• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN CALON DOSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN CALON DOSEN"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

Judul : Peran Keluarga dalam Penerapan IMD dan Pemberian Kolostrum dalam Budaya Madura di Peneliti Utama Wilayah Puskesmas Arjasa Jember. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran keluarga dalam pelaksanaan IMD dan pemberian kolostrum dalam budaya Madura. Keberhasilan cakupan ASI Eksklusif di wilayah Kabupaten Jember sebesar 58,84%, sedangkan di wilayah Puskesmas Arjasa sebesar 28,65% pada tahun 2017.

Ada empat jenis dukungan keluarga menurut Friedman (1998), diantaranya adalah Dukungan Instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber bantuan yang praktis dan konkrit. Dari penjelasan yang disampaikan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peran keluarga dalam pelaksanaan IMD dan pemberian kolostrum dalam budaya Madura di wilayah Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember. Bagaimana peran keluarga dalam pelaksanaan IMD dan pemberian kolostrum dalam budaya Madura di wilayah Puskesmas Arjasa Jember?

Ada empat jenis dukungan keluarga menurut Friedman (1998), diantaranya adalah Dukungan Instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber bantuan yang praktis dan konkrit. Dukungan Emosional yaitu keluarga sebagai tempat istirahat dan pemulihan yang aman dan damai serta membantu pengendalian emosi.

BUDAYA SUKU MADURA (PANDALUNGAN)

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan pendamping ASI lainnya hingga bayi berusia enam bulan. Namun banyak ibu yang tidak bisa memberikan ASI eksklusif selama enam bulan karena berbagai alasan. Kementerian Kesehatan (2014) menjelaskan bahwa UNICEF dan WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia enam bulan dan diberikan makanan pendamping ASI selain ASI setelah enam bulan. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah pemberian ASI segera setelah bayi dilahirkan, dengan tujuan untuk meningkatkan bonding antara ibu dan bayi, yang dapat meningkatkan ikatan kasih sayang dan menjaga suhu bayi dengan cara mematuhi untuk beradaptasi dengan kondisi ibu. suhu. selain mengurangi pendarahan setelah lahir.

Kolostrum merupakan ASI yang pertama kali keluar, berwarna kuning karena kandungan lemak dan sel-sel hidup yang tinggi, serta merupakan peluruh usus bayi. Ada beberapa mitos yang masih ada pada masyarakat suku Madura, salah satunya adalah membuang ASI yang pertama kali keluar karena dianggap ASI sudah basi. Setiap orang selalu terpapar dan tersentuh dengan kebiasaan dan keyakinan akan pemberian ASI eksklusif yang secara tidak langsung berkaitan dengan keinginan.

Oktaviani (2011) menyatakan bahwa 60,4% responden mempunyai budaya yang buruk sehingga dapat menyebabkan tidak dilaksanakannya praktik pemberian ASI eksklusif. Ada beberapa gejala yang terjadi pada ibu-ibu Madura yang sedang menyusui, yaitu selalu membuang ASI pertama yang keluar karena mengira ASI tersebut sudah tua dan kotor, selain itu juga merupakan pengganti kolostrum.

HIPOTESIS

MANFAAT PENELITIAN .1 Manfaat Teoritis

POPULASI DAN SAMPEL

TEKNIK SAMPLING

VARIABEL PENELITIAN

Pelaksanaan IMD pada awal kelahiran dan pemberian kolostrum pada bayi selama 4 hari pertama kelahiran.

PROSEDUR PENGUMPULAN DATA .1 Bahan Penelitian

ANALISIS DATA

Uji Independent Sample T-Test merupakan pengujian yang digunakan untuk mengetahui apakah dua sampel yang tidak berhubungan mempunyai perbedaan mean, yaitu dengan membandingkan mean dua kelompok yang tidak berhubungan.

ETIKA PENELITIAN

JADWAL PENELITIAN CALON DOSEN N

BIAYA PENELITIAN No

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENELITIAN 4.1 HASIL PENELITIAN

PEMBAHASAN

Berdasarkan Tabel 5 disebutkan bahwa peran kerabat keluarga didominasi oleh peran dalam kategori cukup untuk melakukan IMD dan pemberian kolostrum dengan jumlah 10 orang. Peran keluarga yang dilakukan oleh anggota keluarga secara tidak langsung akan saling mempengaruhi, dalam penelitian ini ada kemungkinan peran keluarga ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang secara tidak langsung berperan pada tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap sesuatu serta lingkungan sosial yang berperan. dalam membentuk perilaku ini. Apabila penerimaan perilaku baru atau penerimaan perilaku telah melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bertahan lama (Notoatmodjo, 2003).

Maryanti (2005) menegaskan bahwa ada beberapa faktor pada suku Madura yang berhubungan dengan pemberian kolostrum yaitu tingkat pendidikan, sosial budaya, promosi susu formula dan promosi kolostrum dan Illahi (2016) menegaskan bahwa stunting terjadi karena praktik. aspek sosial budaya gizi ibu dan anak etnis Madura yang paling tidak baik adalah 22,6% yang tidak memberikan kolostrum pada bayi dan 64,6% yang tidak memberikan makanan tertentu pada ibu menyusui. Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandangnya terhadap dirinya dan lingkungannya, oleh karena itu sikap pelanggan yang berpendidikan tinggi dan yang berpendidikan rendah akan berbeda dalam menyikapi suatu proses. Hal ini dikarenakan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku, antara lain pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh budaya, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan, serta pengaruh emosi (Azwar S. 2005).

Jadi dapat disimpulkan bahwa peran keluarga antara lain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang akan menimbulkan pola pikir terhadap suatu hal dimana hal ini juga didukung oleh sosial budaya setempat. Firanika (2010) menyatakan bahwa sosial budaya mempunyai peranan penting dalam perilaku kesehatan, misalnya saja fenomena membuang kolostrum yang dilakukan oleh masyarakat yang berpendapat bahwa kolostrum sebaiknya dibuang karena warnanya yang kekuningan, kolostrum dapat menyebabkan diare, muntah dan masuk angin. bayi, sehingga dapat terjadi masalah pada pola menyusui yang tidak sesuai dengan konsep medis. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dikutip dari Latipun, 2001 antara lain umur klien, tingkat pendidikan, kecerdasan, status sosial ekonomi dan sosial budaya.

Perbandingan peran kerabat keluarga dan peran ayah dalam melakukan IMD dan pemberian kolostrum dalam budaya Madura. Berdasarkan tabel 7 terlihat nilai p < . 0,010 < 0,05), artinya terdapat perbedaan peran kerabat keluarga dibandingkan dengan peran ayah dalam melakukan IMD dan pemberian kolostrum pada budaya Madura. Perlu diketahui bahwa dalam budaya Madura (Pandalungan) Jember khususnya di wilayah Puskesmas Arjasa terdapat temuan bahwa IMD sebenarnya dilakukan pada bayi, namun ibu dan anggota keluarga sebenarnya belum memahami mengapa IMD dilakukan oleh bidan. Artinya saudara keluarga dan bapak masih belum memahami pengetahuan tentang IMD karena menganggap IMD merupakan salah satu tahapan persalinan yang harus dilakukan oleh bidan agar ibu atau anggota keluarga lainnya tidak dapat menolak.

Kedepannya bidan dapat mengubah metode promosi kesehatannya dengan menggunakan media yang tepat agar tepat sasaran, misalnya dalam hal ini bidan melibatkan ayah anak dan anggota keluarga dalam memberikan KIE sehingga terjadi transfer ilmu yang dapat mengubah sikap dan perilaku. Sedangkan pada praktik pemberian kolostrum, ternyata bayi tidak diberikan kolostrum pada 4 hari pertama setelah lahir, karena masyarakat masih belum percaya bahwa bayi sebenarnya bisa bertahan hidup hanya dengan kolostrum, sehingga masih ada yang memberikan susu formula. susu. bila bayi ditinggal melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci baju, sungai, memasak dan aktivitas lainnya, selain itu tidak ada pemberian IMD dan kolostrum.

PENUTUP 5.1 KESIMPULAN

SARAN

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan Kolostrum Ibu Madura Pasca Melahirkan Di Wilayah Persalinan Puskesmas Sumbersari Jember. Perbedaan lama persalinan fase I fase aktif Wanita yang pernah dan belum mendapat pijat endorphin di RB Margo Waluyo Surakarta. Pengaruh pijat oksitosin terhadap sekresi kolostrum pada ibu nifas di rumah sakit daerah provinsi kepulauan riau.

Pelaku seminar ilmiah (oral presentasi) 5 tahun terakhir No. Nama pertemuan/seminar ilmiah Judul artikel Waktu dan tempat. Jika ada yang kurang dipahami, tanyakan kepada peneliti atau pejabat yang memberikan angket penelitian. Jika Anda sudah menjawab semua pertanyaan, harap mengembalikan kuesioner kepada peneliti atau staf yang memberikan kuesioner.

PERAN KELUARGA

Pernahkah Anda dan anggota keluarga lainnya mencari informasi tentang inisiasi menyusu dini dan kolostrum secara bersama-sama? Pernahkah Anda memberikan sesuatu yang membuat ibu bayi merasa nyaman (misalnya mengambilkan makanan/minuman kesukaannya, memberikan pijatan ringan pada tubuh ibu, selalu mendampingi ibu bayi kapanpun dan dimanapun) saat pemberian kolostrum? Pernahkah Anda membantu (misalnya menggendong bayi saat ibu menyusui) dengan pemberian kolostrum?

Pernahkah bidan menjelaskan dengan baik manfaat ASI dini, kolostrum, dan ASI eksklusif? Pernahkah Anda dan anggota keluarga lainnya mencari informasi tentang Inisiasi Menyusui Dini dan Kolostrum?

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN PEMBERIAN KOLOSTRUM

Gambar

Gambar 2. Kerangka Operasional Sampel sesuai kriteria inklusi dengan teknik
Tabel  1  menyatakan  bahwa  usia  kerabat  keluarga  di  dominasi  oleh  rentang  usia  51-60  tahun  dengan  pendidikan  terakhir  SD  yang  berjumlah 13 orang
Tabel 1. Karakteristik Usia dan Pendidikan  Kerabat Keluarga  Pendidikan
Tabel 3 menyatakan bahwa usia ibu di dominasi oleh rentang usia 31- 31-40 tahun dengan pendidikan terakhir SD yang berjumlah 5 orang
+3

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Tạp chí Khoa học và Phát triển 2011: Tập 9, số 3: 464 - 467 TRƯỜNG ĐẠI HỌC NÔNG NGHIỆP HÀ NỘI CHäN LùA §IÒU KIÖN HO¹T §éNG TèI ¦U CñA ENZYME CHITOSANASE THU NHËN Tõ STREPTOMYCES