• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN INDIVIDUAL BLOK 12 (MUKOSA DAN PERIODONTAL) PEMICU 4 “GUSI KU MERANA AKIBAT KEBIASAAN BURUK KU”

N/A
N/A
gg

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN INDIVIDUAL BLOK 12 (MUKOSA DAN PERIODONTAL) PEMICU 4 “GUSI KU MERANA AKIBAT KEBIASAAN BURUK KU”"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN INDIVIDUAL

BLOK 12 (MUKOSA DAN PERIODONTAL) PEMICU 4

“GUSI KU MERANA AKIBAT KEBIASAAN BURUK KU”

Disusun oleh :

DIRGAN GUNAWAN DAKHI 220600103

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERESITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2024

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara

keseluruhandan tidak bisa saling dipisahkan. Masalah yang timbul pada kesehatan gigi dan mulut akan berdampak pada menurunnya kualitas hidup seseorang. Menurut WHO,

(2)

kesehatan gigi dan mulut masih menjadi masalah di banyak daerah di seluruh dunia terutama di negara-negara berkembang. Masalah kesehatan gigi dan mulut dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia selain karies adalah penyakit periodontal. Penyakit periodontal diderita oleh manusia hampir di seluruh dunia dan mencapai melebihi 50%

dari jumlah populasi dewasa. Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi atau pembengkakan yang terjadi pada jaringan periodontal yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang dibiarkan menumpuk di gigi dan gusi. Saat periodontitis berkembang, tulang, dan gigi bisa mengalami kerusakan. Namun, jika periodontitis dirawat dini dan kebersihan mulut yang baik dipertahankan, maka kerusakannya dapat dihentikan.

Periodontitis dimulai dengan peradangan pada gusi yang dikenal sebagai gingivitis. Salah satu tanda awal gingivitis adalah gusi mengalami pendarahan saat menyikat atau

membersihkan gigi. Kita mungkin juga melihat beberapa perubahan warna pada gigi, perubahan tersebut disebut plak. Plak adalah penumpukan bakteri dan sisa makanan pada gigi. Meskipun bakteri selalu ada di mulut, namun pertumbuhannya menjadi berbahaya ketika kondisi memungkinkan pertumbuhannya meningkat secara dramatis. Ini mungkin terjadi jika kamu tidak menyikat atau membersihkan gigi secara teratur. Periodontitis juga merupakan salah satu komplikasi dari radang gusi (gingivitis) yang tidak terobati.

Jika kondisi ini terjadi dalam jangka panjang, jaringan di sekitar gusi dan gigi akan rusak sehingga menyebabkan gigi tanggal. Pada kasus yang parah, periodontitis dapat

menyebabkan kemunculan abses atau kumpulan nanah di gigi.

Penyakit periodontal merupakan penyakit rongga mulut yang menempati urutan pertama dalam catatan buku rekor dunia tahun 2001 sebagai penyakit yang paling sering dialami manusia (Tonneti et al., 2017). Data penelitian Global Burden of Disease tahun 1990-2010 menunjukkan bahwa periodontitis berat (severe

periodontitis) merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi keenam (11,2%) dan diderita oleh sekitar 743 juta jiwa di dunia serta mengalami peningkatan prevalensi sebesar 57.3% dalam kurun waktu 10 tahun (Frencken et al., 2017; Tonneti et al., 2017).

Secara global, kerugian akibat berkurangnya produktivitas karena periodontitis berat di perkirakan mencapai 53,99 juta Dolar Amerika per tahunnya. Prevalensi dari

periodontitis di Indonesia masih terbilang tinggi. Data RISKESDAS 2018 menunjukkan persentase kasus periodontitis di Indonesia sebesar 74,1%

(KEMENKES, 2018).

1.2 DESKRIPSI TOPIK

(3)

Nama Pemicu : Gusi ku merana akibat kebiasaan buruk ku

Penyusun : Dr. drg. Pitu Wulandari, S.Psi., Sp.Perio, Subsp.MP(K); drg. Cek Dara Manja, Sp.RKG, Subsp. RDP(K); Dr. drg. Wilda Hafny Lubis, M.Si Hari/Tanggal : Kamis / 22 Februari 2024

Jam : 07:00-09:00 WIB Skenario :

Seorang laki-laki berusia 42 tahun datang ke RSGM USU dengan keluhan gigi belakang kiri bawah goyang dan gigi depan atas ngilu sejak 3 bulan yang lalu. Anamnesis pasien suka bernafas melalui mulut dan memiliki kebiasaan bruksism dan juga suka menggunakan tusuk gigi. Pemeriksaan intra oral menunjukkan:

• Gingiva merah, oedem dan BoP (+)

• Gigi 44,45,46 mobiliti dua derajat

• Kedalaman Poket gigi 44,45,46: 7 mm dan resesi 2 mm disertai lesi furkasi derajat 1 pada gigi 46

• Kedalaman poket 26: 5mm

• Resesi gingiva gigi 13,12: 2mm

• Atrisi terlihat pada gigi anterior RB

• Indeks Plak: 3,2 Indeks Debris: 2,1 dan Indeks Kalkulus: 1,2

Gigi 44: tambalan overhanging

• Gigi 46: tambalan resin komposit

• Gambaran radiografi menunjukkan kehilangan tulang pada gigi 44,45,46: 35%

• Pada buccal mukosa sesuai occlusal plane 14,15,16 dan 24,25 , 26 , 27 terdapat lesi putih memanjang dengan bentuk tidak beraturan.

• Mukosa oral terutama lidah terlihat kering dan mengeluh sulit menelan.

Pertanyaan:

1. Jelaskan diagnosis pada kasus tersebut beserta alasannya ! (Berdasarkan AAP 1999 dan AAP 2017) (Perio)

2. Jelaskan patogenesis penyakit periodontal! (Perio)

3. Gambaran klinis apakah yang ada pada kasus tersebut? (OM) 4. Uraikan interpretasi radiograf panoramik tersebut! (Radiologi)

5. Simpulkan radiodiagnosis berdasarkan interpretasi radiograf panoramik! (Radiologi) 6. Uraikan kesalahan yang terdapat pada radiograf periapical tersebut ( Radiologi) 7. Jelaskan etiologi kasus tersebut! ( Perio, OM)

8. Jelaskan pengaruh kebiasaan buruk terhadap kondisi rongga mulut pasien (Perio, 9. OM)Bagaimana prognosis umum kasus tersebut? (Perio, OM)

10.Jelaskan rencana perawatan kasus tersebut! (Perio, OM) 11. Jelaskan diagnosis kelainan pada mukosa bukal! (OM) 12.Jelaskan perawatan kelainan tersebut! (OM)

(4)

BAB II PEMBAHASAN

1. Jelaskan diagnosis pada kasus tersebut beserta alasannya ! (Berdasarkan AAP 1999 dan AAP 2017) (Perio)

Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis diatas, pasien didiagnosis mengalami penyakit periodontal atau biasa disebut sebagai periodontitis.

Namun berdasarkan AAP 1999 dan AAP 2017 :

a. AAP 1999 - Sistem klasifikasi pada American Academy of Periodontity 1999 (AAP 1999) memperbaiki beberapa kekurangan dari sistem klasifikasi 1989.

Sistem pada tahun 1999 berdasarkan pada konsep bahwa penyakit periodontal yang distimulasi oleh plak merupakan infeksi bakteri dan banyak terjadi kerusakan pada infeksi tersebut sebagai hasil dari respon host terhadap invasi bakteri. Menurut sistem ini, Periodontitis kronis merupakan bentuk yang paling umum dari periodontitis pada orang dewasa, yaitu suatu infeksi bakteri pada jaringan pendukung gigi yang menyebabkan kehilangan perlekatan dan tulang secara progresif. Penyakit ini dikarakteristikan dengan kerusakan serat- seratligamen periodontal dan tulang alveolar, terbentuknya poket, dan resesi gingiva. Tipe periodontitis ini dulunya disebut sebagai periodontitis dewasa (adult periodontitis) karena dipercaya bahwa ditemukan terutama pada orang dewasa.

Periodontitis kronis dapat diklasifikasi berdasarkan perluasan dan keparahan.

Berdasarkan perluasan, yaitu banyaknya daerah yang mengalami kerusakan, dapat dibedakan menjadi lokal dangeneral. Periodontitis kronis dikategorikan lokal apabila ≤ 30% daerah yang mengalami kerusakan dan dikategorikan general apabila lebih dari 30% daerah yang mengalami kerusakan.

Klasifikasi berdasarkan keparahan dilihat dari jumlah clinical attachment loss (CAL) atau kehilangan perlekatannya, yaitu :

(a) ringan = kehilangan perlekatan 1-2 mm; (b) sedang =kehilangan perlekatan 3- 4 mm; dan (c) berat = kehilangan perlekatan ≥ 5 mm.

Gambaran klinis dapat termasuk kombinasi dari beberapa tanda dan gejala, seperti edema,eritema, perdarahan gingiva saat probing, dan/atau supurasi. Ciri-ciri klinis

(5)

yang dapat ditemukan pada pasien dengan periodontitis kronis, ialah banyaknya kerusakan yang konsisten dengan adanya faktor lokal. Jadi, pada pasien periodontitis kronis dapat ditemukan akumulasi plak padas upragingiva maupun subgingiva yang sering dihubungkan dengan pembentukan kalkulussubgingiva.

Selain itu, juga dapat ditemukan inflamasi gingiva, pembentukan poket periodontal,kehilangan perlekatan periodontal, kehilangan tulang alveolar, kegoyangan gigi, dan dapatdihubungkan dengan penyakit sistemik, seperti diabetes melitus atau HIV serta dapat dimodifikasi oleh faktor selain penyakit sistemik, seperti merokok dan stress.1,2

b. AAP 2017 - Pada sistem klasifikasi American Academy of Periodontitis 2017 (AAP 2017) mengenai penyakit periodontal dan peri-implan, terdapat perubahan besar,yaitu penghapusan istilah Periodontitis Agresif dan Kronis dan diganti dengan satu kategori “Periodontitis”. Pengenalan staging dan grading, serupa dengan yang digunakan dalam onkologi selama bertahun-tahun terikat untuk memfasilitasi klasifikasi diagnostik periodontal multidimensi.1

Pada pemeriksaan intraoral, ditemukan bahwa gingiva merah, oedematus dan BOP (+), Kedalaman Poket gigi 44,45,46: 7 mm dan resesi 2 mm disertai lesi furkasi derajat 1 pada gigi 46, Kedalaman poket 26: 5mm, Resesi gingiva gigi 13,12: 2mm, Atrisi terlihat pada gigi anterior RB, Indeks Plak: 3,2 Indeks Debris: 2,1 dan Indeks Kalkulus: 1,2, Gambaran radiografi menunjukkan kehilangan tulang pada gigi 44,45,46: 35%, Pada buccal mukosa sesuai occlusal plane 14,15,16 dan 24,25 , 26 , 27 terdapat lesi putih memanjang dengan bentuk tidak beraturan.

Sehingga, diagnosis berdasarkan klasifikasi AAP 1999 adalah periodontitis kronis generalized karena plak dan kerusakannya berbanding lurus dan lebih dari 30% daerah yang mengalami kerusakan.

Sedangkan, diagnosis berdasarkan klasifikasi AAP 2017 adalah periodontitis dengan stage 3 karena kedalaman poket gigi 44,45,46: 7 mm dan resesi 2 mm, Kedalaman poket 26: 5mm Resesi gingiva gigi 13,12: 2mm, Gambaran radiografi menunjukkan kehilangan tulang pada gigi 44,45,46: 35%.

2. Jelaskan patogenesis penyakit periodontal! (Perio)

(6)

Periodontitis adalah penyakit multifaktorial kronis yang ditandai dengan peradangan pada jaringan periodontal yang dimediasi oleh host, yang berhubungan dengan biofilm plak disbiotik, yang mengakibatkan kerusakan progresif pada peralatan pendukung gigi dan hilangnya perlekatan periodontal. Pembentukan biofilm bakteri mengawali inflamasi gingiva; Namun, inisiasi dan perkembangan periodontitis bergantung pada perubahan ekologi disbiotik dalam mikrobioma sebagai respons terhadap nutrisi dari produk inflamasi gingiva dan kerusakan jaringan serta mekanisme anti-bakteri yang berupaya menahan tantangan mikroba di area sulkus gingiva setelah inflamasi dimulai. Hal ini menyebabkan aktivasi beberapa jalur molekuler utama, yang pada akhirnya mengaktifkan proteinase yang berasal dari inang yang memungkinkan hilangnya serat ligamen

periodontal marginal, migrasi apikal dari epitel persimpangan, dan memungkinkan penyebaran biofilm bakteri ke apikal di sepanjang permukaan akar. Oleh karena itu, gambaran utama periodontitis meliputi hilangnya dukungan jaringan periodontal, yang diwujudkan melalui hilangnya perlekatan klinis dan kehilangan tulang alveolar yang dinilai secara radiografi, adanya poket periodontal, dan perdarahan gingiva.3

3. Gambaran klinis apakah yang ada pada kasus tersebut? (OM)

Periodontitis kronis memiliki gambaran klinis dan etiologi utama seperti pembentukan biofilm mikroba (plak gigi), inflamasi periodontal (pembengkakan gingiva, perdarahan saat probing), dan kehilangan tulang alveolar.4

Jadi, menurut hasil pemeriksaan klinis pada kasus Periodontitis dalam skenario, terdapat gambaran klinis yakni : Adanya pembentukan biofilm mikroba (plak gigi) yang dapat dibuktikan dengan Indeks Plak: 3,2, dengan OHI-S : 3,3 (Indeks Debris: 2,1 dan Indeks Kalkulus: 1,2) yang menandakan bahwa tingkat keparahannya buruk, adanya inflamasi (Gingiva merah, oedem), perdarahan saat probing : BoP (+), dan ada gambaran radiografi yang menunjukkan kehilangan tulang alveolar pada gigi 44,45,46 sebesar 35%.

4. Uraikan interpretasi radiograf panoramik tersebut! (Radiologi) Interpretasi gigi-gigi pada radiografi periapikal :

A. Gigi 44:

• Mahkota : terdapat gambaran radiopak pada bagian distal dari enamel sampai dentin

• Akar : terdapat 1 akar yang mengarah ke distal

• Lamina dura : tidak ada kelainan

(7)

• Crest alveolar : terdapat resorpsi vertikal pada mesial dan distal

• Ligamen periodontal : tidak ada kelainan

• Furkasi : tidak ada5 B. Gigi 45:

• Mahkota: tidak ada kelainan

• Akar : terdapat satu akar yang mengarah ke distal

• Lamina dura : tidak ada kelainan

• Crest alveolar : terdapat resorpsi vertikal pada bagian mesial dan resorpsi horizontal pada bagian distal

• Ligamen periodontal : mengalami pelebaran

• Furkasi : tidak ada5 C. Gigi 46:

• Mahkota : terdapat gambaran radiopak di bagian bukal dari mesial sampai distal yang mencakup enamel sampai dentin

• Akar : terdapat dua akar yang mengarah ke distal

• Lamina dura : mengalami penebalan pada bagian akar mesial

• Crest alveolar : terdapat resorpsi secara horizontal pada bagian mesial

• Ligamen periodontal : melebar

• Furkasi : bifurkasi5

5. Simpulkan radiodiagnosis berdasarkan interpretasi radiograf panoramik!

(Radiologi)

Simpulan radiodiagnosis berdasarkan interpretasi radiograf panoramik tersebut : Suspek radiodiagnosis adalah peridontitis kronis gigi 44, 45, 46 dengan mobility dua derajat

6. Uraikan kesalahan yang terdapat pada radiograf periapical tersebut ( Radiologi)

Ada beberapa kesalahan yang terdapat pada radiografi periapikal tersebut, yakni :

Elongation - Distorsi ini disebabkan sudut antara tabung sinar x dan reseptor yang tidak tepat walaupun sudut dengan obyek sudah tepat, pada distorsi ini obyek tampak lebih panjang dari ukuran sebenarnya. Pada gambar radiografi ini, gigi 44, 45, 46 terlihat agak memanjang.

Apical Cutting - Gambaran radiografi periapikal tampak hasil yang tidak sempurna dimana sebagian struktur akar tidak tercakup dalam radiograf, kondisi ini disebabkan oleh kesalahan dalam penempatan reseptor walaupun posisi tabung sinar x tepat. Pada gambar radiografi, akar gigi 4G6 tidak tercakup semuanya- melainkan sebagian kecil terpotong pada sekitar ujung akar gigi sebelah kanan.

Blurred - Hasil radiografi yang tampak buram yang dapat disebabkan oleh karena pasien bergerak selama pengambilan radiograf. Pada gambar radiografi ini,

(8)

sebagian gigi 45 dan keseluruhan gigi 44 terlihat buram dan cenderung transparan.

Image Artifact - Terdapat garis-garis putih pada gambaran radiografi tersebut, terjadi akibat pembengkokan film yang berlebihan di dalam mulut.6

7. Jelaskan etiologi kasus tersebut! ( Perio, OM)

Periodontitis disebut penyakit multifaktorial karena penyakit ini disebabkan oleh berbagaimacam faktor. Etiologi utama yang paling berperan adalah akumulasi plak bakteri. Bakteri utama yang terlibat dalam periodontitis, antara lain Porphyromonas gingivalis, Actinobacillusactinomycetemcomitans, dan Tannerella forsythia. Faktor lokal yang memperberat, yaitu faktor yang memudahkan akumulasi plak, sepertiadanya kalkulus, retensi dan impaksi makanan, restorasi yang tidak baik, malposisi gigi, sertakaries proksimal atau servikal. Faktor yang dapat memodifikasi, yaitu keadaan yang mengubah respon host terhadap plak secara tidak langsung menyebabkan peyakit periodontal, antara lain usia, merokok, gangguan sel imun, hormonal, obat-obatan, penyakit sistemik, pendidikan, dan sosial. Pada kasus, dapat kita ketahui bahwa pasien suka bernafas melalui mulut dan memiliki kebiasaan bruksism dan juga suka menggunakan tusuk gigi.7

8. Jelaskan pengaruh kebiasaan buruk terhadap kondisi rongga mulut pasien (Perio, OM)

Pengaruh kebiasaan buruk pasien tersebut terhadap kondisi rongga mulutnya, yakni :

Bernapas dengan mulut : Udara yang masuk melalui mulut tidak disaring dengan baik seperti halnya udara yang melalui hidung, sehingga seseorang lebih rentan terkena infeksi oleh bakteri atau zat berbahaya lainnya yang kemudian menyebabkan kelainan/penyakit pada rongga mulut.8

Bruxism : Kebiasaan bruxism akan menyebabkan atrisi gigi, gangguan pada TMJ, dan kerusakan pada periodonsium.11

Suka menggunakan tusuk gigi : kebiasaan menggunakan tusuk gigi setelah makan beresiko untuk memicu infeksi di sekitar gigi, menimbulkan ruang antar gigi, mengubah posisi gusi, mengakibatkan abrasi dan gusi berdarah.12

9. Bagaimana prognosis umum kasus tersebut? (Perio, OM)

Periodontitis adalah inflamasi gingiva yang meluas ke pelekatan jaringan disekitarnya.

Penyakit ini ditandai dengan kehilangan pelekatan klinis akibat destruksi ligamen periodontal dan kehilangan tulang pendukung di sekitarnya.

(9)

Prognosis penyakit ini terbagi menjadi:

• Baik, bila kondisi tulang alveolar masih memadai, faktor etiologi dapat dihilangkan, bila pasien kooperatif, tidak disertai penyakit/ kondisi sistemik dan pasien tidak merokok.

• Sedang, bila kondisi tulang alveolar kurang memadai, beberapa gigi goyang, terjadi kelainan furkasi derajat satu, tetapi kemungkinan dapat dipertahankan bila pasien kooperatif, tidak disertai kondisi/ penyakit sistemik dan pasien tidak merokok.

• Buruk, bila kehilangan tulang berat, gigi goyang, kelainan furkasi sampai dengan derajat dua, kooperasi pasien meragukan, kondisi sistemik sulit dikendalikan dan pasien perokok berat.

Pada kasus, dapat kita ketahui bahwa pasien telah mengalami kehilangan tulang alveolar berat (Sebesar 35% berdasarkan gambaran radiologi), gigi mobility 2 derajat, adanya kelainan furkasi derajat 1 pada gigi 46, dan adanya kelainan lesi putih memanjang dengan bentuk tidak beraturan pada mukosa bukal. Sehingga, prognosis kasus tersebut secara umum adalah buruk.13

10. Jelaskan rencana perawatan kasus tersebut! (Perio, OM)

Salah satu rencana perawatan yang bisa dilakukan pada kasus tersebut, yakni rencana perawatan periodontal dengan Scaling dan Root Planing disertai dengan pemberian suplementasi.

a. Scaling dan Root Planing - Scaling adalah proses menghilangkan plak dan kalkulus dari permukaan gigi supragingiva dan subgingiva. Root planing adalah proses menghilangkan sisa kalkulus dan sementum nekrotik dari akar untuk menghasilkan permukaan yang halus, keras dan bersih. Tujuan utama dari scaling dan root planing adalah untuk memulihkan kesehatan gingiva dengan menghilangkan semua elemen permukaan gigi yang memicu inflamasi gingiva seperti biofilm, kalkulus, dan endotoksin dari permukaan gigi. Scaling dan root planing digunakan sebagai terapi dasar pada perawatan penyakit periodontal meskipun perawatan ini memiliki keterbatasan. Keterbatasan scaling dan root planing adalah tidak dapat menjangkau anatomi gigi yang sulit dijangkau dan hanya dapat menghilangkan bakteri patogen tertentu, sehingga

(10)

perlu dikombinasikan dengan terapi lain seperti pemberian suplementasi.

Sampai saat ini scaling dan root planing masih digunakan sebagai metode perawatan utama karena dapat mengurangi inflamasi dan kolonisasi bakteri pada sulkus gingiva.4

b. Pemberian Suplementasi - yang bersifat nutrisi atau obat. Suplemen yang bersifat nutrisi termasuk vitamin, mineral, dan asam amino, sedangkan yang bersifat obat umumnya diambil dari tanaman atau jaringan tubuh hewan yang memiliki khasiat sebagai obat. Pada umumnya, suplemen kesehatan berasal dari bahan-bahan alami tanpa bahan kimia (harus murni) dan merupakan saripati bahan makanan (konsentrat). Dalam pengobatan konvensional, yang dimaksud dengan suplemen adalah termasuk obat metabolisme untuk

menghambat nafsu makan, obat untuk menurunkan lemak dan kolesterol, obat untuk memperbaiki status gizi, penyegar tubuh, pembangkit tenaga, dan obat untuk memperbaiki sistem metabolik organ tertentu. Sementara dari segi pengelompokannya, suplemen tersebut adalah vitamin, mineral, asam amino, enzim, hormon, antioksidan, herba, dan probiotik. Ada dalam bentuk sediaan tunggal atau kombinasi untuk mendapatkan efek pengobatan tertentu.

Malnutrisi sebagai akibat kekurangan ketersediaan zat gizi yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh dapat diatasi dengan pemberian suplementasi.4

11. Jelaskan diagnosis kelainan pada mukosa bukal! (OM)

Menurut saya, mukosa bukal pada pasien tersebut di diagnosis mengalami kelainan linea alba buccalis.

Linea alba buccalis merupakan alur horizontal pada mukosa setinggi bidangoklusal, meluas dari komisura bibir sampai gigi posterior, biasanya berhubungan dengan tekanan, iritasi friksional, atau sucking trauma. Bentuknya berupa garis putih yang lateral akibat dari hyperkeratosis trauma jaringan dari hasil gesekan gigi yang berdekatan dan sesuai dengan konfigurasi gigi di daerah ini. Gesekan gigi-gigi dapat menyebabkan perubahan- perubahan epitel yang menebal dan terdiri dari jaringan hiperkeratotik. Lesi ini memiliki demarkasi yang baik terhadap mukosa bukal berwarna kemerahan yang ada di sekitarnya, lunak dan lembut dengan batas yang relatif sulit di bedakan, biasanya Linea alba bucallis terjadi secara bilateral.

Secara umum kelainan tanpa gejala ini umumnya asimtomatik dengan lebar 1-2 mm dan meluas dari molar 2 sampai regio kaninus pada mukosa bukal. Perubahan- perubahan

(11)

epitel yang menebal yang terdiri atas jaringan hiperkeratotik yang merupakan suatu respon terhadap gesekan pada gigi-gigi. Gambaran klinisnya menunjukkan ciri diagnostik sehingga mudah didiagnosa, Lesi umum di temukan secara bilateral. Garis putih tersebut membentuk scallope dan berada pada mukosa bukal pada bidang oklusan gigi

sekitarnya.12

12. Jelaskan perawatan kelainan tersebut! (OM)

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan temuan klinis. Biopsi tidak perlu dilakukan, kecuali jika tampilannya khas atau diagnosis yang meragukan. Tidak perlu dilakukan perawatan jika garis lurus pada mukosa bukal bilateral.13

PENUTUP

1.3 KESIMPULAN

Periodontitis merupakan inflamasi pada jaringan periodontal yang ditandai dengan kehilangan perlekatan dan kerusakan tulang alveolar. Secara klinis periodontitis ditandai dengan akumulasi plak baik supragingiva maupun subgingiva yang berhubungan dengan pembentukankalkulus, inflamasi gingiva, pembentukan poket, kehilangan perlekatan periodontal dan tulang alveolar. Etiologi utama yang paling berperan adalah akumulasi plak bakteri. Bakteri utama yang terlibat dalam periodontitis, antara lain Porphyromonas gingivalis, Actinobacillusactinomycetemcomitans, dan Tannerella forsythia.

Perawatan periodontitis dapat dilakukan dengan Scaling dan Root Planing disertai dengan pemberian suplementasi.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

1. Babay N, Alshehri F, Al Rowis R. Majors highlights of the new 2017 classification of periodontal and peri-implant diseases and conditions. Saudi Dent J 2019; 31(3): 303-5.

2. American Academy of Periodontology. 2018.

3. Muñoz-Carrillo, Jose Luis. (2019). Pathogenesis of Periodontal Disease.

10.5772/intechopen.86548.

4. UNSRI. (2021). Tinjauan Pustaka Periodontitis. Diakses pada 21 Februari 2024.

https://repository.unsri.ac.id/71452/4/RAMA_12201_04031381823057_0007108 701_02.pdf

5. Ramadhan A. Z. Sitam S. Azhari A. Epsilawati. Gambaran kualitas dan mutu radiograf. Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia (JRDI).2020; volume 3(3): 43-48.

6. Muhammad AR, Irfan S. Identifikasi Kesalahan Radiografi Periapikal Digital Teknik Bisecting: Literature Review. Sinnun Maxillofacial Journal 2022; 4(2):

104-112

7. Yossi A. Trisakti. Hubungan Antara Periodontitis Kronis dan Hipertensi. Diakses

pada 21 Februari 2024.

http://www.repository.trisakti.ac.id/webopac_usaktiana/digital/000000000000000 87803/2016_TA_KG_04012015_Bab-2.pdf

8. Nitish BA. KlikDokter. (2022). Awas! Kebiasaan Bernapas Melalui Mulut Berbahaya!. Diakses pada 21 Februari 2024. https://www.klikdokter.com/info- sehat/kesehatan-umum/awas-kebiasaan-bernapas-melalui-mulut-berbahaya 9. Esti A. UMS. (2022). Pengaruh Kebiasaan Buruk Bruksisme Terhadap Kualitas

Hidup Terkait Kesehatan Gigi dan Mulut. Diakses pada 21 Februari 2024.

https://eprints.ums.ac.id/105368/3/NASPUB%20esti.pdf

10.Callista A. KlikDokter. (2020). Bahaya Terlalu Sering Menggunakan Tusuk Gigi.

Diakses pada 21 Februari 2024. https://www.klikdokter.com/info-sehat/gigi-

(13)

mulut/bahaya-terlalu-sering-menggunakan-tusuk-gigi

11. Kementrian Kesehatan RI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi 2014: 86.13.

12. Faride M. Madani, Arthur S, Kupersten. 2014. Normal Variations of Oral Anatomyand Comon Oral Soft Tissue Lesions. Departement of oral medicine, University ofPennsylvania school of Dental Medicine. Philadephia USA.

13. Malcom A. Lych, Vernon J. Brightman, Martin S. Greenberg. 1997. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and Treatment 9th Edition. Lippincott-Raven Publisher.Philadelphia.

Referensi

Dokumen terkait