• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Mingguan Kerja Praktek: Budidaya Rumput Laut di Sumenep dan Tantangan Pencemaran Logam Berat

N/A
N/A
Sahala Ronauli Immanuel Simatupang

Academic year: 2025

Membagikan "Laporan Mingguan Kerja Praktek: Budidaya Rumput Laut di Sumenep dan Tantangan Pencemaran Logam Berat"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN

Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Telp/Fax: 031 596 4182, Email: [email protected]

http://www.its.ac.id/tkapal

Laporan Mingguan Kerja Praktek

Nomor Dokumen: Form KP-07 Edisi: Mei 2025 Revisi: 00

Fakultas Teknologi Kelautan, ITS Halaman:

1 dari 6

Nama : Sahala Ronauli Immanuel Simatupang

NRP : 5018211019

Perusahaan/Instansi : Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika - BRIN Dosen Pembimbing : Muhammad Nurul Misbach

Minggu ke- : 1

Tanggal Keterangan

28 April 2025

Budidaya rumput laut merupakan sektor unggulan, dan secara khusus, kabupaten sumenep merupakan penyumbang produksi tertinggi rumput laut di Jawa Timur.

Diketahui bahwa budidaya rumput laut jenis Eucheuma Cottonii di Kabupaten Sumenep tersebar di beberapa wilayah seperti Saronggi, Tanah Ngo, Lobuk dan Bluto. Daerah Saronggi saat ini masih menjadi pusat aktivitas utama karena banyaknya pembudidaya aktif. Sementara itu, Tanah Ngo yang dulu juga ramai kini mulai ditinggalkan akibat peralihan lahan ke tambak udang. Adapun Bluto, yang dulunya dikenal sebagai sentra budidaya rumput laut, kini mengalami kemunduran drastis akibat pencemaran perairan.

Air di wilayah tersebut diketahui mengandung logam berat seperti cadmium, yang menyebabkan rumput laut menjadi hitam, mati dan tidak bisa dipanen. Akibat kondisi ini, masyarakat beralih ke wilayah lain yang masih relatif bersih seperti Saronggi dan Lobuk.

Dalam hal metode budidaya, pembudidaya di wilayah daratan seperti Saronggi menggunakan sistem rakitan horizontal yang disebut “pering”. Rakit ini dirangkai dari bambu dan dijadikan tempat mengikat bibit rumput laut. Sebaliknya di wilayah kepulauan, metode yang digunakan adalah system “longline”, dimana tali Panjang dibentangkan di laut dan rumput laut diikat langsung pada tali tersebut.

Gambar 1: Wawancara dengan Dinas Perikanan Kabupaten Sumenep

Masalah besar yang dihadapi petani rumput laut di Saronggi adalah keterbatasan kapal yang mampu menarik beban rakit/ancak dengan bobot mencapai 600-750 kg.

Dalam kunjungan ke Dinas Perikanan Kabupaten Sumenep, dijelaskan bahwa daerah- daerah penghasil rumput laut menerima bantuan kapal berbahan fiberglass yang disalurkan pada tahun 2020 (sebelum pandemi COVID-19) oleh akademisi atau pemerintah. Namun, kapal tersebut diketahui tidak efektif digunakan di perairan Saronggi, karena setelah sempat digunakan satu kali, kapal tersebut ditinggalkan akibat tidak mampu menghadapi kondisi laut yang memiliki arus cukup kuat. Dalam praktiknya, Kapal tersebut sempat menarik rakit/ancak namun kemudian kehilangan kendali dan

(2)

DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN

Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Telp/Fax: 031 596 4182, Email: [email protected]

http://www.its.ac.id/tkapal

Laporan Mingguan Kerja Praktek

Nomor Dokumen: Form KP-07 Edisi: Mei 2025 Revisi: 00

Fakultas Teknologi Kelautan, ITS Halaman:

2 dari 6

terbalik karena tidak mampu menarik beban dan tekanan dari arus laut. Kelemahan utama diduga berasal dari desain kapal yang kurang sesuai dengan kebutuhan lapangan (kondisi perairan), baik dari stabilitas, daya mesin, maupun struktur lambung yang tidak mampu memberikan gaya dorong dan traksi yang memadai.

Kondisi perairan di wilayah Saronggi sendiri relatif dangkal, dengan kedalaman antara 1,5 hingga 2 meter saat pasang. Pada saat surut, area tersebut bahkan dapat dijangkau dengan berjalan kaki sekitar 10 menit dari pantai. Meskipun termasuk perairan dangkal, tantangan tetap ada karena beban rakit yang harus ditarik cukup besar. Satu rakit berukuran 9×10 meter dapat memuat bibit seberat 150–200 kg dan menghasilkan panen hingga 500–700 kg rumput laut basah. Kondisi ini memperberat beban kerja kapal, sehingga diperlukan kapal yang memiliki daya tarik (traksi) tinggi namun tetap stabil dan aman digunakan di perairan dangkal.

Selain itu, para petani rumput laut di Saronggi dan sekitarnya sangat bergantung pada kapal sewaan karena mayoritas tidak memiliki kapal pribadi. Berdasarkan hasil wawancara, untuk melaksanakan kegiatan pembibitan, pemeliharaan, hingga pemanenan, mereka harus menyewa kapal dengan biaya sekitar Rp30.000 per perjalanan pulang-pergi. Padahal, dalam satu hari, mereka bisa melakukan beberapa kali perjalanan tergantung pada jumlah rakit yang harus ditarik.

29 April 2025

Gambar 2: Wawancara dengan Pembudidaya Rumput Laut

Dilakukan survey langsung ke Lokasi kapal fiberglass yang dibahas dalam pertemuan sebelumnya di Kampung Perikanan Budidaya, Desa Pagar Batu, Kecamatan Saronggi, Sumenep. Dalam kegiatan budidaya rumput laut jenis Eucheuma Cottonii, terdapat tahapan yang dilakukan sebelum proses penanaman ke rakit atau ancak.

Tahapan ini memiliki dampak langsung terhadap keberhasilan panen.

• Bibit yang digunakan biasanya diambil dari panen sebelumnya, di mana sebagian rumpun rumput laut yang masih segar dan sehat dipisahkan dan disimpan sebagai bibit.

• Dilakukan pemilahan bibit dari bilambi dengan mencabut rumpun-rumpun rumput laut satu per satu, kemudian memilih hanya bagian yang masih segar, tidak rusak, dan bebas dari ganggang pengganggu atau organisme epifit.

Rumpun yang kusam, busuk, atau patah akan disisihkan agar tidak menurunkan kualitas hasil budidaya. Proses pemilahan bibit dari bambalit dapat dilihat pada Gambar 3.

(3)

DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN

Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Telp/Fax: 031 596 4182, Email: [email protected]

http://www.its.ac.id/tkapal

Laporan Mingguan Kerja Praktek

Nomor Dokumen: Form KP-07 Edisi: Mei 2025 Revisi: 00

Fakultas Teknologi Kelautan, ITS Halaman:

3 dari 6

Gambar 3: Proses pemilahan bibit dari bambalit

Gambar 4: Bibit dan bambalit sudah terpisah

• Setelah bibit dipilah, tahap selanjutnya adalah pengikatan ke rakit atau ancak.

Namun, sebelum diikat ke rakit bambu, bibit terlebih dahulu dirangkai ke dalam potongan tali pendek sepanjang kurang lebih 10–15 cm. Bibit yang telah dipotong atau dipisah dengan berat sekitar 100–150 gram per ikatan akan dikaitkan ke tali panjang rakit menggunakan simpul ikat sederhana. Tali panjang ini membentang secara horizontal di rakit bambu, dengan jarak antar simpul ikat sekitar 20–25 cm tergantung kepadatan yang diinginkan

Gambar 5: Pengikatan bibit ke dalam potongan tali

(4)

DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN

Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Telp/Fax: 031 596 4182, Email: [email protected]

http://www.its.ac.id/tkapal

Laporan Mingguan Kerja Praktek

Nomor Dokumen: Form KP-07 Edisi: Mei 2025 Revisi: 00

Fakultas Teknologi Kelautan, ITS Halaman:

4 dari 6

• Kemudian rakit/ancak berukuran kurang lebih 9 x 10 meter dengan beban bibit awal sekitar 150-250 kg diikat pada tali penarik. Tali ini kemudian dikaitkan ke kapal dengan dimensi utama kapal: Panjang 8 meter, lebar 1,5 meter.

Gambar 6: Ancak ditarik ke tengah laut

Salah satu kapal yang digunakan untuk menarik rakit/ancak ke tengah laut ditunjukkan pada Gambar 7. Berdasarkan hasil wawancara, kapal tersebut memiliki panjang sekitar 10 meter dan lebar 1,8 meter, serta dilengkapi mesin dengan daya 20 PK. Dengan spesifikasi tersebut, kapal mampu menarik rakit atau ancak ke tengah laut secara aman tanpa mengalami kendala berarti. Namun demikian, kapal ini hanya dapat menarik satu rakit dalam satu kali perjalanan. Artinya, untuk setiap rakit, kapal harus kembali ke pantai terlebih dahulu sebelum menarik rakit berikutnya. Proses ini dilakukan secara berulang, sehingga kapal tidak dapat menarik dua atau tiga rakit sekaligus dalam satu perjalanan.

Gambar 7: Kapal operasional dengan daya mesin 20 PK

(5)

DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN

Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Telp/Fax: 031 596 4182, Email: [email protected]

http://www.its.ac.id/tkapal

Laporan Mingguan Kerja Praktek

Nomor Dokumen: Form KP-07 Edisi: Mei 2025 Revisi: 00

Fakultas Teknologi Kelautan, ITS Halaman:

5 dari 6

Kapal ini memiliki kapasitas angkut maksimal 1–3 orang. Selebihnya, petani menggunakan pelampung, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8, untuk mengakses area tengah laut tempat rakit atau ancak berada.

Gambar 8: Pelampung petani ke tengah laut

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, diketahui bahwa mesin kapal fiberglass menggunakan mesin serbaguna HONDA GX200 SGN-R280. Mesin ini merupakan mesin bi-fuel, yang artinya dapat menggunakan dua jenis bahan bakar, yaitu bensin dan gas LPG. Mesin HONDA GX200 SGN-R280 dapat dilihat pada gambar III.

Gambar III: Mesin Kapal HONDA GX200 SGN-R280.

(6)

DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN

Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Telp/Fax: 031 596 4182, Email: [email protected]

http://www.its.ac.id/tkapal

Laporan Mingguan Kerja Praktek

Nomor Dokumen: Form KP-07 Edisi: Mei 2025 Revisi: 00

Fakultas Teknologi Kelautan, ITS Halaman:

6 dari 6

Mengetahui, ..., ...

Pembimbing Lapangan

... ...

***) NRP

Adapun spesifikasi lengkap dari mesin HONDA GX200 SGN-R280 adalah sebagai berikut:

Tipe Mesin OHV,4 Stroke, Single cylinder, inclined by 25? and LPG Part

Isi Silinder 196 cc

Diameter x langkah 68 x 54 mm

Rasio Kompresi 8.5

Tenaga Output Kotor* 4.8kW (6.5HP)/3600rpm Tenaga Output Bersih * 4.1kW (5.5 HP)/3600 rpm

Torsi Maksimum * 12.4 N.m (1.26 kgf.m, 9.1 lbf.ft)/2500 min-1 rpm

Kapasitas Tangki Bahan Bakar* 3.1 lt

Sistem Pengapian Transistorized Magneto Ignition

Kapasitas oli 0.6 lt

Pembersih Udara Semi Dry

Dimensi 321 x 376 x 346 mm

Berat Kering 16 kg

PTO Shaft 20 mm

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani rumput laut, diketahui bahwa kapal bermesin 16PK (sekitar 15,8 HP) saja masih kesulitan, bahkan tidak mampu menarik rakit dengan aman. Hal ini menunjukkan bahwa mesin dengan tenaga sekitar 5,5 HP seperti GX200 tidak ideal bila digunakan secara langsung untuk menarik beban rakit yang berat.

Mesin HONDA GX200 yang saat ini digunakan terbukti tidak memadai untuk kebutuhan operasional. Untuk memenuhi tuntutan daya Tarik dan menjaga stabilitas kapal, diperlukan peningkatan tenaga mesin. Peningkatan ini membawa konsekuensi terhadap dimensi utama kapal, terutama panjang, lebar dan bentuk lambung yang harus dioptimalkan.

Referensi

Dokumen terkait

Absorbsi Logam Berat Cu dan Pb Dalam Air Laut Menggunakan Rumput Laut (Eucheuma Cottoni); Bilal El Bizarroby, 061810301092; 40 halaman; Jurusan Kimia Fakultas Mtematika dan

Studi Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii dengan Berbagai Metode Penanaman yang Berbeda Di Perairan Kalianda, Lampung Selatan.. PRAKTEK

Pengujian kandungan logam berat rumput laut Eucheuma cottonii yang berasal dari Perairan Serang Banten dilakukan pada bahan baku (bubur rumput laut) dan produk akhir (shampo

Hasil perhitungan pendapatan yang diperoleh dari usaha rumput laut (Eucheuma cottonii) maka dapat dihitung besarnya kontribusi pendapatan dari usaha nelayan pukat,

budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii diharapkan hasil yang didapat bisa.. jauh

Untuk lokasi budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii pada stasiun 6.1 dan 6.2 dimasukkan pada kategori cukup sesuai, dikarenakan terdapat beberapa faktor

37 Aplikasi Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii (Weber van Bosse) Dengan Metode Jaring Lepas Dasar (Net Bag) Model Cidaun

Studi tentang pertumbuhan rumput laut (Eucheuma cottonii) dengan berat bibit awal berbeda di Pantai Pandawa,