• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan penelitian - SIMAKIP

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "laporan penelitian - SIMAKIP"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

i LAPORAN PENELITIAN

PENGEMBANGAN IPTEKS (PPI)

PENGEMBANGAN SISTEM KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU NELAYAN BINUANGEUN MALIMPING LEBAK BANTEN

Tim Pengusul:

Dr. Sunarta, SE., MM (NIDN.0322116301/Ketua) Emaridial Ulza, SE., MA (NIDN.0306039001/Anggota)

Ilhamdi, SE., M.Si. (NIDN. 0320028401/Anggota)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR.

HAMKA 2019

(2)

ii HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS (PPI)

Judul Penelitian Pengembangan Sistem Komunikasi Pemasaran Terpadu Nelayan Binuangeun Malimping Lebak Banten

Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap: Dr. Sunarta, SE., MM

b. NPD/NIDN: 0322116301

c. Jabatan Fungsional: Lektor

d. Fakultas/Program Studi: Ekonomi dan Bisnis / Manajemen

e. Nomor HP: 08161365154

f. e-mail : sunarta@uhamka.ac.id

Anggota Peneliti 1

Nama Lengkap: Emaridial Ulza, SE., MA.

NPD/NIDN: 0306039001

Fakultas/Program Studi Ekonomi dan Bisnis / Manajemen Anggota Peneliti 2

Nama Lengkap: Ilhamdi, SE., M.Si

NPD/NIDN: 0320028401

Fakultas/Program Studi Ekonomi dan Bisnis / Manajemen

Lama Penelitian 6 bulan

Luaran Penelitian 1. Laporan Penelitian

2. Jurnal Nasional Terakreditasi Biaya Penelitian Rp. 14.000.000,-

Jakarta, 10 September 2019 Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajemen, Ketua Peneliti,

Faizal Ridwan Zamzany, SE., MM Dr. Sunarta, SE., MM

NIDN. 0330088201 NIDN. 0322116301

Menyetujui,

Dekan FEB UHAMKA, Ka. Lemlitbang UHAMKA,

Dr. Nuryadi Wijiharjono, SE., MM Prof. Dr. Suswandari, M.Pd

NIDN. 0327056501 NIDN. 0020116601

(3)

vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT KONTRAK PENELITAIN ... iv

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK... vi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Urgensi Penelitian ... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 4

2.1 State of Art Penelitian ... 4

2.2 Kajian Teori ... 6

2.1.1 Bisnis Model Canvas ... 6

2.1.2 Model Bisnis Canvas ... 8

BAB III METODE PENELITIAN ... 9

3.1 Metodelogi Penelitian ... 9

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

3.3 Data dan Sumber Data ... 10

3.4 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data ... 10

3.5 Model Bisnis ... 11

3.6 Analisis SWOT ... 12

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

4.1. Gambaran Umum Perusahaan... 13

4.2. P em bas ahan ... 14

BAB V. PENUTUP ... 15

5.1. Gambaran Umum Perusahaan... 15

5.2. S aran ... ... 16

BAB VI. LUARAN YANG DICAPAI... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 18

LAMPIRAN Lampiran 1. Bukti Status Submission ... 21

Lampiran 2 HKI ... 22

(4)

vii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sistem komunikasi pemasaran terpadu kelautan pada nelayan yang ada di kawasan Malimping. Untuk melakukan pengembangan sistem komunikasi pemasaran terpadu tersebut maka dilakukan analisis perilaku nelayan. Bauran komunikasi pemasaran terpadu yang menjadi unit analisis adalah, iklan, hubungan masyarakat, penjualan langsung, promosi penjualan, pemasaran interaktif, penjualan personal, pemasaran dari mulut ke mulut, sponsor, merchandise, pameran, Branding, meme, Guerilla marketing, dan Ambient. Alat pengukuran tersebut menggunakan analisis SWOT, PEST, market share, dan juga matrix Ansoff dengan melihat tujuan dari nelayan, Target konsumen, jenis pasar, tahap siklus hidup produk yang di iklankan dan kebijakan komunikasi nelayan di kawasan Malimping terhadap pesaing. Penelitian ini menggunakan data primer untuk melihat permasalahan secara langsung dengan mengadakan kegiatan wawancara, observasi, dokumentasi, studi pustaka, dan focus group discussion (FGD) kepada nelayan di kawasan Malimping, serta menggunakan data sekunder dari laporan hasil penjualan ikan 4 tahun terakhir (2015-2018) di kawasan Malimping.

Kata Kunci: Sistem Komunikasi Pemasaran Terpadu

(5)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kacamata sosiologis dan antropologis, masyarakat terbagi dalam stratifikasi sosial tertentu, yakni ada kelas bawah, menengah dan kelas atas. Dalam aktivitas dakwah Islam, kelas sosial ini menjadi hal yang sangat penting, semuanya hendaklah menjadi orientasi dakwah. Karena sesungguhnya, sasaran dakwah Islam tidak mengenal kasta sosial. Islam adalah agama yang diperunukkan bagi semesta alam (rahmatan lil’alamin).

Objek dakwah adalah siapa saja yang menjadi tujuan dakwah Islam, baik yang sudah beragama Islam atau pun kalangan masyarakat yang belum tersentuh dengan ajaran Islam, tanpa memandang latarbelakang sosial, etnis maupun ras tertentu. Sejalan dengan dinamika kehidupan modern, dalam tinjauan sosiolgis, stratifikasi sosial suatu keniscayaan. Sehingga muncul kelas-kelas sosial atau komunitas-komunitas tertentu yang masing-masing memiliki karakteristik tersendiri. Dalam prakteknya, tentu dakwah yang dilakukan di kelas-kelas atau komunitas-komunitas tersebut diperlukan strategi dan pendekatan khusus, sehingga dakwah Islam dapat masuk dan diterima dengan baik. Muhammadiyah memiliki perhatian yang besar untuk memberdayakan umat Islam di berbagai kehidupan dengan menggunakan spiritualitas Ilsam yaitu melalui gerakan Islamis yang organis, institusional, dan sistematis. (Umi Hanik maria: 2012: 56).

Dalam memasuki abad kedua, Muhammadiyah berkomitmen kuat untuk melakukan gerakan pencerahan sebagai persambungan dari gerakan pembaruan yang dilakukan pada abad pertama. Gerakan pencerahan merupakan aktualisasi misi dakwah dan tajdid yang bersifat transformatif, yaitu strategi perubahan dinamis yang menekankan pada proses gerakan yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan masyarakat. Gerakan pencerahan tersebut harus diwujudkan dalam seluruh bidang dan lapangan usaha Muhammadiyah, sehingga tidak terhenti dalam tataran pemikiran dan teori semata, tetapi membumi menjadi gerakan praksis yang mencerahkkan kehidupan umat, bangsa dan kemanusiaan secara universal. Sebagai gerakan dakwah Islam yang mempunyai cita-cita sosial mewujudkan

(6)

2 masyarakat Islam yang sebenar-benarnya merupakan dasar filosofi dakwah Muhammadiyah.

Artinya apapun yang digagas dan dilakukan oleh Muhammadiyah merupakan representasikan gerakan dakwah Islam dan diarahkan untuk pencapaian cita-cita tersebut. (Robby H. Abror, 2012: 54).

Dalam pengembangan dakwah, gerakan pencerahan diaktualisasikan melalui model pencerahan berbasis komunitas untuk menggarap berbagai kelompok sosial yang heterogen dan berkembang pesat dalam kehidupan bermasyarakat, terutama di Indonesia saat ini.

Sebagai gerakan Islam yang mengemban misi dakwah dan tajdid, Muhammadiyah telah mampu bertahan dan berkiprah dalam kurun waktu yang lama, yakni satu abad lebih ini antara lain karena bergerak aktif dalam membangun masyarakat berbasis jamaah atau komunitas.

Eksistensi Muhammadiyah di ranah komunitas (jamaah) menjadi kuat, salahsatunya adalah karena misi dakwah dan tajdidnya yang menyebarluaskan kontribusi dan usaha-usaha progresif yang manfaatnya dirasakan oleh masyarakat.

Upaya pengembangan dan penguatan dakwah berbasis komunitas ini perlu dijaga dan ditingkatkan, terutama dakwah pencerahan bagi masyarakat kelas bawah yang berdomisili di daerah-daerah terpencil, terluar dan terdalam. Apalagi saat ini, tantangan dan persoalan dakwah yang dihadapi semakin kompleks, Muhammadiyah tentu memerlukan strategi dan model dakwah yang lebih menarik dan khusus, sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang menjadi objek dakwah.

Salah satu tantangan dakwah Muhamadiyah adalah berasal dari internal Muhammadiyah sendiri. Misalnya tidak sedikit orang yang bergabung di Muhammadiyah, tapi untuk mencari keuntungan pribadi saja seperti hanya mau bekerja di amal usaha Muhammadiyah. Mereka tidak mau ikut aktif membesarkan dakwah persyarikatan Muhammadiyah, bahkan justru ada yang “menggembosi Muhammadiyah.” Dan yang paling memprihatinkan adalah, tidak mau hadir di acara-acara Muhammadiyah, seperti pengajian- pengajian baik di tingkat daerah, cabang atau ranting.

Di samping itu, Muhammadiyah juga menghadapi tantangan yang berasal dari luar, misalnya munculnya sejumlah kelompok (halaqah) di kalangan umat Islam yang cenderung menyebarkan dan mengamalkan bid’ah, khurafat, syirik, taqlid dan faham-faham lainnya yang

(7)

3 bertentangan dengan spirit ajaran Islam. Selain itu, munculnya gerakan pemikiran Islam fundamentalis dan kelompok Islam Liberal, tak ayal menjadi tantangan dakwah eksternal yang mesti dihadapi Muhammadiyah.

Oleh sebab itu, penguatan dakwah pencerahan di daerah-daerah terpencil perlu mendapat perhatian serius dari Muhammadiyah. Sehingga kemurnian akidah, ibadah dan pemikiran umat Islam dapat terjaga dengan baik dari pengaruh-pengaruh ajaran dan pemikiran yang menyesatkan. Selain itu, masyarakat yang tinggal di kawasan terpencil tersebut dapat tercerahkan, baik dari dimensi pendidikan, ekonomi dan sosial.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka peneliti bermaksud untuk membuat sebuah penelitian tentang model dakwah Muhammadiyah di daerah terpencil. Adapun tema penelitian ini adalah sebagai berikut: “Model Dakwah Muhammadiyah di Daerah Terpencil, Terluar dan Terdalam: Studi Kasus Di Kalimantan Tengah.”

(8)

5 1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang diatas, maka dapat diambil perumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Sistem pemasaran hasil penangkapan ikan di kawasan Malimping masih tradisional 2. Perlunya Sistem komunikasi pemasaran terpadu agar meningkatan pendapatan nelayan

di Kawasan Malimping.

3. Perlunya analis tujuan dari nelayan, keadaan konsumen, jenis pasar, tahap siklus hidup produk yang di iklankan dan kebijakan komunikasi nelayan di kawasan Malimping terhadap pesaing, agar meningkatan pendapatan para nelayan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalahsebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh peningkatan pendapatan nelayan di Kawasan Malimping

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari tujuan dari nelayan, keadaan konsumen, jenis pasar, tahap siklus hidup produk yang di iklankan dan kebijakan komunikasi nelayan di kawasan Malimping terhadap pesaing berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan nelayan.

3. Untuk mengetahui bagaimana proses saluran pemjualan hasil tangkapan ikan nelayan di Malimping

1.4. Urgensi Penelitian

Dengan ditemukannya model sistem pengembangan komunikasi pemasaran terpadu yang tepat, maka hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi sebagai bahan pengambilan kebijakan pemerintah daerah khususnya dikawasan Malimping, untuk meningkatkan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya modal, agar mampu meningkatkan daya saing daerah dan bersinergi dengan sektor lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(9)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. State of Art Penelitian

Penelitian mengenai strategi komunikasi pemasaran terpadu sudah banyak dilakukan. Namun ada beberapa penelitian yang fokus untuk mengembangkan strategi komunikasi pemasaran terpadu dengan memadukan konsep tujuan, keadaan konsumen, jenis pasar, tahap siklus hidup produk yang di iklankan dan kebijakan komunikasi terhadap pesaing. (Wicaksono, 2014).

Gambar: Road map penelitian terdahulu

Gambar tersebut menunjukkan road map penelitian terdahulu dan posisi penelitian yang saat ini akan dilakukan. Secara garis besar belum ada penelitian strategi komunikasi pemasaran terpadu secara keseluruhan yang fokus melakuan penelitian pada kelautan di Indonesia. Penelitian ini hadir dengan posisi untuk melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya dan memberikan gambaran pemilihan strategi komunikasi pemasaran terpadu secara keseluruhan.

(10)

7 2.2. Kajian Teoritis

Pada tahun 1953 Nail Borden memperkenalkan konsep 4P atau bauran pemasaran dimana terinspirasi dari gagasan Geoff (2011). Gagasannya adalah bahwa seorang eksekutif bisnis berperan sebagai 'mixer of ingredients'. Borden menyusun daftar elemen bauran pemasaran yang terdiri atas 12 aspek. Daftar tersebut kemudian disederhanakan dan dipopulerkan oleh Backer (2010) ke dalam empat aspek pokok: Product, Price, Place, dan Promotion, yang kemudian dikenal dengan istilah 4P. Komunikasi pemasaran terpadu adalah bagian dari bauran pemasaran pada 4P yang fokus kepada bagian promotion. Kotler (2014) mendefenisikan bahwa komunikasi pemasaran terpadu merupakan konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang menyadari nilai tambah dari suatu rencana komprehensif yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin komunikasi dengan fokus kepada, komunikasi umum, tanggapan langsung, promosi penjualan dan hubungan masyarakat serta menggabungkan berbagai disiplin ini untuk memberikan kejelasan, konsistensi, dan pengaruh komunikasi yang maksimum melalui integrasi menyeluruh dari pesan-pesan yang berlainan.

Tujuan yang ingin dicapai dari komunikasi pemasaran terpadu adalah adalah untuk memengaruhi masyarakat dengan elemen promosinya sampai ke tingkat kognisi, affeksi, dan konasi. Elemen promosi yang digunakan terbagi atas soft sell dan hard sell. Sistem komunikasi pemasaran terpadu telah menjadi subjek dari banyak penelitian. Adanya analisis strategi komunikasi pemasaran terpadu diakui dapat meningkatkan pendapatan bagi para penjual ataupun perusahaan, Keke (2015). Selain dapat membantu penjual ataupun perusahaan dalam meningkatkan pendapatan komunikasi pemasaran terpadu juga mampu untuk meningkatkan citra produk ataupun perusahaan dimata konsumen, Sunarta (2016).

Lebih jauh lagi, penggunaan komunikasi pemasaran terpadu yang tepat akan mengurangi pengeluaran biaya promosi. Emaridial ulza (2016) mencatat bahwa pengeluaran pemilihan strategi komunikasi pemasaran yang buruk akan membuat perusahaan mengeluarkan tenaga terlalu banyak dan menganggu keuangan dalam suatu perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian dari Emaridial ulza (2016) mencatat bahwa faktor utama kegagalan perusahaan atau penjual dalam menggunakan konsep komunikasi pemasaran terpadu adalah tidak adanya pemaduan antara bauran komunikasi pemasaran terpadu dengan tujuan, keadaan konsumen, jenis pasar, tahap siklus hidup produk yang di iklankan dan kebijakan komunikasi terhadap pesaing.

(11)

8 1. Tujuan perusahaan ataupun penjual harus di tentukan lebih awal sebelum menetapkan strategi pemasaran, hal ini akan menentukan strategi yang tepat dalam mencapati tujuannya.

2. Jenis Pasar, perusahaan ataupun penjual harus menentukan jenis pasar sebelum menentukan strategi pemasaran yang tepat, perusahaan ataupun penjual setelah mementukan tujuan maka perlu menentukan fokus pencapaian dengan menggunakan konsep Business to Business (B2B),

3. Business-To-Consumer (B2C), Consumer-To-Consumer (C2C), Business-To-Employee (B2E), dll. Joel (E-Jurnal).

4. Target Konsumen, setelah memilih jenis pasar apa yang akan menjadi tujuan dari perusahaan ataupun penjual, maka tahap berikutnya perusahan ataupun penjual harus menentukan konsumen sesuai dengan segmentasinya misalnya berdasarkan umur, agama, jenis kelamin, dll.

5. Siklus hidup produk (Product life cycle), perusahaan dan penjual harus mengukur sejauh mana produk mereka di terima dan di kenal oleh konsumen, diaman posisi produk mereka, perkenalan, tumbuh, dewasa, ataupun dalam tahap kematian.

6. Tahap akhir adalah melihat pesaing secara utuh. Menenetukan pesaing sebelum memulai strategi pemasaran adalah suatu keharusan, apalagi saat ini muncl pesaing bayangan yang sulit terdeksi dan membuthkan waktu, kejelian dari perusahaan ataupun penjual (Rhenald Kasali, 2017).

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan penelitian terdahulu serta kebutuhan untuk menenetukan strategi komunikasi pemasaran terpadu secara tepat, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diduga terdapat hubungan yang sangat kuat antara bauran komunikasi pemasaran terpadu dan analisis konsep tujuan, keadaan konsumen, jenis pasar, tahap siklus hidup produk yang di iklankan dan kebijakan komunikasi terhadap pesaing

2. Diduga bahwa penelitian bauran komunikasi pemasaran terpadu dan analisis SWOT,PEST, Matrik Ansoff, mampu menentukan strategi pemasaran yang

(12)

9 tepat

3. Diduga bahwa rata-rata dengan menerapkan strategi komunikasi pemasarn terpadu yang tepat mampu menekan biaya pengeluaran dalam promosi

(13)

10 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam riset ini adalah metode deskriptif melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan data primer untuk melihat permasalahan secara langsung dengan menggadakan kegiatan wawancara, observasi, dokumentasi, studi pustaka, dan focus group discussion (FGD) kepada nelayan di kawasan Malimping, serta menggunakan data sekunder dari laporan hasil penjualan ikan 4 tahun terakhir (2015-2018) di kawasan Malimping. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi dengan mengumpulkan laporan hasil penjualan ikan 4 tahun terakhir (2015-2018) dan menggunakan analisis SWOT, PESTEL, dan matrik Ansoff serta analisis market share pada nelayan di Malimping. Dari data yang di peroleh maka di tentukan variable-variabel yang akan di gunakan adalah bauran komunikasi pemasaran terpadu; iklan, hubungan masyarakat, penjualan langsung, promosi penjualan, pemasaran interaktif, penjualan personal, pemasaran dari mulut ke mulut, sponsor, merchandise, pameran, Branding, meme, Guerilla marketing, dan Ambient. Pemilihan tujuan nelayan menjual ikan, target konsumen, jenis pasar, tahap siklus hidup produk yang di iklankan dan kebijakan komunikasi terhadap pesaing di ukur di tentukan dengan mempertimbangkan analsis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan PESTEL (Political, Economical, Social, Technology, Environmental, Legal).

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh nelayan di Kawasan Malimping yang berjumlah 30 orang, pengambilan sampel menggunakan sensus karena peneliti akan membentuk kelompok Nelayan secara khusus yang menggunakan model IMC, sehingga nelayan memiliki daya tawar yang kuat untuk meningkatkan pendapatan.

3.2 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi dengan mengumpulkan laporan hasil penjualan ikan 4 tahun terakhir (2015-2018) dan

(14)

11 menggunakan analisis SWOT, PEST, dan matrik Ansoff serta analisis market

share pada nelayan di Malimping. Dari data yang di peroleh maka di tentukan variable-variabel yang akan di gunakan adalah bauran komunikasi pemasaran terpadu; iklan, hubungan masyarakat, penjualan langsung, promosi penjualan, pemasaran interaktif, penjualan personal, pemasaran dari mulut ke mulut, sponsor, merchandise, pameran, Branding, Pemilihan tujuan nelayan menjual ikan, target konsumen, jenis pasar, tahap siklus hidup produk yang di iklankan dan kebijakan komunikasi terhadap pesaing diukur di tentukan dengan mempertimbangkan analsis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan PEST (Political, Economical, Social, Technology). Data yang diperoleh diolah, dianalisis dan dijabarkan secara deskriptif.

(15)

12 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum

Nelayan adalah istilah bagi orang-orang yang sehari-harinya bekerja menangkap ikana yang hidup di dasar, kolom, maupun permukaan perairan. Perairan yang menjadi daerah aktivitas nelayan dapat merupakan perairan tawar, payau, maupun laut. Di Negara- negara berkembang seperti di Asia Tenggara atau di Afrika, masih banyak nelayan yang menggunakan peralatan yang sederhana dalam menangkap ikan, berbeda dengan Negara- negara maju yang sudah menggunakan peralatan yang modern dan kapal besar yang dilengkapi dengan teknologi canggih.

Di daerah Banuangeun para nelayan memulai aktivitas mencari ikan dimulai dari sekitar pukul 04.00 pagi dan kembali lagi kedaratan sekitar pukul 12.00 siang. Hasil yang didapatkan oleh para nelayan tidak dapat dijual secara langsung kepada masyarakat setempat dikarnakan pemerintah sudah menetapkan peraturan untuk menjual hasil tangkapan melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

Dengan adanya peraturan dengan menjual hasil tangkapan nelayan ke TPI maka telah mengubah pola penjualan ikan secara tradisional (nelayan menjual langsung) menjadi pola yang lebih terpusat. Penjualan melalui TPI ini menjadikan harga ikan membaik, sehingga pendapatan nelayan meningkat karena harga jualnya merata.

Hasil laut yang dilelang di TPI adalah segala macam jenis ikan, udang, dan kerang.

Penetapan harga yang ditetapkan nelayan kepada tengkulak tergantung jenis ikan, udang, dan kerang itu sendiri. Tidak hanya berdasarkan jenis namun juga berdasarkan cuaca, jika cuaca buruk harga yang diberikan nelayan kepada tengkulak tergolong tinggi karena hasil laut yang didapat sedikit. Begitu sebaliknya, jika cuaca bagus maka harga yang diberikan akan stabil.

Para nelayan di daerah Binuangen memiliki pendidikan yang rendah, sebagian besar nelayan hanya tamatan Sekolah Dasar. Namun para nelayan dan anggota keluarga mereka memiliki kreativitas. Contohnya hasil laut yang mereka dapat tidak hanya dilelang di TPI namun mereka juga mengolah sendir hasil laut tersebut seperti ikan untuk dibuat menjadi ikan asin dan dendeng ikan untuk meningkatkan harga jual ikan itu sendiri.

(16)

13 Walaupun pemerintah daerah sudah menetapkan untuk menjual ikan ke tempat pelelangan ikan, peneliti ingin melihat sejauh mana aturan dan strategi tersebut dapat diterima dengan nelayan dengan baik.

Dari beberapa hasil wawancara dan FGD yang dilakukan dapat dianalisa menggunakan metode PEST

Politik Kebijakan Pajak Aturan penjualan

Aturan pelindungan konsumen

Ekonomi Tarif dan biaya penjualan Biaya sewa kapal/perahu Biaya operasional Sosial

Demografis Infak berbagi Pengaruh Media

Teknologi Pasar Potensial

Penggunaan Media Komunikasi Penggunaan internet

Gambar 1 . Matrik PEST Nelayan Banuangeun Malimping

Pada Matrik PEST Nelayan Banuangeun Malimping diatas dianalisa lebih lanjut sebagai berikut:

Faktor Politik

▪ Kebijakan pajak

Nelayan dikawasan Banuangeun Malimping tidak dikenakan pajak, hal ini karena pemerintah memfasilitasi tempat penjualan ikan

▪ Aturan penjualan

Aturan penjualan dibuat oleh pemerintah Kabupaten Lebak Banten, dimana para nelayan diharuskan menjual ikan ditempat yang sudah disediakan.

▪ Aturan Pelindungan Konsumen

Tidak ada aturan khusus yang mengatur tentang perlindungan konsumen ataupun nelayan

Faktor Ekonomi

▪ Tarif dan biaya penjualan

(17)

14 Tarif atau biaya penjualan yang didapatkan oleh nelayan diatura sesuai dengan hasil lelang yang dilakukan di daerah pantai Malimping, bisa dapat lebih besar dan juga lebih kecil

▪ Biaya sewa kapal/perahu

Rata-rata nelayan yang dijadikan narasumber memiliki perahu kecil sendiri

▪ Biaya operasional

Rata-rata nelayan menghabiskan biaya operasional lebih kurang Rp.30.000 dalam sehari untuk biaya bensin kapal/perahu

Sosial

▪ Demografis

Malingping adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Indonesia. Kecamatan ini merupakan kecamatan terbesar kedua, setelah kecamatan Rangkasbitung dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Lebak. Malimping menjadi daerah andalan bagi Kabupaten Lebak Banten dalam hasil laut ikan, seafood, dan lainya. Selain hasil laut, kabupaten ini juga memiliki hasil pertanian yang melimpah. Terletak dikawasan yang sangat strategis. Sebagai daerah penjangga ibu kota dengan konsumsi seafood terbesar ketiga di Indonesia, nelayan diuntungkan.

Teknologi

▪ Pasar Potensial

Dengan letak yang tidak jauh dari ibu kota DKI Jakarta dan juga Jawa Barat yang memiliki tingkat konsumsi makanan laut terbesar di Indonesia, maka ini menjadikan pasar potensial bagi nelayan

▪ Penggunaan Media Komunikasi

Dari sejumlah hasil wawancara dengan nelayan, hampir semua adalah tamatan SD. Para nelayan ini lebih tidak terlalu peduli dengan komunikasi untuk dimanfaatkan sebagai media penjualannya.

▪ Penggunaan internet

Internet hanya djadikan sebagai tempat bermain bagi anak-anak didaerah kawasan Malimping, orang tua atau nelayan asli di Malimping lebih suka menghabiskan waktu dengan merokok dan minum kopi bersama tetangga.

(18)

15 Dari analisis PEST diatas maka dilanjutkan dengan analisis konsep tujuan, keadaan konsumen, jenis pasar, siklus hidup produk, media pemasaran, dan kekuatan pesaing. Hal ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut strategi nelayan dalam menjual produknya di pasaraan.

Analisis Konsep Tujuan

Nelayan dikawasan Malimping Lebak banten tidak mempunyai tujuan yang jelas.

Dalam prinsip hidupnya adalah bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penjualan pun dilakukan dengan sendiri-sendiri yang dijual langsung ke Tempat Pelelangan ikan di Malimping.

Keadaan konsumen

Secara utuh, nelayan di Malimping memiliki konsumen tetap dan loyal yang tersebar di daerah Banten, Bekasi, dan Jakarta. Namun dari hasil wawancara peneliti dengan nelayan hampir setiap hari tidak ada interaksi bersama konsumen, karena konsumen langsung membeli dari pihak ketiga yakni para tengkulak (Pelelang) di kawasan Malimping.

Jenis pasar

Jenis Pasar yang dilakukan oleh nelayan adalah Business to business atau B2B. jenis pasar ini merupakan transaksi yang dilakukan secara elektronik maupun fisik dan terjadi antara entitas bisnis satu ke bisnis lainnya. B2B merupakan penjualan produk atau jasa yang diberikan oleh bisnis tersebut dan diperuntukkan untuk bisnis lain, bukan kepada konsumen. Dari 30 nelayan yang diwanwancarai oleh peneliti hanya 3 orang yang mengatakan pernah menjual secara langsung ikan tersebut kepada konsumen. Hal itupun dilakukan karena faktor keluarga, selebihnya hasil tangkapan nelayan di serahkan ke pelelangan TPI.

Siklus hidup Produk.

siklus suatu produk/ organisasi dengan tahapan-tahapan proses perjalanan hidupnya mulai dari peluncuran awal (soft launching), peluncuran resmi (grand launching), perubahan dari target awal, lalu mulai berjuang dan berkompetisi dengan produk- produk yang sejenis, hingga melewati persaingan dan kompetisi produk memiliki tingkat penerimaan/ penjualan/ distribusi yang luas dan tersebar. Dalam konteks

(19)

16 organisasi siklus hidup suatu organisasi menjadi organisasi yang dihargai dan memiliki kredibilitas yang tinggi. Setelah mencapai puncaknya maka produk akan turun dengan alamiah. Perubahan citra produk/ organisasi lalu dilakukan untuk mendukung inovasi dan menghindari penurunan drastis akibat kejenuhan produk.

Jangka waktu titik jenuh tidak saja ditentukan dari jenis produk tetapi bisa dilihat menggunakan indikator seperti penjualan produk, komplain yang tidak tertangani, distribusi dll.

Dari hasil wawancara peneliti dengan nelayan didapatkan bahwa hasil tangkapan nelayan banyak diminati oleh konsumen, hal ini terbukti dengan dibangunnya tempat pelelangan ikan terbesar di Lebak Banten ada daerah Malimping. Selain itu, pada tahun 2018 data pemerintah kabuoaten Lebak menunjukan ikan dan seafood asal Malimping paling banyak di minati daerah Jakarta, banten, dan Bekasi. Hal ini terjadi karena konsumen membutuhkan ikan segar

Pesaing

Ditinjau dari teori tidak ada pesaing dekat dari nelayan yang ada dikawasan Malimping, karena rata-rata nelayan lebih fokus pada penjualan langsung (direct marketing). Maka dapat disimpulkan Nelayan Malimping punya kesempatan besar untuk mengembangkan diri dalam penjualan.

Setelah dirumuskan dan dianalisa PEST dan internal produsen (nelayan). Maka selanjutnnya dilakukan perumusan atau penetuan strategi komunikasi pemasaran terpadu bagi nelayan dikawasan Malimping, Lebak banten.

Faktor Analisis Konsep Tujuan

Keadaan konsumen

Jenis pasar

Siklus hidup Produk

Pesaing Total

IMC

Event 4 3 3 4 1 3,15

(20)

17

sponsor 1 1 5 1 3 2

Merchandise 4 1 3 2 1 2,25

Branding 3 3 4 4 2 3,2

Komunitas 5 3 5 5 5 4,3

Pemasaran Langsung

5 4 3 2 5 3,95

Angka total 0,25 0,35 0,2 0,1 0,1 1

Data diolah 2019

Dari hasil analisa strategi komunikasi pemasaran terpadu diatas, terlihat hasil tertinggi ada di komunitas marketing dengan total 4.3, diikuti oleh pemasaran langsung 3, 95, dan Branding 3,2 serta event 3, 15.

Dari hasil diatas maka diurutkan strategi yang tepat untuk nelayan Malimping dalam menaikan nilai penjualan adalah dengan komunitas marketing, pemasaran langsung, branding, dan ikut event.

(21)

18 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisa diatas maka dapat disimpulkan bahwa nelayan harus membangun komunitas bersama untuk menaikan harga hasil tangkapan tersebut. dan kemudian dilanjutkan dengan pemasaran langsung kepada konsumen. Nelayan harus mencoba cara baru dengan memanfaatkan jenis pasar B2C untuk bisa menjadikan nilai tambah dari produk( hasil tangkapan) kepada konsumen langsung. Untuk melakukan penjualan langsung maka nelayan harus menjual ikan atau seafood dalam bentuk olahan tertentu dan dijadikan makanan khas atau oleh-oleh Malimping dengan branding produk.

5.2. Saran

Untuk mendukung kegiatan nilai tambah bagi nelayan maka, pemerintah harus mendampingi proses rebanding produk dari nelayan tersebut. pemerintah tidak bisa hanya menyiapkan tempat saja, karena ada perubahan zaman yang menuntut nelayan untuk bisa mengembangkan kreatifitas dan mampu meningkat pereknomian dari nelayan itu sendiri.

(22)

19 BAB VI

LUARAN YANG DICAPAI

Luaran yang dicapai berisi Identitas luaran penelitian yang dicapai oleh peneliti sesuai dengan skema penelitian yang dipilih.

Jurnal

IDENTITAS JURNAL

1 Nama Jurnal Agregat: Jurnal Ekonomi dan Bisnis

2 Website Jurnal https://journal.uhamka.ac.id/index.php/agregat/inde x

3 Status Makalah Submitted/Review/Accepted 4 Jenis Jurnal Jurnal International/Jurnal Nasional

terakreditasi/Jurnal Nasional tidak terakreditasi.

4 Tanggal Submit 31 Agustus 2019 5 Bukti Screenshot submit

Pemakalah di seminar

IDENTITAS SEMINAR 1 Nama Jurnal

2 Website Jurnal

3 Status Makalah Submitted/Review/Accepted

4 Jenis Prosiding Prosiding International/ Prosiding Nasional 4 Tanggal Submit

5 Bukti Screenshot submit Pemakalah di seminar

IDENTITAS HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL 1 Nama Karya

2 Jenis HKI Hak Cipta/ Hak Paten.

3 Status HKI Submitted/Granted

4 No Pendaftaran Prosiding International/ Prosiding Nasional

(23)

20 DAFTAR PUSTAKA

Amin, M., Purwangka, F., & Mawardi, W. (2018). Tingkat keterampilan dan pengetahuan nelayan di Karangantu Banten. Albacore, 2(1).

Backer.M; and Sharen.M. (2010). Marketing Theory; A Student Text. Second Edition. Los Angeles; Sage Publication.

Harahap, T. S., & Djamali, A. (2017). Pertumbuhan Ikan Terbang (Hirundichthys oxycephalus) DI Ferairan Binuangeun, Banten [Growth of Flying Fish (Hirundichthys oxycephalus) in Binuangeun Waters, BantenJ. Jurnal Iktiologi Indonesia, 5(2), 49-54.

Istiana, I. (2014). Akses Perempuan Nelayan dalam Kegiatan Produktif (Studi Kasus di Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten). Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 9(1), 1-7.

Geoff Lancaster and Lester Massingham. (2011). Essentials of Marketing Management, New York : Routledge Taylor and Francis Group.

Joel J., Heini T. Harnessing marketing automation for B2B content marketing. [Текст]/ Science direct// Industrial marketing management [E-Jurnal]. 05.08.2015. 164-175 c. Akses:

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0019850115300018

Kotler.P and Armstrong.G. (2014). Principles of Marketing. 14 th.New York: Pearson Prentice Hall. Kotler.P and Keller.K.L. (2014). Marketing Management. 15 th. New York Prentice Hall

Kuncoro, Mudrajat. (2004).Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta:Erlangga

Keke, Y. (2015). Komunikasi Pemasaran Terpadu Terhadap Brand Awareness. Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi dan Logistik, 2(1), 172-186.

Munir, Risfan, dan Bahtiar Fitanto (2005). Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif: Masalah, Kebijakan, Dan Panduan Pelaksanaan Kegiatan.

Nainggolan, P. P. (2016). Kebijakan Poros Maritim Dunia Joko Widodo dan Implikasi Internasionalnya. Jurnal Politica, 6(2).

Rindawati, S. (2012). Strategi peningkatan masyarakat nelayan di kota Bengkulu. Jurnal Ekonomi Dan Informasi Akuntansi (Jenius), 2(3).

Rhenald Kasali.(2017). Distruption. Gramedia Pustaka

Sunarta, (2016). Peningkatan pendapatan melalui desain kemasan dan perluasan saluran distribusi pengrajin gula aren di Kabupaten Bandung Barat Propinsi Jawa Barat

Ulza, Emaridial (2016), Система интегрированных маркетинговых коммуникаций для

(24)

21 компании «Air Panas Semurup» на рынке Индонезии.

Wicaksono, A. (2014). Pengaruh Komunikasi Pemasaran Terhadap Ekuitas Merek (Studi pada konsumen mobil Toyota Avanza tahun 2012 di Auto 2000 Malang cabang Sukun). Jurnal Administrasi Bisnis, 12(2).

http://himasper.lk.ipb.ac.id/harinelayan17, 2018

(25)

22 Lampiran 1 Bukti Submision

Referensi

Dokumen terkait

This approach was used to calculate mean of PISA mathematical score as scale variable compared with two categories of the nominal variables: male and