• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan KP FADILAH AMINI (1)

N/A
N/A
Dimas Munandar

Academic year: 2023

Membagikan "Laporan KP FADILAH AMINI (1)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KERJA PRAKTIK SISTEM PENGOLAHAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) DI PERUMDA

TIRTA MUARO KABUPATEN TEBO

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Kuliah Kerja Praktik pada Program Studi Teknik Lingkungan

FADILAH AMINI 1800825201008

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BATANGHARI

JAMBI 2023

(2)

i

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehngga penulis dapat menyelesaikan penyusuan Laporan Kerja Praktek yang berjudul “SISTEM PENGOLAHAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) DI PERUMDA TIRTA MUARO KABUPATEN TEBO)”. Laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan jenjang strata-1 di jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Batanghari Jambi. Selama proses kerja praktek dan penyusunan laporan ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, do’a dan dukungan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, dengan segala hormat penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besanya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. H. Fakhrul Rozi Yamali, ME selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Batanghari Jambi.

2. Bapak Marhadi, S.T. M.Si selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan dan Dosen Pembimbing II Kerja Praktek.

3. Siti Umi Kalsum, ST, M.Si selaku Dosen Pembimbing I Kerja Praktek 4. Budhi Irawan, S.Sos, ME selaku Direktur Utama Perumda Tirta

Muaro Kabupaten Tebo.

5. Seluruh staff dan karyawan Perumda Tirta Muaro Kabupaten Tebo yang telah membantu penulis dalam mempelancar kegiatan kerja praktek yang penulis lakukan.

6. Kedua orang tua dan keluarga yang memberikan do’a dan semangat yang berarti.

(3)

ii 7. Vera Veronica sebagai rekan kerja praktek di Perumda Tirta

Muaro Kabupaten Tebo.

8. Seluruh teman-teman sealmameter dan semua pihak yang telah memberikan dukungan.

Semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan yang tulus dan ikhlas dari mereka. Laporan ini ditulis dan disusun dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan laporan ini kemudian hari.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, dan akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Jambi, Febuari 2023

Fadilah Amini

(4)

iii

DAFTAR ISI

PRAKATA ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Kerja Praktek ... 3

1.3 Batasan Kerja Praktek... 3

1.4 Sistematika Penulisan Laporan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengolahan Air Minum Berdasarkan Peraturan ... 4

2.2. Intake ... 5

2.3 Koagulasi ... 6

2.4 Flokulasi ... 7

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koagulasi-Flokulasi ... 8

2.6 Sedimentasi ... 9

2.7 Filtrasi ... 10

2.8 Desinfeksi ... 11

2.9 Reservoir ... 13

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Lokasi Kerja Praktek ... 15

3.2 Sejarah Singkat PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo ... 15

3.3 Visi dan Misi Perusahaan... 18

3.3.1 Visi ... 18

3.3.2 Misi ... 18

3.3.3 Moto ... 18

3.4. Tugas Pokok dan Struktur Organisasi PERUMDA... 18

3.5 Struktur Organisasi ... 21

(5)

iv BAB IV PEMBAHASAN DAN TUGAS KHUSUS

4.1 Pembahasan ... 22

4.1.1 Intake ... 23

4.1.2 Instalasi Pengolahan Air (IPA) / Water Treatment Plant (WTP) ... 23

4.2 Tugas Khusus ... 29

4.2.1 Pengolahan air baku ... 29

4.2.2 Pengunaan Bahan Kimia ... 31

4.2.3 Perhitungan Dosis Penggunaan Bahan Kimia ... 32

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN ... 35

5.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(6)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ground Reservoir (Sutrisno, 2006 Dalam Ulfani Zalzizah) ... 14

Gambar 2.2 Elevated Reservoir ... 14

Gambar 3.3 Peta Lokasi IPA PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo ... 17

Gambar 4.4 Skema Pengolahan Air ... 22

Gambar 4.5 Intake PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo ... 23

Gambar 4.6 Instalasi Pengolahan Air PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo 24 Gambar 7.4 Unit Koagulasi Perumda Tirta Muaro Kabupaten Tebo, 2022 ... 25

Gambar 4.8 Unit Flokulasi PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo, 2022... 26

Gambar 4.9 Unit Sedimentasi PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo, 2022 . 26 Gambar 4.10 Unit Filtrasi PERUMDA Tirta Muaro kabupaten Tebo ... 27

Gambar 4.11 Unit Desinfeksi PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo ... 28

Gambar 4.12 Unit Reservoir PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo... 29

(7)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koagulasi-Flokulasi berdasarkan sifat fisika ... 8 Tabel 2.2 Jenis Filtrasi dalam Pengolahan Air ... 10 Tabel 4.3 Dimensi Bak pada IPA kompratmen pada tahun 2022 ... 24 Tabel 4.3 Laporan hasil uji air distribusi di PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo ... 31

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah salah satu faktor penting dalam penentuan kebutuhan manusia.

Keberadaan air di muka bumi ini sangat berlimpah, mulai dari sungai, mata air, danau, waduk, laut hingga samudra. Salah satu kebutuhan adalah kebutuhan air bersih. Pemanfaatan air sebagai air bersih melalui proses pengolahan terlebih dahulu (Bhaskoro, 2018).

Indonesia memiliki sumber air permukaan sekitar 6% sumber air tawar di dunia. Tetapi kualitas air tawar tersebut mengalami permasalahan yang dapat dilihat dari pencemaran pada beberapa sungai besar di Indonesia seperti sungai Musi, Citarum, dan Ciliwung. Pencemaran air disebabkan oleh limbah yang bersumber dari industri, rumah tangga, dan pertanian. Selain bahan pencemar, perubahan cuaca dan tata guna lahan turut mempengaruhi kualitas air sungai dan beban pencemaran (Andiananta, 2019 dan Khairunnisa, 2021).

Kualitas air sungai menentukan kualitas air baku air bersih di Indonesia terkait dengan pencemaran. Permasalahan kualitas air sungai di Provinsi Jambi, misalnya akan terkait dengan tingginya konsentrasi logam berat sebagaimana diukur pada sedimen muara sungai dan laut provinsi Jambi oleh Susantoro et al., (2015) dan air sungainya di bagian hulu sungai Batanghari (Sahara dan Puryanti, 2015 dan Nindia, 2019 dan Khairunnisa, 2021), serta pencemaran logam berat pada spesies yang dikonsumsi oleh manusia seperti kepah dan kerang di Kota

(9)

2 Jambi (Putra, Jalius, dan Yanova, 2021 dan Khairunnisa, 2021), tingginya turbiditas yang secara visual terlihat di bagian hilir sungai Batanghari, dan eutrofikasi yang terindikasi dengan keberadaan eceng gondok. Permasalahan tersebut dipengaruhi oleh penggunaan lahan, aktivitas terkait industri, rumah tangga, dan pertanian tidak terlepas dari permasalahan kualitas air (Alwi, dan Marwar, 2014 dan Khairunnisa, 2021). Sungai Batanghari terdapat beban pencemarnya yang menyebabkan penurunan kualitas air seperti penambangan emas yang menggunakan merkuri dan pembuangan limbah ke badan sungai seperti limbah pabrik pengolah hasil pertanian.

PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo menggunakan air baku yang berasal dari Sungai Batanghari. Sungai ini mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh limbah pabrik kertas, limbah sawit dan limbah domestik, serta pengaruh aktivitas penggunaan lahan di daerah PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo dan sekitarnya (Personal Communication). Stasiun PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo berada di hulu dari sumber limbah walaupun demikian pengaruh pasang surut air dapat juga menyebabkan tercemarnya air baku, dan aktivitas pertanian di hulu stasiun dapat berdampak pada air yang ditangkap stasiun. Untuk mendapatkan air Sungai Batanghari menjadi air bersih diperlukan instalasi pengolahan untuk menghilangkan pencemaran yang terdapat pada air baku tersebut. Untuk itu, pada kp ini akan membahas mengenai pengolahan air baku di PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo.

(10)

3 1.2 Tujuan Kerja Praktek

Tujuan kerja praktek ini adalah :

1. Mengetahui proses pengolahan air baku menjadi air bersih di PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo mulai dari intake hingga reservoir;

2. Menghitung dosis pemakaian bahan kimia di PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo;

1.3 Batasan Kerja Praktek

Pada laporan kerja praktek ini pembahas akan berfokus pada unit IPA mulai dari intake hingga reservoir dan hasil kualitas air yang telah diolah IPA PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo.

1.4 Sistematika Penulisan Laporan

Adapun sistematika penulisan laporan yang digunakan adalah mengikuti kaidah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang definisi kualitas air dan tercemarnya sungai. Adapun tujuannya yaitu Mengetahui proses pengolahan air baku menjadi air bersih di PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo, mulai dari intake hingga reservoir dan mengetahui kualitas air bersih setelah diolah di PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo dan batasan masalah pada laporan kerja praktek ini pembahasan akan berfokus pada pengolahan air pada IPA dan pemantauan kualitas air.

(11)

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan membahas teori umum tentang sistem pengolahan air minum, intake, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan reservoir.

BAB III GAMBARAN UMUM

Pada bab ini akan dibahas tentang gambaran umum perusahaan, visi dan misi serta struktur organisasi di PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo.

BAB IV PEMBAHASAN DAN TUGAS KHUSUS

Ada bab ini akan dibahas mengenai proses pengolahan kualitas air dan data hasil yang diperoleh dari Kerja Praktek selama 2 bulan di PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dan saran berfokus pada proses pengolahan air dan dosis bahan kimia di PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo dari intake sampai ke reservoir dan hasidar dosis yang digunakan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pengolahan Air Minum Berdasarkan Peraturan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air bahwa air adalah semua air yang terdapat di atas ataupun di bawah permukaan tanah. Termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah,

(12)

5 air hujan, dan air laut yang berada di darat. Menurut Peraturan Menteri (permen) PU No. 18 Tahun 2007 tentang air minum rumah tangga, air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan, air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) adalah satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non-fisik dari prasarana dan sarana air minum. Tujuan dari sistem pengolahan air minum yaitu mengolah sumber air baku menjadi air minum yang sesuai standar kualitas, kuantitas dan kontinuitas.

2.2. Intake

Intake merupakan bangunan penangkap atau pengumpul air baku yang berupa wadah untuk mengolah air baku tersebut. Secara umum tujuan adanya intake adalah untuk menjaga kuantitas debit air yang dibutuhkan oleh instalasi, menyaring bendabenda kasar dengan menggunakan bar screen, mengambil air baku sesuai debit yang diperlukan instalasi pengolahan untuk kontinuitas penyediaan dan pengambilan air dari sumbernya (Anrianisa 2015 dalam Sutrisno 2006). Selain itu, menurut permen PU No.18 tahun 2007 intake memiliki kelengkapan dan berbagai tipe, bangunan intake dilengkapi dengan bar screen, pintu air dan saluran pembawa. Tipe bangunan intake tergantung pada sumber air bakunya (mata air dan air permukaan). Bangunan penangkap mata air

(13)

6 (broncaptering), untuk mata air yang mengalir/muncul secara horizontal, bangunan pengumpulan dan untuk air baku yang berada di bawah permukaan tanah (sumur dangkal dan sumur dalam). Intake bebas adalah tipe intake dimana air permukaan mengalir secara bebas ke bak/sumur penampung. Intake dengan bending adalah tipe dimana permukaan air di bagian bending (dapat disamping intake atau bagian hilir). Intake pohon adalah tipe intake untuk pengambilan air permukaan yang mempunyai fluktuasi muka air yang cukup tinggi. Intake jembatan adalah tipe intake pada air sungai/danau dengan bentuk tebing yang curam dan bantaran yang sempit. Intake infiltration galleries digunakan pada kondisi dimana air permukaan sungai tipis dengan tanah dasar yang cukup poros dan berpasir.

2.3 Koagulasi

Koagulasi yaitu proses pencampuran koagulan (bahan kimia) atau pengendap ke dalam air baku dengan kecepatan perputaran yang tinggi dalam waktu yang singkat. Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air baku untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tidak dapat mengendap secara gravimetri. Koagulasi merupakan proses pengolahan air dimana zat padat melayang ukuran sangat kecil dan koloid digabungkan dan membentuk flok-flok dengan cara penambahan zat kimia (misalnya PAC dan Tawas). Dari proses ini diharapkan flok-flok yang dihasilkan dapat disaring (Susanto, 2008).

Koagulasi bertujuan mengubah partikel padatan dalam air baku yang tidak dapat mengendap menjadi mudah mengendap. Hal ini karena adanya proses

(14)

7 pencampuran koagulan ke dalam air baku sehingga menyebabkan partikel padatan yang mempunyai padatan ringan dan ukurannya kecil menjadi lebih berat dan ukurannya besar (flok) yang mudah mengendap (Susanto, 2008).

Proses koagulasi dapat dilakukan melalui tahap pengadukan cepat dimaksudkan untuk meratakan campuran antara koagulan dengan air buangan sehingga diperoleh suatu kondisi campuran yang homogen. Molekul-molekul serta partikel-partikel yang bermuatan negatif dalam air seperti koloid akan berikatan dengan molekul-molekul atau partikel-partikel bermuatan positif dari koagulan. Dalam proses pengadukan cepat diperlukan tenaga yang kuat dan waktu pengadukan yang cepat karena hidrolisa koagulasi terjadi sangat cepat partikel dan destabilisasi partikel dalam waktu yang cepat. Waktu yang diperlukan untuk pengadukan cepat antara 1-5 menit, sedangkan gradien kecepatan > 300 det-1 (AWWA, 1964 dalam Kurniati, 2010).

Prinsip dari koagulasi yaitu di dalam air baku terdapat partikel-partikel padatan yang sebagian besar bermuatan listrik negatif. Partikel-partikel ini cenderung untuk saling tolak-menolak satu sama lainnya sehingga tetap setabil dalam bentuk partikel tersuspensi atau koloid dalam air. Netralisasi muatan negatif partikel-partikel padatan dilakukan dengan pembubuhan koagulan bermuatan positif ke dalam air diikuti dengan pengadukan secara cepat (Susanto, 2008).

2.4 Flokulasi

Berkebalikan dengan koagulasi, flokulasi adalah proses yang dilakukan secara lambat, bertujuan untuk mendapatkan partikel-partikel flokulan yang lebih

(15)

8 besar dan lebih berat sehingga dapat mempercepat proses pengendapan. Waktu yang diperlukan untuk pengadukan lambat antara 10-30 menit, sedangkan gradien 5- 100 det-1 (AWWA, 1964 dalam Kurniati, 2010).

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koagulasi-Flokulasi

Dalam pengolahan air, untuk mencapai proses koagulasi-flokulasi yang optimum diperlukan pengaturan semua faktor yang saling mempengaruhi proses koagulasi dan flokulasi. Faktor-faktor tersebut ditinjau pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koagulasi-Flokulasi berdasarkan sifat fisika

1 pH

Suatu proses koagulasi dapat berlangsung secara sempurna jika pH yang digunakan pada jarak tertentu sesuai dengan pH optimum koagulan dan flokulan yang digunakan (Susanto, 2008).

2 Pengaruh

Suhu/Temperatur

Proses koagulasi dapat berkurang pada suhu rendah karena peningkatan viskositas dan perubahan struktur agregat menjadi lebih kecil sehingga dapat lolos dari saringan, sedangkan pada suhu 25 tinggi yang mempunyai kerapatan lebih kecil akan mengalir ke dasar kolam dan merusak timbunan lumpur (Susanto, 2008).

3 Konsentrasi Koagulan

Konsentrasi koagulan sangat berpengaruh terhadap tumbukan partikel, sehingga penambahan koagulan harus sesuai dengan kebutuhan untuk membentuk flok-flok. Jika konsentrasi koagulan kurang mengakibatkan tumbukan antar partikel berkurang sehingga mempersulit pembentukan flok. Begitu juga sebaliknya jika konsentrasi koagulan terlalu banyak maka flok tidak terbentuk dengan baik dan dapat menimbulkan kekeruhan kembali (Susanto, 2008).

(16)

9 4 Pengadukan

Pengadukan yang baik diperlukan untuk memperoleh koagulasi dan flokulasi yang optimum. Pengadukan terlalu lambat mengakibatkan waktu pertumbuhan flok menjadi lama, sedangkan jika terlalu cepat mengakibatkan flok-flok yang terbentuk menjadi pecah kembali (Susanto, 2008).

Sumber: (Susanto, 2008) 2.6 Sedimentasi

Sedimentasi adalah pengendapan partikel-partikel padat tersuspensi dalam cairan/zat cair dengan menggunakan pengaruh gravitasi (gaya berat secara alami).

Proses ini bertujuan untuk mereduksi bahan-bahan tersuspensi (kekeruhan) dari dalam air dan mereduksi kandungan mikroorganisme (pathogen) tertentu dalam air. Sedimentasi memisahkan partikel-partikel yang terdapat di dalam air dengan airnya sendiri melalui pengendapan (Razif, M, 1985).

Proses sedimentasi terjadi pada dua jenis partikel yaitu partikel diskrit dan flokulan. Partikel diskrit yaitu partikel yang selama proses pengolahannya tidak berubah ukuran, bentuk dan beratnya. Partikel flokulan yaitu partikel yang selama proses pengendapannya berubah ukuran, bentuk dan beratnya. Proses pengendapan partikel diskrit disebut proses prasedimentasi, sedangkan proses pengendapan partikel flokulan disebut proses sedimentasi yang terpisah dari bangunan pengolahannya.

(17)

10 2.7 Filtrasi

Filtrasi adalah proses penyaringan air melalui media berbutir yang porous.

Dalam praktek pengolahan air bersih dikenal beberapa macam filtrasi seperti pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Jenis Filtrasi dalam Pengolahan Air

No Jenis Filtrasi Penjelasan

1 Rapid filtration (penyaringan cepat)

ialah proses pengolahan air minum yang umumnya dilakukan sesudah proses-proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi, media yang dipakai bisa berbentuk:

(1) single media (1 media) misalnya, pasir; (2) dua media (2 media) misalnya, anthracite dan pasir yang terpisah; (3) fifed media (2 atau lebih media) misalnya anthracite dan pasir yang dicampur

2 Slow sand

filtration (Penyaringan pasir lambat),

ialah proses pengolahan air minum yang umumnya dilakukan untuk air permukaan tanpa melalui unit koagulasi, flokulasi dan sedimentasi. Jadi bahan baku sesudah melalui prasedimentasi langsung dialirkan ke saringan pasir lambat. Di sini proses koagulasi, flokulasi sedimentasi, dan filtrasi terjadi di saringan pasir ini dengan bantuan mikroorganisme yang terbentuk di lapisan permukaan pasir.

3 Pressure filtration

ialah proses pengolahan air minum yang umumnya dilakukan untuk air tanah sebelum didistribusikan.

(18)

11 (penyaringan

dengan tekanan)

Pompa distribusi yang memompa air dari filter akan menyebabkan berkurangnya tekanan pada filter sehingga air tanah bisa mengalir ke filter.

Keuntungan dari sistem ini adalah menghemat pemompaan ganda

4 Direct filtration (penyaringan langsung)

ialah proses pengolahan air minum yang umumnya dilakukan jika air baku kekeruhannya rendah, misalnya air baku yang berasal dari instalasi pengolahan air buangan. Jika diperlukan, koagulan yang menuju flokulan bisa diinjeksikan pada saluran yang menuju filter dan flok-flok yang ada langsung disaring tanpa melalui unit sedimentasi. Keuntungan dari sistem ini adalah menghemat unit bangunan pengolahan.

2.8 Desinfeksi

Menurut Irianto (2007), pengertian dari desinfeksi adalah suatu zat yang digunakan untuk membunuh bakteri patogen (bakteri penyebab penyakit yang penyebarannya melalui air seperti: penyakit typhus, kholera, disentri, dan lain- lain. Mekanisme kerja desinfeksi dalam membunuh mikroorganisme adalah : 1. Merusak dinding sel;

2. Mengubah permeabilitas sel;

3. Mengubah sifat koloid pada protoplasma;

(19)

12 4. Menghambat efektivitas enzim;

Destruksi dinding sel akan menghasilkan lepasnya sel dan kematian.

Beberapa bahan seperti pinicilin, menghambat sintesis dinding sel bakteri. Bahan seperti senyawa fenolat dan deterjen mengganggu permeabilitas membran sitoplasma. Bahan-bahan tersebut merusak permeabilitas selektif dari membran dan membiarkan nutrien penting seperti nitrogen dan fosfor lepas.

Menurut Sidharta (1997), beberapa cara untuk membunuh bakteri pathogen diantaranya dengan cara kimia, desinfeksi cara kimia antara lain dilakukan dengan penambahan bahan kimia seperti Cl2, Br2, phenol, bermacam-macam asam dan basa lainnya.

Menurut Priyanto dan Masduqi (2004), efektivitas bahan kimia yang dipergunakan untuk desinfeksi tergantung dari :

A. Waktu kontak

Pengaruh waktu kontak dikemukakan dalam hukum Chicks yaitu waktu yang dibutuhkan desinfeksi membunuh kuman-kuman yang ada dalam air semakin lama waktu kontak maka semakin cepat kuman atau bakteri terbunuh.Variabel yang paling penting dalam desinfeksi adalah waktu kontak;

B. Konsentrasi

Desinfeksi Efektivitas dimana konsentrasi Desinfeksi berpengaruh terhadap waktu yang diperlukan untuk mempengaruhi kematian yang konstan;

C. Temperatur

Pengaruh temperatur yaitu meningkatnya temperatur akan menghasilkan kematian mikroorganisme yang lebih cepat;

(20)

13 D. Jumlah Mikroorganisme

Sesuai dengan efektivitas desinfeksi bahan kimia antara waktu kontak, konsentrasi dan temperatur maka jumlah atau konsentrasi mikroorganisme yang lebih besar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mematikan;

E. Tipe Mikroorganisme

Efektivitas beberapa desinfeksi dipengaruhi oleh sifat dan kondisi mikroorganisme. Sebagai contoh, sel bakteri yang hidup viabel mudah dimatikan, sedangkan bakteri berspora sangat resisten dan beberapa desinfeksi yang normal digunakan sedikit atau tidak berpengaruh. Umur dan jumlah mikroorganisme yang besar terutama yang patogen akan memerlukan dosis desinfeksi yang lebih besar pula;

2.9 Reservoir

Reservoir merupakan bangunan yang sangat penting yang berfungsi untuk menampung air sebelum dialirkan ke pelanggan. Lama penampungan disesuaikan dengan tingkat pemakaian air pada masa jam pemakaian, jam puncak dan pemakaian rata-rata. Air bersih yang ada dalam bak reservoir akan disalurkan dengan menggunakan pompa (Sutrisno, 2006 Dalam Ulfani Zalzizah). Air bersih didistribusikan melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke tiap daerah distribusi. Jenis reservoir meliputi ground reservoir dan elevated reservoir : Kapasitas reservoir baik ground reservoir maupun elevated reservoir ditentukan dengan analisis fluktuasi pemakaian air dan pengalirannya yang didasarkan pada akumulasi kuantitas pengaliran dan pemakaian air selama satu hari. Ground reservoir adalah bak penampung yang ditempatkan di permukaan tanah (Gambar

(21)

14 Gambar 2.2 Elevated Reservoir

2.1). Jenis material yang digunakan konstruksi beton, fiber harus memenuhi kriteria yang berlaku.

Gambar 2.1 Ground Reservoir (Sutrisno, 2006 Dalam Ulfani Zalzizah) A. Elevated reservoir adalah bangunan penampungan air yang terletak di atas

permukaan tanah dengan ketinggian tertentu sehingga tekanan air pada titik terjauh masih tercapai. Jenis material yang digunakan bangunan baja, harus memenuhi kriteria yang berlaku (Gambar 2.2).

(Sutrisno, 2006 Dalam Ulfani Zalzizah)

(22)

15 Sistem pengaliran reservoir memerlukan syarat-syarat teknik pengaliran yang berkaitan dengan reservoir meliputi:

A. Sistem pengaliran air masuk (inlet) disesuaikan dengan rencana sistem pengaliran air pada jaringan transmisi;

B. Sistem pengaliran air keluar (outlet) disesuaikan dengan rencana sistem pengaliran air pada jaringan distribusi;

C. Aliran air dalam reservoir diusahakan setenang mungkin (tidak ada turbulensi), yaitu dengan cara memperpanjang jarak aliran dalam reservoir, biasanya letak masukan terhadap keluaran dibuat menyilang (tidak sejajar), sehingga didapat jarak aliran lebih panjang;

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Lokasi Kerja Praktek

Kerja Praktek dilaksanakan di Perusahaan Umum Daerah Air Minum Tirta Muara Kabupaten Tebo Jl Raden Prabu No 24 Kecamatan Tebo Tengah, Kabupaten Tebo, Jambi 37573. Kerja Praktek dilaksanakan pada tanggal 08 Agustus – 08 oktober Tahun 2022.

3.2 Sejarah Singkat PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo

Penyediaan air minum bagi keperluan warga dari masa penjajahan belanda sampai dengan masa proklamasi kemerdekaan Indonesia dan hingga sekarang dimulai pada tahun 1928. Pada zaman belanda pemerintah berbentuk stadfonds,

(23)

16 pemerintah pusat (Nederlans Indiche) menyediakan dana untuk mendirikan perusahaan listrik, perusahaan pasar, perusahaan air minum dan pemadam kebakaran.

Pada tahun 1928 stadfonds mendirikan perusahaan air minum atau disebut dengan (water leiding bedrijt) untuk penduduk, dengan kapasitas produksi 7L/det.

Zaman berganti dari belanda kepemerintahan jepang, akhirnya perusahaan air minum dimiliki oleh pemerintah, yang pada hakikatnya merupakan bagian dari pemerintah.

(24)

17 Gambar 3.3 Peta Lokasi IPA PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo

Sumber: Google Earth, 2022

(25)

18 3.3 Visi dan Misi Perusahaan

Dalam menjalankan kegiatan operasional sehari hari manajemen PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo tetap berpegang pada Visi dan Misi Perusahaan sebagai berikut:

3.3.1 Visi

Menjadi perusahaan yang sehat profesional dan mandiri dalam memberikan pelayanan air bersih menuju Tebo tuntas;

3.3.2 Misi

a. Menjamin kelancaran pendistribusian air bersih secara kualitas kuantitas dan kontinuitas;

b. Memperluas cakupan pelayanan air bersih kepada masyarakat;

c. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia;

d. Meningkatkan laba perusahaan yang optimal;

3.3.3 Moto

Kualitas kuantitas, dan kontinuitas (K3) pelayanan air bersih adalah tujuan kami;

3.4. Tugas Pokok dan Struktur Organisasi PERUMDA

PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo mempunyai tugas pokok, yaitu menyelengarakan pengolahan air minum untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang menyakut aspek sosial, kesehatan pelayanan umum, struktur organisasi PERUMDA sebagai berikut:

a. Dewan Pengawas;

b. Direktur;

(26)

19 1. Direktur Utama, membawahi langsung:

1. Staf Ahli;

2. SPI;

3. Cabang;

2. Direktur Administrasi dan Keuangan, membawahi:

1. Bagian Umum;

2. Bagian Pelengkapan dan Pemeliharaan;

3. Bagian Keuangan;

4. Bagian Hubungan Langganan;

3. Direktur Teknik, membawahi:

1. Bagian PKA dan Litbang;

2. Bagian Perencanaan;

3. Bagian Produksi;

4. Bagian Transmisi dan Distribusi;

(Peraturan Direksi NO.02 tahun 2011) Susunan Organisasi tugas pokok dan fungsi:

a. Dewan Pengawas

1. Mengawasi kegiatan direktur;

2. Memberikan pendapat dan saran kepada kepala daerah terhadap pengangkatan dan pemberhentian;

3. Memberikan pendapat dan saran kepada kepala daerah terhadap program kerja yang diajukan oleh direktur;

(27)

20 4. Memberikan pendapat dan saran kepada kepala daerah terhadap

rencana perubahan status kekayaan perusahaan;

5. Memberikan pendapat dan saran kepada kepala daerah terhadap pinjaman dan ikatan hukum dengan pihak lain;

6. Memberikan pendapat dan saran kepada kepala daerah terhadap laporan neraca dan perhitungan laba atau rugi;

b. Direktur

Direktur mempunyai tugas memimpin, mengarahkan, merumuskan program, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan operasional perusahaan sesuai kebijakan yang ditetapkan pemerintah daerah.

1. Administrasi dan keuangan

Melaksanakan sebagian tugas perusahaan dibidang administrasi dan keuangan, untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas bagian administrasi dan keungan mempunyai fungsi:

1. Pengolahan tata usaha kantor;

2. Pengolahan arsip;

3. Pengolahan pelayanan pelanggan;

4. Penyusunan pelaporan;

2. Teknik

Melaksanakan sebagian tugas perusahaan di bidang keteknikan. Di samping itu setiap fungsionaris dapat mengetahui dengan pasti wewenang dan tanggung jawab dalam perusahaan. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 3.1.

(28)

21 3.5 Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI Direktur Utama Budhi Irawan, S.Sos.,ME

Direktur ADK Ahmadi

Direktur Teknik Exfal Ikhlas

Trandis

Musthopah, H.A.Md.T

PKA Andrizal, SE Perencanaan

Agus Tamsah, A.Md

Produksi Mangitar Saragih

Seksi DMA Yoga Dwi P, S.T Seksi Meter

Nofrizon

Seksi PPG Aswardi

Legal A. Bery Saputra

Sumber : PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo, 2022

(29)

22

BAB IV

PEMBAHASAN DAN TUGAS KHUSUS

4.1 Pembahasan

Proses pengolahan air di IPA PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo ada 3 tingkat pengolahan yaitu:

1. Pengolahan fisik yaitu terdiri dari pengolahan fisik, yaitu terdiri dari flokulasi, filtrasi, dan sedimentasi;

2. Pengolahan kimia yaitu terdiri dari penambahan koagulan pada proses koagulasi yaitu penambahan bahan kimia berupa Aluminium Sulfat;

3. Pengolahan biologi, yaitu penambahan koagulan seperti kaporit yang dicampurkan pada air sebelum didistribusikan ke masyarakat;

Gambar 4.4 Skema Pengolahan Air

(30)

23 4.1.1 Intake

Jenis intake IPA PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo adalah bangunan intake dengan kapasitas 50 l/detik. Pengambilan air baku dari sungai ke bangunan intake menggunakan pompa submersible. Selanjutnya dari bangunan intake dialirkan melalui pipa transmisi dengan diameter 200 mm jarak 200 m dengan jenis pipa Galvanis (GIP). Adapun gambar bangunan intake di sajikan pada gambar berikut:

Gambar 4.5 Intake PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo (hasil observasi, 2022)

4.1.2 Instalasi Pengolahan Air (IPA) / Water Treatment Plant (WTP)

Instalasi pengolahan air (WTP) di IPA Perumda Tirta Muaro Kabupaten Tebo terdiri dari unit koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan reservoir.

Kapasitas pengolahan adalah 30 l/dt. Adapun dimensi dan kriteria unit-unit pengolahan air disusun pada Tabel 4.1

(31)

24 Gambar 4.6 Instalasi Pengolahan Air PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo

(data primer, 2022)

Tabel 4.3 Dimensi Bak pada IPA kompratmen pada tahun 2022 No. Bak IPA Lebar (m) Panjang

(m)

Kedalaman (m)

Volume (m3/dt)

1. Koagulasi 1 3 1 32

2. Flokulasi 6 5 5 30

3. Sedimentasi 5 6 5 30

4. Filtrasi 2 4,5 4 30

5. Reservoi 10 9,5 5 2000

Sumber : (hasil observasi, 2022) A. Koagulasi

Unit koagulasi pada IPA PERUMDA Muaro Kabupaten Tebo.

Dengan bentuk V- notch, pada unit ini terdapat pencampuran bahan kimia berupa alumunium sulfat yang diaduk dengan cepat menggunakan sistem hidrolis. Penambahan koagulan yang dilakukan masing-masing berbeda untuk aluminium sulfat ≤ sepuluh jam sekali, di jernihkan jika pH

(32)

25 mengalami perubahan atau pH bersifat asam dilakukan dua belas jam, dan untuk kaporit dua hari sekali.

Gambar 7.4 Unit Koagulasi Perumda Tirta Muaro Kabupaten Tebo, 2022 (hasil oberservasi, 2022)

B. Flokulasi

Proses selanjutnya adalah flokulasi untuk membentuk dan memperbesar flok (kumpulan kotoran). Prosesnya air akan diaduk perlahan agar tawas yang tercampur di air dapat mengikat partikel kotoran dan membentuk flok yang lebih besar agar lebih mudah mengendap. Pada IPA PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo sistem flokulasi yang digunakan adalah sistem Hidrolis yaitu Baffled channel up down dengan tiga kompartemen di dalamnya.

(33)

26 Gambar 4.8 Unit Flokulasi PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo, 2022

(hasil observasi ,2022)

C. Sedimentasi

Sedimentasi merupakan unit pengolahan air yang berfungsi sebagai unit pengendapan flok-flok yang terbentuk di unit flokulasi. Flok yang besar akan mengendap secara gravitasi dan yang lepas akan menempel di tube settler.

Gambar 4.9 Unit Sedimentasi PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo, 2022

(hasil observasi, 2022)

(34)

27 D. Filtrasi

Setelah air terpisah dari lumpur, air akan disaring lagi agar benar- benar bersih dengan dimasukkan ke bak filtrasi. Tujuan filtrasi adalah untuk menghilangkan partikel yang tersuspensi dan koloid dengan cara menyaringnya dengan media filter. Selain itu, filtrasi dapat menghilangkan bakteri secara efektif dan juga membantu penyisihan warna, rasa, bau besi, dan mangan. Berdasarkan kecepatan alirannya, filter dibagi menjadi slow sand filter dan rapid sand filter untuk di Perumda menggunakan rapid sand filter yaitu saringan pasir cepat, merupakan penyaringan partikel yang didahului oleh proses pengolahan kimiawi (koagulasi). Biasanya filter ini digunakan untuk menyaring partikel yang tidak terendapkan di bak sedimentasi.

Gambar 4.10 Unit Filtrasi PERUMDA Tirta Muaro kabupaten Tebo (hasil observasi, 2022)

(35)

28 E. Desinfeksi

IPA PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo menggunakan desinfeksi manual yaitu menggunakan tedmon yang berkapasitas 650 liter.

Kaporit yang digunakan sebanyak 1 kg/hari, Aluminium Sulfat (tawas) yang digunakan sebanyak 50kg/hari, dan Soda yang digunakan sebanyak 2 kg/hari.

Gambar 4.11 Unit Desinfeksi PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo

(hasil observasi, 2022) F. Reservoir

Setelah air selesai diolah, air akan di masukkan ke tempat penampungan sementara di dalam reservoir sebelum didistribusikan ke rumah dan bangunan. Untuk mengalirkan air, biasanya digunakan pipa HDPE dan pipa PVC. Unit reservoir di IPA PERUMDA Tirta Muaro

(36)

29 Kabupaten Tebo berjumlah dua unit dengan tiga kompartemen di masing- masing unit.

Gambar 4.12 Unit Reservoir PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo (data primer, 2022)

4.2 Tugas Khusus

Tugas khusus pada praktek ini adalah mengetahui proses pengolahan air baku menjadi air bersih di PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo mulai dari intake hingga reservoir dan menghitung dosis pemakaian bahan kimia di unit IPA PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo. Dalam praktek ini tugas dibatasi pada pengolahan air pada IPA dan pemantauan kualitas air.

4.2.1 Pengolahan air baku

Proses pengolahan air baku dilaksanakan oleh PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo pada kapasitas terpasang 50 L/detik untuk memproduksi air 20- 30 L/detik. Kapasitas terpasang adalah hasil maksimum yang dapat diproduksi di

(37)

30 pabrik produksi atau perusahaan dalam periode tertentu, menggunakan sumber daya yang tersedia pada waktu tertentu. Ini adalah aspek penting dari sistem produksi yang merupakan ukuran efisiensi yang dapat disesuaikan sedemikian rupa sehingga produksi sesuai dengan permintaan. Jika 28 permintaan lebih besar dari kapasitas, maka pelanggan tidak dapat dipasok. Di sisi lain, jika kapasitas lebih besar dari permintaan, akan ada banyak pekerja dan mesin yang tidak aktif, yang juga tidak baik. Kapasitas produksi merupakan hasil produksi maksimum yang dapat diproduksi atau dihasilkan dalam satuan waktu tertentu (Kusuma, 2009). Kapasitas terpasang dan kapasitas produksi di PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Kapasitas terpasang dan kapasitas produksi PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo 2021-2022

No. Bulan/Tahun Kapasitas

Terpasang L/detik

Kapasitas Produksi L/detik

1 Oktober 2021 50 20

2 November 2021 50 20

3 Desember 2021 50 30

4 Januari 2022 50 25

5 Febuari 2022 50 20

6 Maret 2022 50 20

7 April 2022 50 25

8 Mei 2022 50 20

(38)

31

9 Juni 2022 50 25

10 Juli 2022 50 20

11 Agustus 2022 50 20

12 September 2022 50 30

Sumber : (PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo, 2022) 4.2.2 Pengunaan Bahan Kimia

Tabel 4.3 Laporan hasil uji air distribusi di PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo

No. Parameter Satuan Hasil uji Spesifikasi Metode

Baku Mutu I.Fisika

1. TDS mg/l 184 SNI 06-

6989.27- 2019

500

2. Kekeruhan NTU 12,0 SNI 06-

6989.25- 2005

5

3. Warna PtCO 11 SNI 06-

2413-1991 15 II.Kimia

1 Ph mg/l 6,84 SNI 06-

6989.11- 2019

6,5-8,5

2 Sulfat

(SO4)

mg/l 13,42 SNI 6989- 20-2019

250

3 Nitrat

(NO3)

mg/l 1,345 SNI 6989- 79-2011

50

4 Nitrit

(NO2)

mg/l 0,007 SNI

06.6989.9- 2004

3

5 Klorida

(Cl)

mg/l 2,92 SNI

06.6989.9- 2004

250

6 Kesadahan

(CaCO3)

mg/l 34 SNI 06-

6989.12- 2004

500

7 Amoniak

(NH3-N)

mg/l <0,02 SNI 06- 6989.30-

1,5

(39)

32 2005

8 Zat

Organik (KMnO4)

mg/l 2,77 SNI

06.6989.22- 2004

10 Sumber : (PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo, 2022)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat dalam parameter fisika seperti TDS bahwa hasil ujinya lebih kecil dari standar baku mutu, dan untuk hasil uji

parameter kimia seperti pH sesuai dengan baku mutu. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada yang melebihi baku mutu sesuai dengan SNI yang berlaku.

4.2.3 Perhitungan Dosis Penggunaan Bahan Kimia

Berdasarkan penggunaan bahan kimia yang dilakukan oleh PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo dalam satu minggu penggunaan maka penulis menjabarkan analisis dalam hitungan hari sebagai berikut:

A. Dosis Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3) Debit air baku = 30 l/dt

Berat jenis alum Al2(SO4)3 = 1,328 Dosis = 33,056 mg/l x 1,328 = 43,89 mg/l

Kebutuhan alum Al2(SO4)3 = Q pengolahan x Dosis alum = 30 l/dt x 43,89 mg/l = 1,316 mg/dt

= 0,11 kg/hari

Jadi kebutuhan Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3) perhari adalah 0,11 kg/h.

(40)

33 B. Soda

Diketahui debit air baku = 30 l/dt Dosis soda = 24,130 mg/l

Kebutuhan soda = Q pengolahan x Dosis soda = 30 l/dt x 24,130 mg/l = 7,239 mg/dt

= 0,63 kg/hari

Jadi kebutuhan soda setiap dua belas jam adalah 0,63 kg/hari C. Kaporit

Diketahui debit air baku = 30 l/dt Dosis Kaporit = 17,360 mg/l

Kebutuhan Kaporit = Q pengolahan x Dosis kaporit = 30 l/dt x 17,360 mg/l

= 5,208 mg/dt = 0,45 kg/hari

Jadi untuk kebutuhan kaporit setiap dua hari adalah 0,45 kg/hari

Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa kapasitas terpasang IPA yaitu 30 l/dt tiap harinya, tetapi untuk penambahan bahan kimia itu berbeda-beda seperti Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3) dilakukan penambahan setiap lebih kurang

(41)

34 tujuh jam sekali dengan dosis yang didapat yaitu 0,11 kg/hari, untuk bahan kimia soda lebih kurang dua belas jam sekali yaitu 0,63 kg/hari, dan untuk penambahan kaporit dilakukan dua hari sekali dengan dosis yaitu 0,45 kg/hari.

(42)

35

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Dari rumusan masalah yang telah ada, serta perhitungan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Proses pengolahan air baku menjadi air bersih di mulai dari sumber air baku sungai batanghari terdapat bangunan intake dan dilajutkan ke water treatment plant. WTP terdiri dari unit koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan reservoir.

2. Pemakaian dosis bahan kimia di PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo terdiri dari Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3) yaitu 0,11 kg/hari, untuk bahan kimia soda yaitu 0,63 kg/hari, dan untuk kaporit yaitu 0,45 kg/hari.

5.2 Saran

1. Mahasiswa harus lebih aktif dalam menimba informasi agar data yang didapat lebih lengkap.

2. Mahasiswa harus lebih aktif berdiskusi dengan pembimbing lapangan agar informasi yang didapat lebih akurat.

(43)

36

DAFTAR PUSTAKA

Budiman,M.,2021 Analisis daya tampung beban pencemaran air sungai kenali besar terhadap air limbah domestik permukiman Kecamatan Alam Barajo.

Mahrus, I., 2009 Efektivitas proses Chlorinasi terhadap penurunan bakteri Escherichia coli dan residu chlor pada instalasi pengolahan air bersih Rsu.

Dr. Saiful Anwar Malang.

Novari.N., 2019 Analisis kadar logam berat merkuri (Hg) dan timbal (Pb) pada sedimen sungai Batanghari di Kabupaten Damasraya secara spektrofotometri serapan atom.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. No 18/Prt/M/2007 Tentang penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Pradana,H.,Wahyuningsih, S., Novita, E., Humayro, A., 2019 Identifikasi Kualitas Air dan Beban Pencemaran Sungai Bedadung di Intake Instalasi Pengolahan Air PDAM Kabupaten Jember.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. No 22 Tahun 2021 Tentang penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Sahara,R.,Puryanti,D., 2015 Distribusi logam berat Hg dan Pb pada sungai Batanghari aliran batu bakauik Dharmasraya, Sumatera Barat.

(44)

37 Susantoro,T., Sunarjanto,D., Andayani,A., 2015 Distribusi Logam Berat Pada

Sedimen di perairan muara dan laut Provinsi Jambi.

(45)

38 LAMPIRAN FOTO KEGIATAN

(1) Apel Pagi di PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo

(2) Kunjungan ke Intake

(3) Pengisian Air Bersih ke Tangki Mobil PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo

(4) Pengisian Air Bersih dari Mobil Tangki PERUMDA ke Bak Penampung Milik Konsumen

(46)

39 (5) Perbaikan Pompa Submersible di

PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo

(6) Pembuangan Lumpur pada Bak Sedimentasi

(7) Pemasangan Sambungan Pipa Baru ke Konsumen

(8) Pemutusan Pipa di Rumah Konsumen

(47)

40 (9) Pemasangan Meteran Baru di Wilayah

Muaro Kabupaten Tebo

(10) Perpisahan dan Penyerahan Plakat ke PERUMDA Tirta Muaro Kabupaten Tebo

Referensi

Dokumen terkait