LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI
Disusun Untuk Memenuhi Laporan Individu Praktek Profesi Keperawatan Departemen Keperawatan Dasar Profesi di Ruang Melati
Rumah Sakit Paru Jember
NAMA : PUTRA AGUNG NATALISWANTO
NIM : 23101159
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Mahasiswa : Putra Agung Nataliswanto Kasus Laporan Pendahuluan : Hipertensi
Ruang Praktik : Ruang Melati
Rumah Sakit : Rumah Sakit Paru Jember
Pembimbing Akademik
(………..………..) NIK/NIDN……….………….
Jember, November 2023 Pembimbing Klinik
(………..……….) NIP………
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (NANDA,2015)
Menurut WHO tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastolic
> 90 mmHg ( untuk usia < 60 tahun ) dan tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan atau tekanan diastolic > 95 mmHg (untuk usia > 60 tahun).
Dari pengertia diatas dapat disimpulkan, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronis dan persisten dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.
1.2 Etiologi
Secara umum hipertensi disebabkan oleh :
a.
Asupan garam yang tinggib.
Strees psikologisc.
Faktor genetik (keturunan)d.
Kurang olahragae.
Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alcoholf.
Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggig.
Peningkatan usiah.
Kegemukan 1.3 KlasifikasiBerdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu :
genetic, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem rennin.
Anglotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alcohol dan polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolic sama dengan atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan - perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatnya resisten pembuluh darah perifer Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90
Menurut (Haryanto & Rini, 2015)
Kategori Systole (mmHg) Diastole (mmHg)
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 100-119
Stadium 4 (sangat berat) >210 >120
1.4 Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (Curah jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantung).
Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon.
Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baro reseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskuler.
Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi juga dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan arteri.
Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melelui mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan tonus otot simpatis. Oleh karena itu, refleks kontrol sirkulasi meningkatkan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor turun dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat. Alasan pasti mengapa kontrol ini gagal pada hipertensi belum diketahui. Hal ini ditujukan untuk menaikkan re-setting sensitivitas baroreseptor sehingga tekanan meningkat secara tidak adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak ada.
Perubahan volume cairan memengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila gunjal berfungsi secara adekuat, peningkatan tekanan arteri mengakibatkan diuresis dan penurunan tekanan darah.
kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri sistemik.
Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan darah.
Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak sebagai substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang kemudian diubah oleh converting enzym dalam paru menjadi bentuk angiotensin II kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokonstriktor yang kuat
pada pembuluh darah dan merupakan makanisme kontrol terhadap pelepasan aldosteron. Aldosteron sangat bermakna dalam hipertensi terutama pada aldosteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting atau penghambatan ekskresi garam (Natrium) dengan akibat peningkatan tekanan darah.
Sekresi renin tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya tahanan periver vaskular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi, kadar renin harus tinggi diturunkan karena peningkatan tekanan arteriolar renal mungkin menghambat sekresi renin. Namun demikian, sebagian orang dengan hipertensi esensial mempunyai kadar renin normal.
Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada klien hipertensi esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ vital.
Hipertensi esensial mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan) arteriole- arteriole. Karena pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan infark miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Auteregulasi vaskular merupakan mekanisme lain lain yang terlibat dalam hipertensi. Auteregulasi vaskular adalah suatu proses yang mempertahankan perfusi jaringan dalam tubuh relatif konstan. Jika aliran berubah, proses-proses autoregulasi akan menurunkan tahanan vaskular dan mengakibatkan pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan tahanan vaskular sebagai akibat dari peningkatan aliran. Auteregulasi vaskular nampak menjadi mekanisme penting dalam menimbulkan hipertensi berkaitan dengan overload garam dan air.
Hipertensi maligna adalah tipe hipertensi berat yang berkembang secara progresif. Seseorang dengan hipertensi maligna biasanya memiliki sebagai gejala- gejala morning headaches, penglihatan kabur, dan sesak napas dan dispnea, dan/
atau gejala uremia. Tekanan darah diastolik >115 mmHg, dengan rentang tekanan diastolik antara 130-170 mmHg. Hipertensi maligna meningkatkan risiko gagal ginjal, gagal jantung kiri, dan stroke.
1.5 Patway/ W.O.C
1.6
Jenis kelamin
umur Gaya hidup obesitas
hipertens i
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
Perubahan struktur
Penyumbatan pembuluh darah
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
otak ginjal Pembuluh darah Retina
Nyeri kepala
Gangguan pola tidur
Suplai O2 otak menurun
sinkop
Gangguan perfusi jaringan
Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal
Blood flow munurun
Respon RAA
Rangsang aldosteron
sistemik
vasokonstriksi
Afterload meningkat
Penurunan curah jantung
Fatique
Intoleransi aktifitas
koroner
Iskemi miocard
Nyeri dada
Spasm e arteriol e
diplopiaResti injuri Resistensi
pembuluh darah otak
Elastisitas , arteriosklerosis
Kelebihan volume cairan
1.7 Manifestasi klinis
Menurut (NANDA, 2013 : 214 – 215), tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan,darah selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelehan.Dalam kenyataan ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan c. Sesak nafas d. Gelisah e. Mual f. Muntah g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
1.8 Pemeriksaan penunjang
a. Hitung darah lengkap : pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai viskositas dan indicator faktpr risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia (Udjianti, 2013)
b. Kimia darah (Udjianti, 2013)
c. BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan perununan perfusi atau faal renal
d. Serum glukosa : hiperglisemia (diabetes mellitus adalah presipitator hipertensi) akibat dari peningkatan kadar katekolamin
e. Kadar kolesterol atau trigliserida : peningkatan kadar mengindikasikan predisposisi pembentukan plaque atheromatus
Retensi Na
edema
Intoleransi aktifitas
f. Kadar serum aldesteron : menilai adanya aldosteronisme primer
g. Studi tiroid (T3 dan T4) : menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi terhadap vasokontriksi dan hipertensi
h. Asam urat : hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko hipertensi i. Elektrolit (Udjianti, 2013)
j. Serum potassium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya aldosteronisme atau efek samping terapi deuretik)
k. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi l. Urine (Udjianti, 2013)
m. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine mengidentifikasikan difusi renal atau diabetes
n. Urine VMA : peningkatan kadar mengindikasikan adanya pheochromacytoma
o. Steroid urine : peningkatan kadang mengindikasikan hyperadrenalisme, pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary, Sindrom Cushing’s kadar rennin juga meningkat
p. Radiologi (Udjianti, 2013)
1) Intra Venous Pyelografi (IVP) mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti renal pharenchymal disease urolithiasis, benign prostate hyperplasia (BPH)
2) Rontgen toraks : menilai adanya klasifikasi obstruktif katup jantung, deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung
q. EKG : menilai adanya hipertrofi miokard, pola stain, gangguan konduksi atau disritmia(Udjianti, 2013, p. 110)
r. Pemeriksaan Laboratorium (Haryanto & Rini, 2015, p. 104)
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengidentifikasikan faktor risiko seperti : Hipokoagubilitas, anemia.
2) BUN/ keratinin : memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal
3) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM s. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
t. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal Photo dada: menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
1.9 Diagnosa banding a. Hipertensi emergency b. Hipertensi urgency
c. TIA (Transient Iskemik Attack) d. Stroke
1.10 Penatalaksanaan a. Non Farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis merupakan pengobatan tanpa obat – obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan tekanan darah diupayakan melalui perilaku hidup sehat, seperti :
1) Menurunkan berat badan sampai batas ideal 2) Mengubah pola makan dan makanan seimbang 3) Mengurangi pemakaian garam
4) Mengurangi/ tidak minum alcohol 5) Olahraga yang teratur
6) Berhenti merokok b. Farmakologis
Jenis jenis obat anti hipertensi yaitu : 1) Diuretik
Kerja utama :
- Penurunan volume darah, aliran darah, ginjal dan curah jantung.
- Menghambat reabsorsi natrium dan air dalam ginjal
- Bekerja mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi ringan
2) Inhibitor Adrenergik Kerja utama :
- Memperlambat denyut
- Menurunkan tekanan darah dengan menurunkan curah jantung - Menghasilkan kecepatan jantung yang lebih lambat
- Menghasilkan tekanan darah yang lebih rendah 3) Vasodilator
Kerja utama : Menurunkan tekanan periver namun secara berlawanan meningkatkan curah jantung dan menurunkan tekanan sistolik dan diastolic.
4) Penghambat enzim pengubah angiotensin Kerja utama :
- Menghambat konversi angiotensin I menjadi Angiotensin II - Menurunkan tahanan perifer total
5) Antagonis kalsium Kerja utama :
- Menghambat pemasukan ion kalsium ke dalam sel - Menurunkan overload jantung
- Memperlambat kecepatan hantaran impuls jantung
- Menurunkan kerja jantung dan konsumsi energy, meningkatkan pengiriman oksigen ke jantung.
1.11 Komplikasi
Hipertensi yang tak tertangani, dapat mengakibatkan : (Haryanto & Rini, 2015) : a. Transien Iskemik Attact
b. Stroke /CVA c. Gagal jantung d. Gagal ginjal e. Infark miokard 1.12 Proses keperawatan
a. Membatasi aktivitas pasien
b. Menganjurkan makanan rendah garam c. Mengurangi stress
d. Distraksi dan relaksasi 1.13 Pengkajian
a. Identitas : hal – hal yang perlu
b. Jenis kelamin : Hipertensi berkaitan dengan jenis kelamin laki-laki dan usia. Namun, pada usia tua, risiko hipertensi meningkat tajam pada perempuan dibandingkan laki-laki. Laki- laki obesitas lebih mempunyai risiko hipertensi lebih besar dibandingkan dengan perempuan obesitas dengan berat badan sama. (Pikir dkk, 2015, p. 5)
c. Usia : Tekanan darah sistolik meningkat progresif sesuai usia dan orang lanjut usia dengan hipertensi merupakan risiko besar untuk penyakit kardiovaskuler.(Pikir dkk, 2015, p. 5) d. Ras : Pada multiple risk factor intervention trial, yang melibatkan lebih dari 23.000 laki-
laki kulit hitam dan 325.000 laki-laki kulit putih yang dipantau selama 10 tahun, didapatkan suatu perbedaan rasial yang menarik: anggota mortalitas penyakit jantung koroner lebih rendah pada laki-lak kulit hitam dengan tekanan diastolic melebihi 90 mmHg dibandingkan pada laki-laki kulit putih.(Pikir dkk, 2015, p. 6)
e. Status kesehatan saat ini 1) Keluhan Utama
Fatingue, lemah, dan sulit bernapas. Temuan fisik meliputi peningkatan frekuensi denyut jantung, disritmia, dan takipnea. (Udjianti, 2013, hal. 108)
2) Alasan masuk rumah sakit
Alasan masuk rumah sakit dikarenakan pasien memiliki keluhan lemah, sulit bernapas, dan kesadaran menurun. (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 103)
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya, beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala yaitu sakit kepala, kelelahan, selah, susah nafas, mual, gelisah, kesadaran menurun, pengelihatan menjadi kabur, tinnitus (telinga berdenging), palpitasi (berdebar-debar), kaku kuduk, tekanan darah diatas normal, gampang marah. (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 103) 4) Riwayat kesehatan terdahulu
- Riwayat penyakit sebelumnya
Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami sebelumnya.Misalnya : klien pernah memiliki riwayat penyakit gagal ginjal dan klien mengalami sakit yang sangat berat. (Haryanto & Rini, 2015, p. 41)
- Riwayat penyakit keluarga
Hipertensi pada orang yang memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga sekitar 15- 35%. Suatu penelitian pada orang kembar, hipertensi terjadi 60% laki-laki dan 30- 40% perempuan. Hipertensi usia dibawah 55 tahun terjadi 3,8 kali lebih sering pada orang dengan riwayat hipertensi keluarga (Pikir dkk, 2015, p. 6)
- Riwayat pengobatan
Ada beberapa obat yang harus diminum oleh penderita penyakit hipertensi
1.14 Diagnosa keperawatan
Menurut ( NANDA, 2013 :215 ), masalah yang lazim muncul :
a. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi, hipertrofi/ rigiditas ventrikuler, iskimia miokard.
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri (sakit kepala) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral
1.14 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan Evaluasi
Intervensi
Panjang Pendek Kriteria Standar
1. Nyeri akut berhubung an dengan peningkata n tekanan vaskular cerebral (D. 0077)
Tingkat nyeri menurun (L.
08066) Setelah dilakukan kunjungan selama .... hari di harapkan :
a. Keluhan nyeri berkurang dari 1 menjadi 5 b. Meringis
1.keluarga mampu mengenal masalah:
pengertian, tanda dan gejala, penyebab, tingkat keseriusan 2.keluarga mampu menganbil
1.verbal 2.sikap 3.
psikomotor
1. pengertian, tanda dan gejala,
penyebab, tingkat keseriusan pada hipertensi
2. dampak dan dapat mengambil keputusan pada penyakit hipertensi.
3.cara-cara merawat penyakit hipertensi 4.cara memeliraha
Manajemen Nyeri (I.08238)
Obervasi
a. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri c. Identifikasi respon
nyeri non verbal d. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
berkurang dari 1 menjadi 5 c. Gelisah
berkurang dari 1 menjadi 5 d. Kesulitan
tidur dari 1 menjadi 5
keputusan : keluarga mampu mengenal dampak dan keluarga mampu mengambil keputusan 3.keluarga mampu merawat anggota keluarga : keluarga mengetahui
lingkungan rumah yang bersih
5. memanfaatkan fasilitas kesehatan
Terapeutik
e. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
cara merawat keluarga 4.keluarga mampu memelihara lingkungan rumah 5.keluarga mampu memanfaatka n fasilitas kesehatan.
2. Kurang pengetahu an
berhubung
Setelah dilakukan tindakan asuhan
1.keluarga mampu mengenal masalah:
1.verbal 2.sikap 3.
1. pengertian, tanda dan gejala,
penyebab, tingkat keseriusan pada
Edukasi Kesehatan (I.
12383) Observasi
a. Identifikasi kesiapan
nya dengan kurang informasi atau keterbatas an kognitif (D. 0111)
keperawatan selama ...
kunjungan.
Tingkat pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil:
1.mengetahui informasi yang akurat 2.meningkatny a pengetahuan pasien
pengertian, tanda dan gejala, penyebab, tingkat keseriusan 2.keluarga mampu menganbil keputusan : keluarga mampu mengenal dampak dan keluarga mampu
psikomotor hipertensi 2. dampak dan dapat mengambil keputusan pada penyakit hipertensi.
3.cara-cara merawat penyakit hipertensi 4.cara memeliraha lingkungan rumah yang bersih
5. memanfaatkan fasilitas kesehatan
dan kemampuan menerima informasi Terapeutik
b. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
c. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
d. Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi
e. Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
Edukasi Diet (I. 12369)
mengambil keputusan 3.keluarga mampu merawat anggota keluarga : keluarga mengetahui cara merawat keluarga 4.keluarga mampu memelihara lingkungan rumah
Observasi
a. Identifikasi pola makan saat ini dan masa lalu b. Identifikasi
keterbatasan finansial untuk menyediakan makanan
Edukasi
c. Informasikan makanan yang diperbolehkan dan dilarang
d. Anjurkan mengganti
bahan makanan
sesuai dengan diet
yang diprogramkan
5.keluarga mampu memanfaatka n fasilitas kesehatan.
3. Resiko penurunan curah jantung (D. 0011)
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama ...
kunjungan.
Penurunan curah jantung membaik dengan kriteria hasil:
1.keluarga mampu mengenal masalah:
pengertian, tanda dan gejala, penyebab, tingkat keseriusan 2.keluarga
1.verbal 2.sikap 3.
psikomotor
1. pengertian, tanda dan gejala,
penyebab, tingkat keseriusan pada hipertensi
2. dampak dan dapat mengambil keputusan pada penyakit hipertensi.
3.cara-cara merawat penyakit hipertensi
Edukasi pengukuran nadi radialis (I.12412) Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Tindakan
1. Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
Curah jantung meningkat (L.02008)
mampu menganbil keputusan : keluarga mampu mengenal dampak dan keluarga mampu mengambil keputusan 3.keluarga mampu merawat anggota keluarga :
4.cara memeliraha lingkungan rumah yang bersih
5. memanfaatkan fasilitas kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.
3. Berikan kesempatan untuk bertanya.
4. Dokumentasikan hasil pengukuran nadi radialis Edukasi
1. Jelaskan prosedur pengukuran nadi radialis
2. Ajarkan cara
memeriksa palpasi
keluarga mengetahui cara merawat keluarga 4.keluarga mampu memelihara lingkungan rumah 5.keluarga mampu memanfaatka n fasilitas kesehatan.
radialis
3. Ajarkan menghitung
denyutan selama 60
detik atau hitung
selama 30 detik dan
kalikan dengan 2
DAFTAR PUSTAKA
Budi. (2015). Hipertensi Manajemen Komperhensif. Surabaya: AUP Airlangga University Press.
Haryanto, A., & Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.
Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta: KDT.
Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Tim pokja SIKI DPP PPNI.2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia
Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Wajan, J. (2013). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan Intervensi Nanda Nic Noc.
Jakarta: EGC.