• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan hasil penelitian - Repositori Universitas Andalas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "laporan hasil penelitian - Repositori Universitas Andalas"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

Potensi bahan baku kelapa sawit yang cukup menjanjikan secara ekonomi mendorong banyak pihak untuk melakukan ekspansi perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh kemiringan tanah terhadap kualitas tanah (sifat fisik dan kimia tanah) dan produksi tanaman kelapa sawit dalam kaitannya dengan variabel pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Dalam jangka panjang, kami berharap dapat mengoptimalkan produktivitas tanaman kelapa sawit yang ditanam di perbukitan dengan menggunakan teknologi tepat guna, sehingga dapat mendukung pembangunan nasional dalam produksi kelapa sawit untuk ketahanan pangan dan bahan baku industri.

Penelitian lapangan dilakukan dengan metode survei, yang terdiri dari survei pendahuluan berupa penentuan blok sampel pada berbagai tingkat kemiringan lahan, kemudian dilanjutkan dengan survei utama untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian, sebagai variabel pertumbuhan lahan. contoh tanaman. data dan data historis produksi minyak sawit di berbagai topografi. Sampel tanah dan tanaman tersebut kemudian diuji di laboratorium untuk mengetahui sifat fisik dan kimia tanah, serta serapan unsur hara tanaman. Hasil penelitian tahap pertama ini lebih fokus pada serapan hara tanaman kelapa sawit pada berbagai tingkat kemiringan tanah.

Serapan hara tanaman kelapa sawit pada berbagai tingkat kemiringan berada pada kondisi optimal dan tidak mengalami defisit hara, hal ini diduga disebabkan oleh rotasi pemupukan yang dilakukan setiap 6 bulan sekali secara rutin.

PENDAHULUAN

  • Rumusan Masalah
  • Tujuan dan Urgensi Penelitian
  • Manfaat Penelitian
  • Peta Jalan Penelitian

Penelitian ini akan mengkaji kebijakan/peraturan terkait evaluasi kesesuaian lahan untuk perkebunan kelapa sawit khususnya pada lahan miring, penerapan inovasi dan teknologi dalam hal rekomendasi teknologi pemupukan dan peningkatan kesuburan tanah, konstruksi tanah dan tanaman/vegetasi pada lahan miring, pengembangan pengelolaan perkebunan terkait Penggunaan sistem terasering pada lahan miring, menjelang panen dan setelah panen untuk mengoptimalkan produksi kelapa sawit pada lahan miring. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka akan dilakukan penelitian yang berjudul “Dampak Kemiringan Lahan Terhadap Kualitas Tanah dan Produksi Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)”. Bagaimana pengaruh kemiringan/kemiringan tanah terhadap kualitas tanah yang meliputi sifat fisik dan kimia tanah yang ditanami tanaman kelapa sawit.

Kajian pengaruh kemiringan tanah terhadap kualitas tanah termasuk sifat fisik dan kimia tanah yang ditanami kelapa sawit. Kajian sifat vegetatif dan reproduksi, variabel pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit (E. guineensis Jacq.) yang ditanam pada berbagai tingkat kemiringan tanah. Memberikan solusi berupa kebijakan/peraturan, rekomendasi dan rekayasa teknologi, serta tindakan pengelolaan yang tepat dalam rangka budidaya kelapa sawit pada lahan miring.

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar asupan unsur hara tanaman kelapa sawit pada berbagai tingkat kemiringan lahan sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan rekomendasi pemupukan pada tahap selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Jika tanaman kelapa sawit kerdil, pertumbuhan bunganya lebih lambat dibandingkan tanaman yang tumbuh baik (Setyamidjaja, 2006). Ketinggian optimal untuk berkembangnya tanaman kelapa sawit adalah kurang dari 400 m di atas permukaan laut. Topografi wilayah yang cocok untuk perkebunan kelapa sawit adalah datar sampai bergelombang, yaitu dengan kemiringan antara 0 – 8.

Tekstur tanah yang paling ideal untuk tanaman kelapa sawit adalah lempung berlanau, lempung liat berlanau, lempung liat, dan lempung liat berpasir. 2003) mengklasifikasikan kesesuaian lahan untuk perkebunan kelapa sawit berdasarkan faktor pembatas kemiringan lahan sebagai berikut: 0-8% sangat sesuai, 8-16% sesuai, 16-30% sesuai marginal dan diatas 30% tidak sesuai. Hasil penelitian Hermawan dkk (2014) juga menunjukkan adanya hubungan linier negatif yang erat antara kemiringan lahan dengan variabel pertumbuhan dan hasil tanaman kelapa sawit yang diamati.

Oleh karena itu, hubungan langsung antara kemiringan lahan dengan kualitas tanah dan produksi kelapa sawit perlu dikaji lebih mendalam guna menghasilkan teknologi pengelolaan tanah, air, dan tanaman yang tepat guna meningkatkan efisiensi budidaya kelapa sawit.

METODE PENELITIAN

Bina Pratama Sakato Jaya (Kiliran Jao) memiliki kemiringan lahan yang beragam sehingga memungkinkan untuk dilakukan uji nutrisi terhadap sampel daun tanaman kelapa sawit. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan terhadap satuan lahan yang ditetapkan sebagai titik pengambilan sampel LSU pada subblok dengan menggunakan metode RAK. Dalam kegiatan ini, tentukan apakah pohon-pohon di subblok layak untuk dicontoh dan apakah tanaman yang tidak boleh diambil sampelnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: tanaman keras, tanaman yang terserang penyakit dan hama, tanaman di tepi sungai (parit yang airnya permanen), tanaman di pinggir sungai, jalan dan tanaman kerdil.

Mengingat LSU mewakili subblok yang terdiri dari 5 titik sampel, maka LSU ditentukan pada setiap 1 titik dengan interval 10 titik berturut-turut. Sampel daun kelapa sawit diambil dari urat tengah ke-17 (karena bagian tengah membentuk sudut 450 dan bagian tengah merupakan tempat penimbunan unsur hara paling besar), kemudian bagian tengah tersebut dipotong dengan buckthorn. Daun ke-17 berada di bawah daun ke-9, agak ke kiri pada spiral kanan dan sedikit ke kanan pada spiral kiri.

Pada titik ujung permukaan pangkal pelepah diambil 4 helai daun sebelah kiri dan 4 helai daun sebelah kanan, kemudian setiap helai daun dipotong menjadi tiga bagian, pangkal dan ujung dibuang dan bagian tengahnya 25 cm. lama diambil. sebagai sampel. Sisa pelepahnya kemudian dipotong dan ditaruh di pohon mati, sedangkan contoh daun dari 4 helai di kanan dan 4 helai di kiri, yang hanya bagian tengahnya saja yang panjangnya 25 cm, diambil dan digabungkan menjadi satu lagi. sampel plastik untuk setiap contoh pohon. Daun-daun tersebut kemudian dibersihkan/disterilkan dengan cara dilap menggunakan kapas/kain yang dibasahi dengan air suling.

Selanjutnya tangkai daun dicabut dan dibuang, sedangkan daunnya kemudian dipotong dengan pisau menjadi potongan-potongan kecil sepanjang 1 - 2 cm, kemudian diletakkan di atas nampan alumunium untuk dikeringkan, dengan catatan satu nampan berisi contoh daun dari satu ke bawah. LVE dan tidak boleh dicampur. . Sampel daun dalam nampan alumunium kemudian dimasukkan ke dalam oven pengering dan dikeringkan selama 24 jam pada suhu 70 – 80 0C. Kemudian daun-daun kering tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik yang diberi tanda jelas dan lengkap, yang berisi antara lain data: nama kebun, nomor LGU, blok/subblok, tingkat kemiringan lereng, tahun tanam, luas LGU, daun. daun daun daun, tanggal pengambilan, dan nama petugas.

Sampel daun yang diambil di lapangan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis kandungan unsur haranya. Analisis kandungan gizi meliputi unsur makro dan mikro yaitu N (IKM-Kjedahl), P (IKM-Spectro), K (IKM-Flame), Mg (IKM-AAS) dan B (IKM-Spectro).

Gambar 1. penentuan pokok sampel dalam sub Blok  b.    Pengambilan contoh daun
Gambar 1. penentuan pokok sampel dalam sub Blok b. Pengambilan contoh daun

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Tabel 2, hasil rata-rata serapan hara N pada tanaman kelapa sawit pada tingkat kemiringan menunjukkan bahwa unsur hara yang paling banyak diserap tanaman kelapa sawit berada pada kategori datar (0-8%), masing-masing sebesar 2,65% sedangkan yang paling sedikit berada pada kategori rata (0-8%), masing-masing sebesar 2,65% dan yang paling sedikit berada pada kategori rata (0-8%), masing-masing sebesar 2,65% dan yang paling sedikit berada pada kategori rata (0-8%), masing-masing 2,65% dan paling sedikit pada kategori rata (0-8%). kategori curam (8-15%), masing-masing 2,47. Pupuk N yang terserap tanaman berada dalam kondisi optimal (tabel 1), hal ini diduga karena pemupukan berkala dilakukan setiap 6 bulan sekali agar tanaman kelapa sawit tidak kekurangan unsur hara N. Pupuk N yang diserap tanaman berada dalam kondisi optimal (tabel 1), hal. Hal ini diduga karena pemupukan berkala dilakukan setiap 6 bulan sekali agar tanaman kelapa sawit tidak kekurangan unsur hara P.

Menurut Nyakpa et al (1988), penggunaan unsur fosfor (P) pada tanaman kelapa sawit dapat merangsang perkembangan akar untuk pertumbuhan tanaman sekaligus menghasilkan hasil yang tinggi dan meningkatkan kualitas hasil serta mempercepat masa pemasakan. Pada tabel 4 hasil rata-rata serapan hara K pada tanaman kelapa sawit pada tingkat kemiringan menunjukkan bahwa hara K yang paling banyak diserap tanaman kelapa sawit berada pada kategori datar yaitu 1,15%, sedangkan paling sedikit pada kategori lereng (8-15 ) %) dan cukup curam yaitu 1,07% dan 1,07. Pupuk K diserap tanaman pada kondisi optimum (tabel 1), hal ini diduga karena pemupukan berkala diberikan setiap 6 bulan sekali agar tanaman kelapa sawit tidak mengalami kekurangan unsur hara K.

20 Pada tanaman kelapa sawit, unsur hara K sangat penting pada masa inisiasi atau proses pembungaan tanaman kelapa sawit, karena akan mempengaruhi jumlah dan ukuran tandan buah kelapa sawit. Tabel 5 menunjukkan hasil rata-rata serapan hara Mg oleh tanaman kelapa sawit pada tingkat kemiringan yang menunjukkan bahwa unsur hara Mg paling banyak diserap tanaman kelapa sawit berada pada kategori rawan (8-15%) sebesar 0,29%, sedangkan pada saat minimal berada pada kategori agak curam (15-25%) sebesar 0,24. Pupuk Mg terserap tanaman dalam kondisi optimal (Tabel 1), hal ini diduga disebabkan oleh pemupukan yang rutin setiap 6 bulan sekali, sehingga tanaman kelapa sawit tidak mengalami kekurangan unsur hara Mg.

Tabel 6 menyajikan hasil rata-rata serapan hara B pada tanaman kelapa sawit pada tingkat kemiringan lereng, menunjukkan bahwa hara B yang paling banyak diserap tanaman kelapa sawit berada pada kategori datar (0-8%), yaitu. Pupuk B diserap tanaman dalam kondisi optimal (Tabel 1), hal ini diduga disebabkan oleh pemupukan yang rutin setiap 6 bulan sekali, sehingga tanaman kelapa sawit tidak mengalami kekurangan unsur hara B. Dari penelitian tersebut diduga bahwa Masukan unsur hara pada tanaman kelapa sawit dapat dalam kondisi optimal karena pemupukan dilakukan setiap enam bulan sekali.

Pada proses pemupukan ini, pupuk disebarkan pada setiap pohon yang mati atau pada sambungan ujung daun lontar. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) digunakan sebagai bahan penutup budidaya untuk menjaga kelembaban tanah (mulsa). Limbah cair pabrik kelapa sawit merupakan salah satu bahan alternatif reklamasi lahan yang dapat dimanfaatkan

Lebih lanjut Banuwa (2007) juga menyatakan bahwa limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung unsur hara esensial yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk melalui penerapan lahan guna meningkatkan kualitas lahan pertanian.

Tabel  2.  Pengaruh  pemberian  pupuk  N  pada  tingkat  kelerengan  tanaman  kelapa  sawit
Tabel 2. Pengaruh pemberian pupuk N pada tingkat kelerengan tanaman kelapa sawit

KESIMPULAN DAN SARAN

Analisis unsur hara boron pada daun kelapa sawit menggunakan metode spektrofotometri destruksi basah di Balai Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Kajian kandungan unsur hara dan polutan limbah cair pabrik kelapa sawit untuk meningkatkan kualitas lahan pertanian. Manajemen Pemupukan Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Perkebunan PT Sari Aditya Loka 1 (PT Astra Agro Lestari Tbk), Kabupaten Merangin, Jambi.

Proses ini dilakukan setelah sampel daun dikeringkan dalam oven dan bertujuan untuk memperoleh serbuk yang akan dianalisis di laboratorium. Tempatkan sampel daun kering di gilingan untuk membuat bubuk dari sampel daun. Kemudian serbuk sampel daun tersebut dituangkan ke dalam alat pemisah sampel menjadi 2 bagian untuk menyamakan takaran yang akan digunakan sebagai sampel untuk analisis dan untuk cadangan.

Lampiran 3. Tabel Penentuan Titik Sampel LSU  Kategori  Ulangan    Jenis
Lampiran 3. Tabel Penentuan Titik Sampel LSU Kategori Ulangan Jenis

Referensi

Dokumen terkait