• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN KONSENTRAT DAN SIRUP EKSTRAK BUNGA TELANG (Clitoria Ternatea) MENGGUNAKAN EKSTRAKSI ULTRASOUND

19-124 Sherina Violetta Br Sinulingga

Academic year: 2023

Membagikan "PEMBUATAN KONSENTRAT DAN SIRUP EKSTRAK BUNGA TELANG (Clitoria Ternatea) MENGGUNAKAN EKSTRAKSI ULTRASOUND"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PENELITIAN

PEMBUATAN KONSENTRAT DAN SIRUP EKSTRAK BUNGA TELANG (Clitoria Ternatea) MENGGUNAKAN

EKSTRAKSI ULTRASOUND

OLEH:

MIKAEL SINAGA 190405087

SHERINA VIOLETTA BR SINULINGGA 190405124

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2023

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN

PEMBUATAN KONSENTRAT DAN SIRUP EKSTRAK BUNGA TELANG (Clitoria Ternatea) MENGGUNAKAN EKSTRAKSI

ULTRASOUND

DIAJUKAN OLEH:

MIKAEL SINAGA 190405087

SHERINA VIOLETTA BR SINULINGGA 190405124

Diketahui / Disetujui,

Koordinator Penelitian, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Taslim, M.Si., IPM. Okta Bani S.T., M.T.

NIP. 19650115199003102 NIP. 198811012015041002

(3)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga Proposal Penelitian yang berjudul Pembuatan Konsentrat Dan Sirup Ekstrak Bunga Telang (Clitoria Ternatea) Menggunakan Ekstraksi Ultrasound’’ dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Proposal penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik.

Selama pelaksanaan dan penulisan proposal penelitian ini, Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Okta Bani S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing atas kesabarannya membimbing Penulis dalam proses penyusunan dan penulisan proposal penelitian ini.

2. Bapak Dr. Ir. Taslim, M.Si., IPM. selaku Koordinator Penelitian Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara 3. Ibu Ir. Maya Sarah, S.T., M.T., Ph.D., IPM. selaku Ketua Departemen

Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Nisaul Fadilah Dalimunthe, S.T., M.Eng. selaku Sekretaris Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh Dosen di Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membagikan ilmu kepada Penulis.

6. Seluruh Pegawai di Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu Penulis dalam hal administrasi.

7. Orang tua yang telah memberikan dukungan, baik materil maupun spiritual.

8. Rekan-rekan mahasiswa/i Teknik Kimia USU angkatan 2019 yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis dalam penyelesaian proposal penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu sangat diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan proposal penelitian ini. Semoga proposal

(4)

penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Februari 2023

Penulis 1, Penulis 2,

Mikael Sinaga Sherina Violetta Br Sinulingga

NIM.190405087 NIM 190405124

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN...i

PRAKATA...ii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR GAMBAR...vi

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR LAMPIRAN...viii

DAFTAR SINGKATAN...ix

DAFTAR SIMBOL...x

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 LATAR BELAKANG...1

1.2 RUMUSAN MASALAH...3

1.3 TUJUAN PENELITIAN...4

1.4 MANFAAT PENELITIAN...4

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...6

2.1 BUNGA TELANG...6

2.2 ANTOSIANIN...7

2.3 EKSTRAKSI...8

2.4 PELARUT EKSTRAKSI...9

2.5 ULTRASOUND ASSISTED METHOD...9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...12

3.1 LOKASI PENELITIAN...12

3.2 BAHAN DAN PERALATAN...12

3.2.1 Bahan Penelitian...12

3.2.2 Peralatan Penelitian...12

3.3 TAHAP DAN PROSEDUR PENELITIAN...13

3.3.1 Persiapan Bunga Telang...13

3.3.2 Ekstraksi Bunga Telang...13

3.3.3 Prosedur Pemekatan Filtrat dengan Rotary Vacuum Evaporator...14

(6)

3.4 ANALISIS HASIL PENELITIAN...14

3.4.1 Analisa Kandungan Air...14

3.4.2 Analisa Kandungan Antosianin...15

DAFTAR PUSTAKA...16

LAMPIRAN A...18

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2. 1 Bunga Telang...6

Gambar 2.2 Struktur Flavilium Antosianin...8

Gambar 2.3 Metode Ultrasound Assisted Extraction...10

Gambar 3.2 Rangkaian Alat Rotary Vacuum Evaporator...14

Gambar A.1 Flowchart Persiapan Bahan Baku...18

Gambar A.2 Flowchart Proses Ekstraksi dengan UAE dan Pemekatan Filtrat dengan Rotary Vacuum Evaporator...19

Gambar A.3 Flowchart Analisis Kadar Air Bahan Baku...20

Gambar A.4 Flowchart Analisis Total Kadar Antosianin atau Total Anthocyanin Content (TAC)...21

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu tentang Ekstraksi Antosianin

dari Bunga Telang...2 Tabel 2.1 Kadar Senyawa Aktif pada Bunga Telang...7

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A...18

(10)

DAFTAR SINGKATAN

C Celcius

g Gram

mL Mililiter

mmol Milimol

mg Miligram

cm Sentimeter

A Absorbansi

L Liter

kHz Kilohertz

UAE Ultrasound Assited Extraction

C6C3C6 2-fenil-benzofirilium

C6H6 Benzene

H2O Aquadest

C6H8O7 Asam Sitrat

C12H22O11 Gula

CH3COONa.3H2O Natrium Asetat

KCl Kalium Klorida

HCl Asam Klorida

UV Ultraviolet

Lc-Ms/Ms Liquid Chromatograph-Tandem Mass Spectrometry

(11)

DAFTAR SIMBOL

Simbol Keterangan Satuan

M Molaritas M

pH Kadar Keasaman -

T Suhu ºC

cP Viskositas cP

IC50 Konsentrasi Radikal Bebas ppm

MW Berat Molekul g/mol

DF Faktor Pengenceran mol/L

ɛ Adsorptivitas molar L/mol.cm

l Lebar cm

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi dan informasi ikut mendorong peningkatan pemanfaatan berbagai komoditas pangan lokal. Pangan lokal dapat digunakan sebagai ingredients dalam pengolahan produk pangan. Berbagai sumber bahan pangan terus diidentifikasi untuk memberikan manfaat dalam pengembangan dan diaplikasikan pada industri pangan (Angraini, 2019). Adanya perkembangan dari teknologi pada saat ini mampu membuat zat warna sintesis dengan aneka kategori warna yang lebih banyak dibandingkan zat warna alami.

Akan tetapi, mengkonsumsi zat warna sintetik sebagai pewarna dinilai memberikan efek beracun dan karsinogen dengan ditemukan adanya logam berat.

Dikarenakan senyawa ini tidak baik tertumpuk dalam jaringan tubuh dan tidak dapat dicerna dalam sistem pencernaan manusia (Yuniati et al., 2022).

Salah satu bahan pangan lokal yang mulai banyak diteliti yaitu bunga telang. Salah satu pemanfaatan bunga telang adalah sebagai bahan pewarna makanan berbagai produk lokal seperti pembuatan es krim, sirup, cookies, roti, dan berbagai jenis produk pangan lainnya. Bunga telang dapat dimanfaatkan sebagai komposisi zat warna karena pada bunga telang mengandung pigmen antosianin yang berwarna merah hingga ungu pekat (Angraini, 2019).

Berdasarkan perkembangan riset yang terkait dengan zat warna alami, pada saat ini telah dipelajari berbagai jenis senyawa penghasil warna. Salah satu zat warna yang unik dan potensial adalah antosianin. Senyawa pigmen flavonoid dapat ditemukan pada antosianin yang memiliki gugus kromofor untuk memantulkan warna merah, biru, dan ungu, mulai dari sayur, buah, dan tanaman lainnya (Yuniati et al., 2022). Pigmen antosianin memberi kenampakan warna pada tumbuhan dari orange, merah muda, merah, ungu dan biru. Antosianin memiliki struktur cincin aromatik. Antosianin yang bersifat polar dan larut dalam air sehingga dapat digunakan sebagai pewarna makanan (Palimbong, 2020).

(13)

Sifat polar pada antosianin menyebabkan lebih mudah larut dalam air dibanding dalam pelarut non-polar. Selain itu, antosianin juga dapat larut pada beberapa pelarut seperti eter karena memiliki molekulnya dapat terionisasi dengan baik pada pelarut polar (Angraini,2019).

Penelitian pemanfaatan bunga telang sebagai pewarna makanan sudah banyak dilakukan. Beberapa peneliti terdahulu telah melaporkan hasil penelitian terkait dengan ekstraksi antosianin dari bunga telang seperti disajikan pada Tabel 1.1. Pada penelitian terdahulu oleh Handito, 2022; Palimbong, 2020 dan Sumartini, 2020 digunakan variasi konsentrasi pelarut asam sitrat dan asam tartarat dengan metode liquid chromatograph dan metode maserasi.Pada penelitian ini akan dikaji ekstraksi antosianin dari bunga telang dengan metode Ultrasound Assisted Extraction (UAE) dengan rasio pelarut dan penambahan asam sitrat dan gula. Dengan bahan untuk mengetahui kondisi terbaik ekstraksi antosianin dari bunga telang yang dapat digunakan sebagai zat warna untuk produk sirup.

Tabel 1.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu tentang Ekstraksi Antosianin dari Bunga Telang

No .

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Handito et al,

2022

Analisis Komposisi

Bunga Telang

(Clitoria Ternatea) Sebagai

Antioksidan Alami

Pada Produk

Pangan

Metode maserasi dengan pelarut aquadest yang dikombinasikan dengan asam tartarat.Dengan hasil antosianin pada bunga telang.

Juga stabil selama pengeringan udara panas dan tidak mengalami penurunan intensitas warna yang signifikan pada proses evaporasi dan pasteurisasi,

2. Palimbong et al., 2020

Potensi Ekstrak

Bunga Telang

(Clitoria ternatea Linn) sebagai

Pewarna pada

Metode maserasi dan pelarut asam sitrat dengan hasil ekstrak bunga telang sebelum diaplikasi memiliki aktivitas antioksidan kategori kuat dengan nilai IC50

(14)

Produk Tape Ketan 53,61 ppm. Setelah di aplikasikan sebagai pewarna pada tape nilai IC50 sebesar 142,8 ppm.

3 Sumartini et al., 2020

Analisis Bunga Telang (Clitoria Ternatea) Dengan Variasi pH Metode Liquid

Chromatograph-

Tandem Mass

Spectrometry (Lc- Ms/Ms)

Metode liquid chromatograph- tandem mass spectrometry (lc- ms/ms) dan pelarut metanol dengan hasil analisis aktivitas Antioksidan yaitu 392.91 ppm.

Ekstrak kering

Bunga telang pada ph 5 dan 6 dengan aktivitas

Antioksidan yaitu 371.00 ppm dan 344.37 ppm.

Ekstraksi menggunakan metode ultrasonik memiliki kelebihan yakni waktu ekstraksi lebih cepat dibandingkan ekstraksi konvensional karena waktu ekstraksinya hanya berkisar antara 30 – 90 menit saja, meningkatkan jumlah yield, dan sesuai untuk ekstraksi bunga telang yang sensitif terhadap panas (Martins Strieder et al, 2019). Selain itu, hasil total fenol dan antosianin serta kestabilan pewarna bunga telang yang diekstraksi dengan metode Ultrasound Assisted Extraction (UAE) lebih baik dibandingkan dengan metode maserasi (Vidana Gamage et al., 2021).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Kandungan fitokimia bunga telang yaitu tanin, flobatanin, karbohidrat, saponin, triterpenoid, fenolmfavanoid, flavanol glikosida, protein, alkaloid, antrakuinon, antisianin, stigmasit 4-ena-3,6 dion, minyak volatil dan steroid.

Kandungan nutrisi pada bunga telang tersebut akan hilang jika dilakukan perebusan pada bunga telang atau pada suhu mendidih pelarut. Hal itu disebabkan karena pada suhu didih tersebut, nutrisi yang terkandung dalam bunga telang akan menguap.

Belum adanya penelitian mengenai pengaruh rasio pelarut dengan penambahan gula dan asam sitrat dan suhu ekstraksi yang rendah terhadap kandungan nutrisi bunga telang agar tidak rusak mendorong dilakukannya

(15)

penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh rasio pelarut dan suhu ekstraksi terhadap total antosianin, aktivitas antioksidan, dan parameter warna pada ekstrak bunga telang menggunakan metode ultrasonic bath.

Pada penelitian ini hasil ekstraksi bunga telang dibuat dalam bentuk sirup sehingga adanya penambahan zat gula dan asam sitrat. Suhu yang digunakan untuk mengekstrak bunga telang adalah 50℃. Dimana pada suhu tersebut kandungan nutrisi pada bunga telang belum hilang.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar air bunga telang, kadar total antosianin bunga telang, serta kadar total antosianin bunga telang dengan pebambahan gula dan asam sitrat, dengan menggunakan metode Ultrasound Assisted Extraction (UAE). Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh lama evaporasi, lama penyimpanan dan suhu penyimpanan konsentrat bunga telang terhadap kadar total antosianin.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lainnya yang tertarik dengan mengembangan metode ekstraksi dari bunga telang (Clitoria ternatea L.).

b. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk pengembangan industri dari ekstraksi zat warna alami.

c. Zat warna alami ini diharapkan dapat menjadi alternatif dalam menggantikan zat warna sintesis.

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian Farmasi, Departemen Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bunga telang diperoleh dari Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

Adapun ruang lingkup penelitian:

a. Variabel Tetap:

 Bahan Baku : Bunga Telang (Clitoria Ternatea)

(16)

 Massa Bahan Baku Kering : 15g

 Keadaan Bahan Baku : Kering

 Pelarut : Aquadest

 Metode : Ultrasound Assisted Extraction (UAE

 Waktu Ekstraksi : 30 menit

 Frekuensi Ultrasound : 40 kHz

 Rasio Bahan dengan Pelarut : (15:1000) g/mL b. Variabel Bebas

 Waktu Evaporasi : 0, 2, 4, dan 6 jam

 Waktu Penyimpanan : 1, 2, 3, dan 4 minggu

 Suhu Penyimpanan : 6°C dan 30°C

 Perlakuan : a. Tanpa penambahan apapun b. Penambahan 185,25 g/L gula c. Penambahan 2,875 g/L asam sitrat d. Penambahan 185,25 g/L gula dan

2,875 g/L asam sitrat c. Analisis atau Parameter yang Diukur:

 Kadar Air

 Kandungan Antosianin

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BUNGA TELANG

Bunga telang (Clitoria ternatea L.) merupakan tanaman yang berasal dari daerah tropis seperti Asia dan banyak ditemukan didaerah Ternate, Maluku Utara.

Penyebaran bunga telang meliputi Afrika, Australia, Amerika Utara, Pasifik Utara, dan Amerika Selatan. Bunga telang (Clitoria ternatea L.) umumnya dikenal sebagai butterfly pea atau blue pea adalah bunga khas dengan kelopak tunggal berwarna ungu. Selain berwarna ungu bunga telang juga dapat ditemui dengan warna pink, biru muda dan putih (Budiasih, 2017).

Bunga telang merupakan tanaman merambat yang biasanya akan berbunga setiap tahun. Bunga telang tumbuh baik pada berbagai tempat baik pada curah hujan yang tinggi sampai dengan kering. Faktor tersebut menjadikan bunga telang mudah ditemui di Indonesia dan menyebar ke negara-negara beriklim tropis dan subtropis. Di Indonesia, pemanfaatan bunga telang sebagai obat tradisional dan sebagai pewarna alami pada makanan (Efrizal et al., 2017).

Gambar 2. 1 Bunga Telang (www. google .com )

Dalam sistematika, taksonomi bunga telang (Clitoria ternatea L.) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tanaman) Divisi : Tracheophyta Infrodivisi : Angiospermae

(18)

Kelas : Mangnoliopsida

Ordo : Fabales

Famili : Fabacea Genus : Clitoria L

Spesies : Clitoria ternatea (Budiasih, 2017).

Bunga telang merupakan tanaman yang memiliki batang kecil, berdaun kecil dengan bentuk daun bunga berpasangan 2-4 pasang setiap lembarnya, memiliki tangkai dan helai daun. Tanaman ini termasuk kedalam suku polong- polongan. Kandungan senyawa aktif pada bunga telang yaitu tanin, flobatanin, karbohidrat, saponin, triterpenoid, polifenol, flavanol glikosida, protein, alkaloid, antrakuinon, antosianin, stigmasit 4-ena-3,6 dion, minyak volatil dan steroid (Budiasih, 2017).

Tabel 2.1 Kadar Senyawa Aktif pada Bunga Telang

Senyawa Kadar1 (mmol/mg bunga) Kadar2 (%)

Flavonoid 20,07 ± 0,55

0,1927

Antosianin 5,40 ± 0,23

Flavonol glikosida 14,66 ± 0,33 Kaempferol glikosida 12,71 ± 0,46 Quersetin glikosida 1,92 ± 0,12 Mirisetin glikosida 0,04 ± 0,01 (Sumber: Handito et al., 2022)

2.2 ANTOSIANIN

Antosianin berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti bunga biru.

Antosianin adalah golongan dari bahan kimia organik yang larut dalam pelarut polar. Dengan warna yang dihasilkan seperti oranye, merah, ungu, biru hingga hitam pada tanaman tingkat tinggi seperti: bunga, buah-buahan, biji-bijian, sayuran dan umbi-umbian. Berdasarkan kepolaran pelarut secara universal, antosianin didalam tanaman bentuk aglikon yang dikenal sebagai antosianin dan antosianin dalam bentuk glikol (Priska et al., 2018).

Antosianin adalah zat pewarna alami kelompok flavonoid dengan tiga atom karbon yang diikat oleh atom oksigen untuk menghubungkan dua cincin aromatic benzene (C6H6) dalam struktur utama. Antosianin memiliki kerangka karbon (C6C3C6) yang memiliki struktur dasar antosianin adalah 2-fenil-benzonium yang

(19)

diperoleh dari garam falvilium. Adapun struktur falvilium antosianin dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2. 2 Struktur Flavilium Antosianin (Priska et al., 2018)

Antosianin secara khusus dapat meresap sinar pada wilayah serapan ultraviolet (UV) hingga violet, namun lebih kokoh pada wilayah nampak dari spektrum. Antosianin terserap pada panjang gelombang 250– 700 nm, dengan 2 puncak selaku gugus gula( glikon) di panjang gelombang dekat 278 nm, serta puncak utama selaku antosianin( aglikon) di sekitar panjang gelombang 490- 535 nm. Antosianin memiliki sifat hidrofilik, sehingga mudah larut dalam air. Selain bersifat hidrofilik, antosianin juga larut dalam pelarut organik polar seperti etanol, metanol, aseton dan kloroform (Priska et al., 2018).

Kestabilan antosianin dalam air atau pelarut polar netral atau basa dapat lebih ditingkatkan dengan menambahkan asam organik seperti asam asetat, asam sitrat atau asam klorida. Kombinasi pelarut polar dengan asam organik yang sesuai untuk mencapai kondisi pH yang sangat asam dengan pH 1-2. Sedangkan ketika pelarut digabungkan dengan asam lemah, perubahan warna antosianin akan berubah menjadi merah memudar dengan pH 3; merah keunguan dengan pH 4;

ungu dengan pH 5-6; dan ungu biru dengan pH 7 (Priska et al., 2018).

2.3 EKSTRAKSI

Ekstraksi adalah proses pemisahan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan komponen terlarut dalam suatu cairan ke cairan lainnya (Siregar et al., 2019). Ekstraksi adalah pemisahan atau proses pemisahan dengan menambahkan pelarut dari bahan padat atau cair. Pelarut harus mampu mengekstrak zat yang akan dicapai tanpa melarutkan bahan lainnya. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi yaitu memiliki kelarutan komponen pada komponen yang lainnya. Jenis-jenis pelarut yang sering digunakan seperti senyawa organik,

(20)

senyawa asam dan alkalis, air. Pelarut berguna untuk menghasilkan filtrat yang berkualitas (Widodo et al., 2019).

Berdasarkan bentuk cairan yang akan diekstraksi, proses ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi padat cair dan ekstraksi cair-cair. Ekstraksi padat cair ataupun leaching merupakan perpindahan difusi komponen terlarut dari padatan inert kedalam pelarutnya. Proses ekstraksi ini yaitu proses bersifat fisik, hal ini karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke dalam semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi (Sulihono et al., 2012).

2.4 PELARUT EKSTRAKSI

Ekstraksi adalah metode memisahkan senyawa aktif yang terdapat dalam suatu tumbuhan dan tipe pelarut adalah salah satu aspek yang mempengaruhi ekstraksi. Hasil kandungan zat aktif dan pemakaian pelarut terbaik akan berpengaruh kepada proses ekstraksi yang maksimal. Keberhasilan proses pemurnian suatu ekstrak sangat erat kaitannya dengan rendemen, kualitas serta kandungan senyawa aktif yang dihasilkan (Noviyanty et al., 2019). Berdasarkan prinsip like dissolves like tidak seluruh senyawa akan terlarut dalam suatu cairan pelarut, sehingga jenis pelarut yang digunakan dalam ekstraksi wajib sama ataupun sangat dekat dengan polaritas bahan aktif yang diekstrak agar ekstraksi berjalan secara efektif (Prayoga et al., 2019).

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi yaitu sebagai berikut :

1. Tipe persiapan sampel, 2. Waktu ekstraksi, 3. Kuantitas pelarut, 4. Suhu pelarut, dan

5. Tipe pelarut (Sulihono et al., 2012).

2.5 ULTRASOUND ASSISTED METHOD

Metode Ultrasound Assisted Method (UAE) menggunakan kativasi akustik untuk memproduksi gelembung kativasi jika meledak menghasilkan gaya gesek

(21)

yang tinggi. Hal ini dapat membantu merusak dinding sel sehingga pelarut masuk kedalam bahan dan meningkatkan luas permukaan kontak antara pelarut dan senyawa yang akan di ekstraksi. Adapun keuntungan dari metode ini adalah dapat memberikan peningkatkan hasil ekstraksi, meningkatkan laju ekstraksi, memberikan waktu ekstraksi yang singkat, menggunakan suhu rendah, dan volume pelarut yang sedikit (Dye dan Rathod, 2013).

Di antara semua metode ekstraksi, Ultrasound Assisted Method (UEA) merupakan pengganti sederhana untuk teknik ekstraksi tradisional dan murah.

Aplikasi Ultrasound Assisted Method (UEA) digunakan untuk ekstraksi lipid, protein, flavonoid, karotenoid, hemiselulosa, triterpenoid dan senyawa aromatik (Dye dan Rathod, 2013). Menurut rentang frekuensi, ultrasound dapat diklasifikasikan sebagai ultrasound daya (20-100kHz) dan ultrasound diagnostik (1-10MHz) (Sivakumar et al., 2011).

Pada kasus ekstraksi pewarna alami, ultrasound digunakan sebagai alat untuk meningkatkan transfer massa zat pewarna dari bahan tanaman alami dan transportasi ke media pelarut. Ultrasound memberikan sarana pada proses pengangkutan dalam kedua kasus. Oleh karena itu, teknik ultrasound dapat bermanfaat untuk ekstraksi pewarna alami dan kemudian untuk pewarnaan kulit juga (Sivakumar et al., 2011).

Rangkaian alat untuk metode Ultrasound Assisted Extraction (UAE) tersusun atas ultrasonic cleaning bath dan perangkat refluks. Perangkat tersusun atas labu alas bulat leher tiga dan kondensor. Pada metode ini digunakan indikator temperatur untuk mengetahui temperatur ekstraksi.

(22)

Gambar 2.3 Metode Ultrasound Assisted Extraction (Qadariyah et al., 2018) Berikut ini adalah keterangan Gambar 2.3:

1 = Labu alas bulat leher tiga 5 = Indikator temperatur

2 = Digital display 6 = Kondensor

3 = Tombol mode 7 = Air masuk

4 = Ultrasonic cleaning bath 8 = Air keluar

(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Farmasi, Departemen Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.2 BAHAN DAN PERALATAN 3.2.1 Bahan Penelitian

Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu : 1. Bunga Telang

2. Aquadest (H2O) 3. Asam Sitrat (C6H8O7) 4. Gula (C12H22O11)

5.

Kalium Klorida (KCl)

6.

Natrium Asetat (CH3COONa.3H2O) 3.2.2 Peralatan Penelitian

Adapun peralatan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu : 1. Ultrasound Assisted Extraction (UAE)

2. Blender

3. Rotary Vacuum Evaporator 4. Batang Pengaduk

5. Beaker Glass 6. Erlenmeyer 7. Gelas Ukur 8. Neraca Digital 9. Pipet Tetes 10. Kertas Saring 11. Labu Ukur 12. Pipet Volum

(24)

13. Karet Penghisap (Rubber Bulb) 14. Spektrofotometer UV Visible 15. Botol Sampel

3.3 TAHAP DAN PROSEDUR PENELITIAN 3.3.1 Persiapan Bunga Telang

Adapun proses ekstraksi dalam penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Bunga telang yang akan dipakai dicuci dengan air dan ditiriskan selama 5 menit.

b. Selanjutnya bunga telang disimpan dalam wadah kaca tertutup didalam kulkas dengan suhu 6°C.

c. Bunga telang yang telah dicuci kemudian diukur kandungan airnya.

d. Selanjutnya, sebanyak 15g basis kering bunga telang dicampur dengan 1000 ml air kemudian dihancurkan dengan blender selama 30 detik untuk menghasilkan bubur bunga telang.

e. Selanjutnya bubur bunga telang diperlakukan dengan 4 cara, yaitu:

 Tanpa penambahan apapun

 Penambahan 185,25 g/L gula

 Penambahan 2,875 g/L asam sitrat

 Penambahan 185,25 g/L gula dan 2,875 g/L asam sitrat 3.3.2 Ekstraksi Bunga Telang

a. Campuran bunga telang diekstraksi menggunakan ultrasonic bath pada frekuensi 40 kHz dan suhu 50°C selama 30 menit dalam keadaan tertutup.

b. Setelah ekstraksi, bunga telang dipisahkan menggunakan saringan kain kering dan ditampung.

c. Filtrat ditambah gula dan/atau asam sitrat agar mengandung 185,25 g/L gula dan 2,875 g/L asam sitrat kemudian dianalisa.

d. Sebanyak 200 ml filtrat kemudian dipekatkan menggunakan evaporator vakum berputar pada 50°C selama 2 – 6jam.

e. Konsentrat bunga telang dianalisa dan disimpan dalam botol kaca gelap.

(25)

f. Sebagian konsentrat disimpan dalam kulkas (6°C) dan sebagian disimpan dalam inkubator (30°C).

g. Konsentrat dianalisa kembali tiap minggu selama 4 minggu.

h. Analisa yang dilakukan pada filtrat dan konsentrat bunga telang meliputi pengukuran volum dengan gelas ukur, massa dengan timbangan, dan kandungan antosianin menggunakan UV-VIS Spektrofotometer.

3.3.3 Prosedur Pemekatan Filtrat dengan Rotary Vacuum Evaporator

Filtrat yang telah dipisahkan dari residu kemudian dipekatkan menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu 50 ºC selama 2, 4, dan 6 jam, dan disimpan dalam botol kaca gelap.

Ilustrasi rangkaian alat yang digunakan untuk memekatkan filtrat antosianin menggunakan Rotary Vacuum Evaporator disajikan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Rotary Vacuum Evaporator (Adam, 2017) Keterangan:

1. Hot plate 5. Kondesor

2. Water bath 6. Lubang Kondensor

3. Ujung rotor sampel 7. Labu alas bulat penampung

4. Lubang kondensor 8. Ujung rotor penampung

3.4 ANALISIS HASIL PENELITIAN 3.4.1 Analisa Kandungan Air (AOAC, 1999)

a. Cawan petri dipanaskan pada 105°C selama 30 menit b. Kemudian ditempatkan dalam desikator sampai dingin.

(26)

c. Cawan petri ditimbang (w1) kemudian sebanyak ± 3 gram sampel ditambahkan, kemudian ditimbang lagi (w2).

d. Sampel dikeringkan dalam oven pada 105°C selama 3 jam, kemudian ditempatkan dalam desikator sampai dingin.

e. Sampel ditimbang kembali (w3) lalu kadar air dihitung dengan persamaan:

Kadar Air=w3w1 w2w1

×100 (3.1)

Keterangan:

w1 = Cawan petri kosong w2 = Cawan petri + sampel w3 = Cawan petri setelah konstan

3.4.2 Analisa Kandungan Antosianin (Anthocyanins, 2005)

a. Sampel diencerkan dalam larutan penyangga KCl 0,025 M (pH 1,0) sampai absorbansi λmax berada dalam rentang bacaan spektrofotometer (absorbansi <

1,2).

b. Sampel harus kurang dari 20% total volum. Spektofotometer dinolkan menggunakan akuades pada λmax dan 700 nm.

c. Dua sampel disiapkan berdasarkan faktor pengenceran, satu dengan larutan penyangga KCl pH 1,0, dan satu lagi dengan larutan penyangga natrium asetat 0, 4 M (pH 4,5).

d. Larutan dibiarkan selama 15 menit. Absorbansi tiap larutan diukur pada λmax

dan 700 nm terhadap larutan blanko berisi akuades.

e. Konsentrasi pigmen antosianin monomeric dapat dihitung menggunakan persamaan:

C

(

mgL

)

=[

(

λmaxλ700

)

pH1,0

(

λmaxλ700

)

pH4,5]× MW × DF ×1000 ε× l

(3.2) Keterangan:

MW = berat molekul antosianin dominan dalam sampel DF = faktor pengenceran

ε = absoptivitas molar antosianin dominan dalam sampel

(27)

l = panjang jalur cahaya (lebar cuvet)

Untuk menyamakan nilai konsentrasi antosianin dengan literatur, konsentrasi antosianin akan diekspresikan sebagai cyanidin-3-glucoside dengan MW = 449,2 dan ε = 26900.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PROSES EKSTRAKSI ANTOSIANIN DARI BUNGA TELANG (CLITORIA TERNATEA) DENGAN ULTRASOUND ASSISTED EXTRACTION (UAE)

Penelitian ekstraksi antosianin dari bunga telang (Clitoria Ternatea) ini dilakukan dengan metode Ultrasound Assisted Extraction (UAE). Menurut Dye dan Rathod (2013) menyatakan bahwa ekstraksi ini menggunakan kativasi akustik untuk memproduksi gelembung kativasi jika meledak menghasilkan gaya gesek yang tinggi. Dan keuntungan dari metode ini dapat memberikan peningkatkan hasil ekstraksi, meningkatkan laju ekstraksi, memberikan waktu ekstraksi yang singkat, menggunakan suhu rendah, dan volume pelarut yang sedikit. Variabel bebas yang digunakan adalah waktu evaporasi (0 jam, 2 jam, 4 jam, dan 6 jam), waktu penyimpanan (1 minggu, 2 minggu, 3 minggu, dan 4 minggu), suhu penyimpanan (6°C dan 30°C) dan terdapat beberapa perlakuan (tanpa penambahan apapun; penambahan 185,25g/L gula; penambahan 2,875g/L asam sitrat; dan penambahan 185,25g/L gula dan 2,875g/L asam sitrat).

Pada ekstraksi antosianin dari bunga telang (Clitoria Ternatea) ini menggunakan metode Ultrasound Assisted Extraction (UAE), dimana bunga telang (Clitoria Ternatea) yang telah dikeringkan kemudian dihancurkan hingga menjadi bubur bunga telang. Lalu, bubur bunga telang diperlakukan dengan 4

(28)

cara. Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi menggunakan ultrasonic bath pada frekuensi 40 kHz dan suhu 50°C. Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah aquadest dengan jumlah yang disesuaikan dengan variasi.

4.2 KADAR AIR BAHAN BAKU

Ekstrak antosianin yang dihasilkan dari penelitian ini merupakan hasil ekstraksi dari bunga telang. Sebelum dilakukan proses ekstraksi, dilakukan proses pretreatment berupa pencucian untuk menghilangkan kotoran dan kemudian dilakukan pengeringan menggunakan oven pada suhu 105ºC selama 3 jam kemudian ditempatkan dalam desikator sampai dingin.

Kadar air sering dihubungkan dengan indeks kestabilan, khususnya saat penyimpanan. Semakin kecil nilai aktivitas air, maka semakin lama daya simpan bahan tersebut (Fikriyah dan Nasution, 2021). Apabila kadar air tinggi, maka akan mengakibatkan mudahnya tumbuh bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak (Fitriani dan Yuliani, 2023).

Metode yang digunakan untuk penentuan kadar air pada penelitian ini adalah metode pengeringan atau penguapan air dari suatu bahan dengan cara pemanasan menggunakan oven sesuai dengan Standard Procedure Test (2001) tentang penentuan kadar air. Hasil analisis kadar air bunga telang pada penelitian ini dilakukan sebanyak 5 kali lalu dihitung rata-rata kadar airnya. Dimana hasil yang diperoleh dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.1 Hasil kadar air bunga telang

Run Kadar Air (%)

1 15,199

2 13,285

3 14,231

4 13,758

5 13,502

Rata-rata 13,995

Dari 5 kali perulangan, diperoleh bahwa kadar air yang terkandung dalam bunga telang adalah sebesar 13,995%

4.3 KADAR TOTAL ANTOSIANIN BUNGA TELANG

(29)

Menurut Mukhriani (2014), prinsip dari ekstraksi adalah melarutkan suatu senyawa sesuai dengan kemampuan pelarut dalam mengekstrak sentawa tersebut.

Senyawa yang bersifat polar seperti antosianin akan larut maksimal dalam pelarut polar atau dikenal dengan senyawa yang larut di dalam air, sedangkan senyawa non polar akan larut secara maksimal pada pelarut yang bersifat non polar atau biasa kita kenal dengan senyawa yang larut pada lemak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesesuaian pelarut yang digunakan akan berpengaruh secara maksimal terhadap ekstrak yang diinginkan. Menrut Pham et al (2019), ada 4 jenis ekstraksi yang bias kita gunakan untuk mengekstrak antosianin pada bunga telang diantaranya maserasi, ultrasound, perkolasi, sochlet, reflux, dan destilasi.

Penggunaan pelarut polar seperti air yang bersifat polar ternyata dapat secara maksimal menghasilkan antosianin yang terdapat pada bunga telang (Nhut Pham et al., 2019). Penggunaan air sebagai pelarut menghasilkan intensitas warna yang tinggi pada ekstrak antosianin yang diekstrak menggunakan metode ultrasound. Optimum ekstraksi dilakukan dengan perbandingan pelarut 15:500 dan suhu 50-60℃ (Budiyati, et al 2012). Pada penelitian ini menggunakan metode ultrasound bath dengan frekuensi 40kHz dan suhu 50°C selama 1 jam dalam keadaan tertutup.

Dalam penentuan kadar antosianin, perlu diketahui faktor pengenceran.

Faktor pengenceran (juga dikenal sebagai rasio pengenceran) adalah rasio antara volume akhir dan volume awal dari solusi. Volume akhir adalah volume larutan setelah pengenceran. Faktor pengenceran ditentukan dengan mengencerkan sampel dalam larutan penyangga KCl 0,025 M (pH 1,0) sampai absorbansi λmax berada dalam rentang bacaan spektrofotometer (absorbansi < 1,2). Sampel harus kurang dari 20% total volum. Spektofotometer dinolkan menggunakan akuades pada λmax dan 700 nm. Dua sampel disiapkan berdasarkan faktor pengenceran, satu dengan larutan penyangga KCl pH 1,0, dan satu lagi dengan larutan penyangga natrium asetat 0, 4 M (pH 4,5). Larutan dibiarkan selama 15 menit.

Absorbansi tiap larutan diukur pada λmax dan 700 nm terhadap larutan blanko berisi akuades. Kemudian barulah dihitung berapa kadar antosianin. Adapun hasil pengukuran kadar antosianin di tiap minggunya dapat dilihat pada Tabel 4.2

(30)

Tabel 4.2 Data Kadar Total Nilai Absorbansi Bunga Telang (Clitoria Ternatea) Terhadap Waktu Penyimpanan

Kadar Antosianin (mg/L) Perlakuan

Waktu Penyimpanan

(Minggu)

Suhu Penyimpanan

(°C)

Waktu Evaporasi

0 2 4 6

Tanpa Penambahan

0 6 7,56 8,06 8,57 8,93

30 7,56 8,06 8,57 8,93

1 6 7,43 8,02 8,52 8,88

30 7,23 7,78 7,96 8,57

2 6 7,28 7,89 8,41 8,39

30 7,16 7,39 7,61 7,89

3 6 6,76 7,84 8,07 8,21

30 6,04 6,50 6,81 7,23

4 6 6,36 7,28 7,63 7,41

30 4,88 5,98 5,79 6,86

Penambahan Gula

0 6 3,97 5,71 5,96 6,34

30 3,97 5,71 5,96 6,34

1 6 3,72 5,27 5,54 5,91

30 3,38 3,25 4,01 5,18

2 6 3,47 4,8 5,31 5,21

30 3,34 3,03 3,85 4,53

3 6 3,26 3,47 5,19 4,62

30 3,19 2,97 3,47 4,13

4 6 2,91 3,04 4,22 3,75

30 2,61 2,75 2,77 3,21

Penambahan Asam Sitrat

0 6 8,68 9,43 10,4 10,75

30 8,68 9,43 10,4 10,75

1 6 8,25 8,84 9,53 10,55

30 8,12 7,64 9,33 9,82

2 6 7,78 8,35 9,04 9,21

30 7,4 7,26 8,89 8,65

3 6 7,53 8,14 9,01 8,5

30 7,12 7,16 8,55 8,38

4 6 7,46 7,38 8,96 7,91

30 6,62 6,58 8,47 7,66

Penambahan Asam Sitrat

dan Gula

0 6 7,48 8,01 8,56 9,02

30 7,48 8,01 8,56 9,02

1 6 7,45 7,96 8,44 8,98

30 7,18 7,67 7,96 8,59

2 6 7,24 7,82 8,40 8,27

30 7,15 7,36 7,50 7,89

3 6 6,68 7,70 8,02 8,20

30 6,07 6,49 6,75 7,23

(31)

4 6 6,32 7,27 7,65 7,40

30 4,89 5,91 5,85 6,86

Tabel 4.2 menunjukkan data kadar antosianin terhadap waktu penyimpanan ekstrak bunga telang. Penurunan kadar antosianin seiring berjalannya waktu disebabkan karena kandungan bunga telang semakin mengalami degradasi (Riva, 2019). Penurunan kadar antosianin bunga telang juga disebabkan oleh kopigmentasi, yaitu penggabungan antara senyawa antosianin atau antara antosianin dengan senyawa lain. Kopigmentasi antosianin dengan senyawa seperti flavonoid, senyawa logam, dan karotenoid menyebabkan antosianin mengalami degradasi hingga menjadi senyawa tidak berwarna (Ojong, et.al., 2008). Ketika antosianin bereaksi dengan senyawa-senyawa tersebut, gugus gula pada antosianin terlepas dan antosianidin berikatan dengan senyawa tersebut sehingga struktur antosianin berubah dan kadar antosianin pada bunga telang pun berkurang.

Pengaruh aktivitas kopigmentasi selama masa penyimpanan terhadap kandungan antosianin didapatkan pula oleh Eiro dan Heinonen (2002), yang menyatakan bahwa aktivitas kopigmentasi menyebabkan penurunan kadar antosianin berbasis sianidin, pelagornidin, dan malvidin.

Menurut Pham et al (2019), ada beberapa jenis ekstraksi yang biasa digunakan untuk mengekstrak antosianin pada bunga telang diantaranya maserasi, microwave assisted extraction (MAE), ultrasonic assisted extraction (UAE), soxhlet, reflux, dan destilasi. Perbedaan metode ekstraksi yang dilakukan terhadap suatu bahan mempengaruhi jumlah ekstrak (Sa`adah dkk., 2017), kandungan senyawa dalam ekstrak (Desmiaty dkk., 2019) dan mutu ekstrak. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhasnawati dkk. (2017) menghasilkan ekstrak etanol daun jambu bol dengan rendemen 11,56% menggunakan metode ekstraksi sokletasi.

Nilai rendemen tersebut lebih tinggi dibandingkan ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan nilai rendemen 10,92%. Hal yang sama juga diperoleh pada ekstrak etanol umbi bawang dayak dengan metode sokletasi memiliki nilai rendemen 8,76% dan lebih tinggi dari metode maserasi yaitu 6,88% (Sa`adah dkk., 2017). Pengembangan metode ekstraksi terus dilakukan untuk memperoleh metode ekstraksi dengan waktu ekstraksi yang singkat, penggunaan pelarut lebih sedikit, hasil ekstrak lebih banyak dan aktivitas yang lebih baik (Utami dkk., 2015).

(32)

Tabel 4.3 Perbedaan Kadar Total Antosianin dengan Jenis-Jenis Ekstraksi

Sumber Metode

Ekstraksi

Lama

Ekstraksi Pelarut

Total Antosianin

(Ppm)

Perlakuan Terbaik (Anthika,

etBal., 2015)

Ultrasoun

d 30 menit Air 35,41

Ultrasound selama 30

menit Pham et al.,

(2019) Maserasi 40 – 70

menit Etanol 132,76 40 menit

(Wiyantoko dan Astuti,

2020)

Maserasi dengan variasi pH

yang berbeda

24 jam Air dan

Metanol 14,95

Maserasi psada pH 1 –

3 menggunakan

pelarut metanol (Netramai

dan Kijchaven gkul, 2020)

Maserasi 3 menit Air 106,62 Maserasi 3

menit

Menurut Buanasari, dkk (2019) metode UAE sangat efektif untuk mengekstrak kandungan zat aktif tanaman. Proses ekstraksi yang digunakan menggunakan pelarut yang berbeda, lama ekstraksi yang berbeda serta metode ekstraksi yang berbeda baik maserasi maupun ultrasound menghasilkan ekstrak dengan total antosianin yang berbeda pada bunga telang. Kedepannya kombinasi metode ekstraksi antosianin perlu dapat dilakukan penelitian untuk didapatkan ekstrak total antosianin yang paling tinggi pada bunga telang serta memiliki kestabilan yang tinggi dalam waktu yang lama (Muhammad, 2021). Ekstraksi dengan metode UAE menghasilkan rendemen total tertinggi. Perbedaan nilai rendemen total dipengaruhi oleh waktu ekstraksi, semakin lama waktu ekstraksi maka semakin tinggi rendemen yang dihasilkan. Waktu ekstraksi yang lebih lama menyebabkan kontak antara bahan dengan pelarut lebih lama sehingga hasilnya bertambah sampai titik jenuh larutan (Handayani dkk., 2016).

(33)

4.4 PENGARUH WAKTU EVAPORASI TERHADAP KADAR ANTOSIANIN PADA BUNGA TELANG

Sebelum dilakukan pengukuran kadar antosianin pada bunga telang, ekstrak bunga telang terlebih dahulu melewati tahapan evaporasi. Dalam penelitian Amri et al (2013), menjeleskan bahwa evaporasi bunga telang bertujuan agar memekatkan zat pewarna dengan cara menghilangkan kadar perlarutnya.

Evaporasi bunga telang dilakukan dengan menggunakan alat rotary vacuum evaporator. Tahapan evaporasi dilakukan dengan memasukkan sampel ekstrak bunga telang kedalam alat rotary vacuum evaporator dengan suhu 50℃ dengan kecepatan 50 rpm. Adapun waktu evaporasi yang dilkakukan adalah selama 2 jam, 4 jam dan 6 jam.

Variasi waktu evaporasi yang dilakukan bertujuan agar mengetahui pengaruh waktu evaporasi terhadap kadar antosianin bunga telang. Adapun pengaruh waktu evaporasi terhadap kadar antosianin dapat dilihat pada grafik berikut:

0 1 2 3 4 5 6 7

0 2 4 6 8 10 12

TP G AS AS+G

Waktu Evaporasi (Jam)

Kadar Antosianin (mg/L)

Gambar 4.1 Pengaruh Waktu Evaporasi Terhadap Kadar Antosianin Pada Bunga Telang

Gambar 4.1 menunjukkan pengaruh waktu evaporasi terhadap kadar antosianin pada bunga telang. Ekstraksi bunga telang tanpa penambahan apapun dengan waktu evaporasi 0-6 jam didapatkan kadar antosianin sebesar 7,56 mg/L;

8,06 mg/L; 8,57 mg/L dan 8,93 mg/L. Ekstraksi bunga telang dengan penambahan gula sebanyak 185,25 g/L dengan waktu evaporasi 0-6 jam didapatkan kadar

(34)

antosianin sebesar 3,97 mg/L; 5,71 mg/L; 5,96 mg/L dan 6,34 mg/L. Ekstraksi bunga telang dengan penambahan asam sitrat sebanyak 2,875 g/L dengan waktu evaporasi 0-6 jam didapatkan kadar antosianin sebesar 8,68 mg/L; 9,43 mg/L;

10,40 mg/L dan 10,75 mg/L. Sementara ekstraksi bunga telang dengan penambahan gula sebanyak 185,25 g/L dan asam sitrat sebanyak 2,875 g/L dengan waktu evaporasi 0-6 jam didapatkan kadar antosianin sebesar 7,48 mg/L;

8,01 mg/L; 8,56 mg/L dan 9,02 mg/L.

Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa kadar antosianin tertinggi adalah pada perlakuan evaporasi 6 jam, sementara yang terendah adalah tanpa perlakukan evaporasi. Hal tersebut disebabkan karena proses evaporasi yang lebih lama menyebabkan suhu bunga telang menjadi lebih tinggi. Suhu yang lebih tinggi dapat memnyebabkan kativasi bunga telang. Kavitasi merupakan fenomena perubahan fase uap dari zat cair pada fluida yang mengalir. Perubahan tersebut dapat diakibatkan turunnya tekanan maupun naiknya temperatur (Wijianto, 2010).

Kavitasi bunga telang menyebabkan partikel bunga telang menjadi lebih kecil sehingga proses ekstraksi menjadi lebih cepat. Proses kavitasi dapat menyebabkan peningkatan suhu partikel sehingga menyebabkan beberapa zat menguap.

Sehingga kandungan antosianin yang dihasilkan lebih tinggi.

Pada penelitian Tirono (2022) yang menggunakan metode ekstraksi ultrasonik pada daun sirih dan kemangi, dijelaskan bahwa lamanya evaporasi sangat mempengaruhi kadar antosianin. Penelitian Tirono (2022) menggunakan variasi waktu evaporasi 0-30 menit dengan skala waktu 5 menit. Hasil kadar antosianin pada evaporasi 0-25 menit selalu mengalami kenaikan, namun pada evaporasi 30 menit kadar antosianin yang dihasilkan sudah mengalami penurunan.

Menurut (Nayak et al., 2011) semakin lama pemanasan menyebabkan antosianin semakin terdegradasi. Sehingga suhu evaporasi agar selalu diperhatikan, karena antosianin dapat rusak pada suhu diatas 60℃.

Pada penelitian ini hasil kadar antosianin yang tertinggi diperoleh pada waktu evaporasi 6 jam. Hal ini menunjukkan bahwa pada evaporasi 6 jam konsentrat bunga telang belum menyevabkan kandungan antosianinnya terdegradasi. Sehingga meskipun dilakukan evaporasi selama 6 jam, suhu bunga

(35)

telang belum mencapai 60℃ yang dapat menyebabkan kandungan antosianin terdegradasi

4.5 PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KADAR ANTOSIANIN BUNGA TELANG

Setelah dilakukan pemekatan ekstrak bunga telang, selanjutnya konsentrat ekstrak bunga telang diamati apakah kadar antosianinnya tetap atau mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Sampel yang sudah dipekatkan dengan vakum evaporator kemudian disimpan di dalam suhu ruang (30℃) dan suhu kulkas (6℃). Kemudian sampel akan diukur kadar antosianinnya tiap minggu selama 4 minggu apakah mengalami perubahan kadar antosianin atau tidak.

Adapun hasil pengukuran kadar antosianin di tiap minggunya dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini:

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

5 6 7 8 9 10

Ev 0 Ev 2 Ev 4 Ev 6

Waktu Penyimpanan (Minggu)

Kadar Antosianin (mg/L)

(a)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

0 2 4 6 8

Ev 0 Ev 2 Ev 4 Ev 6

Waktu Penyimpanan (Minggu)

Kadar Antosianin (mg/L)

(b)

(36)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 6

7 8 9 10 11

Ev 0 Ev 2 Ev 4 Ev 6

Waktu Penyimpanan (Minggu)

Kadar Antosianin (mg/L)

(c)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

5 6 7 8 9 10

Ev 0 Ev 2 Ev 4 Ev 6

Waktu Penyimpanan (Minggu)

Kadar Antosianin (mg/L)

(d)

Gambar 4.2 Pengaruh Waktu Penyimpanan Terhadap Kadar Antosianin Pada Bunga Telang. (a) Tanpa Penambahan (b) Penambahan Gula (c) Penambahan Asam Sitrat (d) Penambahan Gula dan Asam Sitrat Gambar 4.2 menunjukkan pengaruh waktu penyimpanan ekstrak bunga telang kadar antosianin. Pada ekstrasi bunga telang tanpa penambahan apapun pada evaporasi 0 jam dengan waktu penyimpanan 0-4 minggu didapat kadar antosianin sebesar 7,56 mg/L; 7,43 mg/L; 7,28 mg/L; 6,76 mg/L dan 6,36 mg/L.

Dapat dilihat bahwa data yang diperoleh mengalami penurunan, dimana semain lama waktu penyimpanan maka kadar antosianin bunga telang mengalami penurunan. Pada evaporasi 2-6 jam juga mengalami penurunan kadar antosianin.

Hal ini juga berlaku pada ekstraksi bunga telang dengan penambahan gula, penambahan asam sitrat, dan penambahan gula + asam sitrat.

Penurunan kadar antosianin seiring berjalannya waktu disebabkan karena kandungan bunga telang semakin mengalami degradasi (Riva, 2019). Penurunan kadar antosianin bunga telang juga disebabkan oleh kopigmentasi, yaitu

(37)

penggabungan antara senyawa antosianin atau antara antosianin dengan senyawa lain. Kopigmentasi antosianin dengan senyawa seperti flavonoid, senyawa logam, dan karotenoid menyebabkan antosianin mengalami degradasi hingga menjadi senyawa tidak berwarna (Ojong, et.al., 2008). Ketika antosianin bereaksi dengan senyawasenyawa tersebut, gugus gula pada antosianin terlepas dan antosianidin berikatan dengan senyawa tersebut sehingga struktur antosianin berubah dan kadar antosianin pada bunga telang pun berkurang. Pengaruh aktivitas kopigmentasi selama masa penyimpanan terhadap kandungan antosianin didapatkan pula oleh Eiro dan Heinonen (2002), yang menyatakan bahwa aktivitas kopigmentasi menyebabkan penurunan kadar antosianin berbasis sianidin, pelagornidin, dan malvidin.

4.6 PENGARUH SUHU PENYIMPANAN TERHADAP KADAR ANTOSIANIN BUNGA TELANG

Setelah dilakukan pemekatan ekstrak bunga telang, selanjutnya konsentrat ekstrak bunga telang diamati apakah kadar antosianinnya tetap atau mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Sampel yang sudah dipekatkan dengan vakum evaporator kemudian disimpan di dalam suhu ruang (30℃) dan suhu kulkas (6℃). Kemudian sampel akan diukur kadar antosianinnya tiap minggu selama 4 minggu apakah mengalami perubahan kadar antosianin atau tidak.

Pengaruh suhu terhadap kadar antosianin dapat dilihat pada Grafik 4.3

0 6 2 4 6 8

Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4

Suhu Penyimpanan (°C)

Kadar Antosianin (mg/L)

(a)

(38)

0 6 2 4 6

Minggu ke- 1

Minggu ke- 2

Minggu ke- 3

Suhu Penyimpanan (°C)

Kadar Antosianin (mg/L)

(b)

0 6 3 6 9

Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4

Suhu Penyimpanan (°C)

Kadar Antosianin (mg/L)

(c)

0 6 2 4 6 8

Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4

Suhu Penyimpanan (°C)

Kadar Antosianin (mg/L)

(d)

Gambar 4.3 Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Kadar Antosianin Bunga Telang Tanpa Penambahan (a) Tanpa Penambahan (b) Penambahan Gula (c) Penambahan Asam Sitrat (d) Penambahan Gula + Asam Sitrat

0 1 2 3 4

(39)

Gambar 4.3 menunjukkan pengaruh suhu penyimpanan ekstrak bunga telang pada kadar antosianin. Pada sampel bunga telang tanpa penambahan apapun dengan 2 penyimpanan yaitu suhu 6°C dan 30°C. Dapat dilihat bahwa kandungan antosianin pada suhu 6°C memiliki kadar yang lebih tinggi daripada suhu 30°C dan dapat dilihat bahwa kadar antosianin mengalami penurunan tiap minggunya.

Penyimpanan selama sebulan menyebabkan penurunan pada kandungan antosianin bunga telang, khususnya pada penyimpanan disuhu ruang dibandingkan dengan penyimpanan di lemari pendingin. Hal ini dikarenakan disebabkan oleh penerapan metode penyimpanan lemari pendingin yang bersuhu kurang dari 6℃ dengan penyimpan di suhu ruangan yang bersuhu 30℃. Suhu 6°C merupakan suhu bagian penyimpanan sayuran dan buah-buahan di dalam lemari pendingin yang digunakan masyarakat pada umumnya. Penyimpanan dingin dengan suhu tersebut mampu menekan laju aktivitas enzim pendegradasi antosianin pada bunga telang yang disimpan, sementara pada suhu ruang tidak dapat menekan laju aktivitas enzim pendegradasi pada bunga telang. Hal ini didasarkan pada sifat enzim secara umum yang masih beraktivitas pada suhu di atas 0°C.

Menurut penelitian Nalawati & Wardhana (2022), bahwa penentuan retensi antosianin ini dilakukan untuk melihat seberapa besar kerusakan yang terjadi pada antosianin selama disimpan. Semakin tinggi suhu penyimpanan ekstrak, maka semakin tinggi pula tingkat kerusakan senyawa antosianin yang terkandung dalam ekstrak. Menurut Casati et al. (2015) konsentrasi antosianin akan mengalami penurunan yang semakin cepat pada suhu penyimpanan yang lebih tinggi. Suhu berpengaruh besar terhadap degradasi antosianin, semakin tinggi suhu penyimpanan, maka semakin tinggi pula penurunan kadar antosianin selama penyimpanan.

4.7 KADAR TOTAL ANTOSIANIN BUNGA TELANG DENGAN PENAMBAHAN ZAT LAINNYA

Minuman fungsional merupakan salah satu jenis pangan fungsional yang harus memenuhi dua fungsi utama pangan yaitu memberikan asupan gizi serta memiliki nilai sensori rasa yang enak dan tekstur yang baik. Menurut Widyantari

(40)

(2020), formulasi atau campuran dalam pembuatan minuman fungsional menjadi hal yang penting agar cita rasa yang dihasilkan dapat diterima oleh masyarakat serta memberikan khasiat bagi kesehatan. Minuman fungsional mengandung kandungan senyawa bioaktif yang bersifat meningkatkan aktivitas antioksidan yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Bunga telang dapat digunakan sebagai sirup atau minuman fungsional karena mengandung senyawa fitokimia seperti tanin, flobatanin, saponin, triterpenoid, polifenol, fenol, flavonoid, flavanol glikosida, alkaloid, dan steroid.

Bunga telang sebagai minuman fungsional telah diteliti oleh Sari (2020), penambahan bunga telang dari 2,5 g menjadi 5,0 g meningkatkan aktivitas antioksidan pada minuman dari 58,45% menjadi 89,32% inhibisi. Selain sebagai minuman bunga telang juga dapat diolah sebagai sirup. Penambahan zat seperti asam sitrat dan gula berfungsi untuk memberi rasa asam dan manis pada minuman fungsional bunga telang sehingga disukai oleh konsumen.

Pengaruh penambahan gula dan asam sitrat terhadapa kadar antosianin dapat dilihat pada Grafik brikut ini:

TP G AS G+AS

0 2 4 6 8 10 12

Ev 0 Ev 2 Ev 4

Jenis Penambahan

Kadar Antosianin (mg/L)

Grafik 4.4 Pengaruh Jenis Penambahan Pada Kadar Antosianin Bunga Telang

(41)

Grafik 4.4 menunjukkan pengaruh jenis penambahan pada kadar antosianin bunga telang. Pada perlakuan 0 jam evaporasi kadar antosianin bunga telang tanpa penambahan apapun, penambahan gula, penambahan asam sitrat dan penambahan gula + asam sitrat secara berturut-turut adalah 7,56; 3,97; 8,68 dan 7,48. Pada perlakuan 2 jam evaporasi kadar antosianin bunga telang tanpa penambahan apapun, penambahan gula, penambahan asam sitrat dan penambahan gula + asam sitrat secara berturut-turut adalah 8,06; 5,71; 9,43 dan 8,01. Pada perlakuan 4 jam evaporasi kadar antosianin bunga telang tanpa penambahan apapun, penambahan gula, penambahan asam sitrat dan penambahan gula + asam sitrat secara berturut- turut adalah 8,57; 5,96; 10,4 dan 8,56. Sementara pada perlakuan 6 jam evaporasi kadar antosianin bunga telang tanpa penambahan apapun, penambahan gula, penambahan asam sitrat dan penambahan gula + asam sitrat secara berturut-turut adalah 8,93; 6,34; 10,75 dan 9,02. Grafik 4.8 menunjukkan bahwa kadar antosianin tertinggi diperoleh pada penambahan asam sitrat. Sementara, kadar antosianin terendah diperoleh pada penambahan gula.

Menurut Wahyudi (2013), gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dalam keadaan makanan atau minuman. Sehingga penambhan gula dalam penelitian bertujuan untuk memberikan rasa manis pada sirup bunga telang.

Berdasarkan penelitian Nasrullah et al. (2020), tingginya kadar gula juga dapat mempengaruhi kestabilan warna, di mana hal ini dinyatakan juga oleh Hutapea et al. (2014) bahwa konsentrasi gula yang lebih tinggi akan mengakibatkan kerusakan pigmen yang lebih besar, serta beberapa faktor yang mempengaruhi laju kerusakan antosianin.

Asam sitrat merupakan asam organik yang banyak digunakan dalam industri makanan, minuman, farmasi, kosmetik, pertanian, dan kimia. Asam sitrat dapat diproduksi melalui proses fermentasi mikroorganisme penghasil asam sitrat (Kirana, 2017). Penambahan asam sitrat berpotensi meningkatkan stabilitas antosianin dan antioksidan minuman bunga telang melalui penurunan pH,

(42)

peningkatan total antosianin, peningkatan vitamin C dan peningkatan akitivitas antioksidan.

Kandungan asam sitrat dapat menurunkan pH minuman sehingga mampu menstabilkan antosianin. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilaporkan oleh Hermawati et al., (2015) bahwa semakin banyak penambahan konsentrasi asam sitrat menghasilkan kadar pigmen antosianin yang semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena kestabilan antosianin salah satunya dapat dipengaruhi oleh penambahan asam organik seperti asam asetat, asam sitrat atau asam klorida (Sipahli et al., 2016).

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan adalah:

1. Kadar air bunga telang yang diukur sesuai dengan Standart Procedur Test pada penelitian ini adalah sebesar 13,995 %

2. Pengaruh waktu evaporasi berbanding lurus terhadap kadar total antosianin.

Dimana kadar total antosianin tertinggi diperoleh pada perlakukan evaporasi selama 6 jam yaitu sebesar 6,34 mg/L, sementara kadar total antosianin yang terendah diperoleh pada ekstrak bunga telang tanpa perlakuan evaporasi yaitu sebesar 3,97 mg/L

(44)

3. Pengaruh waktu penyimpanan terhadap kadar total antosianin adalah berbanding terbalik. Semakin lama ekstrak bunga telang disimoan, maka kadar antosianin akan semakin terdegradasi. Dimana kadar totalantosianin pada minggu ke-0 adalah 3,97 mg/L, namun mengalami penurunan kadar total antosianin seiring berjalannya waktu menjadi sebesar 2,91 mg/L pada minggu ke-4

4. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap kadar total antosianin adalah berbanding terbalik. Semakin tinggi suhu penyimpanan ekstark bunga telang, maka kadar total antosianin akan semakin rusak

5. Pada perlakuan tanpa penambahan kadar total antosianin yang tertinggi didapat evaporasi 6 jam pada suhu penyimpanan 6°C di minggu ke-1 yaitu sebesar 8,88 mg/L, sedangkan kadar total antosianin yang terendah pada evaporasi 0 jam pada suhu penyimpanan 30°C di minggu ke-4 yaitu sebesar 4,88 mg/L. Sehingga, kadar total antosianin dengan tanpa penambahan dipengaruhi oleh waktu evaporasi, lama penyimpanan dan suhu penyimpanan.

6. Pada perlakuan penambahan gula kadar total antosianin yang tertinggi didapat evaporasi 6 jam pada suhu penyimpanan 6°C di minggu ke-1 yaitu sebesar 5,91 mg/L, sedangkan kadar total antosianin yang terendah pada evaporasi 0 jam pada suhu penyimpanan 30°C di minggu ke-4 yaitu sebesar 2,61 mg/L. Sehingga, kadar total antosianin dengan penambahan gula dipengaruhi oleh waktu evaporasi, lama penyimpanan dan suhu penyimpanan.

7. Pada perlakuan penambahan asam sitrat kadar total antosianin yang tertinggi didapat evaporasi 6 jam pada suhu penyimpanan 6°C di minggu ke-1 yaitu sebesar 10,55 mg/L, sedangkan kadar total antosianin yang terendah pada evaporasi 0 jam pada suhu penyimpanan 30°C di minggu ke-4 yaitu sebesar 6,62 mg/L. Sehingga, kadar total antosianin dengan penambahan asam sitrat dipengaruhi oleh waktu evaporasi, lama penyimpanan dan suhu penyimpanan.

8. Pada perlakuan penambahan asam sitrat dan gula kadar total antosianin yang tertinggi didapat evaporasi 6 jam pada suhu penyimpanan 6°C di

(45)

minggu ke-1 yaitu sebesar 8,98 mg/L, sedangkan kadar total antosianin yang terendah pada evaporasi 0 jam pada suhu penyimpanan 30°C di minggu ke-4 yaitu sebesar 4,89 mg/L. Sehingga, kadar total antosianin dengan penambahan asam sitrat dan gula juga dipengaruhi oleh waktu evaporasi, lama penyimpanan dan suhu penyimpanan.

5.2 SARAN

1. Perlu dilakukan variasi waktu ekstraksi untuk mengetahui waktu paling baik untuk melakukan ekstraksi bunga telang dengan metode ekstraksi ultrasound

2. Perlu dilakukan variasi suhu dan kecepatan evaporator untuk mengetahui suhu dan kecepatan evaporator yang paling efisien

3. Perlu dilakukan variasi penambahan waktu evaporasi hingga diketahui di waktu berapa kadar total antosianin mengalami penurunan

4. Perlu dilakukan pengukuran yang lebih lanjut terhadap lama penyimpanan ekstrak bunga telang hingga kandungan antosianin yang terdapat dalam bunga telang benar-benar hilang total.

(46)

5. Perlu dilakukan variasi banyaknya zat penambahan gula dan asam sitrat untuk mengetahui apakah kandungan antosianin bunga telang bertambah atau berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, D. H. 2017. Penentuan Antosianin dari Bayam Merah (Alternanthera amoena Voss) Serta Aplikasinya Sebagai Pewarna Minuman. Jurnal Pembelajaran dan Biologi Nukleus, 3(1):10-16.

Angriani, L. 2019. Potensi Ekstrak Bunga Telang (Clitoria Ternatea) Sebagai Pewarna Alami Lokal Pada Berbagai Industri Pangan. Canrea Journal: Food Technology, Nutritions, and Culinary Journal, 32-37.

AOAC. 1999. Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical Chemists. Arlington, Virginia.

Budiasih, K. S. 2017. Kajian Potensi Farmakologis Bunga Telang (Clitoria Ternatea). In Prosiding Seminar Nasional Kimia Uny, 21(4), 183-188.

(47)

Dey, S., & Rathod, V. K. 2013. Ultrasound Assisted Extraction Of Β-Carotene From Spirulina Platensis. Ultrasonics Sonochemistry, 20(1), 271-276.

Handito, D., Basuki, E., Saloko, S., Dwikasari, L.G., & Triani, E. 2022. Analisis Komposisi Bunga Telang (Clitoria Ternatea) Sebagai Antioksidan Alami Pada Produk Pangan. Prosiding SAINTEK,4, 64-70.

Noviyanty, A., Salingkat, C. A., & Syamsiar, S. 2019. Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Ekstraksi Dari Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus). KOVALEN: Jurnal Riset Kimia, 5(3), 271-279.

Palimbong, S., & Pariama, A. S. 2020. Potensi Ekstrak Bunga Telang (Clitoria Ternatea Linn) Sebagai Pewarna Pada Produk Tape Ketan: Potential of Telang Flower Extract (Clitoria Ternatea Linn) As A Colorant on Sticky Rice Tapai Products. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 2(3), 228- 235.

Prayoga, D. G. E., Nocianitri, K. A., & Puspawati, N. N. (2019). Identifikasi Senyawa Fitokimia Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kasar Daun Pepe (Gymnema Reticulatum Br.) Pada Berbagai Jenis Pelarut. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, 8(2), 111-121.

Priska, M., Peni, N., Carvallo, L., & Ngapa, Y. D. 2018. Antosianin Dan Pemanfaatannya. Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry), 6(2), 79-97.

Qadariyah, L., Mahfud, M., Sulistiawati, E., & Swastika,P. 2018. Natural Dye Extraction From Teak Leves (Tectona Grandis) Using Ultrasound Assisted Extraction Method for Dyeing on Cotton Fabric. MATEC Web of Conferences.

Siregar, A. H. 2017. Pembuatan Zat Warna Alam Dari Tumbuhan Berasal Dari Daun. Bina Teknika, 12(1), 103-110.

Sivakumar, V., Vijaeeswarri, J., & Anna, J. L. 2011. Effective Natural Dye Extraction from Different Plant Materials Using Ultrasound. Industrial Crops and Products, 33(1), 116-122.

Strieder, M. M., Silva, E. K., & Meireles, M. A. A. (2019). Specific Energy: A New Approach to Ultrasound-assisted Extraction of Natural Colorants. probe, 23, 30.

(48)

Sulihono, A., Tarihoran, B., & Agustina, T. E. 2012. Pengaruh Waktu, Temperatur, dan Jenis Pelarut Terhadap Ekstraksi Pektin Dari Kulit Jeruk Bali (Citrus Maxima). Jurnal Teknik Kimia, 18(4), 1-8.

Sumartini, I. Y., & Muntaha, F. M. 2020. Analisis Bunga Telang (Clitoria Ternatea) Dengan Variasi Ph Metode Liquid Chromatograph-Tandem Mass Spectrometry (Lc-Ms/Ms). Pas Food Technol J.

Vidana Gamage, G. C., Lim, Y. Y., & Choo, W. S. (2021). Anthocyanins From Clitoria Ternatea Flower: Biosynthesis, Extraction, Stability, Antioxidant Activity, And Applications. Frontiers in Plant Science, 12, 792303.

Widodo, H., Kustiyah, E., Sari, N. W., Andhy, A., & Prastia, M. 2019. Ekstraksi Pektin Dari Kulit Pisang Dengan Proses Sokletasi. Jurnal Siliwangi Seri Sains Dan Teknologi, 5(1).

Yuniati, Y., Syafa’atullah, A.Q., Qadariyah, L., & Mahfud. 2022. Ekstraksi Zat Warna Kelopak Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) Dengan Metode Ekstraksi Berbantuan Ultrasonik dan Aplikasinya Untuk Minuman.

Journal of Chemical Process Engineering,7(2).

LAMPIRAN A

A.1 Flowchart Persiapan Bahan Baku

37 Mulai

Bahan Baku

Bahan baku dicuci dan ditiriskan

Bahan baku disimpan dalam kulkas dengan wadah kaca tertutup

Bahan baku yang telah dicuci diukur kandungan airnya

(49)

Gambar A.1 Flowchart Persiapan Bahan Baku

A.2 Flowchart Proses Ekstraksi dengan Ultrasound Assisted Extraction dan Pemekatan Filtrat dengan Rotary Vacuum Evaporator

Menghaluskan bahan baku dengan blender hingga menjadi bubur

Selesai

Mulai

Campuran bunga telang diekstraksi menggunakan ultrasonic bath

Bahan baku dipisahkan

Filtrat ditambah gula dan/atau asam sitrat

Filtrat kemudian dipekatkan menggunakan Rotary Vacuum Evaporator

Konsentrat disimpan dalam botol kaca gelap

Konsentrat dianalisa kembali tiap minggu dengan waktu selama 4 minggu

(50)

Gambar A.2 Flowchart Proses Ekstraksi dengan UAE dan Pemekatan Filtrat dengan Rotary Vacuum Evaporator

A.3 Flowchart Analisis Kadar Air Bahan Baku

39 Mulai

Dikeringkan cawan petri terlebih dahulu di dalam oven pada suhu 105 ºC selama 30 menit dan didinginkan dalam desikator,lalu

ditimbang beratnya hingga konstan

Ditimbang sebanyak 3 gram sampel dimasukkan ke dalam cawan porselin, kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 ºC

selama 3 jam

Didinginkan di dalam desikator hingga dingin, kemudian cawan petri dan serbuk sampel ditimbang

Dihitung kadar air bahan baku dengan persamaan:

Kadar Air=c1c2 c2

×100 %

Selesai

Referensi

Dokumen terkait