• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan kerja praktek - Repository UNUGHA Cilacap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "laporan kerja praktek - Repository UNUGHA Cilacap"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN KOMPONEN PRODUK TX401SBV5 DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PADA PT. SURYA TOTO INDONESIA, Tbk.

Diajukan Guna Untuk Melengkapi Persyaratan Kelulusan Program Sarjana Strata Satu (S1)

Disusun Oleh :

Nama : Muwahid Adli Lutfi

NIM : 41614010012

Program Studi : Teknik Industri

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

2017

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH S.W.T. Tuhan Semesta Alam, Shalawat dan Salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad S.A.W. beserta keluarga, para sahabat dan para penerus perjuangan Beliau hingga akhir zaman, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi dari Teknik Industri Strata Satu Universitas Mercu Buana. Judul yang dipilih penulis dalam laporan kerja praktek ini adalah β€œPenerapan Pengendalian Persediaan Komponen Produk TX401SBV5 Dengan Metode Material Requirement Planning (MRP) Pada PT. Surya Toto Indonesia Tbkβ€œ.

Dalam penulisan ini penulis banyak mendapatkan arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat berarti sehingga dapat berjalan dengan lancar. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Orang Tua beserta adik-adik yang banyak memberikan doa, motivasi dan semangat selama kegiatan kerja praktek ini.

2. Nurulita Rahayu seorang kekasih yang selalu menemani dan memberikan dukungan, semangat serta doa selama proses kerja praktek berlangsung.

3. Ibu Dr. Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Industri Universitas Mercu Buana.

4. Bapak Ir. Torik Husein, MT, selaku dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan kerja praktek dan laporan dengan sebaik-baiknya.

5. Bapak Pujiyono, selaku pembimbing sekaligus mentor yang telah membantu selama kegiatan Kerja Praktek di PT. Surya Toto Indonesia, Tbk.

6. Bapak Sulkhan, selaku HRD PT. Surya Toto Indonesia, Tbk yang telah menerima dan membimbing dalam melaksanakan kegiatan Kerja Praktek.

(6)

vi

7. Karyawan Seksi Warehouse Fitting PT. Surya Toto Indonesia, Tbk karena telah membantu memberikan dukungan dalam kegiatan Kerja Praktek.

8. Syahrul, Munajat, Ridho, Riyan, Gusti, Giri, Fajar dan Fendi sebagai sahabat – sahabat seperjuangan Teknik Industri Angkatan 2014 Universitas Mercu Buana yang telah sama – sama berjuang keras selama belajar di kampus ini.

Penulis berharap semoga laporan kerja praktek ini dapat memberikan masukan dan manfaat bagi para pembaca. Penulis masih menyadari sepenuhnya bahwa laporan kerja praktek ini masih kurang sempurna karena keterbatasan yang dimiliki penulis. Untuk itu, kepada pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan kerja prakek ini.

Jakarta ,

( Muwahid Adli Lutfi )

(7)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR KETERANGAN PERUSAHAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Kerja Praktek ... 3

1.4. Batasan Masalah ... 3

1.5. Metode Kerja Praktek... 4

1.6. Jadwal Kerja Praktek ... 7

1.7. Lokasi Kerja Praktek ... 7

1.8. Sistematika Penulisan Laporan ... 8

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 9

2.1. Sejarah Awal Perusahaan ... 9

2.2. Struktur Organisasi PT. Surya Toto Indonesia, Tbk ... 10

2.3. Visi dan Misi PT. Surya Toto Indonesia, Tbk ... 11

2.4. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... 13

2.5. Job Description PT. Surya Toto Indonesia, Tbk ... 14

2.6. Proses Produksi PT. Surya Toto Indonesia, Tbk ... 17

(8)

viii

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ... 21

3.1. Peramalan ... 21

3.1.1. Pengertian Peramalan... 21

3.1.2. Jenis – Jenis Peramalan... 22

3.1.3. Metode – Metode Peramalan... 23

3.1.4. Ukuran Akurasi Hasil Peramalan... ... ...26

3.2. Bahan Baku... ... ...27

3.3. Persediaan... ...28

3.3.1. Pengertian Persediaan... ... ...28

3.3.2. Tujuan Persediaan... ... ...29

3.3.3. Jenis – Jenis Persediaan... ... ...29

3.3.4. Biaya – Biaya Persediaan... ... ...30

3.4. Material Requirement Planning (MRP)... ... ...34

3.5. Langkah Penyusunan MRP ... 36

3.6. Ukuran Lot (Lot Sizing)... ... ....37

3.6.1. Lot For Lot (LFL)... ... 37

3.6.2. Fix Order Quantity (FOQ)... ... 38

3.6.3. Economic Order Quantity (EOQ)... ... 39

3.6.4. Fix Period Requirement (FPR)... ... 40

3.7. Jadwal Induk Produksi... ... ....41

3.8. Struktur Produk... ... ...41

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... ... 42

4.1. Pengumpulan Data ... 42

4.1.1. Data Permintaan ... 42

4.1.2. Data Waktu Produksi ... 45

4.1.3. Data Struktur Produk TX401SBV5... ... ...46

4.1.4. Assembly Process Chart... ... ...49

4.2. Pengolahan Data... ... ...50

4.2.1. Peramalan Permintaan Produk TX401SBV5... ... 50

4.2.2. Kesalahan Peramalan Produk TX401SBV5... ... 60

4.2.3. Hasil Peramalan Produk TX401SBV5... ... 63

(9)

ix

4.3. Jadwal Induk Produksi ... 65

4.4. Rought Cut Capacity Planning (RCCP)... 67

4.5. PerencanaanKebutuhan Berdasarkan MRP... ... .70

4.5.1. Perhitungan MRP dengan Teknik Lot For Lot..... ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

5.1. Kesimpulan... 83

5.2. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 84 LAMPIRAN

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek ... 7

Tabel 2.1 Jam Kerja Karyawan ... 14

Tabel 3.1 Penetapan Ukuran Lot dengan Lot For Lot ... 38

Tabel 3.2 Penetapan Ukuran Lot dengan FOQ ... 39

Tabel 3.3 Penetapan Ukuran Lot dengan EOQ ... 40

Tabel 3.4 Petapan Ukuran Lot dengan FPR ... 40

Tabel 3.5 Contoh Jadwal Induk Produksi ... 41

Tabel 4.1 Data Permintaan Produk TX401SBV5 periode Januari 2016 sampai Juni 2017 ... 43

Tabel 4.2 Data Permintaan Produk TX401SBV5 periode Juli 2016 sampai Juni 2017 ... 44

Tabel 4.3 Waktu Proses Part Hexagonal Nut S22013-1S_PL ... 45

Tabel 4.4 Waktu Proses Part Cover S90045R_PL... 45

Tabel 4.5 Waktu Proses Part Body S11016T1S_MA ... 45

Tabel 4.6 Waktu Proses Part Connector S16013R_PL ... 46

Tabel 4.7 Waktu Proses Part Cap Nut S90028_PL ... 46

Tabel 4.8 Bill Of Materials TX401SBV5 ... 47

Tabel 4.9 Peramalan Permintaan Metode Trend Analysis ... 52

Tabel 4.10 Ukuran Kesalahan Peramalan Metode Trend Analysis ... 53

Tabel 411 Peramalan Permintaan Metode Moving Average ... 55

Tabel 4.2 Ukuran Kesalahan Peramalan Moving Average 2 Bulan ... 56

Tabel 4.13 Ukuran Kesalahan Peramalan Moving Average 3 Bulan ... 56

(11)

xi

Tabel 4.14 Ukuran Kesalahan Peramalan Moving Average 4 Bulan ... 56

Tabel 4.15 Peramalan Permintaan Metode Exponential Smoothing ... 58

Tabel 4.16 Ukuran Kesalahan Metode Exponential Smoothing Ξ±0,7 ... 59

Tabel 4.17 Ukuran Kesalahan Metode Exponential Smoothing Ξ±0,8 ... 59

Tabel 4.18 Ukuran Kesalahan Metode Exponential Smoothing Ξ±0,9 ... 59

Tabel 4.19 Analisis MAD ... 60

Tabel 4.20 Analisis MSE ... 61

Tabe 4.21 Analisis MAPE... 62

Tabel 4.22 Analisa Kesalahan Keempat Metode ... 63

Tabel 4.23 Peramalan Produk TX401SBV5 Metode Trend Analysis ... 64

Tabel 4.24 Jadwal Induk Produksi Berdasarkan Metode Peramalan Trend Linier ... 66

Tabel 4.25 Jadwal Induk Produksi ... 67

Tabel 4.26 Capacity Require Part Hexagonal Nut ... 68

Tabel 4.27 Capacity Require Part Cover ... 68

Tabel 4.28 Capacity Require Part Body ... 69

Tabel 4.29 Capacity Require Part Connector... 69

Tabel 4.30 Capacity Require Part Cap nut ... 70

Tabel 4.31 Hasil Peramalan Produk TX401SBV5 ... 71

Tabel 4.32 Contoh Perhitungan Lot For Lot pada TX401SBV5 ... 72

Tabel 4.33 Perhitungan MRP TX401SBV5 Dengan Metode Lot For Lot ... 73

Tabel 4.34 Perhitungan MRP Hexagonal Nut S22013-1S_PL Dengan Metode Lot For Lot ... 73

Tabel 4.35 Perhitungan MRP Leg S14009FR_LK Dengan Metode Lot For Lot ... 74

(12)

xii

Tabel 4.36 Perhitungan MRP Cover 290045R_PL

Dengan Metode Lot For Lot ... 74 Tabel 4.37 Perhitungan MRP Body S11016T1S_MA

Dengan Metode Lot For lot ... 75 Tabel 4.38 Perhitungan MRP Handle S32007NCH_LK

Dengan Metode Lot For Lot ... 75 Tabel 4.39 Perhitungan MRP Connector S16013R_PL

Dengan Metode Lot For Lot ... 76 Tabel 4.40 Perhitungan MRP Cartridge SCC40SF_IM

Dengan Metode Lot For Lot ... 76 Tabel 4.41 Perhitungan MRP Cap Nut S90028_PL

Dengan Metode Lot For Lot ... 77 Tabel 4.42 Perhitungan MRP Packing S91179_LK

Dengan Metode Lot For Lot ... 77 Tabel 4.43 Perhitungan MRP Hex. Socket Screw S85002_LK

Dengan Metode Lot For Lot ... 78 Tabel 4.44 Perhitungan MRP Screw S61015_LK

Dengan Metode Lot For Lot ... 78 Tabel 4.45 Perhitungan MRP Index S91334SR_LK

Dengan Metode Lot For Lot ... 79 Tabel 4.46 Perhitungan MRP O Ring 91388E_LK

Dengan Metode Lot For Lot ... 79 Tabel 4.47 Perhitungan MRP Wall Bracket Chrome C0205-SU_LK

Dengan Metode Lot For Lot ... 80 Tabel 4.48 Perhitungan MRP Connecting Nut S22018F_LK

Dengan Metode Lot For Lot ... 80

(13)

xiii Tabel 4.49 Perhitungan MRP TX401SBV5_SET

Dengan Metode Lot For Lot ... 81 Tabel 4.50 Perhitungan MRP Flex. House Ultraflex 1.5M N40815_LK

Dengan Metode Lot For Lot ... 81 Tabel 4.51 Perhitungan MRP Shower Angolo 75-2s

Chrome D0405QMT1_MA_IM Dengan Metode Lot For Lot ... 82

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Alir Penelitian Kerja Praktek ... 5

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. SURYA TOTO INDONESIA Tbk... 12

Gambar 2.2 Proses Casting ... 18

Gambar 2.3 Proses Machining ... 19

Gambar 2.4 Proses Polishing ... 19

Gambar 2.5 Proses Platting... 20

Gambar 2.6 Proses Marking ... 20

Gambar 2.7 Proses Assembling ... 20

Gambar 3.1 Output dari MRP ... 36

Gambar 3.2 Struktur Produk ... 41

Gambar 4.1 Grafik Permintaan Produk TX401SBV5... 45

Gambar 4.2 Produk TX401SBV5 ... 48

Gambar 4.3 Assembly Process Chart Produk TX401SBV5 ... 49

Gambar 4.4 Struktur Produk TX401SBV5 ... 50

Gambar 4.5 Grafik Peramalan Metode Trend Analysis ... 53

Gambar 4.6 Grafik Peramalan Metode Moving Average ... 57

Gambar 4.7 Grafik Peramalan Metode Exponential Smoothing ... 60

Gambar 4.8 Grafik MAD (Mean Absolute Deviation) ... 61

Gambar 4.9 Grafik MSE (Mean Square Error) ... 61

Gambar 4.10 Grafik MAPE (Mean Absolute Percentage Error) ... 62

Gambar 4.11 Grafik Peramalan Produk TX401SBV5 Juli 2017 – Juni 2018 .. 64

(15)
(16)

1 1.1. Latar Belakang

Setiap perusahaan industri yang bergerak dibidang manufaktur tentu sangat memperhatikan bagaimana pengendalian persediaan bahan baku untuk berlangsungnya kegiatan proses produksi yang optimal. Dengan adanya persediaan akan memicu peningkatan biaya produksi sebuah produk diperusahaan. Namun pada dasarnya persediaan adalah hal yang tidak bisa diabaikan untuk semua perusahaan, karena dalam kegiatan proses produksi persediaan pasti ada, baik itu persediaan dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil.

Meningkatnya kebutuhan dan permintaan dari pelanggan membuat perusahaan harus melakukan pengendalian persediaan yang baik untuk mengatur biaya – biaya yang terkait dengan persediaan agar tidak melambung tinggi. Oleh karena itu setiap perusahaan harus memiliki cara pengendalian persediaan yang seefektif mungkin untuk meminimalkan biaya yang akan dikeluarkan, namun tidak mengurangi kualitas produk yang dihasilkan atas kebutuhan dan permintaan dari pelanggan. Menetapkan jumlah persediaan yang terlalu banyak akan mengakibatkan meningkatnya biaya penyimpanan, namun apabila menetapkan jumlah persediaan yang sedikitakan menghilangkan kesempatan atas keuntungan apabila jumlah permintaan pelanggan lebih tinggi dari persediaan.

Pertimbangan dari sebuah perusahaan untuk menentukan berapa jumlah persediaan yang harus disediakan dan kapan persediaan itu harus dipesan kembali adalah permasalahan yang harus diselesaikan dengan

(17)

2

(18)

2

pengendalian persediaan yang baik. Karena dengan pengendalian persediaan yang baik, perusahaan akan tau kapan persediaan akan habis dan harus dipesan lagi ke pemasok dan berapa jumlah persediaan yang akan dipesan sesuai dengan peramalan perusahaan maupun permintaan pelanggan.

PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. adalah sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi barang-barang Sanitary, Fitting dan Kitchen untuk kebutuhan manusia, pemasaran produk tidak hanya mencakup dalam negeri, tetapi sudah menjamah ke berbagai negara didunia. Produk yang dijual memiliki kualitas yang tinggi dengan harga yang kompetitif. Untuk memenuhi permintaan pelanggan dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. mengimport bahan baku dari luar Indonesia, seperti Jerman, Jepang, Korea dan negara-negara lainnya.

Bahan baku utama dari pembuatan seluruh jenis produk yang dihasilkan tercakup menjadi 3 golongan yaitu, Brass Ingot, Brass Bar dan Resin. Oleh karena itu penulis melakukan pengamatan terhadap metode pengendalian persediaan yang dipakai oleh PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. sebagai bentuk pembelajaran dan perbaikan terhadap metode yang dipakai. Jumlah persediaan yang menumpuk digudang disebabkan karena jumlah pembelian yang tidak stabil dan cenderung untuk melakukan persediaan pengaman yang berlebih. Jumlah persediaan yang menumpuk terjadi di hampir semua jenis material yang akan di produksi oleh PT. Surya Toto Indonesia, Tbk.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang didapatkan penulis saat kerja praktek, maka rumusan permasalahan yang akan menjadi obyek kajian dalam pengamatan ini adalah :

1) Bagaimana metode pengendalian persediaan pada PT. Surya Toto Indonesia, Tbk ?

2) Berapakah jumlah Demand produk TX401SBV5 dalam 1 periode?

3) Bagaimanakah metode peramalan untuk jadwal induk produksi PT.

Surya Toto Indonesia, Tbk?

(19)

3 1.3. Tujuan Kerja Praktek

Tujuan dari Kerja Praktek ini adalah :

1) Mengetahui metode pengendalian persediaan yang diterapkan pada PT.

Surya Toto Indonesia, Tbk.

2) Mengetahui jumlah Demand produk TX401SBV5 dalam satu periode.

3) Mengetahui metode peramalan yang digunakan untuk membuat Jadwal Induk Produksi pada PT. Surya Toto Indonesia, Tbk.

1.4. Batasan Masalah

Dalam batasan masalah ini perlu di tetapkan batasan-batasan dan asumsi agar langkah-langkah pemecahan permasalahan tidak menyimpang dari tujuan yang hendak dicapai yaitu:

1. Pembahasan masalah hanya menyangkut pada persediaan komponen pembuatan produk TX401SBV5 di PT. Surya Toto Indonesia, Tbk.

2. Proses produksi yang diamati adalah produksi TX401SBV5.

3. Data yang digunakan untuk metode peramalan adalah Juli 2016 sampai Juni 2017 dan dilakukan untuk satu periode mendatang yaitu Juli 2017 sampai Juni 2018.

4. Material Requierement Planning (MRP) dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Lot For Lot.

5. Tidak menghitung biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

6. Tidak mengamati persediaan pengaman.

(20)

4 1.5. Metode Kerja Praktek

Metode penelitian atau teknik pengumpulan data dilaksanakan dengan beberapa teknik berikut :

1) Observasi lapangan

Observasi lapangan adalah proses penelitian yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek- obyek pengamatan yang menjadi pokok permasalahan. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mendapat data dan materi secara langsung yang benar-benar terjadi didalam praktek.

2) Wawancara

Wawancara secara langsung ditujukan kepada pimpinan, staff dan karyawan dengan maksud mendapatkan data yang bersifat obyektif mengenai motif terjadinya suatu masalah yang melatar belakangi timbulnya suatu perubahan tertentu dari obyek yang diamati.

3) Studi Pustaka

Studi Pustaka adalah proses penelitian yang dilakukan dengan mempelajari berbagai bentuk bahan-bahan. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui dan menjalani semua bahan-bahan tertulis yang ada kaitannya dengan pokok permasalahan sehingga memperoleh data yang menyangkut teori-teori yang diperlukan.

4) Mengidentifikasi data-data yang diperlukan

Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi data-data pendukung untuk menyelesaikan laporan akhir penelitian.

5) Pengolahan data terhadap data-data yang diperoleh

Data yang telah dikumpul, kemudian dianalisis dan diolah dengan metode yang ada. Pengolahan data menggunakan metode yang digunakan pada perusahaan.

(21)

5

6) Melakukan penarikan kesimpulan sebagai hasil akhir penelitian Setelah data yang diperoleh dianalisis dan diolah dengan metode yang sudah ada, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

(22)

6

Gambar 1.1 Diagram Alir Penelitian Kerja Praktek Mulai

Identifikasi Tujuan Kerja Praktek

Studi Kepustakaan Observasi Lapangan

β€’ Definisi Perencanaan dan Pengendalian Persediaan.

β€’ Peramalan dan Metode - metode Persediaan Bahan Baku.

β€’ Profil Perusahaan dan Kondisi Perusahaan.

β€’ Bagian Warehouse.

β€’ Penerapan Metode Pengendalian Persediaan

Identifikasi Data Pengumpulan Data

β€’ Jumlah Permintaan Produk TX401SBV5 satu periode.

β€’ Waktu Proses Produksi.

β€’ Bill Of Material

β€’ Metode Peramalan Permintaan Produk TX401SBV5.

Pengolahan Data

Data yang didapat dari observasi lapangan, diolah berdasarkan dengan metode yang digunakan oleh perusahaan.

Kesimpulan dan Saran

Selesai

(23)

7 1.6. Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek

Tabel 1.1 Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek

Kegiatan Juni Juli Agustus September

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Persiapan Kerja Praktek

2.Studi Pendahuluan

3. Pengumpulan Data

4. Pengolahan Data

5. Penyusunan Laporan Akhir

6. Ujian Kerja Praktek

1.7. Lokasi Pelaksanaan Kerja Praktek

Lokasi yang dijadikan objek Kerja Praktek dalam pengumpulan dan pengolahan data adalah sebagai berikut :

Nama Perusahaan : PT. Surya Toto Indonesia, Tbk.

Plant : Fitting Plant Departemen : Warehouse

(24)

8

Alamat : Jl. MH. Thamrin KM 7, Desa Pakulonan, Kecamatan Serpong Utara, Panunggangan, Tangerang, Kota Tangerang, Banten.

1.8. Sistematika Penulisan Laporan

Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, untuk mendapatkan hasil yang teratur, terarah dan mudah dipahami, maka penulisan disusun dengan menggunakan sistematika sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan secara garis besar tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan laporan

BAB II Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini menjelaskan gambaran umum perusahaan tentang profil perusahaan, produk perusahaan dan berbagai yang berkaitan dengan perusahaan yang akan menjadi tempat kerja praktek.

BAB III Tinjauan Pustaka

Bab ini menerangkan secara singkat tentang teori yang berhubungan dan berkaitan erat dengan masalah yang akan dibahas serta merupakan tinjauan kepustakaan yang menjadi kerangka dan landasan berfikir.

BAB IV Pengumpulan dan Pengolahan Data

Hasil dari kerja praktek berisikan pengumpulan data yang terdiri dari dua yaitu data umum perusahaan dan data khusus untuk pengolahan data.

Pengolahan data dilakukan berdasarkan data-data yang tersedia dengan mempertimbangkan dengan teori yang terkait.

BAB V Kesimpulan dan Saran

(25)

9

Bab ini berisikan simpulan dari pengolahan data secara menyeluruh serta diberikan juga saran, baik untuk pihak perusahaan maupun pengembangan penelitian selanjutnya.

(26)

10

(27)

9

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Awal Perusahaan

a. Sejarah PT. Surya Toto Indonesia Tbk.

C.V. Surya adalah suatu usaha perdagangan bahan bangunan yang merupakan titik awal dari perusahaan PT. Surya Toto Indonesia, Tbk.

Pada tahun 1968 untuk mencapai kedudukan terbaik di industri saniter, maka perusahaan mengawali langkahnya sebagai agen dari Toto Limited Jepang yang merupakan perusahaan sanitary wares dan plumbing terbesar di dunia.

Dengan pertimbangan banyaknya sumber daya yang tersedia di Indonesia dan melihat adanya kesempatan yang menguntungkan di masa depan pada bidang usaha ini, maka pada tahun 1977 didirikan sebuah perusahaan yang diberi nama PT. Surya Toto Indonesia dan berkantor pusat di jalan Tomang Raya No.18. Perusahaan ini adalah bentuk kerjasama antara C.V. Surya dengan Toto Limited dan Kashima Trading Company.

Sebagai wujud kerjasama tersebut dibangun sebuah pabrik pertama yang berlokasi di jalan M.H. Thamrin Km. 7 Serpong, Tangerang. Pada tahun 1978 pabrik ini sudah mulai beroperasi dengan jumlah karyawan sebanyak 65 orang. Sesuai perkembangannya yang cukup signifikan dengan di tandai semakin meningkatnya produk yang dihasilkan, jenis produk yang beraneka ragam disertai perekrutan karyawan yang hampir setiap tahun sehingga sekitar tahun 1980 produk yang dihasilkan sudah mendapat pengakuan internasional dan perusahaan dapat mengekspor produknya ke beberapa Negara Asia, Eropadan Amerika. Namun dari semua hal tersebut di atas yang terpenting adalah pembangunan pabrik yang berkesinambungan.

(28)

10

Pada tahun 1985, pabrik perlengkapan saniter (plumbing fitting) dibangun pada lokasi yang sama. Dengan demikian PT. Surya Toto Indonesia memiliki dua divisi produksi, yaitu divisi saniter dan divisi fitting. Pada tahun 1989, divisi saniter menambah pabrik baru yang berada pada lokasi berbeda, yaitu di Desa Bojong, Cikupa, Kabupaten Tangerang.

Setahun kemudian, PT. Surya Toto Indonesia melepas sahamnya ke Bursa Efek Jakarta, sehingga namanya menjadi PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. saat ini karyawan yang bekerja pada PT. Surya Toto Indonesia Tbk. mencapai ribuan dengan kapasitas produksi lebih dari 1.000.000 unit per tahun.

Guna kelancaran dalam menghadapi persaingan global dan mempermudah dalam ekspor produknya PT. Surya Toto Indonesia Tbk.

sudah mendapatkan sertifikat ISO 9001 dan ISO 14001 versi 2015.

Selain itu PT. Surya Toto Indonesia Tbk. juga memiliki sertifikat Japan Industrial Standard (JIS) atau Standar Industri Jepang.

Saat ini PT. Surya Toto Indonesia Tbk. mengoperasikan tiga buah pabrik, yaitu sebuah pabrik saniter di jalan Raya Tiga Raksa No. 1 Km.

21, Desa Bojong, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang seluas 273.560 m2, sebuah pabrik fitting di jalan M.H. Thamrin Km. 7 Serpong, Tangerang seluas 58.256 m2dan sebuah pabrik kitchen and vanity di jalan Raya Pasar Kemis Km. 7 Kampung Cilongok, Desa Sukamatri, Kecamatan Pasar Kemis, Tangerang seluas 40.000 m2 dengan jumlah karyawan tetap lebih dari 2300 orang.

b. Ruang Lingkup Pemasaran

Pemasaran di PT. Surya Toto Indonesia Tbk. terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Pemasaran Dalam Negeri (Local sales )

Pemasaran produk dalam negeri dipercayakan kepada PT.

Surya Pertiwi, yaitu perusahaan swasta nasional yang

(29)

11

berpengalaman dalam menangani pemasaran barang sanitary.

PT. Surya Pertiwi memiliki sarana – sarana yang menunjang dalam kesuksesan pemasaran produk sanitari karena mempunyai manajemen administrasi yang baik, staf pemasaran yang berpengalaman dan armada transportasi yang memadai. Di samping itu, PT. Surya Pertiwi juga memiliki 14 agen penjualan dan 800 dealer local yang tersebar di setiap provinsi di Indonesia, sehingga hal ini dapat menjadi prospek dalam negeri yang baik.

2. Pemasaran Luar Negeri

Pada tahun 1980, PT. Surya Toto Indonesia mendapatkan sertifikat untuk produk sanitari dari Singapore Institute Of Standard Industrial Research (SISIR) yang merupakan pengakuan internasional dalam mengisi pasar ekspor. Dengan mutu produk terjamin melalui 19 agen penjualan di luar negeri maka produk sanitary dan fitting telah berjalan dengan baik.

Negara tujuan ekspor PT. Surya Toto Indonesia Tbk.

diantaranya adalah Jepang, Malaysia, Cina, Korea, Singapura, Vietnam, Brunei, Taiwan, Kuwait, Hongkong, Thailand, Filipina, Pakistan, Amerika, Selandia Baru, Kamboja, Myanmar dan Saudi Arabia.

2.2. Struktur Organisasi PT Surya Toto Indonesia Tbk

Perusahaan PT. Surya Toto Indonesia Tbk. mempunyai struktur organisasi campuran, yaitu gabungan antara struktur produksi dan struktur fungsional. Yang dimaksud struktur produksi di sini adalah disebabkan perusahaan terbagi atas produk sanitary dan produk fitting yang masing- masing dipimpin oleh dua direktur, yaitu direktur teknik dan direktur produksi. Sedangkan struktur fungsional adalah karena perusahaan memiliki divisi administrasi dan keuangan yang berfungsi untuk melayani urusan keuangan dan administrasi dari kedua divisi (sanitary dan fitting). Selain itu perusahaan memiliki pemasaran yang fungsinya melayani kedua divisi produk tersebut. Adapun puncak pimpinan perusahaan berada di bawah

(30)

12

Rapat Umuum Pemegang Saham (RUPS), yang membawahi Dewan Komisaris dan memiliki kewenangan menunjuk seorang Presiden Direktur/

Wakil Presiden Direktur yaitu Bapak Mardjoeki Atmadiredja dengan tanggung jawab atas jalannya perusahaan.

Dari masing- masing direktur dalam tiap divisi terbagi lagi menjadi beberapa seksi yang terbentuk menurut tahapan proses produksinya dengan dipimpin seorang supervisor. Berikut struktur organisasi yang ada di PT.

SURYA TOTO INDONESIA Tbk.

Rapat Umum Pemegang

Saham

Dewan Komisaris

Presiden dan Wakil Presiden

Diretur

Direktur Bagian Produksi Sanigtary Direktur Bagian

Teknik Sanitary Direktur Bagian

Pemasaran

Direktur Bagian Teknik Fitting

Direktur Bagian Produksi Fitting

Direktur Bagian Administrasi dan Keuangan

Bagian Umum dan Personalia

Bagian Purchasing Bagian

Keuangan dan Akutansi Divisi Fitting

Divisi Sanitary Bagian

Pemasaran Ekspor Bagian

Pemasaran Lokal

Bagian Perencanaan dan

Kontrol Produksi

Sumber: PT. Surya Toto Indonesia, Tbk.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Surya Toto Indonesia, Tbk.

2.3. Visi dan Misi PT. Surya Toto Indonesia Tbk

PT. Surya Toto Indonesia Tbk. memiliki kebijakan mutu yaitu,

β€œKepuasan pelanggan melalui peningkatan mutu produk dan pelayanan secara terus menerus”. Disamping itu, perusahaan ini juga memiliki visi dan misi yang mencirikan perusahaan tersebut, yaitu:

(31)

13 a) Visi perusahaan

β€œMenjadi perusahaan terkemuka yang dapat memberikan kontribusi terhadap masyarakat.”

Dengan cara sebagai berikut:

1. Mengembangkan produk yang tak tertandingi oleh pesaing.

2. Efisiensi operasi, penghematan di segala bidang dan peningkatan pendapatan perusahaan.

3. Mendidik manusia Surya Toto Indonesia yang terampil dan dinamis.

b) Misi perusahaan

1. Mempersembahkan produk yang bermanfaat dan berkuaitas tinggi.

2. Memberikan pelayanan prima untuk memenuhi kepuasan pelanggan.

3. Mencintai pekerjaan dengan sepenuh hati.

4. Menghargai individu dan membina kerjasama.

5. Melindungi kepentingan dunia dengan penghematan penggunaan sumber daya alam dan energi.

c) Kebijakan Perusahaan a. Kebijakan Mutu

Kebijakan mutu PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. divisi fitting Serpong adalah: β€œkepuasan pelanggan melalui peningkatan mutu produk dan pelayanan secara terus menerus”.

b. Kebijakan Lingkungan

Kebijakan lingkungan PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. divisi fitting Serpong adalah kelestarian alam melalui:

1. Pencegahan pencemaran lingkungan dan penghematan sumber daya alam dan energy dari aktifitas, produk dan jasa.

2. Pemenuhan peraturan perundang- undangan dan persyaratan lainnya yang relevan dengan aspek lingkungan.

3. Perbaikan lingkungan secara terus- menerus.

d) Falsafah Dan Trisila Perusahaan

(32)

14

β€’ Falsafah perusahaan:

β€œMembentuk kualitas ke segala hal yang kita buat.”

β€’ Trisila perusahaan:

1. Keseragaman tindak 2. Kepercayaan pelanggan 3. Perkembangan bersama.

2.4. Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Saat ini PT. Surya Toto Indonesia memiliki tenaga kerja Indonesia sejumlah 1432 orang diantaranya yaitu : advisor 2 orang, direktur 1 orang, manager dan asisten manager 15 orang, supervisor 37 orang, foreman 83 orang, group leader 159 orang, senior worker 300 orang dan operator 835 orang.

Pada prinsipnya kegiatan atau jadwal kerja karyawan PT. Surya Toto Indonesia dibagi menjadi beberap kelompok , yaitu :

Tabel 2.1 Jam Kerja Karyawan

HARI SHIFT WAKTU KETERANGAN

Senin – Jumat

Day Shift

08.00 - 12.00 Produksi

12.00 - 13.00 Istirahat

13.00 - 17.00 Produksi

2 Shift

06.00 - 10.00 Produksi

10.00 - 11.00 Istirahat

11.00 - 15.00 Produksi

15.00 - 18.00 Produksi

18.00 - 19.00 Istirahat

19.00 - 23.45 Produksi

3 Shift

00.00 - 04.00 Produksi

04.00 - 05.00 Istirahat

05.00 - 08.00 Produksi

08.00 - 12.00 Produksi

12.00 - 13.00 Istirahat

13.00 - 16.00 Produksi

16.00 - 20.00 Produksi

20.00 -21.00 Istirahat

21.00 - 00.00 Produksi

Waktu istirahat pada hari Senin-Kamis adalah pukul 12.00 s.d 13.00, sedangkan hari Jumat pukul 11.45 s.d 12.45.

(33)

15

Karyawan wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dan kartu kerja. Kartu kerja berfungsi untuk mengetahui jam masuk dan keluar perusahaan setiap karyawan.

2.5. Job Description PT Surya Toto Indonesia Tbk

β€’ Pembagian tugas

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Bertugas mengawasi kerja yang dilakukan oleh Dewan Direksi serta memegang kekuasaan tertinggi di perusahaan.

2. Dewan Komisaris

Bertugas mengawasi segala kebijakan perusahaan, mengambil segala keputusan yang berkenaan dengan persoalan dan masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Dewan Komisaris bertanggung jawab kepada para pemegang saham.

3. Presiden Direktur

a. Memberikan kebijakan perusahaan.

b. Mengambil sikap dalam pengembangan atau perluasan perusahaan.

c. Memberikan bimbingan kepada bawahan di lingkungan perusahaan.

d. Mengadakan pertemuan dengan direksi- direksi perusahaan.

4. Wakil Presiden Direktur

a. Membantu tugas Presiden Direktur pada perusahaan.

b. Bertanggung jawab atas seluruh kelancaran kegiatan perusahaan.

c. Atas persetujuan Presiden Direktur mengangkat sekretaris dalam membantu melaksanakan tugas perusahaan.

5. Direktur Pemasaran

a. Membuat program perencanaan penjualan di dalam negeri maupun luar negeri.

b. Menyiapkan administrasi dan dokumen untuk penjualan.

(34)

16

c. Mengadakan evaluasi pasar tahunan atas hasil penjualan, bahan masukan untuk perencanaan berikutnya.

d. Mengadakan survey pasar di dalam negeri dan di luar negeri.

e. Membuat laporan tahunan kepada atasan sebagai pertanggung jawaban.

6. Direktur Keuangan dan Administrasi

a. Menyiapkan dokumen, kwitansi serta surat- surat penting lainnya yang berhubungan dengan perusahaan.

b. Menyusun data- data umum, rekaman reaksi file- file secara urut.

c. Mengontrol semua kegiatan administrasi keuangan perusahaan.

d. Membuat laporan tahunan perusahaan.

7. Direktur Sanitary

a. Mengadakan penelitian untuk bahan bakar sanitary.

b. Mengadakan perencanaan produk sanitary.

c. Mengadakan pengontrolan terhadap produk sanitary.

d. Mengadakan pergudangan terhadap hasil produk.

8. Direktur Plumbing Fitting

a. Mengadakan perencanaan produk fitting.

b. Melakukan pengontrolan terhadap produk fitting.

c. Pengadaan mesin- mesin produksi.

d. Melakukan kontrol pergudangan.

β€’ Tugas dan Tanggung Jawab

Berikut ini merupakan tugas dan tanggung jawab karyawan PT.

Surya Toto Indonesia : 1. Manager

a. Memberi arahan kepada semua karyawan agar menjadi lebih produktif dalam melakukan pekerjaan.

b. Mengevaluasi hasil kerja karyawan.

c. Menentukan target yang akan dicapai dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

d. Membuat rencana untuk mencapai target yang sudah ditentukan.

(35)

17

e. Meningkatkan kompetensi karyawan.

2. Asisten Manager

a. Membantu dan mempermudah manager dalam mengembangkan karyawan dan perusahaan.

3. Supervisor

a. Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi kerja karyawan.

b. Mengevaluasi kinerja harian.

c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan untuk mengembangkan kompetensi karyawan.

4. Foreman

a. Menganalisis proses perbaikan dan tindakan pencegahan.

b. Mengevaluasi laporan kerja bawahan.

c. Mengontrol sarana kerja.

d. Memelihara sistem dan prosedur secara periodik.

5. Group Leader

a. Menerapkan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan.

b. Menganalisis penyebab terjadinya suatu masalah.

c. Membuat laporan kerja.

d. Membuat action plan untuk memecahkan masalah.

6. Senior Worker

a. Melaksanakan pekerjaan secara efisien dan efektif untuk mencapai target yang telah ditentukan.

b. Melaksanakan action plan dalam pemecahan masalah.

7. Operator

a. Melaksanakan penghematan Sumber daya Alam (SDA) dan energi.

b. Melaksanakan kegiatan 5S dan K3.

c. Merawat sarana kerja.

2.6. Proses Produksi pada PT. Surya Toto Indonesia, Tbk

(36)

18

PT. Surya Toto Indonesia adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang produksi Sanitary, Fitting dan Kitchen. Dimana pada kegiatan kerja praktek ini, penulis berada pada pabrik Fitting didaerah Serpong, Tangerang. Produk yang dihasilkan oleh pabrik Fitting beraneka ragam sesuai dengan permintaan dari konsumen (By Order). Proses produksi dari PT. Surya Toto Indonesia Tbk, pada bagian Plant Fitting adalah sebagai berikut :

1. Proses produksi Fitting dimulai dari :

Casting adalah proses pembuatan parts dari material Brass Ingote dan proses pembuatan Core atau cetakan dengan cara pelelehan.

Gudang Bahan Baku (S.Loc 2000)

Pembuatan Core

Furnatally Sand Binder Resin Hardener

Blower Core Hasil Core

Casting

Brass Ingot Cutting

Shot Blast Grinding

Inspeksi WIP

Casting OK

NG

Gambar 2.2 Proses Casting 2. Setelah itu dilanjutkan ke proses Machining :

Proses Machining adalah proses pembuat parts dari hasil proses Casting baik secara manual maupun otomatis untuk membuat ulir/ drat dibagian dalam atau luar parts.

WIP Casting

Machining Genuti

Pembuatan Lubang

Machining Centre

Pembuatan Ulir

Air Press (Uji Kebocoran)

Uji Asam Ortho

OK

Proses Casting

NG

Inspeksi Polishing

Gambar 2.3 Proses Machining

(37)

19

3. Setelah itu dilanjutkan ke proses Polishing yang menghaluskan permukaan parts dengan cara mengamplas/Buffing baik secara manual atau otomatis.

WIP Machining

Manual Abbrasive

Belt

Brightning Proses (Pengkilapan)

NC46 Poliprom Machine

Quality Control Polishing

Platting OK

Proses Casting

NG NG

Gambar 2.4 Proses Polishing

4. Setelah itu dilanjutkan dengan proses Platting dilakukan dengan cara melapisi permukaan parts menggunakan lapisan kuningan, perak, atau emas yang merupakan cairan kimia dengan tujuan agar produk yang dihasilkan terlihat awet.

WIP Polishing

Preventive Dust Spray

Proses Pencelupan

Dry Spray (Pengeringan)

Quality Control Platting

Marking Rework

(Penyelupan Lapisan)

NG

OK

Gambar 2.5 Proses Platting

5. Proses Marking adalah kegiatan membuat tanda atau Mark sebagai identitas produk, sebagai contoh adalah penanda pada keran air yang menunjukkan air panas atau air dingin. Pada produk TX401SBV5 proses marking dilakukan untuk memberikan merek TOTO.

(38)

20

WIP

Platting Laser Marking Quality Control

Marking OK Assembly

Rework (Marking Ulang)

NG

Gambar 2.6 Proses Marking

6. Proses terakhir adalah Assembling yang merangkai/menggabungkan beberapa parts dari proses sebelumnya dan juga dari pemasok menjadi produk Finished Goods atau Semi Finished Goods kemudian mengemas produk kedalam Master Box sesuai dengan standar perusahaan.

WIP Marking

Gudang Bahan

Baku

Assembly

Part/ Komponen Penyusun Produk

Quality Control Assembly

Gudang Finish Goods

OK

Rework

(Proses yang bermasalah)

NG

Gambar 2.7 Proses Assembling

7. Semua produk yang telah diproduksi harus diperiksa kualitasnya oleh departemen QC untuk memastikan bahwa parts yang diproduksi sudah sesuai dengan standar dan dibawa kegudang barang jadi dan siap dikirim kepada pelanggan.

(39)

21

(40)

21

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Peramalan

3.1.1. Pengertian Peramalan

Menurut Arman dan Yudha (2008), Peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan dimasa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Peramalan tidak terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil, karena perubahan permintaannya relatif kecil. Tetapi peramalan akan sangat dibutuhkan bila kondisi permintaan pasar bersifat komplek dan dinamis. Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih banyak bersifat komplek dan dinamis karena permintaan tersebut akan tergantung dari keadaan sosial, ekonomi, politik, aspek teknologi, produk pesaing dan produk subtitusi. Oleh karena itu, peramalan yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan manajemen.

Peramalan ( forecasting ) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relative lama. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang akan diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Untuk memprediksi hal tersebut diperlukan data yang akurat di masa lalu, sehingga dapat dilihat prospek situasi dan kondisi di masa yang akan datang.

(41)

22

Pada umumnya kegunaan peramalan adalah sebagai berikut :

1. Sebagai alat bantu dalam perencanaan yang efektif dan efisien.

2. Untuk menentukan kebutuhan sumber daya di masa mendatang.

3. Untuk membuat keputusan yang tepat. Kegunaan peramalan terlihat pada suatu pengambilan keputusan.

Peramalan adalah memperkirakan keadaan dimasa yang akan datang melalui pengujian keadaan dimasa lalu. Dalam kehidupan sosial segala sesuatu itu serba tidak pasti dan sukar diperkirakan secara tepat, sehingga diperlukan peramalan. Peramalan yang dibuat selalu diupayakan agar dapat meminimumkan pengaruh ketiadakpastian ini terhadap sebuah masalah. Dengan kata lain peramalan bertujuan mendapatkan peramalan yang bisa meminimumkan kesalahan meramal (forecast error) yang biasanya diukur dengan mean square error, mean absoulute errror dan sebagainya.

3.1.2. Jenis – Jenis Peramalan

Menurut Arman dan Yudha (2008), Dalam hubungannya dengan horison waktu peramalan, maka kita bisa mengklasifikasikan peramalan tersebut kedalam 3 kelompok, yaitu:

1. Peramalan Jangka Panjang, umumnya 2 sampai 10 tahun.

Peramalan ini digunakan untuk perencanaan produk dan perencanaan sumber daya.

2. Peramalan Jangka Menengah, umumnya 1 sampai 24 bulan.

Peramalan ini lebih mengkhusus dibandingkan peramalan jangka panjang, biasanya digunakan untuk menentukan aliran perencanaan produksi dan penentuan anggaran.

3. Peramalan Jangka Pendek, umumnya 1 sampai 5 minggu.

Peramalan ini digunakan untuk mengambil keputusan dalam

(42)

23

hal perlu tidaknya lembur, penjadwalan kerja dan lain – lain keputusan kontrol jangka pendek.

3.1.3. Metode – Metode Peramalan

Untuk membuat peramalan permintaan, harus menggunakan suatu metode tertentu. Pada dasarnya, semua metode peramalan memiliki ide sama, yaitu menggunakan data masa lalu untuk memperkirakan atau memproyeksikan data dimasa yang akan datang. Metode yang digunakan yaitu:

1. Metode Analisis Trend (Trend Analysis)

Menurut Arman dan Yudha (2008), Analisis trend adalah analisis yang digunakan untuk mengamati kecenderungan data secara menyeluruh pada suatu kurun waktu yang cukup panjang.

Trend analisis dapat dipergunakan untuk meramalkan kondisi apa data di masa mendatang, maupun dapat dipergunakan untuk memprediksi data pada suatu waktu dalam kurun waktu tertentu.

Dalam metoda ini, hal pertama yang harus dilakukan adalah memperhitungkan koefisien a dan b, guna mencari nilai d’t yang didapat dari persamaan fungsi waktu, yaitu:

dt = a + bt t = 1,2,3, ...

Rumus Trend Analysis

(43)

24

Nilai a dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

a = Ʃ𝑑

2Ʃ𝑑𝑑 βˆ’ Ʃ𝑑Ʃ𝑑𝑑 𝑛Ʃ𝑑2βˆ’ (Ʃ𝑑)2

Rumus Nilai a dalam Trend Analysis

Sedangkan nilai b dapat dicari dengan persamaan:

b = π‘›Ζ©π‘‘π‘‘π‘‘βˆ’ Ʃ𝑑Ʃ𝑑𝑑 𝑛Ʃ𝑑2βˆ’ (Ʃ𝑑)2

Rumus Nilai b dalam Trend Analysis Keterangan :

d’t = Forecast untuk saat t a = Intercept

b = Kemiringan garis t = Time (Independent) dt = Demand pada saat t

n = Jumlah data

2. Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average)

Metoda rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual permintaan yang baru untuk membangkitkan nilai ramalan untuk permintaan dimasa yang akan datang.

(44)

25

Rumus metoda moving average adalah:

MA = βˆ‘ 𝑑𝑑

π‘›π‘‘βˆ’1 𝑛

Rumus Moving Average Keterangan:

n = jumlah perioda dt = demand bulan ke t 3. Metode Exponential Smoothing

Peramalan menggunakan model pemulusan eksponensial dilakukan berdasarkan formula sebagai berikut :

Formula untuk metode Eksponensial Smoothing adalah : Ft+1 = Ι‘At + (1 - Ι‘) Ft

Rumus Eksponential Smoothing Keterangan:

= ramalan periode berikutnya Ξ± = bobot konstanta

= permintaan aktual (periode sekarang)

=ramalan yang telah ditentukan sebelumnya (periode sekarang)

(45)

26 3.1.4. Ukuran Akurasi Hasil Peramalan

Menurut Arman dan Yudha (2008), Ukuran akurasi hasil peramalan yang merupakan ukuran kesalahan peramalan merupakan ukuran tentang tingkat perbedaan antara hasil peramalan dengan permintaan yang sebenarnya terjadi. Ada 3 ukuran yang biasa digunakan, yaitu :

1. Rata – Rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation = MAD)

MAD merupakan rata – rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan kenyataannya.

Secara matematis MAD dirumuskan sebagai berikut : MAD = Ζ© |π΄π‘‘βˆ’πΉπ‘‘

𝑛 |

Rumus Mean Absolute Deviation Dimana :

A = Permintaan aktual pada periode t

F1 = Peramalan Permintaan (Forecast) pada periode t n = Jumlah periode peramalan yang terlibat

2. Rata – rata Kuadrat Kesalahan (Mean Square Error = MSE) MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut :

MSE = Ζ© (π΄π‘‘βˆ’πΉπ‘‘)2

𝑛

Rumus Mean Square Error

(46)

27

3. Rata – rata Persentase Kesalahan Absolut (Mean Absolute Percentage Error = MAPE)

MAPE merupakan ukuran kesalahan relatif. MAPE biasanya lebih berarti dibandingkan MAD karena MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil peramalan terhadap permintaan aktual selama periode tertentu yang akan memberikan informasi persentase kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Secara matematis, MAPE dinyatakan sebagai berikut :

MAPE = (100

𝑛 ) Ζ© |𝐴𝑑 βˆ’ 𝐹𝑑

𝐴𝑑|

Rumus Mean Absolute Percentage Error 3.2. Bahan Baku

Menurut Lidya (2015), Bahan baku adalah bahan yang langsung digunakan untuk diolah, sehingga bahan tersebut nantinya akan menjadi barang jadi yang merupakan produk dari perusahaan. Untuk menghitung berapa besarnya biaya bahan mentah/bahan baku yang digunakan dalam proses produksi, perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain :

β€’ Persediaan Awal (Beginning Inventory)

β€’ Ongkos Angkut (Freight-In)

β€’ Retur Pembelian (Purchased Returned)

β€’ Potongan Pembelian Tunai (Purchases Discount)

β€’ Persediaan Akhir (Ending Inventory)

Besarnya bahan baku yang digunakan dalam proses produksi suatu perusahaan sangatlah penting untuk diketahui oleh pemilik perusahaan karena:

β€’ Besarnya tingkat pemakaian bahan mentah akan sangat menentukan besarnya Harga Pokok Penjualan dari barang hasil produksi perusahaan tersebut. Makin besar pemakaian bahan baku akan menyebabkan tingginya harga pokok penjualan yang pada

(47)

28

akhirnya menyebabkan tingginya harga jual barang hasil produksi perusahaan tersebut yang selanjutnya akan membuat daya saing produk tersebut rendah di pasaran.

β€’ Besarnya tingkat pemakaian bahan mentah akan menentukan berapa besar efisiensi yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperbesar laba dari barang produksi yang dihasilkan.

β€’ Sehingga sangatlah penting untuk mengetahui berapa tingkat kewajaran dari pemakaian bahan mentah untuk membuat barang produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.

3.3. Persediaan

3.3.1. Pengertian Persediaan

Menurut Assauri (2005), Persediaan merupakan sumber daya yang disimpan dan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sekarang maupun kebutuhan yang akan datang. Oleh karena itu, dalam memenuhi kebutuhan perusahaan dan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, maka setiap perusahaan pasti memiliki persediaan. Menurut Arman dan Yudha (2008), Kebutuhan akan sistem pengendalian persediaan pada dasarnya muncul karena adanya permasalahan yang mungkin dihadapi oleh persusahaan berupa terjadinya kelebihan atau kekurangan persediaan.

Menurut Arman dan Yudha (2008), Persediaan juga merupakan sumber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pada sistem rumah tangga.

Menurut Indrajit (2003), Sekarang ini masih banyak perusahaan melakukan persediaan tanpa memperhitungkan perencanaan sehingga dapat mempengaruhi biaya operasional.

Menurut Eden (2014), Pengendalian Persediaan adalah sebagai suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan parts, bahan baku dan barang hasil atau produk, sehingga

(48)

29

perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien.

3.3.2. Tujuan Persediaan

Menurut Arman dan Yudha (2008), pada dasarnya pengendalian persediaan dimaksudkan untuk membantu kelancaraan proses produksi, melayani kebutuhuan perusahaan akan bahan-bahan atau barang jadi dari waktu ke waktu. Sedangkan tujuan dari pengendalian persediaan adalah sebagai berikut:

a. Menjaga agar jangan sampai perusahaan kehabisan bahan- bahan sehingga menyebabkan terhenti atau terganggunya proses produksi.

b. Menjaga agar keadaan persediaan tidak terlalu besar atau berlebihan sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak besar pula.

c. Selain untuk memenuhi permintaan pelanggan, persediaan juga diperlukan apabila biaya untuk mencari barang/bahan pengganti atau biaya kehabisan bahan atau barang (stock out) relatif besar.

3.3.3. Jenis – Jenis Persediaan

Persediaan barang dagang (merchandise inventory) adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali. Untuk perusahaan pabrik, termasuk dalam persediaan adalah barang-barang yang akan digunakan untuk proses produksi selanjutnya. Persediaan dalam perusahaan pabrik terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan dalam proses dan persediaan barang jadi (Prawirosentono, 2003).

(49)

30

Dari uraian di atas diketahui bahwa jenis persediaan yang dimiliki perusahaan pabrik dapat digolongkan menjadi 3 bagian yaitu;

1. Persediaan bahan baku (raw material inventory)

2. Persediaan barang dalam proses (work in process inventory) 3. Persediaan barang jadi (finished good inventory)

3.3.4. Biaya – biaya Persediaan

Menurut Arman dan Yudha (2008), Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya sistem persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya sistem persediaan terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya simpan dan biaya kekurangan persediaan. Berikut ini akan diuraikan secara singkat masing – masing komponen biaya tersebut.

1. Biaya Pembelian (Purchasing Cost)

Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan barang. Biaya pembelian menjadi faktor penting ketika harga barang yang dibeli tergantung kepada ukuran pembelian. Situasi ini akan diistilahkan sebagai Quantity Discount atau Price Break dimana harga barang per-unit akan turun bila jumlah barang yang dibeli meningkat. Dalam teori persediaan kebanyakan, komponen biaya pembelian tidak dimasukkan kedalam total biaya sistem persediaan karena diasumsikan bahwa harga barang per-unit tidak dipengaruhi oleh jumlah barang yang dibeli sehingga komponen biaya pembelian untuk periode waktu tertentu konstan dan hal ini tidak akan mempengaruhi jawaban optimal tentang berapa banyak barang yang harus dipesan.

2. Biaya Pengadaan (Procurement Cost)

Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal usul barang, yaitu biaya pemesanan (Ordering Cost) bila barang yang

(50)

31

diperlukan diperoleh dari Supplier dan biaya pembuatan (Setup Cost) bila barang diperoleh dengan memproduksi sendiri.

β€’ Ordering Cost

Ordering Cost adalah semua pengeluaran yang tibul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok, pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan seterusnya

β€’ Setup Cost

Setup Cost adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini timbul didalam pabrik yang meliputi biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan gambar kerja dan seterusnya.

3. Biaya Penyimpanan (Holding Cost)

Biaya simpan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpang barang. Biaya ini meliputi :

β€’ Biaya memiliki persediaan (Biaya Modal)

Penumpukan barang digudang berarti penumpukan modal, dimana modal perusahaan mempunyai ongkos yang dapat diukur dengan suku bunga bank. Oleh karena itu, biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan.

β€’ Biaya Gudang

Barang yang disimpan memerlukan temoat penyimpanan sehingga timbul biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa, maka biaya gudangnya merupakan biaya sewa sedangkan bila

(51)

32

perusahaan mempunyai gudang sendiri maka biaya gudang merupakan biaya depresiasi.

β€’ Biaya Kerusakan dan Penyusutan

Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya berkurang ataupun jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan persentasenya.

β€’ Biaya Kadaluwarsa

Barang yang disimpan dapar mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi dan model seperti barang – barang elektronik. Biaya kadaluwarsa biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut.

β€’ Biaya Asuransi

Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal – hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran.

Biaya asuransi tergantung jenis barang yang diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi.

β€’ Biaya Administrasi dan Pemindahan

Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasi persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk memindahkan barang dari, ke dan di dalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan biaya peralatan handling.

(52)

33

4. Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost)

Bila perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan, maka akan terjadi keadaan kekurangan persediaan.

Keadaan ini akan menimbulkan kerugian karena proses produksi akan terganggu dan kehilangan kesempatan mendapat keuntungan atau kehilangan konsumen, karena kecewa sehingga beralih ke tempat lain. Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari :

β€’ Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi

Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan atau dari kerugian akibat terhentinya proses produksi. Satuannya adalah Rp/Unit

β€’ Waktu Pemenuhan

Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau lamanya perusahaan tidak mendapatkan keuntungan, sehingga waktu menganggur tersebut dapat diartikan sebagai uang yang hilang. Satuannya adalah Rp/Satuan waktu.

β€’ Biaya Pengadaan Darurat

Supaya konsumen tidak kecewa maka dapat dilakukan pengadaan darurat yang biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dar pengadaan normal. Kelebihan biaya dibandingkan pengadaan normal ini dapat dijadikan ukuran untuk menentukan biaya kekurangan persediaan dengan satuan Rp/Setiap kali kekurangan.

(53)

34 3.4. Material Requirement Planning (MRP)

Menurut Firmansyah (2012), Material Requirement Planning adalah prosedur logis, aturan keputusan dan teknik pencatatan terkomputerisasi yang dirancang untuk menterjemahkan β€œJadwal Induk Produksi” menjadi

β€œKebutuhan Bersih” untuk semua item. Material Requirement Planning (MRP) dapat didefinisikan sebagai suatu teknik atau set prosedur yang sistematis dalam penentuan kuantitas serta waktu dalam proses pengendalian kebutuhan bahan terhadap komponen-komponen permintaan yang saling bergantungan (Dependent demand items). Material Requirement Planning (MRP) dapat didefinisikan sebagai suatu teknik atau set prosedur yang sistematis dalam penentuan kuantitas serta waktu dalam proses pengendalian kebutuhan bahan terhadap komponen-komponen permintaan yang saling bergantungan. (Dependent demand items). Sistem MRP merencanakan ukuran lot sehingga barang-barang tersebut tersedia pada saat dibutuhkan. Ukuran lot adalah kuantitas yang akan dipesan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan dengan kuantitas yang dapat meminimalkan biaya persediaan sehingga perusahaan akan memperoleh keuntungan.

Menurut Arman dan Yudha (2008), Tujuan utama dari MRP adalah merancang suatu sistem yang mampu menghasilkan informasi untuk melakukan aksi yang tepat (pembatalan pesanan, pesan ulang, penjadwalan ulang). Aksi ini sekaligus merupakan pegangan untuk melakukan pembelian atau produksi, yang merupakan keputusan baru atau merupakan perbaikan atas keputusan yang lain, ada empat kemampuan yang menjadi ciri utama MRP yaitu:

β€’ Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat.

Menentukan secara tepat kapan suatu pekerjaan harus sekali (atau material harus tersedia) untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang sudah direncanakan dalam Jadwal Induk Produksi.

(54)

35

β€’ Pembentukan kebutuhan minimal setiap item

Dengan diketahuinya kebutuhan akan produk akhir, MRP dapat menentukan secara tepat sistem penjadwalan (prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan minimal setiap item.

β€’ Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan

Memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus dilakukan. Pemesanan perlu dilakukan lewat pembelian atau dibuat di pabrik sendiri.

Tujuan utama dari sistem MRP ialah merancang suatu sistem yang mampu menghasilkan informasi untuk melakukan aksi yang tepat. Ada empat kemampuan yang menjadi ciri utama MRP yaitu :

β€’ Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat.

β€’ Pembentukan minimal setiap item.

β€’ Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan.

β€’ Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan jadwal terhadap jadwal yang telah ditentukan.

Ada empat input yang dibutuhkan oleh sistem MRP menurut Arman dan Yudha (2008), yaitu :

1. Jadwal Induk Produksi.

2. Catatan Keadaan Persediaan.

3. Struktur Produk.

4. Waktu Tenggang (Lead Time)

Secara umum, output MRP menurut Arman dan Yudha (2008), adalah : 1. Memberikan catatan tentang pesanan penjadwalan yang harus

dilakukan/direncanakan baik dari pabrik maupun dari suplier.

2. Memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang.

3. Memberikan indikasi untuk pembatalan atas pesanan.

4. Memberikan indikasi untuk keadaan persediaan.

(55)

36

Gambar 3.1 Output dari MRP 3.5. Langkah Penyusunan MRP

Menurut Asvin dan Achmad (2015), Sistem MRP memiliki empat langkah utama yang harus diterapkan satu per satu pada periode perencanaan dan pada setiap item. Langkah-langkah dasar dalam penyusunan proses MRP adalah sebagai berikut :

1. Netting (kebutuhan bersih) merupakan proses perhitungan untuk menetapkan jumah kebutuhan bersih untuk setiap periode selama horison perencanaan yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan (yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan).

2. Lotting merupakan penentuan ukuran lot (jumlah pesanan) yang menjamin bahwa semua kebutuhan-kebutuhan akan dipenuhi, pesanan akan dijadwalkan untuk penyelesaian pada awal periode dimana ada kebutuhan bersih yang positif.

3. Offsetting (rencana pemesanan) merupakan salah satu langkah pada MRP untuk menentukan saat yang tepat untuk rencana pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih. Rencana pemesanan didapat dengan cara menggabungkan saat awal tersedianya ukuran lot (lot size) yang diinginkan dengan besarnya waktu ancang-ancang. Waktu ancang-ancang ini sama dengan besarnya waktu saat barang mulai dipesan atau diproduksi sampai barang tersebut siap untuk dipakai.

MRP

Rencana Pemesanan

Pembatalan Pesanan Penjadwalan

Kerja Pesanan

Kerja Pemesanan

Pembelian

(56)

37

4. Exploding merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat (level) yang lebih bawah dalam suatu struktur produk serta didasarkan atas rencana pemesanan.

3.6. Ukuran Lot (Lot Sizing)

Beberapa teknik penerapan ukuran lot untuk satu tingkat dengan asumsi kapasitas tak terbatas yang banyak dipakai secara meluas pada industri mekasin dan elektronis secara berturut-turut, adalah:

β€’ Fixed Period Requirement (FPR)

β€’ Lot – For – Lot (L – F – L)

β€’ Fixed Order Quantity (FOQ)

β€’ Economic Order Quantity (EOQ)

Menurut Arman dan Yudha (2008), Teknik ukuran lot FOQ dan EOQ berorientasi pada tingkat kebutuhan, sedangkan ukuran FPR dan L-F-L merupakan teknik ukuran lot distrik karena hanya memenuhi permintaan sesuai dengan yang telah direncanakan dalam periode tertentu. Ukuran lot distrik tidak akan menghasilkan sisa jumlah komponen karena teknik tersebut hanya memenuhi permintaan dengan jumlah yang sama seperti telah direncanakan. Kelemahan dari teknik ukuran lot distrik adalah bila dimasa yang akan datang terjadi lonjakan permintaan, maka harus dilakukan perhitungan kembali.

3.6.1. Lot For Lot (LFL)

Menurut Arman dan Yudha (2008), Teknik penetapan ukuran lot dengan ini dilakukan atas dasar pesanan diskrit, disamping itu teknik ini merupakan cara paling sederhana dari semua teknik lot yang ada. Teknik ini hampir selalu melakukan perhitungan kembali (bersifat dinamis) terutama apabila terjadi perubahan pada kebutuhan bersih. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan, sehingga dengan teknik ini ongkos simpan menjadi nol. Oleh karena itu sering sekali digunakan untuk item – item yang mempunyai harga/unit sangat mahal.

Referensi

Dokumen terkait