• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISA UMUR PEMAKAIAN SHAFT PROPELLER PADA KAPAL WARIHMAS DI PT DOK & PERKAPALAN KODJA BAHARI (PERSERO) GALANGAN JAKARTA I

N/A
N/A
Fakhri Hidayat

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISA UMUR PEMAKAIAN SHAFT PROPELLER PADA KAPAL WARIHMAS DI PT DOK & PERKAPALAN KODJA BAHARI (PERSERO) GALANGAN JAKARTA I"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

34; ANALISIS USIA PROPELLER SHAFT PADA KAPAL WARIHMAS DI PT DOK & PERKAPALAN KODJA BAHARI (PERSERO) GALANGAN JAKARTA I". Laporan kerja praktek yang berjudul “ANALISIS USIA PROPELLER SHAFT PALANO & USA. ODJA BAHARI (PERSERO) GALANGAN "JAKARTA I" bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik Program Studi di Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Jakarta. Akibat gaya-gaya yang timbul maka poros baling-baling harus mampu menahan gaya-gaya yang bekerja padanya, agar poros tidak mengalami deformasi yang melebihi batas yang diperbolehkan. .

Sifat material, sifat geometri dan proses pembuatannya dapat mempengaruhi kualitas suatu desain, sehingga penelitian mengenai material yang tepat untuk poros baling-baling dapat mempengaruhi kinerja sistem penggerak kapal. Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) mewajibkan poros baling-baling dilepas dan diperiksa setiap tiga tahun sekali untuk sistem poros berpelumas air laut dan setiap lima tahun sekali untuk sistem poros berpelumas oli atau gemuk. Proses pelepasan dan pemeriksaan poros baling-baling menjadi salah satu penyebab tingginya biaya perawatan yang harus ditanggung oleh pemilik kapal.

Sedangkan kondisi di lapangan menunjukkan jam operasional masing-masing kapal berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan tingkat keandalan poros baling-baling antara satu kapal dengan kapal lainnya. Komponen yang akan ditinjau hanya komponen poros baling-baling dengan sistem poros tunggal tipe baling-baling tetap yang tidak terkontrol.

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Perumusan Masalah
  • Batasan Masalah
  • Maksud dan Tujuan
  • Manfaat
  • Sistematika Penyusunan

Hasil observasi tersebut dapat dijadikan sebagai penyeimbang antara teori dan pihak semasa kuliah maupun dunia industri nyata.

PROFIL PERUSAHAAN

Profil Perusahaan

Visi dan Misi Perusahaan

Tata Nilai Perusahaan

Tujuan Perusahaan

Cabang di Seluruh Indonesia

Struktur Organisasi

Kegiatan Umum Perusahaan

TINJAUANPUSTAKA

Shaft Propeller

  • Sistem Pelumasan Air Laut
  • Sistem Pelumasan Minyak

Perawatan Sistem Poros

Kendala Sistem

Fungsi Kendala

Mean Time To Failure (MTTF)

METODE PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

  • Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek
  • Persiapan Alat Pelindung Diri
  • Metode Pengumpulan Data
  • Diagram Alir Proses Pelaksanaan Kerja Praktek

Pada tahap ini digunakan berbagai metode observasi dan pengumpulan informasi, baik melalui wawancara, observasi lapangan, atau studi literatur, namun juga melalui flowchart metode pelaksanaan kerja praktek.

STUDI KASUS

Studi Kasus Analisa Umur Pemakaian Shaft Propeller Pada Kapal

Penelitian yang dilakukan pada poros baling-baling kapal SPOB dengan menggunakan metode elemen hingga bertujuan untuk memperoleh nilai kekuatan poros baling-baling dan nilai siklus tegangan sehingga dapat ditentukan umur lelahnya.

Gambar 5.1 Kapal Warihmas Tabel 5.1 Data Pemesinan Kapal SPOB
Gambar 5.1 Kapal Warihmas Tabel 5.1 Data Pemesinan Kapal SPOB

Menentukan Kekuatan Shaft Propeller Dengan Melihat Faktor

Nilai tegangan poros baling-baling SPOB yang diijinkan adalah sebesar 104,67 MPa untuk tegangan geser dan juga 209,34 MPa untuk tegangan tarik. Nilai tegangan von Mises pada poros propeller sebesar 203,05 MPa dan tegangan geser sebesar 93,52 MPa. Jika dilakukan analisis untuk mengetahui pemeriksaan sistem poros baling-baling berdasarkan jumlah jam operasional kapal, serta analisis tingkat keandalan komponen-komponen sistem poros baling-baling, maka akan diperoleh perubahan pada sistem poros baling-baling. selang waktu pemeriksaan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Badan Klasifikasi.

Permasalahan yang terjadi pada sistem PTO dapat menyebabkan berkurangnya keluaran daya sistem atau bahkan menimbulkan kerusakan yang lebih parah sehingga sistem PTO tidak dapat berfungsi sama sekali. Penyebabnya juga ada faktor kerusakan yang disebabkan oleh manusia, karena para mekanik di bengkel tersebut kurang menyadari pentingnya SOP perusahaan mengenai perawatan poros PTO yang baik dan benar. Selain itu, rusaknya poros baling-baling merupakan akibat dari seringnya pemilik kapal menunda perawatan poros baling-baling di kapal.

Kondisi lapangan menunjukkan jam operasional setiap kapal berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan tingkat keandalan poros baling-baling antar kapal. Meskipun jam operasional kapal tinggi, namun hal ini akan menurunkan tingkat keandalan sistem gardan sehingga rentan terhadap kerusakan. Banyaknya serpihan dapat menyebabkan turunnya tingkat keandalan bahkan dapat menyebabkan kerusakan pada poros baling-baling.

Pengecekan umur poros baling-baling pada suatu kapal harus didasarkan pada tingkat keandalan komponen dan waktu operasional, dengan menggunakan pendekatan teori keandalan. Poros baling-baling harus dilepas dan diperbaiki dengan selang waktu 3 (tiga) tahun untuk pelumasan air laut, dan selang waktu 5 (lima) tahun untuk pelumasan oli. Proses pelepasan poros baling-baling sebaiknya dilakukan bersamaan dengan survei dermaga yang dilakukan oleh kelas agar berbagai komponen lainnya juga ikut diperiksa untuk menghemat biaya.

Rusaknya poros baling-baling dapat menyebabkan turunnya kinerja sistem dan dapat menyebabkan kerusakan besar hingga tidak dapat berfungsi sama sekali. Menjaga kinerja poros baling-baling dengan melakukan pemantauan rutin, menjadwalkan perawatan berkala, dan menyediakan suku cadang asli. Dengan perawatan yang tepat dan tepat waktu, Anda dapat menjamin keandalan poros baling-baling selama pengoperasian dan dapat memperpanjang umurnya.

Tabel 5.3 Hubungan siklus dan waktu
Tabel 5.3 Hubungan siklus dan waktu

Menentukan Umur Kelelahan (Fatigure Life) Shaft Propeller

Tinjauan Aturan Biro Klasifikasi Indonesia

  • Perbandingan Keuntungan Yang Diperoleh

Biro Klasifikasi Indonesia mewajibkan semua kapal yang diklasifikasikan untuk mematuhi semua peraturan yang ditetapkan oleh BKI. Kelas tersebut mewajibkan setiap kapal yang diklasifikasikan untuk melakukan survei pelepasan gandar setiap tiga tahun untuk kapal dengan sistem gandar tunggal dan setiap empat tahun untuk kapal dengan sistem gandar ganda. Selain ketentuan tersebut, Kantor Klasifikasi juga mewajibkan kapal yang diklasifikasikan untuk melakukan survei perantara dan survei khusus untuk keperluan pembaharuan kelas dalam jangka waktu kelas (5 tahun).

Survei interim jatuh pada pertengahan masa perkuliahan, yaitu 2,5 tahun, sedangkan survei khusus pembaharuan kelas dilakukan pada akhir masa perkuliahan atau pada tahun ke-5 perkuliahan. Pemilik kapal umumnya menggabungkan survei pelepasan poros dengan survei perantara dan survei pembaruan kelas. Dengan kata lain, dalam satu periode kelas dilakukan dua kali pelepasan poros dan dua kali docking untuk melaksanakan seluruh proses perbaikan pada sistem dan konstruksi di dalam kapal.

Dari hasil analisa dengan pendekatan tingkat keandalan komponen pada kapal yang sama dengan menetapkan standar indeks keandalan minimal pada saat dilakukan pemeriksaan sebesar 0,7 (R=0,7), maka dari hasil perhitungan pada program hanya terjadi satu kerusakan dan satu kerusakan. diperlukan pemeriksaan sistem poros baling-baling dalam satu periode kelas. Selang waktu pengecekan sistem poros adalah pada saat jam operasional kapal telah mencapai 18.275 jam. Dengan pola operasional kapal yang sama (300 hari/tahun), pemeriksaan sistem poros baling-baling dapat dilakukan pada pertengahan masa kelas atau pada tahun ketiga masa kelas.

Dengan demikian, proses pelepasan poros dapat digabungkan pada waktu pemeriksaan sementara yang ditentukan oleh kelas, tanpa perlu melakukan pemeriksaan poros lagi di akhir periode kelas. Di bawah ini kita bandingkan manfaat yang dapat diperoleh dalam satu periode kelas jika kapal melakukan pemeriksaan sistem poros baling-baling berdasarkan ketentuan kelas dan jika kapal melakukan pemeriksaan sistem poros berdasarkan analisis tingkat keandalan komponen. . Oleh karena itu, untuk menghindari hal tersebut maka harus dilakukan pemeliharaan secara terus-menerus sesuai dengan yang ditentukan kelasnya yaitu pemeriksaan pembuangan abu.

Yaitu setiap tiga tahun sekali untuk sistem poros tunggal dan setiap 4 tahun sekali untuk sistem multi poros. Di satu sisi, jika dilakukan docking untuk memeriksa poros pada saat tingkat keandalan poros masih cukup baik, maka akan menimbulkan biaya perawatan tambahan. Untuk melakukan pemeriksaan poros baling-baling secara detail maka sistem harus dibuka secara keseluruhan atau lebih dikenal dengan survei retraksi poros.

Gambar 5.4 Diagram Fishbone
Gambar 5.4 Diagram Fishbone

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Berdasarkan hasil kerja praktek dan hasil analisis pada saat observasi langsung di lapangan, dapat disimpulkan bahwa. Perkiraan umur kelelahan material poros baling-baling yang dianalisis pada kondisi pembebanan adalah 16,33 tahun dengan jumlah siklus tegangan 3,24 x 109 siklus. Biro Klasifikasi Indonesia, Aturan Klasifikasi dan Konstruksi Kapal Baja Laut Jilid I, PT.

Gambar 1. Surat Balasan PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari
Gambar 1. Surat Balasan PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari

Gambar

Gambar 2.1 Logo Perusahaan
Gambar 3.1 Denah Shaft Propeller sistem poros baling-baling dapat dibedakan menjadi 2 jenis:
Gambar 3.2 Sistem Pelumasan Air Laut
Gambar 3.3 Shaft Propeller 3.3  Kendala Sistem
+7

Referensi

Dokumen terkait