksaan molekuler. Pemeriksaan ini paling akurat apabila jumlah virus tinggi yaitu dalam beberapa hari awal sejak muncul gejala.

b. 2 Pemeriksaan antibodi (IgG dan/atau IgM) yang diproduksi oleh sistem imunitas tubuh sebagai respon terhadap infeksi misalnya infeksi SARS-CoV-2. Sistem imunitas

(10)

membutuhkan waktu beberapa hari sampai minggu untuk memproduksi antibodi setelah terinfeksi dan bertahan di dalam darah sampai beberapa minggu atau lebih setelah penyembuhan. Pemeriksaan antibodi digunakan untuk mengetahui status kekebalan misalnya untuk mengetahui apakah anda pernah atau mungkin masih terinfeksi SARS-CoV- 2 dan evaluasi paska vaksinasi.

3) CT-Scan> yaitu terekamnya ground glass opacity (paru-paru pasien terlihat putih atau buram) dan consolidation (area untuk udara di alveoli terisi oleh cairan patologi, sel, atau jaringan).

4) Ultrasonografi> ultrasonografi seluruh tubuh di tempat perawatan telah diberikan kepada pasien COVID-19. Ultrasonografi dianggap sebagai modalitas penting untuk memandu pengobatan pada pasien dengan kegagalan kardiorespirasi. Rekomendasi saat ini adalah memperluas penggunaannya pada ultrasonografi multisistem dan seluruh tubuh: trombosis toraks, jantung, perut, dan vena dalam.

5) Pemindaian tomografi komputer dada> penelitian sebelumnya selama wabah di Tiongkok menunjukkan bahwa pasien dengan dan tanpa SARS-CoV-2 dapat dibedakan berdasarkan pencitraan tomografi komputer dada, bersama dengan gambaran klinis dan adanya pneumonia. Para penulis mengusulkan bahwa gambaran radiologis dan gambaran klinis adalah alat diagnostik yang sangat baik untuk COVID-19.

Hasil rapid test antibody bersifat kualitatif, sehingga jika ditemukan hasil reaktif harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan PCR. Pemeriksaan rapid test antibody disertai dengan RT-PCR dijadikan pertimbangan untuk menunjukkan paparan infeksi dan meningkatkan diagnostik deteksi COVID-19.

I. Penatalaksanaan

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menangani pasien atau seseorang yang terkena virus COVID-19 antara lain dapat dilakukan secara berikut:

1. Pedoman terapi WHO dan pedoman di Indonesia saat ini merekomendasikan supportive therapy untuk penanganan COVID-19, antara lain: terapi untuk gejala yang terjadi, pemberian oksigen, penggunaan antibiotik, terapi cairan, penggunaan vasopresor, dan tindakan medis (termasuk pemasangan ventilator) untuk menyelamatkan nyawa pasien. Belum terdapat obat khusus yang direkomendasikan untuk menekan replikasi SARS-CoV-2. Beberapa jenis obat yang potensial bermanfaat untuk SARS-CoV-2 antara lain: klorokuin atau hidroksiklorokuin, arbidol, ribavirin, favipiravir, lopinavir/ritonavir, remdesivir, oseltamivir, dan interferon.

2. Saat menangani kasus dugaan COVID-19, pasien harus ditempatkan di satu ruangan dengan semua tindakan pencegahan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi sebelum konfirmasi laboratorium. Kasus ringan harus diobati dengan obat pereda gejala, sebaiknya parasetamol atau dipyrone, untuk mengendalikan demam.

3. Ada pula penatalaksanaan COVID-19 Ringan adalah suatu Tindakan atau upaya terhadap pasien

(11)

yang mengalami suatu peradangan pada parenkim paru yang diduga disebabkan oleh SARS-CoV- 2 yang tidak membutuhkan perawatan di Rumah Sakit dan harus melakukan prosedur sebagai berikut:

1) Melakukan anamnesa

a. Pasien Pneumonia COVID-19, SARI dan surveilans kasus COVID-19 dengan gejala yaitu: demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan.

b. Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang melaporkan transmisi lokal dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala.

c. memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal COVID-19 di Indonesia dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala.

d. Riwayat kontak dengan pasien konfirmasi atau probable COVID-19 dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala.

2) Melakukan Pemeriksaan Fisik a. Kesadaran kompos mentis.

b. Tanda vital: frekuensi nadi normal atau meningkat, frekuensi napas normal atau meningkat, tekanan darah normal, suhu tubuh meningkat.

c. Pemeriksaan fisis paru : Dapat ditemukan suara napas tambahan berupa ronki basah kasar.

3) Melakukan pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan radiologi: foto toraks.

b. Pemeriksaan swab tenggorok dan aspirat saluran napas bawah seperti sputum, untuk RT-PCR virus (COVID-I9) c. Pemeriksaan kimia darah.

c. Darah perifer lengkap.

4) Pelaksanaan

a. melakukan isolasi diri atau Self-Isolation, dan dilakukan perawatan di Ruang Isolasi : b. Idealnya ruangan terpisah dengan anggota keluarga yang lain.

c. Jaga jarak dengan orang sehat minimal 1 meter.

d. Selalu menggunakan masker.

e. Terapkan etika batuk dan bersin, menggunakan tissue, langsung buang ke tempat sampah tertutup, cuci tangan.

f. f . Hindari pemakaian barang pribadi secara bersamaan seperti alat makan, alat mandi, linen dan lainnya.

g. Cuci alat makan dengan air dan sabun.

h. Tissue, sarung tangan dan pakaian yang terpakai oleh pasien harus dimasukkan ke wadah linen khusus dan terpisah.

(12)

i. Cuci pakaian dengan mesin cuci suhu 60-90 "C, deterjen biasa.

j. Pembersihan dan desinfektan rutin area yang tersentuh.

k. Tetap dirumah dan dapat dikontak.

l. lika harus keluar rumah, gunakan masker.

m. Hindari menggunakan transportasi umum dan hindari tempat ramai.

n. Ventilasi ruangan yang baik (buka jendela).

o. Batasi jumlah orang yang merawat pasien, pastikan perawat sehat.

p. Batasi pengunjung dan membuat daftar yang mengunjungi. Jika gejala bertambah, hubungi fasyankes terdekat.

q. Bila tidak ada rumah untuk isolasi diri dapat dirawat inap di rumah sakit, dalam ruangan dengan aliran udara baik dan penempatan antar pasien minimal dengan jarak 1 meter.

r. Medikamentosa :

➢ Paracetamol 3x 500 mg bila demam

➢ Oseltamivir 2 x 75 mg peroral

➢ Vitamin C oral 3 x 100 mg

J. Komplikasi

Usia dan jenis kelamin terbukti memengaruhi tingkat keparahan komplikasi COVID-19. Laki-laki lebih mungkin mengalami komplikasi parah dibandingkan perempuan akibat infeksi SARS-CoV-2. Pasien penderita kanker dan penerima transplantasi organ padat berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi COVID-19 yang parah karena status imunosupresi mereka. Komplikasi utama yang dilaporkan pada pasien SARS-CoV-2 meliputi:

1. Edema laring dan radang tenggorokan pada pasien sakit kritis akibat COVID-19.

2. Pneumonia nekrotikans akibat superinfeksi yang disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus yang mensekresi leukositin Panton-Valentine . Superinfeksi ini biasanya berakibat fatal.

3. Komplikasi kardiovaskular, termasuk perikarditis akut, disfungsi ventrikel kiri, cedera miokard akut (berhubungan dengan peningkatan troponin serum), aritmia baru atau memburuk, dan gagal jantung baru atau memburuk.

4. Gagal napas akut. Sekitar 5% pasien COVID-19 memerlukan perawatan di unit perawatan intensif karena mereka mengalami penyakit parah yang dipersulit oleh sindrom gangguan pernapasan akut.

5. Sepsis, syok septik, dan kegagalan banyak organ.

6. Risiko kematian lebih tinggi, terutama pada pasien pria dengan penyakit parah, adanya cedera jantung dan komplikasi jantung, hiperglikemia, dan pasien yang menerima kortikosteroid dosis tinggi.

7. Pneumonia terkait ventilasi terjadi pada 30% pasien yang memerlukan ventilasi mekanis intensif.

8. Emboli paru masif dengan komplikasi gagal jantung akut sisi kanan.

(13)

K. Pencegahan

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan virus COVID-19 adalah:

1. Menjaga kesehatan dan kebugaran agar stamina tubuh tetap prima dan sistem imunitas / kekebalan tubuh meningkat> dengan istirahat dan beraktivitas fisik (olahraga) yang cukup.

2. Mencuci tangan dengan benar secara teratur menggunakan air dan sabun atau hand-rub berbasis alcohol> mencuci tangan sampai bersih selain dapat membunuh virus yang mungkin ada di tangan kita, tindakan ini juga merupakan salah satu tindakan yang mudah dan murah. Sekitar 98%

penyebaran penyakit bersumber dari tangan. Karena itu, menjaga kebersihan tangan adalah hal yang sangat penting.

3. Jaga jarak setidaknya 1 meter dengan orang lain> jika anda terlalu dekat, anda dapat menghirup droplet dari orang yang mungkin menderita COVID-19.

4. Ketika batuk dan bersin, tutup hidung dan mulut Anda dengan tisu atau lengan atas bagian dalam (bukan dengan telapak tangan).

5. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut (segitiga wajah)> tangan menyentuh banyak hal yang dapat terkontaminasi virus. Jika kita menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang terkontaminasi, maka virus dapat dengan mudah masuk ke tubuh kita.

6. Gunakan masker dengan benar hingga menutupi mulut dan hidung ketika Anda sakit atau saat sedang keluar rumah.

7. Buang tisu dan masker yang sudah digunakan ke tempat sampah dengan benar, lalu cucilah tangan Anda.

8. Tetap dirumah, hindari kontak dengan orang lain dan bepergian ke tempat umum.

9. Hindari bepergian ke luar rumah saat Anda merasa kurang sehat, terutama jika Anda merasa demam, batuk dan sulit bernapas. Segera hubungi petugas kesehatan terdekat, dan mintalah bantuan mereka. Sampaikan pada petugas jika dalam 14 hari sebelumnya Anda pernah melakukan perjalanan terutama ke negara atau wilayah terjangkit, atau pernah kontak erat dengan orang yang memiliki gejala yang sama. Ikuti arahan dari petugas kesehatan setempat.

10. Menunda perjalanan ke wilayah/ negara dimana virus ini ditemukan.

11. Selalu pantau perkembangan penyakit COVID-19 dari sumber resmi dan akurat> ikuti arahan dan informasi dari petugas kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat. Informasi dari sumber yang tepat dapat membantu Anda melindungi dari Anda dari penularan dan penyebaran penyakit ini.

12. Segera melakukan vaksinasi.

13. Menunda pertemuan atau acara yang dihadiri orang banyak, seperti konferensi, seminar, dan rapat, atau melakukannya secara online lewat konferensi video atau teleconference.

n) Tidak mengunjungi orang yang sedang sakit, melainkan cukup melalui telepon atau video call.

L. Prognosis

Prognosis dari COVID-19 bervariasi pada tiap derajat penyakitnya. Dimana invasi limfovaskular

(14)

merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan prognosis. Beberapa penelitian karakteristik penyakit COVID-19 yang dilaksanakan di Wuhan, Cina menunjukkan bahwa pasien diatas 70 tahun , kondisikomorbid (penyakit serebrovaskular, PPOK, penyakit ginjal kronis, penyakit kardiovaskular, aritmia jantung,hipertensi, diabetes, obesitas, dan kanker) limfopenia, atau kadar lactic dehydrogenase (LDH) dan Ddimer yang tinggi telah dikorelasikan dengan risiko dirawat di intensive care unit (ICU) dan kematian yang lebih tinggi

Penelitian oleh Xi Jin dkk. menunjukkan bahwa pasien COVID-19 bergejala GI memilikikecenderungan untuk menjadi bentuk penyakit parah hingga kritis. Hal ini dikaitkan dengan meningkatnya risiko terkena komplikasi ARDS dan cedera hepar yang disebabkan oleh disrupsi mikrobiotausus yang kemudian memengaruhi respon imun dan inflamasi di paru-paru dan hepar

(15)

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tgl Pengkajian: 8 Oktober 2023 Pukul: 11.11 WIB Oleh: Kelompok 1

I. IDENTITAS A. Pasien

Nama : Tn. H

Tempat/tgl lahir (umur) : Bantul, 20 Maret 1970

Agama : Islam

Status perkawinan : Kawin

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wirausaha

Lama Bekerja : 5 tahun

Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia Tgl. Masuk RS : 27 Maret 2023

No. RM : 020xxx

Ruang : Anggrek

Diagnosis Medis : Covid 19

Alamat : Bantul

B. Keluarga/ penanggungjawab

Nama : Ny. R

Hubungan : Istri

Umur : 55 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wirausaha

Alamat : Bantul

II. RIWAYAT KESEHATAN a. Kesehatan pasien

1. Keluhan utama saat dikaji.

STIKES BETHESDA

YAKKUM YOGYAKARTA (1 JUNI 2016)

(16)

sesak nafas

2. Keluhan tambahan/keluhan yang lain saat dikaji

Batuk kering, demam sekitar 4 hari, kehilangan kemampuan untuk membau, dan kehilangan kemampuan untuk merasakan, kehilangan kemampuan untuk mengecap rasa.

Pasien merasa tidak nafsu makan dan berat badan pasien menjadi turun dari yang awalnya 65kg menjadi 60kg

3. Alasan utama masuk Rumah Sakit : - Sesak nafas

- Demam tidak kunjung sembuh lebih dari 4 hari 4. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengatakan demam dengan suhu 38℃ selama kurang lebih 4 hari namun tidak kunjung sembuh walaupun sudah meminum obat penurun panas (paracetamol). Pasien mengatakan merasa sesak nafas karena batuknya yang tidak kunjung sembuh. Selain itu sudah hampir 3 hari pasien juga kehilangan kemampuan untuk membau, pasien tidak bias mencium bau harum ataupun busuk.

5. Riwayat Penyakit yang lain

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain 6. Pola Nutrisi Metabolik

a) Sebelum sakit

• Frekuensi makan (dalam 24 jam) : pasien mengatakan makan 3x sehari

• Nafsu makan : baik

• Jenis diet : pasien mengatakan tidak diet b) Selama sakit

• Frekuensi makan : 1x sehari

• Nafsu makan : kurang

• Jenis diet : tidak ada diet 7. Pola aktivitas istirahat- tidur

a) Sebelum sakit

• Keadaan aktivitas : semua dilakukan mandiri

• Kebutuhan tidur : 8 jam pada malam hari

• Istirahat : dilakukan setelah pulang kerja b) Selama sakit

• Keadaan aktivitas : dibantu istri

• Kebutuhan tidur : 7-8jam namun pasien mengatakan sering terganggu dengan batuk dan sesak nafas yang dialaminya

(17)

8. Pemeriksaan Fisik

- Keadaan umum : tampak lelah dan kesulitan bernafas - Thorax : terdapat suara ronchii

- Suhu tubuh : 38℃

- Tekanan darah : 140/90 - Nadi : 110x/menit

- Inspeksi thorax : bentuk dada asimetris - Palpasi : retraksi otot pernafasan - Perkusi : terdapat suara sonor pada paru - Auskultasi : ada suara ronchii

9. Pemeriksaan Diagnostik - Pemeriksaan darah lengkap - Pemeriksaan rapid test - RO Thorax

- RT PCR

(18)

DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN (disusun berdasarkan urutan prioritasnya)

TGL/NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN

8 Oktober 2023

8 oktober 2023

8 oktober 2023

8 oktober 2023

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan infeksi saluran nafas dibuktikan dengan:

DS : Pasien juga mengatakan merasa sesak nafas Pasien mengatakan batuk kering secara terus menerus DO : pasien tampak sesak kesulitan bernafas

Pola Nafas tidak Efektif berhubungan dengan upaya nafas dibuktikan dengan dyspnea :

DS : pasien mengatakan kesulitan bernafas DO : Pasien tampak sesak nafas dan kelelahan

Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan suhu tubuh diatas normal :

DS : Pasien mengatakan demam tidak kunjung sembuh selama 4 hari . DO : suhu tubuh pasien 38 ℃

Defisit Nutrisi berhubungan dengan factor psikologis (keengganan untuk makan) di buktikan dengan berat badan menurun

DS : Pasien mengatakan tidak nafsu makan DO : pasien tampak lesu

BB pasien menurun

(19)

RENCANA KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn.H

Ruangan : Anggrek

Tanggal : 8 Oktober 2023 Nama mahasiswa : Kelompok 1

DIAGNOSIS KEPERAWATAN &

DATA PENUNJANG

TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL

Tujuan dan kriteria Tindakan

Tgl 8 oktober 2023 jam 10.05 Bersihan jalan nafas

tidak efektif

berhubungan dengan infeksi saluran nafas dibuktikan dengan : DS : Pasien mengatakan sesak nafas

DO : pasien tampak kesulitan bernafas

Tgl 8 oktober 2023 jam 10.07

Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, bersihan jalan nafas meningkat dengan kriteria hasil:

- Batuk efektif meningkat - Dipsnea menurun

- Frekuensi nafas membaik

Tgl 8 oktober 2023 jam 10.09 Manajemen Jalan Nafas O

1. Monitor bersihan jalan nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)

2. Monitor bunyi nafas (ronchi)

T

Tgl 8 oktober 2023 jam 10.11

10.Agar bersihan jalan nafas pasien membaik

11.Agar bunyi nafas pasien membaik

12.Untuk membebaskan jalan nafas dan

(20)

KELOMPO K 1

KELOMPOK 3

1. Posisikan semi fowler atau fowler

E

1. Ajarkan teknik batuk efektif K

1. Kolaborasi pemberian mokolitik dan ekspektoran serta pemberian oksigen.

KELOMPOK 1

mengurangi sesak nafas

13.Untuk menurunkan frkeuensi sesak nafas dan dapat

mengeluarkan dahak secara maksimal

14.Untuk menyediakan oksigen dalam tubuh pasien dan untuk mengetahui perubahan pada pasien

KELOMPOK 1 Tgl 8 oktober 2023 jam 10.15

Pola Nafas tidak Efektif berhubungan dengan upaya nafas dibuktikan dengan

Tgl 8 oktober 2023 jam 10.18

Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, bersihan jalan nafas meningkat dengan kriteria hasil:

Tgl 8 oktober 2023 jam 10.21 Pemantauan Respirasi O

1. Monitor frekuensi, irama,

Tgl 8 oktober 2023 jam 10.24 1. Agar bersihan jalan

nafas pasien membaik

(21)

dyspnea :

DS : pasien mengatakan kesulitan bernafas

DO : pasien tampak sesak nafas dan kelelahan

KELOMPOK 1

- Dipsnea menurun

- Frekuensi nafas membaik

KELOMPOK 1

kedalaman dan upaya nafas 2. Monitor pola nafas

3. Monitor adanya sumbatan jalan nafas

T

1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien

E

1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

KELOMPOK 1

2. Agar bunyi nafas pasien membaik

3. Untuk membebaskan jalan nafas dan mengurangi sesak nafas

KELOMPOK 1

Tanggal 8 oktober 2023 jam 10.30

Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan suhu tubuh diatas normal : DS : Pasien mengatakan demam tidak kunjung

Tanggal 8 oktober 2023 jam 10.33 Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, termoregulasi

membaik dengan kriteria hasil : - Suhu tubuh membaik

Tgl 8 oktober 2023 jam 10.31 Manajemen Hipertermia O

1. Monitor suhu tubuh 2. Monitor kadar elektrolit T

1. Sediakan lingkungan yang dingin 2. Berikan cairan oral

Tgl 8 oktober 2023 jam 10.34

1. Untuk memantau kondisi suhu tubuh pasien

2. Agar suhu tubuh pasien kembali normal dan tidak demam

(22)

sembuh selama 4 hari saja.

DO : suhu tubuh pasien 38

KELOMPOK 1

KELOMPOK 1

E

1. Anjurkan tirah baring

K

1. Kolaborasi pemberian cairan elektrolit intravena jika perlu

KELOMPOK 1

Tanggal 8 oktober 2023 jam 11.00

Defisit Nutrisi berhubungan dengan factor psikologis (keengganan untuk makan) di buktikan dengan berat badan menurun

DS : Pasien mengatakan tidak nafsu makan

DO : pasien tampak lesu BB pasien menurun

KELOMPOK 1

Tanggal 8 oktober 2023 jam 11.05 Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, termoregulasi membaik dengan kriteria hasil :

- Suhu tubuh membaik

KELOMPOK 1

Tgl 8 oktober 2023 jam 11.10 Promosi Berat Badan

O

1. Identifikasi kemungkinan BB menurun

2. monitor berat badan T

3. sediakan makanan sesuai kondisi pasien

4. Berikan suplemen E

5. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi

Tgl 8 oktober 2023 jam 11.15

1. Untuk memantau kondisi berat badan pasien

2. Agar berat badan pasien kembali normal

KELOMPOK 1

(23)

KELOMPOK 1

(24)

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuha dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursalam, 2016).

Dalam setiap diagnosis keperawatan tujuan yang ingin dicapai disusun secara spesifik dan relevan.

Pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. H dengan Covid 19 yang berlangsung selama 2x24 jam. Catatan perkembangan dilaksanakan berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat dan disesuaikan dengan kondisi pasien. Adapun implementasi yang dilaksanakan sebagai berikut :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan infeksi saluran nafas

Tindakan Keperawatan yang di lakukan pada 8 Oktober 2023 meliputi memonitor jalan nafas, monitor bunyi nafas, memposisikan fowler atau semi fowler, melatih batuk efektif, pemberian ekspetoran

2. Pola Nafas tidak Efektif berhubungan dengan upaya nafas

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada 8 oktober 2023 meliputi Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas, Monitor pola nafas, Monitor adanya sumbatan jalan nafas.

3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan suhu tubuh diatas normal Tindakan Keperawatan yang dilakukan pada 8 oktober 2023 meliputi Monitor suhu tubuh

Monitor kadar elektrolit, menyediakan lingkungan yang dingin, memberikan cairan oral, menganjurkan tirah baring, Kolaborasi pemberian cairan elektrolit intravena jika perlu

4. Defisit Nutrisi berhubungan dengan factor psikologis (keengganan untuk makan) di buktikan dengan berat badan menurun

Tindakan Keperawatan yang dilakukan pada 8 oktober 2023 meliputi memonitor berat badan, memberikan suplemen, menyediakan makan sesuai kondisi pasien

EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi keperawatan ialah evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosis keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respons (jangka panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain, bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut juga dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi keperawatan di lakukan. Format evaluasi yang digunakan adalah SOAP. S (Subjective) yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien, O (Objective) yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga, A (Analisys) yaitu kesimpulan dari objektif dan

(25)

subjektif, P (Planning) yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis (Dinarti, Aryani, Nurhaeni, Chairani, & Tutiany, 2013).

1. S (Subyektif) : data yang diperoleh dari respon pasien secara verbal a. Pasien mengatakan istirahat cukup

b. Pasien mengatakan nafsu makannya sudah mulai membaik c. Pasien mengatakan sudah tidak sesak nafas lagi

2. O (Obyektif) : diperoleh secara pengamatan a. Pasien tampak rileks

b. Pasien tubuhnya terlihat lebih sehat daripada sebelumnya 3. A (Analisis)

a. Tujuan tercapai karena pasien sudah membaik 4. P (Planning)

a. Pertahankan kondisi pasien karena tujuan sudah tercapai

PENDIDIKAN KESEHATAN

WHO menyatakan bahawa salah satu usaha untuk mencegah penularan COVID-19 adalah dengan cuci tangan, memakai masker, etika batuk dan menjaga jarak (WHO, 2020). Berdasarkan Riskesdas (2018), perilaku dan tingkat kepatuhan mencuci tangan di Indonesia masih rendah tak terkecuali pada anak sekolah yang hanya 17% capaian kepatuhan mencuci tangan. Sehingga perlunya ditingkatkan lagi informasi terkait perilaku kebersihan pada anak usia sekolah. Sejauh ini anak –anak meniru perilaku kebersihan dari orang tuanya, tetapi tidak disertai dengan pemaham terkait manfaat, sehingga diperlukan penyampaian informasi kesehatan dengan sasaran khusus anak –anak untuk memperkuat pemahamandan memaksimalkan kepatuhan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku pola hidup bersih seperti mencuci tangan adalah efikasi diri, tingkat pengetahuan, perasaan terancam dari penyakit dan adanya pendampingan (Mbakaya, Lee, & Lee, 2017). Hasil penelitian Wei et al(2020), kasus positif pada anak meningkat signifikan karena anak –anak tidakdapat memakai masker dengan benar dan belum mampu melakukan tindakan pencegahan. Sehingga pendidikan dan promosi kesehatan merupakan komponen yang penting dalam pencegahan penyakit, terutama dalam keadaan darurat seperti kondisi pandemic Covid-19 (Gray et al, 2020).

(26)

ISSUE LEGAL ETIK

Pengertian Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik keperawatan.

Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan.

a. Autonomi ( Otonomi )

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

b. Beneficience ( Berbuat Baik )

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang,dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

c. Justice ( Keadilan )

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai inidirefleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapiyang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

d. Nonmal eficience ( Tidak Merugikan )

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

e. Veracity ( Kejujuran )

Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.

Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.

f. Fidellity (Metepati Janji)

Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain.

Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia pasien.

(27)

g. Confidentiality ( Kerahasiaan )

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.

h. Accountability ( Akuntabilitas )

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

i. Informed Consent

“Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti telah mendapat penjelasan atau keterangan (informasi), dan “consent” yang berarti persetujuan atau memberi izin. Jadi “informed consent” mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi. Dengan demikian “informed consent” dapat didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.

ADVOKASI

Advokasi dalam keperawatan adalah proses yang melibatkan perawat dalam memberikan informasi, bertindak, dan melindungi hak-hak pasien. Perawat memainkan peran penting dalam mengadvokasi hak-hak pasien dan menjamin bahwa mereka mendapatkan layanan yang tepat. Advokasi juga dapat membantu pasien dalam mengambil keputusan yang tepat untuk kesehatan mereka.

3 tugas perawat dalam menjadi advokasi pasien yaitu :

1. Sebagai pelindung : membantu pasien dalam membuat keputusan. Peran perawat dalam hal ini ditekankan untuk menyerahkan segaka keputusan tentang perawatan yang akan dijalankan pasien. Perawat memberikan alternative pilihan pada pasien itu sendiri.

2. Mediator : menjembatani komunikasi antara pasien dengan tim kesehatan lain

3. Pelaksana tindakan : melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan yang dibutuhkan pasien Peran Advokasi Dalam Praktik Etik Keperawatan.

Dalam Pedoman Etik keperawatan hasil Munas PPNI tahun 2010, secara garis besar merumuskan etik perawat, antara lain, Hubungan Perawat dan Klien (pasien) :

1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan, klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut, serta kedudukan sosial.

2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai nilai budaya, adat istiadat dan kelagsungan hidup beragama dan klien.

(28)

3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan 4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang

dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang

DAFTAR PUSTAKA

Cita Nurhayati, D. N. (2020). MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN PADA PASIEN COVID 19 YANG SUDAH MULTIPLE ORGAN DI UGD.

Efriza. (n.d.). COVID-19. Baiturrahmah Medical Journal . Fernandez, G. J. (2018). SISTEM PERNAFASAN.

N.Z, P. R. (2020). Diagnosis Covid 19 .

S.Kep, A. T. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN PENERAPAN EVIDENBASE LATIHAN REHABILITASI / MODIFIED REHABILITATION EXERCISE (MRE) UNTUK MELANCARKAN ALIRAN PERNAPASAN PADA PASIEN PASCA COVID 19 DI CANDUANG AGAM.

Setiadi, A. P. (2020). tata laksana terapi pasien dengan covid 19. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia.

Yustitie, N. K. (2021). Ragam Metode Untuk Deteksi Covid 19.

Referensi

Dokumen terkait