Atas rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan kamp geospasial dalam batas waktu yang telah ditentukan. Sebagai bentuk bekal dan persiapan yang nantinya dapat digunakan dalam kehidupan kerja, maka dilakukan kegiatan camping geospasial, dimana wilayah pemetaannya adalah Desa Pananjung, Kabupaten Bandung. Para orang tua yang telah memberikan restu dan dukungan serta sarana baik materil maupun moril terhadap terselenggaranya Perkemahan Geospasial Tahun 2023.
Kepala Desa Pananjung Kabupaten Bandung yang memberikan kesempatan kepada penyelenggara untuk melaksanakan geospasial camp tahun 2023. Aparat Desa Pananjung yang telah memberikan fasilitas dan informasi yang bermanfaat dan mudah bagi peserta. Seluruh warga Desa Pananjung yang menerima dan membantu, serta dapat bekerjasama dengan para peserta.
Dan semua pihak terkait yang turut serta mendukung kegiatan Geospatial Camp ini tidak dapat disebutkan satu persatu. LAMPIRAN A: Nama-nama peserta perkemahan geospasial tahun 2023. LAMPIRAN B: Rincian kegiatan perkemahan geospasial tahun 2023. LAMPIRAN C: Data kerangka dasar horizontal.
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
 - Rumusan Masalah
 - Maksud dan Tujuan
 - Manfaat Praktikum
 - Lingkup Pelaksanaan Praktikum
 - Struktur Organisasi Kemah Geospasial
 
Pengukuran planimetrik pada peta topografi digambarkan pada koordinat X dan Y, sedangkan dimensi relief digambarkan pada koordinat Z. Ketinggian pada peta topografi ditunjukkan dalam bentuk garis kontur yang menghubungkan titik-titik di permukaan bumi yang mempunyai ketinggian yang sama (Yukha, 2019). Untuk membantu kelancaran kegiatan Perkemahan Geospasial, diperlukan suatu metode pengelolaan data terkait kegiatan peta topografi ini.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, berikut rumusan masalah dari kegiatan praktikum Perkemahan Geospasial ini: Tujuan dari praktikum Perkemahan Geospasial ini adalah untuk memenuhi salah satu mata kuliah wajib pada program Studi Teknik Geodesi Itena yaitu Perkemahan Geospasial GDB-210 , yang akan dilaksanakan di Desa Pananjung, Kabupaten Bandung. Perkemahan Geospasial merupakan kegiatan yang dapat dijadikan referensi oleh setiap mahasiswa tingkat akhir khususnya untuk persiapan kedepannya.
Wilayah pengukuran yang dilakukan peserta geospasial camp berada di Desa Pananjung Kabupaten Bandung yang terbagi dalam 8 wilayah pengukuran. Tahapan kegiatan pembuatan peta topografi adalah orientasi lapangan, kalibrasi, pengukuran GPS, pengukuran kerangka dasar kartografi, pengukuran situasi secara detail, pengukuran dengan drone, pengolahan data, produksi hingga pembuatan peta topografi.
DASAR TEORI
Topografi
- Metode Pengukuran Topografi
 - Peta Topografi
 
Menurut laman Pengembangan Sumber Daya Manusia Informasi Geospasial milik Badan Informasi Geospasial (BIG), dijelaskan bahwa survei tanah merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan pada permukaan bumi dimana seorang pengamat melakukan kontak langsung dengan suatu objek yang akan dipetakan. Survei kebumian pada dasarnya dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kedudukan suatu benda di permukaan bumi. Metode pengukuran terestrial melibatkan pengumpulan data arah, sudut, jarak dan ketinggian yang diperoleh langsung dari permukaan tanah (BIG, 2020).
Apabila dalam survei tanah diketahui ada bidang-bidang tanah yang didaftarkan dan tidak dimasuki, maka bidang-bidang tersebut dimasukkan dalam Peta Dasar Pendaftaran. Bagi tanah-tanah yang tercatat dan dipetakan pada Peta Dasar Pendaftaran, verifikasi lapangan sudah cukup sebagai kegiatan untuk meningkatkan kualitas data tanah. Peta topografi merupakan obyek-obyek yang ada di permukaan bumi dengan ketinggian yang dihitung dari permukaan laut dan digambarkan dalam bentuk lapisan, dimana setiap lapisan mewakili satu ketinggian.Peta topografi mempunyai dua unsur pokok yaitu ukuran planimetri (ukuran permukaan datar) dan ukuran relief. (relatif terhadap perbedaan ketinggian).
Peta kontur adalah peta yang menunjukkan beberapa bentuk alami permukaan bumi dengan bantuan lapisan. Garis kontur pada peta topografi diperoleh dengan melakukan proses interpolasi linier antar titik ketinggian yang berdekatan. Interpolasi linier adalah metode atau fungsi matematika yang memperkirakan nilai pada lokasi yang datanya tidak tersedia atau tidak tersedia. Interpolasi linier mengasumsikan bahwa atribut-atribut data bersifat kontinu dalam ruang dan atribut-atribut tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Survei Terestris
- Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal
 - Kegunaan Poligon
 - Jenis-jenis Poligon
 - Pengolahan Data Poligon
 - Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
 - Pengukuran Detail Situasi
 
Hingga saat ini, mengukur perbedaan tinggi badan sipat datar masih menjadi cara yang paling akurat untuk mengukur perbedaan tinggi badan. Sehingga ketelitian rangka bawah vertikal dinyatakan sebagai batas harga terbesar selisih ketinggian dari pengukuran bidang datar ke dan dari. Sehingga ketelitian rangka alas vertikal (KDV) dinyatakan sebagai batas nilai terbesar beda ketinggian dari pengukuran bidang datar dari dan ke sana.
Tujuan dari leveling adalah untuk menentukan ketinggian titik-titik relatif terhadap bidang referensi tertentu yang akan digunakan sebagai mesh bidang peta. Pada bidang yang akurat, seluruh jarak harus dibagi menjadi beberapa bagian untuk menentukan titik balik. Kesalahan instrumen: disebabkan oleh petugas, ketidaksempurnaan penyelarasan instrumen flatbed (garis kolimasi tidak sejajar dengan tanda level tabung).
Menentukan dan mengukur posisi vertikal (elevasi) kerangka dasar pemetaan. misalnya menggunakan metode sipat datar);. Penentuan dan pengukuran posisi horizontal dengan metode poligon tertutup dan penentuan posisi vertikal menggunakan bidang datar telah dijelaskan di atas.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Wilayah Pelaksanaan Praktikum
Waktu Pelaksanaan Praktikum
Metodologi Praktikum
Tahapan Praktikum
- Peralatan yang Digunakan
 - Orientasi Lapangan
 - Pematokan
 - Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal
 - Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
 - Pengukuran Detail Situasi/Topografi
 - Pendataan Persil
 
Alat yang paling penting dalam pengukuran topografi, dimana data yang dapat diperoleh dengan alat ini adalah koordinat, sudut dan jarak. Orientasi lapangan dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai lokasi pengukuran serta dapat merencanakan titik-titik poligon yang akan ditentukan dengan pemasangan tiang. Hasil orientasi tersebut dapat menjadi acuan pengukuran poligon, pengukuran situasi secara detail, posisi Tolok Ukur (BM), dan batas area pengukuran. Hasil orientasi lapangan kelompok 5 sesuai dengan lokasi yang ditentukan oleh PJ Kemker, terdapat 2 titik BM dan 15 titik poligon perencanaan yang dibuat untuk selanjutnya digunakan dalam pengukuran.
Selama melakukan orientasi lapangan, kelompok 5 juga menentukan penempatan tiang-tiang pada titik-titik poligon yang telah ditentukan sebelumnya agar pada saat melakukan pengukuran kerangka dasar, titik-titik yang ditentukan tidak melenceng sehingga dapat digunakan. Pengukuran rangka dasar vertikal dilakukan oleh tim pengukur dengan menggunakan waterpas (WP), alat ukur dan tanda stasioner. Pengukuran dilakukan untuk memperoleh data ketinggian suatu titik atau untuk mengukur perbedaan ketinggian untuk mengetahui ketinggian titik lain secara lebih rinci.
Pengukuran metode sipat datar dilakukan dengan cara memasang alat disekitar titik BM/Poligon yang telah ditentukan dan tanda pengukuran tepat pada titik BM/Poligon yang telah ditentukan posisi belakangnya dan menentukan posisi sipat datar. tanda ukur bagian depan Berikut langkah-langkah pengukuran rangka bawah vertikal dengan metode double stand flat plate. Letakkan alat di antara dua rambu (belakang dan depan) dengan jarak antara rambu dengan alat tidak lebih dari 50 m, jika lebih dari 50 m maka. Karena yang digunakan adalah metode double stand flat tip, maka setelah dilakukan pengukuran benang atas, benang tengah, dan benang gelendong pada bagian belakang dan tanda muka, setel kembali pahat dengan posisi masih diantara kedua tanda ukur tersebut.
Perlu diingat bahwa posisi awal pelat belakang diubah menjadi pelat depan, dan pelat pada posisi awal diubah menjadi pelat belakang. Backsight (BS) sehingga koordinat alat yang dimasukkan sebelumnya terhubung dengan koordinat tembakan BS nantinya.
Pengolahan Data
- Pengolahan Data Kerangka Dasar Horizontal
 - Pengolahan Data Kerangka Dasar Vertikal
 - Pengolahan Data Detail Situasi/Topografi
 - Pengolahan Persil
 
Visualisasi Data
- Plotting Kerangka Dasar Horizontal
 - Plotting Detail Situasi/Topografi
 - Penarikan Garis Kontur
 
Anda dapat melakukan ini dengan memilih layer titik yang ingin Anda sisipkan, lalu memilih semua titik, klik kanan, dan pilih edit titik.
HASIL DAN ANALISIS
- Hasil dan Analisis Kerangka Dasar Horizontal
 - Hasil dan Analisis Kerangka Dasar Vertikal
 - Hasil dan Analisis Detail Situasi/Topografi
 - Hasil dan Analisis Kesesuaian Detail Situasi dengan Data Foto Udara
 - Hasil dan Analisis Data Persil
 
Setelah dilakukan pengolahan data, diperoleh ketelitian dari pengukuran Rangka Dasar Horisontal (KDH) yaitu kesalahan cakupan sudut (KPS) yang diperoleh sebesar 1' 27" dengan batas maksimum yang diijinkan sebesar 15' yang berarti KPS hasil dari kelompok 5 pengukuran belum berada dalam batas maksimum yang diperbolehkan, dan ketelitian linier sebesar 1:6218 dengan batas maksimum yang diperbolehkan sebesar 1:6000 yang berarti ketelitian linier telah memasuki batas maksimum yang diperbolehkan, dengan pengolahan data menggunakan metode Bowditch. terlihat pada gambar 4.2 terdapat perbedaan hasil pengukuran poligon pada kelompok 5 dan beberapa kelompok dengan selisih kurang lebih 1 m. Perubahan bentuk poligon ini dapat terjadi karena kesalahan pengukuran sudut pada setiap titik, yang akan mengakibatkan menyebabkan perambatan error dan membuat KPS hasil pengukuran menjadi besar.
Oleh karena itu, terdapat perbedaan hasil pengukuran poligon golongan 5 dan poligon golongan yang tumpang tindih dengan poligon golongan 5. Pada saat melakukan pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV) tidak terdapat kendala yang berarti, selain permasalahan topografi kawasan yang terlalu sempit dan curam sehingga berdampak pada kebebasan melakukan pengukuran, metode pengukuran KDV yang digunakan adalah metode Tripod Ganda. Setelah dilakukan pengolahan data pengukuran KDV didapatkan error ketinggian sebesar 4 mm dengan batas maksimal error ketinggian yang diijinkan sebesar 5 mm.
Kelompok 5 mengalami beberapa kendala dalam melakukan pengukuran kondisi detail, salah satunya adalah pengukuran kondisi detail di kawasan kompleks perumahan pada jam sibuk, dimana peralatan ditempatkan di pinggir jalan yang cukup sempit, sehingga cukup menyulitkan saat kendaraan roda empat melintas sambil melakukan pengukuran situasi secara detail. Sehingga pada saat pengumpulan data keadaan detail, data koordinat titik poligon kelompok 5 yang tidak tumpang tindih digantikan dengan data koordinat hasil pengukuran poligon kelompok lain. Solusi ini diambil atas dasar bahwa keakuratan data pengukuran poligon kelompok 1, 6, dan 9 lebih baik dibandingkan data pengukuran kelompok 5.
Kemudian untuk menunjang data tinggi badan, dari hasil pengukuran KDV diperoleh error ketinggian sebesar 4 mm, dengan batas maksimal error ketinggian yang diperbolehkan sebesar 5 mm. Jadi data ketinggian kelompok 5 masuk ke dalam toleransi, sehingga nantinya dapat digunakan sebagai data kontur untuk pengolahan situasi secara detail. Untuk kesesuaian antara hasil pengukuran situasi secara detail dengan gambar foto udara desa Pananjung yang diambil, lihat Gambar 4.6.
Dari gambar di atas terlihat hasil antara gambar foto udara desa Pananjung yang diambil dengan UAV dan hasil digitalisasi data situasi secara detail. Keakuratan rms error dapat mempengaruhi pergeseran pada gambar foto udara dan hasil digitalisasi situasi detail. rms error pada gambar foto udara yang diolah adalah sebesar 0.05m, dimana pergeseran dengan rms error sekecil itu juga sangat besar. Minimal, sehingga tampak hampir tidak ada pergeseran antara gambar foto udara dengan detail situasi yang didigitalkan. Hal ini menunjukkan bahwa membandingkan hasil digitalisasi data situasi secara detail terhadap posisi dan ukuran objek dari foto udara menggunakan drone sudah cukup tepat, berdasarkan gambar yang tertera di atas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil pengukuran rangka kendali horizontal dan vertikal adalah hasil pengukuran rangka kendali horizontal mempunyai ketelitian yang kurang baik untuk kesalahan sudut penutupan (KPS), masing-masing 1' 27" atau 87'. Sedangkan berdasarkan hasil pengukuran rangka kendali horizontal rangka kendali vertikal, mempunyai ketelitian yang baik yaitu terdapat kesalahan ketinggian sebesar 4 mm dengan batas/toleransi maksimal yang diijinkan sebesar 5 mm. Dari hasil koreksi tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran rangka kendali vertikal yang diperoleh adalah cukup akurat sehingga masuk dalam toleransi.
Saran
Kegiatan perkemahan geospasial melibatkan kurang lebih 72 orang, diantaranya 55 orang mahasiswa peserta perkemahan geospasial, 11 orang pengawas, 5 orang pendamping perkemahan geospasial, dan seorang teknisi pekerja.