LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA DEMENSIA DI PANTI WERDHA AISYIYAH SURAKARTA
Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Gerontik Clinical Teacher : Dwi Sulistyowati, S.Kep., Ns., M.Kes
Clinical Instruktur : Inayah, A.Md., Kep
Disusun Oleh : Yessica Tetya Wulandari
P27220021048
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN DEMENSIA
A. Konsep Dasar Teori Demensia 1. Pengertian
Demensia adalah penurunan fungsi intelektualyang menyebabkan independensi soaial. (William F. Ganong, 2010). Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Gangguan fungsi kognitif antara lain pada intelegasi, belajar dan daya ingat, Bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian, dan kemampuan bersosialisasi (Arif Mansjoer, 1999).
Demensia adalah gangguyan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi vegetative atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu (Elizabeth J, 2009).
Jadi, dimensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.
2. Etiologi
Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit Alzheimer, yang penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti, namun diduga penyakit Alzheimer disebabkan karena adanya kelaianan factor genetic atau adanya kelaianan gen tertentu.
Penyebab lain dari demensia yaitu serangan stroke yang berturut-turut. Stroke Tunggal yang ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke kecil disebut demensia multi-infrark. Sebagian penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah diotak. Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada system enzim atau pada metabolism
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobatiu, penyebab utamanya dalam golongan ini diantaranya :
1. Penyakit degenerasi spino-serebelar.
2. Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert 3. Khorea Huntington
c. Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini diantaranya :
1. Penyakit cerebro kardiofaskuler 2. Penyakit metabolic
3. Gangguan nutrisi
4. Akibat intoksikasi menahun 3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari penyakit demensia atanra lain : 1. Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif
2. Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek 3. Gangguan kepribadian dan perilaku (mood swings) 4. Defisit neurologi dan fokal
5. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang 6. Gangguan psikotik : halusinasi, ilusi, waham, dan paranoid 7. Keterbatasan ADL (Activities of Daily Living)
8. Kesulitan mengatur penggunaan keuangan 9. Tidak bisa pulang kerumah bila berpergian 10. Lupa meletakkan barang penting
11. Sulit mandi, makan, berpakaian dan toileting 12. Mudah terjatuh dan keseimbangan buruk
13. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya : lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada
4. Klasifikasi
1. Menurut kerusakan struktur otak
a. Tipe Alzheimer
Dimensia ini ditandai dengan gejala :
1) Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif
2) Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi eksekutif
3) Tidak mampu mempelajari/mengingat informasi baru 4) Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan) 5) Kehilangan inisiative
b. Demensi Vascular
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah otak dan setiap penyebab atau factor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu diotak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi dapat diduga sebagai demensia vascular
Tanda-tanda neurologis fokal seperti : 1. Peningkatan reflek tendon dalam 2. Kelainan gaya berjalan
3. Kelemahan anggota gerak 2. Menurut Umur
a. Demensia senilis (usia >65tahun) b. Demensia presenilis (usia <65tahun) 3. Menurut perjalanan penyakit :
a. Reversibal (mengalami perbaikan)
b. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B, Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb). Pada demensia tipe ini terdapat pembesaran vertikel dengan meningkatnya cairan serebrospinalis, hal ini menyebabkan adanya :
1) Ganguan jalan (tidak stabil, menyeret) 2) Inkontinensia urin
3) Demensia 4. Menurut sifat klinis
a. Demensia proprius b. Pseudo-demensia 5. Patofisiologi
Hal yang menarik daei gejala penderita demensia (usia>65 tahun) adalah adanya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dandegeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit untuk mengingat dan sering lupa jika meletakkan suatu barang. Mereka sering kali menutup- nutupi hal tersebut dan meyakinkan bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka.
Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekjat yang tinggal Bersama mereka, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingay yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya masalah besar dibalik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebish sensitive. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi lansia.
Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi hal utama focus pemeriksaan. Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim Kesehatan. Tidak semua tenaga Kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia.
6. Pathway
Ahmad Kurnia, 2019
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium rutin
Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis demensia ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia khususnya pada demensia reversible, walaupun 50% penyandang demensia adalah demensia Alzheimer dengan hasil laboratorium normal, pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dilakukan.
Pemeriksaan laboratorium yang rutin dikerjakan antara lain : pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati, hormone tiroid, kadar asam folat.
2. Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) telah menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia walaupun hasilnya masih dipertanyakan.
3. Pemeriksaan EEG
Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran spesifik dan pada Sebagian besar EEG adalah normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat memberi gambaran perlambatan difus kompleks periodic.
4. Pemeriksaan Cairan Otak
Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut, penyandang dengan imunisupresan, dijumpai rangsangan menigen dan panas, demensia presebtasi atipikal, hidrosefalus normotensi, tes sifilis (+), penyengatan meningeal pada CT Scan.
5. Pemeriksaan genetika
Apolipoprotein E 9 (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid polimorfik yang memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4. Setiap allel mengkode bentuk APOE yang berbeda. Meningkatnya frekuensi epsilon 4 diantara penyandang demensia Alzheimer tipe awitan lambat atau tipe sporadic menyebabkan pemakaian genotif APOE epsilon 4 sebagai penanda semakin meningkat.
6. Sebagai suatu esesmen awal pemeriksaan status mental mini (MMSE) adalah test yang paling banyak dipakai. Tetapi sensitive untuk mendeteksi gangguan memori ringan. Pemeriksaan status mental MMSE adalah test yang paling sering dipakai saat ini, penilai dengan nilai maksimal 30 cukup baik dalam mendeteksi gangguan kognisi, menetapkan data dasar dan memantau penurunan kognisi dalam kurun waktu tertentu. Nilai dibawah 27 dianggap abnormal dan mengindikasikan gangguan kognisi yang signifikan pada penderita berpendidikan tinggi.
8. Penatalaksanaan 1. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan. Untuk mengobati demensia Alzheimer digunakan obat seperti Donepezil, Rivastigmine, Galantamine,
Memantine. Dementia vaskuler membutuhkan obat obatan anti platelet seperti Aspirin, Ticlodipine, Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikam dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke. Jika hilangnya ingatan disebabkan oleh deporesi, diberikan obat anti depresi seperti Sertraline dan Citalopram.
B. Konsep Dasar Gerontik 1. Pengertian
Gerontik atau lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu, anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2008).
WHO dan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008). Dalam buku ajar Geriatri, Prof. Dr .R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi Martono (1994) mengatakan bahwa "menua"
(mejadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan dan memperbaiki kerusakan yang di deritannya.
2. Batas-Batasan Lanjut Usia
Ada beberapa sumber batasan lansia yang ada dalam buku Padilla (2013) diantaranya yaitu:
a. Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia meliputi:
1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun 2) Lanjut usia (elderly) = antara 60 sampai 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) = antara 75 sampai 90 tahun 4) Sangat tua (very old) = diatas 90 tahun
b. Menurut Setyonegoro, batasan lansia adalah sebagai berikut : 1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun
2) Usia dewasa penuh (medlle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun 3) Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas :
a) Young old (usia 70-75)
b) Old (usia 75-80)
c) Very old (usia >80 tahun)
c. Menurut Bee (1996) bahwa tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut : 1) Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)
2) Masa dewasa tengah (usia 41-65 tahun) 3) Masa dewasa lanjut (usia 66-75 tahun) 4) Masa dewasa sangat lanjut (usia > 75 tahun) d. Menurut Burnsie (1979) sebagai berikut :
1) Youg Old (usia 60-70 tahun) 2) Middle age old (usia 70-79 tahun) 3) Old-old (usia 80-89 tahun)
4) Very old-old (usia > 90 tahun)Masa dewasa awal (usia 26-40 tahun) 3. Ciri-Ciri Lanjut Usia
1) Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan factor psikologis.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2) Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial
masyarakat menjadi positif.
3) Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di Masyarakat sebagai Ketua
RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
4) Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.
Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.
4. Tipe Lanjut Usia
Menurut Nugroho (2008) di kelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominnya.
Antara lain : a. Tipe Optimis
Lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, mereka memandang masa lanjut usia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya.
b. Tipe Konstruktif
Lanjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup, mumpunyai toleransi yang tinggi, humoristik, fleksibel, dan tahu diri. Mereka dengan tenang menghadapi proses menua dan mengadapi akhir.
c. Tipe Ketergantungan
Masih dapat diterima ditengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak mempunyai inisiatif dan bila bertindak selalu yang praktis.
d. Tipe Defensif
Mempunyai riwayat pekerjaan yang tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, emosi sering tidak terkontrol.
e. Tipe Militan dan Serius
Tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang, dan bisa menjadi panutan.
f. Tipe Pemarah Frustasi
Pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu menyalahkan orang lain, menunjukkan penyesuaian yang buruk, dan sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.
g. Tipe Bermusuhan
Selalu menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh, bersikap agresif, dan curiga.
h. Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri
Bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi, mengalami penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri. Selain mengalami kemarahan, tetapi juga depresi, memandang lanjut usia sebagai berguna karena masa yang tidak menarik, membenci diri sendiri, dan ingin cepat mati.
5. Tujuan Keperawatan Gerontik
1) Membantu memahami individu terhadap perubahan di usia lanjut 2) Memoivasi masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan lansia 3) Mengembalikan kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari
4) Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia dengan jalan perawatan dan pencegahan.
5) Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia.
6) Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau mengalami gangguan tertentu (kronis maupun akut).
7) Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini apabila mereka menjumpai suatu kelainan tertentu.
6. Penggolongan Lanjut Usia
Berdasarkan Kelompok Menurut Nugroho (2008) meliputi : a. Lanjut usia mandiri sepenuhnya
b. Lanjut usia mandiri dengan bantuan langsung keluargannya c. Lanjut usia mandiri dengan bantuan tidak langsung
d. Lanjut usia dibantu oleh badan sosial e. Lanjut usia panti asuhan tresna werdha f. Lanjut usia yang dirawat di rumah sakit g. Lanjut usia yang mengalami gangguan mental 7. Perubahan Akibat Proses Menua
Menurut Nugroho (2008) meliputi : a. Sel
1) Jumlah sel menurun/lebih sedikit 2) Ukuran sel lebih besar
3) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang
4) Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun 5) Jumlah sel otak menurun
6) Mekanisme perbaikan sel terganggu
7) Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%
8) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar b. Sistem Persyarafan
1) Menurun hubungan persarafan
2) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap harinnya 3) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khusunya terhadap stress
4) Saraf panca indera mengecil
5) Penglihatan, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa mengecil 6) Kurang sensitif terhadap sentuhan
7) Defisit memori c. Sistem Pendengaran
1) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
2) Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa terus menerus atau intermiten)
3) Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau berputar)
d. Sistem Penglihatan
1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar menghilang 2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan
e. Sistem Kardiovaskular
1) Katup jantung menebal dan menjadi kaku 2) Elastisitas dinding aorta menurun
3) Curah jantung menurun
4) Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer meningkat Sistole normal ± 170 mmHg, diastole ± 90 mmHg
8. Masalah Yang Muncul Pada Lansia a. Menurut Nugroho (2008) meliputi : b. Depresi mental
c. Gangguan pendengaran d. Bronkitis kronis
e. Gangguan pada tungkai/sikap berjalan f. Gangguan pada koksa/sendi panggul g. Anemia
h. Demensia
i. Gangguan penglihatan j. Ansietas/kecemasan k. Dekompensasi kordis
l. Diabetes mellitus, osteo malasia, dan hipotiroidisme m. Gangguan defekasi
n.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia Yang Mengalami Demensia 1. Pengkajian
Menurut Aspiani (2014) Pengertian pengkajian adalah langkah pertama pada proses keperawatan, meliputi pengumpulan data, analisa data, dan menghasilkan diagnosis keperawatan.
a. Pengkajian
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat. Pada pengkajian umur didapatkan data umur pasien memasuki usia lanjut
b. Keluhan utama
Keluhan Utama yang sering ditemukan pada klien dengan masalah psikososial Demensia adalah klien kehilangan ingatan.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah psikososial demensia biasanya lemah 20
2) Kesadaran : Biasanya Composmentis 3) Tanda-tanda Vital
a) Suhu dalam batas normal (37°.C) b) Nadi normal (N: 70-82x/mnt).
c) Tekanan darah kadang meningkat atau menurun.
d. Riwayat Spiritual
Keyakina klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat tetapi tidak atau kurang mampu dalam melaksnakan ibadahnya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
e. Status mental
1) Penampilan klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya sendiri.
2) Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.
3) Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan adanya peningkatan kegiatan motorik, gelisah, impulsif, manerisme, otomatis, steriotipi.
4) Alam perasaan: klien nampak ketakutan dan putus asa.
5) Afek dan emosi
Respon emosional klien mungkin tampak bizar dan tidak sesuai karena datang dari kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen.
6) Interaksi selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksa kurawng kooperatif, kontak mata kurang.
f. Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu obyek.
Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau kebiuh panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan adalah halusinasi.
a) Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian yang umum diterima. Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan.
b) Tingkat kesadaran: Kesadaran yang menurun, bingung.
c) Disorientasi waktu, tempat dan orang.
d) Memori: Gangguan daya ingat sudah lama terjadi (kejadian beberapa tahun yang lalu).
e) Tingkat konsentrasi Klien tidak mampu berkonsentrasi
f) Kemampuan penilaian Gangguan berat dalam penilaian atau keputusan.
g. Kebutuhan klien sehari-hari
a) Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan gelisah. Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur kemabali.
Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam, sehingga tidak merasa segar di pagi hari.
b) Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya sedikit, karea putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa terjadi penurunan berat badan.
c) Eliminasi
Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadangkdang lebih sering dari biasanya, karena sukar tidur dan stres. Kadang-kadang dapat terjadi konstipasi, akibat terganggu pola makan.
d) Mekanisme koping
Apabila klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia akan menetralisir, mengingkari atau meniadakannya dengan mengembangkan berbagai pola koping mekanisme.
h. pengkajian heat to toe
1) Kepala : Kebersihan: untuk mengetahui adanya ketombe, kerontokan rambut serta kebersihan secara umum.
2) Mata : adanya perubahan penglihatan
3) Hidung : untuk mengetahui hidung bersih, tidak ada luka atau lessi, tidak ada masa, Nyeri pad sinus
4) Mulut dan tenggorokan :sakit tenggorokan, lesi dan luka pada mulut, perubahan suara, karies.
5) Telinga : penurunan pendengaran, Telinga Perubahan pendengaran, Rabas, Tinitus, Vertigo Sensitivitas pendengaran, Alat-alat protesa, riwayat infeki.
6) Dada (Torax): mengetahui Bentuk dada dari posisi anterior dan posterior, ada tidaknya deviasi, ada tidaknya bendungan vena pada dinding dada.
7) Abdomen: Bentuk distended/flat/lainnya, nyeri tekan, Bising usus: kali/ menit Genetalia Kebersiha: setiap habis mandi dibersihkan, tidak ada hemoroid
8) Ekstremitas: Kekuatan otot 5 : melawan grafitasi dengan kekuatan penuh, tidak menggunakan alat bantu saat jalan, tidak mengalami nyeri sendi.Integumen : dari hasil pengkajian didapat : kulit tampak kering, seperti bersisik, kulit tampak pucat, tampak kotor berwarna hitam karena bekas luka, sering menggaruk badan.
i. Pengkajian Psikogerontik 1) Masalah Kesehatan Kronis N
o
Keluhan Keshatan/Gejala yg dirasakan
pd 3 bulan terakhir
Selal u (3)
Serin g (2)
Jaran g (1)
Tdk pernah
(0) a Fungsi Penglihatan
1 Penglihatan kabur 2 Mata berair 3 Nyeri pd mata b Fungsi pendengaran
4 Pendengaran berkurang 5 Telinga berdengung c Fungsi paru (pernafasan)
6 Batuk lama disertai keringat malam hari
7 Sesak nafas 8 Berdahak (sputum) d Fungsi Jantung
9 Jantung berdebar-debar 1
0
Capat lelah 1
1
Nyeri dada e Fungsi pencernaan
1 2
Mual/ muntah 1
3 Nyeri ulu hati 1
4
Makan &minum banyak /berlebih 1
5
Perubahan BAB (diare, sembelit) g Fungsi pergerakan
1 6
Nyeri kaki saat berjalan 1
7
Nyeri pinggang / tulang belakang 1
8
Nyeri persendian/ bengkak h Fungsi persarafan
1 9
Lumpuh/ kelemahan pd kaki/tangan
2 Kehilanagn rasa
0 2 1
Gemetar/ tremor 2
2
Nyeri/ pegal pd tengkuk i Fungsi saluran kemih
2 3
BAK banyak 2
4
Sering BAK malam hari 2
5
Ngompol JUMLAH Analisis Hasil :
Skor < 25 : masalah kesehatan kronis Ringan (tdk ada masalah kesehatan kronis) Skor 26-50 : masalah kesehatan kronis Sedang
Skor > 51 : masalah kesehatan kronis Berat
2) Fungsi Intelektual dan Kognitif
1. SPMSQ (Short Portable Status Quesioner)
Petunjuk isian pernyataan dibawah ini sesuai respon lansia N
o Item pertanyaan Jawaban Benar
(1)
Sala h (0) 1 Jam berapa sekarang
2 Tahun berapa sekarang 3 Tahun berapa Bp/Ibu lahir 4 Berapa umur Bp/ibu 5 Dimana alamat Bp/Ibu 6 Berapa Jml anggota keluarga
yg tinggal bersama Bp/Ibu 7 Siapa nama anggota keluarga
yg tinggal bersama Bp/Ibu.
8 Indonesia merdeka tahun berapa
9 Siapa nama presiden RI sekarang
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1
JUMLAH YG BENAR Analisis Hasil :
Skor 0-3 : Fungsi Intelektual Utuh
Skor 4-5 : Fungsi Intelektual Kerusakan Ringan Skor 6-8 : Fungsi Intelektual Kerusakan Sedang Skor 9-10 : Fungsi Intelektual Kerusakan Berat
2. MMSE (Mini Mental State Examinination)
No Pertanyaan Jawaban
Skor Tertingg
i
Skor yg dicapai
1
Penilaian Orientasi
Tahun berapa sekarang 1
Musim apa sekarang 1
Tanggal berapa sekarang 1
Bulan apa sekarang 1
Hari apa sekarang 1
2 Dimana kita sekarang
Apa nama Negara kita 1
Apa nama propinsi kita 1
Apa nama kota kita 1
Apa nama kecamatan kita 1
Apa nama desa kita 1
3 Penilaian Registrasi Motorik Sebutkan 3 nama benda (tiap objek 1”, betul nilai 1)
Mangkok nilai : 1 1
Piring nilai : 1 1
Sendok nilai : 1 1
4 Perhatian & kakulasi Hitung kurangi 7
100-7 1
93-7 1
86-7 1
79-7 1
72-7 1
Atau mengeja terbalik
“WAHYU”
U 1
Y 1
H 1
A 1
W 1
5 Pengenalan kembali (Recalling) Tanyakan nama benda yg sudah ditanyakan pd no.3
mangkok 1
piring 1
sendok 1
6 Bahasa
Pemeriksa: menunjuk pensil
& kertas bergambar, lansia diminta menyebut 2 benda yg ditunjuk pemeriksa (benar nilai 1) contih:
Pensil nilai : 1 1
Buku nilai : 1 1
7 Lansia diminta mengulang kata-kata pemeriksa: namun, tanpa, apabila
1
8 Lansia diminta utk melakukan 3 perintah:, ambil kertas itu dg tangan kanan
1
lipatlah kertas menjadi 2 1
letakkan kertas dilantai 1
9 Lansia diminta utk membaca
& melakukan perintah (berikan tulisan: pejamkan mata anda, lansia
memejamkan mata)
1
10 Lansia dimanita menulis kalimat secara spontan, 2kata (subjek & predikat)
1
11 Lansia diminta menggambar segi lima & berpotongan dg segi lima membentuk segi empat, disamping gambar ini
1
Total skor 30
Interprestasi :
Skor 0 – 10 : demensia berat Skor 11 – 17 : demensia sedang Skor 18 – 23 : demensia ringan Skor 24 – 30 : normal
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Memori b.d Proses Penuaan D.0062
2. Gangguan Persepsi Sensori b.d Usia Lanjut D.0085
3. Intervensi Keperawatan No.
Dx Diagnosis
Keperawatan Tujuan Dan Kriteria
Hasil Intervensi
1 Gangguan
Memori b.d
Proses Penuaan D.0062
Memori (L.09079) Setelah Dilakukan Tindakan Keperawatan
selama …x…jam
diharapkan kemampuan mengingat pada klien meningkat dengan Kriteria Hasil :
1. Klien
mengungkapkan kemampuan
mempelajari hal baru 2. Klien
mengungkapkan kemampuan
mengingat informasi factual
3. Klien mampu
mengungkapkan kemampuan
mengingat perilaku tertentu yang pernah dilakukan
4. Klien
mengungkapkan kemampuan
mengingat peristiwa
5. Klien dapat
melakukan
kemampuan yang dipelajari
Latihan Memori (I.06188) Observasi
- Identifikasi masalah memori yang dialami - Monitor perilaku dan
perubahan memori selama terapi
Terapeutik
- Rencanakan metode mengajar sesuai kemampuan pasien - Stimulasi memori
dengan mengulang pikiran yang terakhir kali diucapkan
- Fasilitasi mengingat Kembali pengalaman masa lalu
- Stimulasi
menggunakanmemori pada peristiwa yang baru terjadi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur Latihan
- Ajarkan Teknik
memori yang tepat Kolaborasi
- Rujuk pada terapi okupasi, jika perlu
- 2 Gangguan
Persepsi Sensori b.d Usia Lanjut
Persepsi Sensorik (L.09083)
Setelah Dilakukan
Minimalisasi Rangsangan (I.08241)
Observasi
D.0085 Tindakan Keperawatan
selama …x…jam
diharapkan kemampuan merespon pada klien meningkat dengan Kriteria Hasil :
1. Klien mampu
mendengar bisikan
2. Klien mampu
mengungkapkan kemampuan
merasakan sesuatu
melalui indra
perabaan
3. Klien mampu
mengungkapkan kemampuan
merasakan sesuatu
melalui indra
penciuman
4. Klien mampu
mengungkapkan kemampuan
merasakan sesuatu
melalui indra
pengecapan
- Periksa status mental, status sensiri, dan tingkat kenyamanan
Terapeutik
- Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori (mis.
Bising, terlalu terang) - Batasi stimulus lingkungan - Jadwalkan aktivitas harian
dan waktu istirahat - Kombinasikan
prosedur/Tindakan dalam satu waktu, sesuai kebutuhan Edukasi
- Ajarkan cara meminimalisir stimulus (mis. Mengatur cahaya ruangan, mengurangi kebisingan, membatasi kunjungan
Kolaborasi
- Kolaborasi dalam
prosedur/Tindakan
- Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi persepsi stimulus
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan (Implementasi) adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan asuhan perawatan untuk tujuan yang berpusat pada klien (Potter & Perry, 2005).
Pelaksanaan keperawatan pada Demensia dikembangkan untuk memantau tanda- tanda vital, melakukan latihan rentang pergerakan sendi aktif dan pasif, meminta klien untuk mengikuti perintah sederhana, memberikan stimulus terhadap sentuhan, membantu klien dalam personal hygiene, dan menjelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan Demensia.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi ini berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons perilaku lansia merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil. Cara membandingkan antara SOAP (Subjektive- ObjektiveAssesment-Planning) dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, H. wahjudi. (2006).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika.
Lestari, Novia (2020). Laporan Pendahuluan Demensia. Diakses secara online
Boedhi-Darmojo. (2009). Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut Edisi 4. Jakarta: FKUI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia