• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES GLUTEUS

N/A
N/A
Antoni Antonio

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN ABSES GLUTEUS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES GLUTEUS

Disusun Oleh : Wisri Rahayu

( 1601051 )

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I PRODI DIII KEPERAWATAN SEMESTER IV

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG TAHUN AJARAN 2018

(2)

A. Definisi atau Pengertian

Abses adalah penimbunan nanah yang terjadi akibat infeksi bakteri. Abses dapat terjadi dimana saja pada bagian tubuh kita. Abses dapat terlihat karena berada di bagian luar tubuh (pada lapisan kulit) atau teradi pada organ dalam tubuh yang terjadi disebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi oleh bakter, karena adanya benda asing misalnya; serpihan, lika peluru atau jarum suntik (Smaltzer, 2013).

Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang melibatkan organisme progenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan nekrotik, bakteri dan sel darah putih yang sudah mati dan dicairkan oleh enzim autolik (Mansjoes, A, 2007).

Abses merupakan suatu infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri atau parasit karena adanya benda asing dan mengandung nanah yang merupakan campuran dari jaringan nefrotik, bakteri dan sel darah putih yang sudah mati (Siregar, 2007).

B. Etiologi atau Penyebab

Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses ketika bakteri masuk kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati jaringan yang sehat itu mati, dan hancur meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi.

Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses beberapa cara : bakteri masuk kebawah kulit akibat bakteri yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril dan bakteri dapat menyebar dari suati infeksi di bagian tubuh yang lain. Kondisi ini memicu sel-sel darah putuh yang berfungsi melawan infeksi masuk kedalam rongga tersebut, memerangi bakteri dan kemudian mati. Sel darah putih yang mati itulah yang membentuk cairan nanah, yang mengisi rongga tersebut. Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat ika terdapat kotoran atau benda asing didaerah atau tempat terjadinya infeksi, daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang terdapat terjadi gangguan sistem kekebalan (Siregar, 2007).

C. Manifestasi Klinis atau Tanda dan Gejala

Gejala dari abses tergantung lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi atau organ syaraf, yaitu bisa berupa :

1. Nyeri Tekan 2. Nyeri Lokal 3. Bengkak

(3)

4. Kenaikan Suhu 5. Rubor (Kemerahan)

6. Kalor (Panas) menggigil atau demam (>37,7oC) 7. Dolor (Nyeri)

8. Tumor (Bengkak) terdapat pus (rebas) bau membusuk (Smatzer, 2013)

D. Patofisiologi atau Pathway a. Patofisiologi

Kuman yang masuk kedalam tuhuh akan merusak jaringan dengan cara mengeluarkan toksin. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik (sintesis), kimiawi yang secara spesifik mengawali proses peradangan atau melepaskan endotoksin yang ada hubunganya dengan dinding sel. Reaksi hipersensitivitas terjadi apabila ada perubahan kondisi respon imunologi mengakibatkan perubahan reaksi imun yang merusak jaringan. Agen fisik dan bahan kimia oksidan korosif menyebabkan kerusakan jaringan, kerusakan jaringan menstimulus untuk terjadi infeksi. Infeksi merupakan salah satu penyebab dari peradangan, kemerahan merupakan tanda awal yang terlihat akibat dilatasi arteriol dan meningkatkan aliran darah ke mikro sirkulasi kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan bersifat lokal. Peningkatan suhu dapat terjadi secara sistemik.

Akibat endogen pirogem yang dihasilkan makrofaq mempengaruhi termoregulasi pada suhu lebih tinggi sehingga produksi panas meningkat dan terjadi hipertermi.

Peradangan terjadi perubahan diameter pembuluh darah mengalir keseluruh kapiler, kemudian aliran darah kembali pelan. Sel-sel darah mendekati pembuluh darah di daerah zona plasmatik. Leukosit menempel pada epitel sehingga langkah awal terjadi emigrasi kedalam ruang ekstravaskuler lambatnya aliran darah yang mengikuti fase hipertermia meningkat permiabilitas vaskuler mengakibatkan keluarnya plasma kedalam jaringan, sedangkan sel darah tertinggal didalam pembuluh darah akibat tekanan hidrostatik meningkat dan tekanan osmotik menurun hingga terjadi akumulasi cairan didalam rongga ekstravaskuler yang merupakan bagian dari cairan eksudat yaitu edema. Regangan dan distorsi jaringan akibat edema dan tekanan pus dalam rongga abses menyebabkan rasa nyeri. Mediator kimiawi, termasuk bradiknin, prostaglanin, dan serotonin merusak ujung saraf sehingga menurunkan ambang stimulus terhadap reseptor

(4)

mekanosensitif yang menimbulkan nyeri. Adanya edema akan mengganggu gerak jaringan sehinggan mengalami penurunan fungsi tubuh yang menyebabkan terganggunya mobilitas. Inflamasi terus terjadi selama masih ada pengurasan jaringan bila penyebab kerusakan bisa diatasi, maka debris akan difagosit dan dibuang tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan (Smatzer, 2013)

b. Pathways (Mansjoes, 2007)

Faktor predisposisi  Bakteri multiplikasi merusak  Tubuh bereaksi untuk jaringan yaitu benda asing perlindungan terhadap menyebabkan luka dan agen penyebaran infeksi fisik

1. Perkembangan sosial kultural 2. Biokimia 3. Psikologis 4. Genetik

Abses terlokasi dari matinya jaringan nekrotik, bakteri dan sel darh putih

Terjadi proses peradangan (Nyeri)

Lepasnya zat progen leukosit pada jaringan Operasi

Kurang informasi

Peradangan

Demam Defisiensi

pengetahuan

Panas Cemas

Hipertermi

(5)

E. Pemeriksaan Diagnostik atau Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang dari abses antara lain :

1. Kultur Mengidentifikasi organisme penyebab abses 2. Sel darah putih Mengidentifikasi produksi sel darah putih

3. Glukosa serum Hiperglikemi menunjukan glukogenesis dan glikogenesis didalam hati sebagai respon dari puasa atau seluler dalam metabolism

4. Urinalitas Adanya sel darah putih atau bakteri penyebab infeksi

5. Sinar X (Rontgen) Film abdomen dan dada bagian bawah yang mengidentifikasa udara bebas di dalam abdomen

6. EKG Dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelpmbang T dan distritmia yang menyerupai infrk miokard

7. USG Untuk memeriksaan organ tubuh dengan menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang tidak dapat didengar oleh telinga kita

8. Ct-Scan Untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang torak dan otak.

(Waspadji, Soeparman, 2012)

F. Komplikasi

Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses kejaringan sekitar atau jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (ganggren). Pada sebagian besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tindakan medis secepatnya diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses. Suatu abses dapat menimbulkan konsekuesi yang fatal. Meskipun jarang, apabila abses tersebut mendesak struktur yang vital, misalnya abses leher dalam yang dapat menekan trakea (Siregar, 2013).

G. Penatalaksanaan

1. Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan menggunakan antibiotik 2. Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi penyebabnya,

utamanya disebabkan oleh benda asing, karena benda asing tersebut harus segera diambil.

3. Drainase, abses dengan menggunakan pembedahan biasanya diindikasikan apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi lebih lunak

(6)

4. Apabila menimbulkan risio tinggi, misalnya pada area-area yang kritis, tindakan pembedahan dapat ditunda

5. Karewna seringkali abses disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus (Smaltzer, 2013)

H. Fokus Pengkajian

1. Aktivitas atau istirahat Gejala : Malaise 2. Sistem kardiovaskuler

Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit dibawah jangkauan normal (selama curah jantung tetap meningkat). Denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik); distritmia dan perkembangan S3 dapat mengakibatkan disfungsi miokard, efek dari asidosis atau ketidakseimbangan elektrolot.

Kulit hangat, kering, bercahayu (vasodilatasi), pucat, lembab, burik (vasokonstriksi).

3. Sistem pencernaan

Gejala : Anoreksia, mual, muntah

Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan atau masa otot ( mal nutrisi). Penurunan haluaran, konsentrasi urine

4. Neurosensori

Gejala : Sakit kepala, pusing, pingsan

Tanda : Gelisah, ketakutan kacau mental, disorientasi, delirium atau koma 5. Pernafasan

Tanda : Takipnea dengan penurunan kedalaman pernafasan, penggunaan kortikosteroid, infeksi baru

6. Sistem reproduksi

Gejala : Parineal pruritus, baru saja menjalani kelahiran atau aborsi Tanda : Maserasi vulva, pengeringan veginal purulen

7. Penyuluhan atau pembelajaran

Gejala : Masalah kesehatan kronis atau melemahkan misal ; DM, kanker, ginjal, hati, jantung, kecanduan alkohol. Riwayat splenektomi, baru saja menjalani operasi prosedur prosedur invasive, luka traumatik.

8. Suhu biasanya meningkat (37,9 % atau lebih), menggigil, luka yang sulit sembuh

(7)

9. Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan jumlah sel darah putih.

10. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, Ct-Scan atau MRI

(Manjoes, A 2007)

I. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis 2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai proses penyakit

J. Intervensi dan Rasional

1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri biologis Tujuan NOC :

- Pain level - Pain control - Comfort level

a. mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi keperawatan : - Pain management

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor prespitasi

b. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan interpersonal)

c. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil Rasional :

b. Untuk mengetahui seberapa berat rasa nyeri yang dirasakan dan dan mengetahui pemberian terapi sesuai indikasi

c. Untuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan kenyamanan

(8)

d. Untuk mengalihkan perhatian pasien terhadap rasa nyeri 2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

Tujuan NOC:

- Thermoregulation

a. Suhu tubuh dalam rentang normal b. Nadi dan RR dalam rentang normal

c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing Intervensi akaeperawatan :

- Fever treatment

a. Monitor suhu sesering mungkin b. Berikan antipiretik

c. Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil

Rasional :

a. Untuk mengetahui perkembangan pasien b. Untuk menurunkan suhu tubuh pasien c. Untuk mencegah terjadinya mengigil

3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai proses penyakit Tujuan NOC:

- Anxiety level - Sosial anxiety level

a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan teknik untuk mengontrol cemas

c. Vital sign dalam batas normal

(9)

Intervensi Keperawatan :

- Anxiety reduction (penurunan kecemasan)

a. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

b. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur c. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut Rasional

a. Untuk mengurangi kecemasan pasien

b. Untuk mengetahui dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

c. Untuk memberikan keamanan ketenanganpasien pada saat diberikan tindakan keperawatan

(10)

K. Referensi atau Daftar Pustaka

- Smaltzer (2013) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol.3. Jakarta : EGC - Manjoes, A (2007). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. EGC

- Nanda Internasional. (2012). Nursing Diagnoses Definition and Clasification 2012. Wiley Blacweel.United Kingdom

- Soeparman & Waspadji. (2012). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta. EGC

Referensi

Dokumen terkait

97 | P a g e Course Code : MTOE11 Course Title : Mathematical Techniques in Materials Research Number of Credits 3 LTPC Breakup : L T P Contact hours C 3 0 0 3 3 Prerequisites