LAPORAN PENDAHULUAN A. Konsep Dasar Waham
1. Pengertian
Waham adalah keyakinan yang salah yang didasarkan oleh kesimpulan yang salah tentang realita eksternal dan dipertahankan dengan kuat. Waham merupakan gangguan dimana penderitanya memiliki rasa realita yang berkurang atau terdistorsi dan tidak dapat membedakan yang nyata dan yang tidak nyata. Waham adalah keyakinan palsu, didasarkan kepada kesimpulan yang salah tentang eksternal, tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar belakang kultural, yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan (Syafitri. at. al, 2022).
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau Terus menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah termasuk gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia waham adalah suatu keyakinan yang salah dan menetap, tidak berdasarkan kenyataan.
Delusi atau waham merupakan keyakinan yang tidak sesuai dengan realita (Manurung & Pardede, 2022)
2. Rentan Respon
Menurut Darmiyanti (2016), rentang respon waham sebagai berikut :
3. Faktor Penyebab
Menurut WHO (2016) secara medis ada banyak kemungkinan penyebab waham, termasuk gangguan neurodegeneratif, gangguan sistem saraf pusat, penyakit pembuluh darah, penyakit menular, penyakit metabolisme, gangguan endokrin, defisiensi vitamin, pengaruh obat-obatan, racun, dan zat psikoaktif.
a. Faktor Predisposisi 1) Biologis
Pola keterlibatan keluarga relative kuat yang muncul di kaitkan dengan delusi atau waham. Dimana individu dari anggota keluarga yang di manifestasikan dengan gangguan ini berada pada resiko lebih tinggi untuk mengalaminya di bandingkan dengan populasi umum.
2) Teori Psikososial a. System Keluarga
Perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga.Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Bayaknya masalah dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan anak dimana anak tidak mampu memenuhi tugas perkembangan dimasa dewasanya
b. Teori Interpersonal
Dikemukakan oleh Priasmoro (2018) di mana orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan suatu hubungan orang tuaanak yang penuh dengan ansietas tinggi
c. Psikodinamika
Perkembangan emosi terhambat karena kurangnya rangsangan atau perhatian ibu,dengan ini seorang bayi mengalami penyimpangan rasa
aman dan gagal untuk membangun rasa percayanya sehingga menyebabkan munculnya ego yang rapuh
b. Faktor Presipitasi 1) Biologis
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang maladaptif termasuk:
a. Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi
b. Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
c. Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku
d. Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku individu (Direja, 2018) 4. Tanda dan Gejala
Menurut (Sutejo, 2017) bahwa gejala gangguan proses pikir waham dibagi menjadi beberapa kategori yaitu :
a. Kategori gejala kognitif waham mencakup ketidak mampuan dalam membedakan realita dan fantasi; kepercayaan yang sangat kuat terhadap keyakinan palsunya; memiliki kesulitan dalam berpikir realita; dan ketidakmampuan dalam mengambil keputusan.
b. Kategori gejala afektif mencakup situasi yang tidak sesuai dengan kenyataan dan afek tumpul (blunted affect). Karakter khas dari afek umpul adalah tidak mengekspresikan perasaan, baik secara verbal dengan membicarakan kejadian emosional dengan cara emotif atau secara nonverbal dengan menggunakan bahasa tubuh emosional, ekspresi wajah, atau gerak tubuh
c. Kategori gejala perilaku dan hubungan sosial mencakup hipersensitifitas, depresif, ragu-ragu, hubungan interpersonal dengan orang lain yang bersifat dangkal, mengancam secara verbal, aktivitas tidak tepat, impulsif, curiga, dan
pola pikir stereotip. Selain gejala- gejala yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat gejala fisik yang ditandai dengan kebersihan diri yang kurang, muka pucat, sering menguap, turunnya berat badan dan nafsu makan, serta sulit tidur.
5. Proses Terjadinya
Menurut Eriawan (2019) Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu:
a. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.
b. Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
c. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apaapa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan.
d. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang.
e. Fase comforting
klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya.
f. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan- kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).
6. Mekanisme Kopling
Ada beberapa sumber kopling individu yang harus di kaji yang dapat berpengaruh terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam sumber kopling dapat meliputi kreativitas yang tinggi, Orang tua harus secara aktif mendidik anak-
anaknya, dewasa muda tentang keterampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar dan pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan (Stuart and sudeent, 2016).
Pasien dengan gangguan waham terutama menggunakan mekanisme defensi berupa pembentukkan reaksi, penyangkalan, dan proyeksi.
a. Pembentukan reaksi
Mereka menggunakan pembentukan reaksi sebagai pertahanan terhadap agresi, kebutuhan untuk bergantung
b. Penyangkalan
Pasien menggunakan penyangkalan untuk menghindari kesadaran terhadap realita yang menyakitkan.
c. Proyeksi
Mereka memproyeksikan dendam dan kemarahan mereka kepada orang lain dan menggunakan proyeksi untuk melindungi diri mereka sendiri dari pengenalan impuls yang tidak dapat diterima dalam diri mereka. (Sadock, 2010 : 175) 7. Penatalaksanaan
Menurut Prastika (2014) penatalaksanaan medis waham antara lain : a. Psikofarmalogi
1. Litium Karbonat
Jenis litium yang paling sering digunakan untuk mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Litium masih efektif dalam menstabilkan suasana hati pasien dengan gangguan bipolar
2. Haloperidol
Obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama dari turunan butirofenon.
Mekanisme kerja yang tidak diketahui. Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada anak- anak yang sering membangkang dan eksplosif
3. Karbamazepin
Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor, dan neuralgia trigeminal
b. Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone). Pilihan awal Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg, 100 mg. Keuntungan
c. Tipikal (klorpromazin, haloperidol), klorpromazin 25100mg. Efektif untuk menghilangkan gejala positif
d. Penarikan diri selama potensi tinggi seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri).
e. ECT tipe katatonik Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik melewati otak untuk pelatihan kejang singkat.
f. Psikoterapi Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun psikoterapi juga penting.
B. Asuhan Keperawatan Waham 1. Pengkajiaan
a. Alasan Masuk
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan
b. Faktor Predisposisi (konsep diri)
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan polaasuh, Konsep diri, Hubungan sosial, Spiritual.
c. Fisik
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan.
Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
d. Psikososial
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.
e. Hubungan sosial
Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat
f. Spiritual
mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah g. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktvitas motori klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
h. Kebutuhan persiapan pulang
1. Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
2. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan pakaian
3. Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
4. Istirahat dan tidur klien, aktivitas didalam dan diluar rumah
5. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat
i. Mekanisme kopling
Data di dapatkan melalui wawancara pada klien dan keluarga 2. Daftar Masalah
a. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
b. Perubahan proses pikir waham berhubungan dengan harga diri rendah 3. Kemungkinan Diagnosa
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham 4. Rencana Keperawatan
Tindakan Keperawatan untuk Pasien Tujuan tindakan :
a) Pasien dapat berorintasi kepada realistis secara bertahap b) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
c) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan d) Pasien menggunakan obat secara teratur Tindakan keperawatan :
a) Bina hubungan saling percaya. Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham. Anda harus membina saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan anda. Tindakan yang harus anda lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah 1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topic, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien b) Bantu orientasi realita
c) Diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah
d) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien
e) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki f) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
g) Berdiskusi tentang obat yang diminum h) Melatih minum obat yang benar
Tindakan Pasien
SP I
1. Membantu orientasi realita
2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi 3. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki 3. Melatih kemampuan yang dimiliki
SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan 5. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata sering pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan (Dalami, 2019).
6. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan klien (Dalami, 2019). Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan
DAFTAR PUSTAKA
Asis, S. J.. (2018). Psychiatric Disorders Late in Life. Psychiatric Disorders Late in Life, 11–
20. https://doi.org/10.1007/978-3-319-73078-3
Alif, A. S. (2017). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Waham Dengan Diagnosa Medis Skizofrenia Di Ruang Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
Amastuti, M. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Dengan Perubahan Proses Pikir:
Waham Nihilistik Di Desa Joton Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten (Doctoral Dissertation, Stikes Muhammadiyah Klaten).
Azhimatu, R. (2017). Potensi Interaksi Obat Antipsikotik Pada Pasien Skizofrenia Paranoid Rawat Jalan Di Rsj Prof. Dr. Hb Saanin Padang Tahun 2015 (Doctoral Dissertation, Universitas Andalas).