• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan kemajuan tahap i - Dr. Abdul Kadir, SH, M.Si

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "laporan kemajuan tahap i - Dr. Abdul Kadir, SH, M.Si"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

URAIAN KEGIATAN

Penelitian ini merupakan penelitian baru dan berbagai literatur serta observasi yang dilakukan di berbagai sentra perkebunan karet menunjukkan bahwa penelitian tumpangsari tanaman pangan – tanaman perkebunan tidak dilakukan secara intensif dan tidak berkelanjutan. Pada penelitian yang dilakukan, penanaman baru dilakukan dengan menggunakan klon karet PB 260 dan PB 340 dengan jarak tanam yang ditentukan, sedangkan tanaman padi merah yang ditanam adalah varietas lokal MSP, Sertani dan Hamparan Perak. Penelitian ini tergolong baru karena akan memetakan seluruh aspek agronomi tumpang sari kedua tanaman tersebut dan secara spesifik dapat menentukan varietas padi merah unggul terbaik yang ideal ditanam di perkebunan karet.

Padi penghasil beras merah ini dapat ditanam dengan cara tumpang sari dalam perkebunan, karena umumnya areal perkebunan TBM karet terbuka dan dapat dimanfaatkan. Penelitian mengenai tanaman tangkapan yang berbeda di perkebunan karet biasanya melibatkan deskripsi tanaman tahunan yang berbeda, seperti yang dilaporkan oleh Agustina et.al (2015). Di Filipina, Hondrade et.al (2017) menyimpulkan bahwa teknologi pencampuran tanaman karet dengan tanaman kacang tanah dapat meningkatkan pendapatan petani karet.

Sahuri et.al (2016) menyatakan bahwa usahatani padi sawah sebagai tanaman sela karet pada harga rendah masih menguntungkan dengan R/C rasio sebesar 1,46, sedangkan pada harga tinggi sangat menguntungkan dengan R/C rasio sebesar 1,94. Namun hingga saat ini belum ada penelitian mengenai pertumbuhan dan produksi varietas unggul tersebut sebagai tanaman tangkapan khususnya pada perkebunan karet, sehingga pemanfaatan lahan di kawasan TBM karet belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ketersediaan pangan berkualitas.

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

  • Tinggi Tanaman
  • Jumlah Anakan
  • Pertumbuhan Gulma
  • Hama dan Penyakit
  • Penyiraman

Penilaian yang dilakukan oleh World Agroforestry Center (2013) menunjukkan bahwa pertumbuhan batang sampai umur 2 tahun tidak dipengaruhi oleh faktor pengolahan tanah. Siregar dan Suhendry (2014) menunjukkan bahwa cangkok yang umumnya ditanam pada tahap 2 payung daun tidak menunjukkan perbedaan pertumbuhan daun dengan perlakuan pengolahan tanah. Tindakan pengolahan tanah yang dominan adalah pemeliharaan status air dan pengendalian gulma pada lembaran karet (Siregar dan Suhendry, 2014).

Budiman (2017) juga menunjukkan bahwa pertumbuhan daun yang pesat dapat diamati pada umur 8 – 12 bulan setelah tanam di lapangan. Secara umum terlihat bahwa varietas lokal yaitu Hamparan Perak tumbuh dengan tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan kedua varietas lainnya. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa varietas lokal Hamparan Perak dikatakan masih mempunyai ciri-ciri standar yaitu masih mempunyai ciri-ciri alami.

Hasil pengamatan tersebut memberikan indikasi bahwa varietas MSP dan Sertani diharapkan mampu memanfaatkan sinar matahari dengan baik, dengan rasio pembentukan komponen generatif yang lebih baik dibandingkan varietas Hamparan Perak. Walaupun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, namun terlihat bahwa kultivar lokal mempunyai anakan lebih banyak dibandingkan kultivar MSP dan Sertani. Jumlah anakan yang diamati menunjukkan bahwa varietas lokal Hamparan Perak mempunyai karakteristik anakan tumbuh dibandingkan kedua varietas lainnya.

Dengan kata lain, varietas MSP dan Sertani cenderung memiliki pertumbuhan komponen generatif yang lebih tinggi (jumlah malai, jumlah bulir per malai, dan jumlah biji per malai). Dari observasi dan analisis yang dilakukan terlihat bahwa pendanaan untuk pengendalian gulma merupakan komponen terbesar dari aspek biaya dalam pengelolaan pola tanam padi karet. Analisis yang dilakukan oleh Sari dan Rahayu (2013) menunjukkan bahwa pengendalian gulma merupakan aspek prioritas dalam budidaya seperti yang disimpulkan oleh Ferry, et.al (2013).

Pengamatan menunjukkan bahwa timbulnya penyakit dalam jumlah yang sangat terbatas disebabkan oleh kontrasnya musim kemarau dan penyiraman yang dilakukan untuk menjaga kelembaban tanah. Komponen irigasi merupakan komponen biaya yang juga tinggi, begitu pula komponen pengendalian gulma dalam pembiayaan penanaman tumpangsari karet-padi. Penyiraman yang dilakukan setiap hari juga berdampak pada tingginya tingkat pertumbuhan gulma sehingga memerlukan pengendalian gulma secara intensif.

Gambar 3. Kondisi Tanaman Karet 3 Bulan Setelah Tanam
Gambar 3. Kondisi Tanaman Karet 3 Bulan Setelah Tanam

KESIMPULAN DAN SARAN

The low price of natural rubber in the last 10 years has resulted in a decrease in the income of small rubber owners. Based on the aspect of agronomy, to increase their income can be increased by the practice of multiple planting of rubber - on dry soil in sand. The research projection will find the variation of rubber and block growth as a result of rubber shading, therefore it can recommend the best variety to manage as multiple rubber cutting.

2 million ha: the potential of the rubber plantation could produce food if the combined planting technique is applied. Observation still needs to evaluate all aspects of multiple rubber cultivation – paddy crops as the way to increase the income of small rubber farmers and support food security. The low price of natural rubber, i.e. lower than US$2.00 per kg since 2012, caused a reduction in the small rubber holder (Fauzi,2015).

To solve the lower income of small rubber farmers, the agrotechnology of multiple cropping is needed. Asian Developpemt Bank (2015) suggested that national food security in Indonesia can be practiced through multiple cultivation supported by new investments. This means that new area for rubber plantations can be combined with some food crops in between for rubber trees.

Director of Perennial Crops - Indonesia's Agriculture Department also believes that to increase rubber income for toddlers, more crop technologies could be applied, which can also be the answer to national food security. Multiple cropping of rubber plantation needs more research based on the price of food crops. The reason is 1) most of the multiple cropping technology does not have to be practiced by default. This research objective is to recommend paddy production of red rice superior to variety which can tolerate canopy shade of rubber tree and to arrange manual practice of multiple cropping of rubber - paddy dry land.

Widyasari (2014) stated that this aspect can result in the use of space for rubber for food crop management, especially up to the age of 3-4 years of rubber. Both clones have a growth stem girth in the range of 0.8 – 1.2 cm, still as a stem girth standard (Balai Penelitian Sungei Putih, 2014). Based on his research, Sahuri (2015) concluded that multiple cultivation of rubber - a food crop did not cause negative impact on rubber and paddy crops. In other words, 4, 5 and 6 WAP still grow well in high paddy crops.

The growth orientation to maximize high cannot be found, it differs with MSP and Sertani which has high crops as a strategy to capture. On the other hand, the local variety Hamparan Perak with high vigor for seedling growth as a strategy to generate high yield. Although there were insignificant differences, but it can be seen that the Hamparan Perak local variety grows more seedlings than MSP and Sertani.

Analysis by Sahuri (2015) stated that weed control of multiple crops is the priority of crop management, as also concluded by Ferry, et.al (2013).

Gambar 1. Foto Hamparan Lahan yang Digunakan Untuk  Penelitian Seluas 1,4 Ha  PPPem
Gambar 1. Foto Hamparan Lahan yang Digunakan Untuk Penelitian Seluas 1,4 Ha PPPem

Gambar

Gambar 1. Peta Jalan Penelitian
Gambar 2. Denah Penanaman Karet - Padi Pada Dua Blok Dengan Jarak Tanam                        Karet yang Berbeda
Gambar 3. Kondisi Tanaman Karet 3 Bulan Setelah Tanam
Gambar 4. Pertumbuhan Tinggi 3 Varietas Padi
+7

Referensi

Dokumen terkait

2009-11 - Head of the Department for Analytical Work and International Cooperation and CCSON of the Ministry of Education and Science of the Republic of Kazakhstan Astana.. 2011-12 -