LAPORAN
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PENGEMBANGAN KEMAHIRAN MENGAJAR TERHADAP GURU MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DALAM
PENINGKATAN PROFESIONAL GURU
Oleh:
Imam Kusmaryono, S.Pd., M.Pd.
NIDN. 0626037003
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEPTEMBER 2019
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ……… i
HALAMAN PENGESAHAN……….. ii
DAFTAR ISI ……… iii
ABSTRAK ……….. iv
BAB 1. PENDAHULUAN ……….. 1
BAB 2. PELAKSANAAN DAN METODE .………. 2
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 6
BAB 4. PENUTUP ……….. 8
DAFTAR PUSTAKA ……….. 9
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Susunan Organisasi Tim Pengabdian Masyarakat 10
Lampiran 2. Biodata Ketua dan Anggota ……… 11
Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Pengabdian Masyarakat dan Mitra.. 12
Lampiran 4. Jadwal Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ………… 13
Lampiran 5. Daftar Hadir Peserta Kegiatan ……… 14
Lampiran 6. Materi Pengabdian Kepada masyarakat ……… 17
Lampiran 7. Dokumentasi Kegiatan Pengabdian ………. 25
ABSTRAK
Guru Sekolah Dasar merupakan guru kelas yang dalam tugasnya dituntut menguasai banyak mata pelajaran. Oleh karena itu tidak dipungkiri bahwa penguasaan pengetahuan (materi) beberapa mata pelajaran menjadi tidak maksimal dan berpotensi terjadi kesalahan atau miskonsepsi dalam pembelajaran matematika. Ada indikasi bahwa guru Sekolah Dasar kurang menguasai materi dan kurang mahir dalam pembelajaran matematika. Ketidakmahiran dalam pembelajaran Matematika menjadi faktor kelemahan guru dan menghambat pencapaian tujuan pembelajaran, serta mempengaruhi disposisi positif siswa terhadap Matematika. Guna mengatasi kesalahan atau miskonsepsi dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar setiap guru harus meningkatkan kemahiran mengajar dengan memahami konsep - konsep dan prinsip-prinsip matematika secara benar sehingga pengetahuan guru bertambah dan guru dapat mengubah cara mengajar di kelas. Kemahiran mengajar guru dapat ditingkatkan melalui kegiatan workshop. Pengembangan kemahiran mengajar merupakan pengembangan profesional yang efektif dan terstruktur yang menghasilkan perubahan pada pengetahuan dan praktik guru dalam pembelajaran matematika.
Kata kunci: miskonsepsi, kemahiran mengajar, pembelajaran matematika
1 BAB I PENDAHULUAN
Paradigma perubahan bidang pendidikan, khususnya perubahan-perubahan yang terkait dengan retorika informasi global masyarakat, membutuhkan kegiatan pengembangan guru di Sekolah Dasar. Agar perubahan memiliki pengaruh dalam pembelajaran di kelas, dukungan teknis dan pedagogis sangat diperlukan. Teknologi informasi dan komunikasi telah membawa kemungkinan baru ke sektor pendidikan, tetapi pada saat yang sama, mereka lebih banyak menuntut perubahan terjadi pada guru, karena guru adalah ujung tombak dan pelaksana perubahan itu.
Ditinjau kemampuan professional yang harus dikuasai, guru Sekolah Dasar merupakan guru paling berat dalam tugasnya sebagai guru kelas yang dituntut untuk menguasai banyak mata pelajaran, antara lain: PKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPS, Seni dan Keterampilan. Oleh karena itu tidak dipungkiri bahwa penguasaan pengetahuan (materi) beberapa mata pelajaran itu menjadi tidak maksimal, belum lagi ditambah dengan keterampilan mengajar lain yang harus dikuasai. Mungkin di satu sisi guru menguasai mata pelajaran dan mahir dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, tetapi di sisi lain guru kurang menguasai dan tidak mahir dalam pembelajaran Matematika.
Matematika merupakan pelajaran yang sangat penting dalam pembentukan kemampuan berpikir kritis, oleh karena itu harus dikuasai oleh siswa sejak dini (Hasmania Hasan, 2015). Akibat ketidakmahiran dalam pembelajaran pada suatu mata pelajaran tersebut akan menjadi faktor kelemahan guru dan menghambat pencapaian tujuan pembelajaran, serta akan mempengaruhi disposisi positif siswa terhadap pembelajaran.
Secara umum guru-guru di Sekolah Dasar masih memiliki kelemahan-kelemahan dalam menjalankan profesinya dan melakukan kesalahan-kesalahan atau miskonsepsi dalam penanaman konsep-konsep dan prinsip-prinsip pembelajaran Matematika. Hasil survey OECD Program for International Student Assessment (PISA) 2015, Indonesia berada di peringkat ke-69 di antara 76 negara (OECD, 2016). Survei itu merupakan ajang penilaian kemampuan siswa untuk pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan alam.
Menurut Hamid Muhammad selaku Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud menyatakan bahwa salah satu penyebab rendahnya peringkat Indonesia karena kesalahan konsep dalam pembelajaran matematika. Pada umumnya kesalahan konsep matematika terjadi di SD dan telah berlangsung lama. (Sumber: Jawa Pos, 22 Oktober 2016).
Di awal kegiatan pengabdian ini telah dilakukan survey pembelajaran Matematika di kelas yang dilakukan oleh guru - guru sekolah dasar di Gugus Indraprasta dan berhasil dicatat beberapa kesalahan atau miskonsepsi antara lain: (1) kesalahan pada pengenalan bilangan dan nilai tempat, (2) penyebutan bilangan pecahan decimal, (3) penyebutan bilangan bulat (positif, negative, minus, plus,) dan operasi bilangan bulat, (4) pengenalan
2
konsep dan operasi aljabar, (5) konsep luas bangun datar dan penemuan rumusnya, (6) konsep volume bangun ruang dan penemuan rumus-rumusnya, dan lain sebagainya.
Sebenarnya kesalahan konsep itu, tidak hanya di matematika, tetapi juga pada mata pelajaran sains (IPA) dan Bahasa Indonesia, oleh karenanya kesalahan konsep itu harus ditangani demi perbaikan pembelajaran. Guru harus memiliki kemahiran matematis, sehingga berimbas ke depan siswa memiliki penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Kemahiran matematis adalah kualitas yang terampil dan menunjukkan keahlian, kompetensi, pengetahuan, keyakinan, dan kelancaran dalam mengerjakan dan membelajarkan matematika serta menjadi pemecah masalah yang mahir dengan disposisi produktif yang tinggi (Groves, 2012; NRC: Kilpatrick, Swafford, & Findell, 2001). Penting bagi para guru untuk memahami bahwa kemahiran mengajar guru akan mengubah peran mereka dari seorang transformatif aktif “transfer knowledge” yang hanya memberikan doktrin-doktrin kepada siswanya. Guru harus menjadi seorang fasilitator yang mendorong siswa menjadi seorang konstruktor “constructive knowledge” (pembangun pengetahuan) bagi diri siswa sendiri. Menurut para ahli, keterampilan, pengetahuan, sikap, dan karakteristik motivasi bukan bawaan, tetapi bisa dipelajari dan dengan demikian bisa diajarkan.
Mendasarkan pada analisis situasi dan diskusi dengan pimpinan sekolah, maka permasalahan yang akan dipecahkan pada Gugus Indraprasta sebagai mitra pengabdian kepada masyarakat adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana mengatasi kesalahan atau miskonsepsi dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar?
2) Bagaimana meningkatkan kemahiran mengajar guru dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar?
Memperhatikan permasalahan yang terjadi di Gugus Indraprasta UPTD Pendidikan kecamatan Semarang Tengah, dipandang perlu adanya upaya untuk memperbaiki kualitas guru melalui workshop atau pelatihan. Pelatihan sebagai solusi permasalahan yang ditawarkan adalah “Workshop Pengembangan Kemahiran Mengajar Guru Matematika di Sekolah Dasar untuk Peningkatan Professional Guru” melalui program pengabdian kepada masyarakat.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Gugus Indraprasta kecamatan Semarang Tengah ini diharapkan dapat diperoleh luaran sebagai indikator keberhasilan program yaitu (1) Guru memiliki kemahiran mengajar dalam mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar, (2) Guru memiliki kemampuan penguatan konsep-konsep pembelajaran matematika di Sekolah Dasar dengan baik dan benar, dan (3) Guru memiliki kemampuan melaksanakan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar secara kreatif, inovatif, dan menyenangkan guna meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa sekolah dasar.
3 BAB II
PELAKSANAAN DAN METODE
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan di Gugus Indraprasta selama 3 (tiga) kali pertemuan yaitu setiap hari Kamis pada tanggal 14, 21, dan 28 Maret 2019.
Gugus Indraprasta merupakan salah satu kelompok kegiatan guru (KKG) yang ada di daerah binaan UPTD Pendidikan kecamatan Semarang Tengah, kota Semarang, propinsi Jawa Tengah. Kegiatan di Gugus Indraprasta dilakukan secara rutin sekali dalam seminggu untuk membahas dan berdiskusi tentang permasalahan pendidikan, pembelajaran, dan peningkatan professional guru. Pusat kegiatan Gugus Indraprasta berada di SD Negeri Pendirikan Lor 3, tepatnya di Jalan Indraprasta No. 3 Semarang. Sekolah yang tergabung dalam Gugus Indraprasta terdiri dari 5 (lima) sekolah, yaitu SDN Pendrikan Lor 1, SDN Pendrikan Lor 2, SDN Pendrikan Lor 3, SDN Pendrikan Tengah, dan SD Islam Bilingual Annisah.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan melalui metode survey, angket, ceramah, dan workshop. Survey dilakukan untuk mendapatkan data tentang permasalahan pembelajaran matematika di kelas. Survey dilakukan dengan cara mengamati proses pembelajaran matematika di kelas dan memberikan pertanyaan atau permasalahan pembelajaran matematika untuk diselesaikan kepada guru.
Angket diberikan kepada para guru untuk mengetahui perlunya tindak lanjut untuk mengatasi kesalahan atau miskonsepsi dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar.
Angket diberikan sebanyak 2 (dua) kali yaitu dalam bentuk pretest sebelum dilakukan workshop dan posttest sesudah pelaksanaan workshop.
Metode ceramah dipilih sebagai salah satu metode untuk menyampaikan materi- materi workshop. Ceramah dilakukan secara bervariatif yaitu ceramah interaktif yang diselingi dengan tanya jawab dengan peserta workshop. Materi yang disampaikan melalui ceramah interaktif ini adalah pembelajaran matematika saintifik dan pembelajaran matematika inovatif.
Workshop merupakan sarana atau tempat bertemunya para pelaku aktivitas sesuai bidang keahliannya dengan tujuan saling berinteraksi untuk membahas dan memecahkan permasalahan (Khoirianingrum, dkk., 2018). Berdasarkan hasil angket dan kesepakatan dengan pimnpinan sekolah dan pengurus Gugus Indraprasta berhasil disepakati adanya kegiatan workshop atau pelatihan Kemahiran mengajar matematika bagi guru Sekolah dasar di Gugus Indraprasta kecamatan Semarang Tengah. Kegiatan workshop dilaksanakan selama 3 (tiga) kali pertemuan kegiatan.
Kegiatan workshop hari pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 14 Maret 2019. Kegiatan workshop dilaksanakan di Gugus Indraprasta yang bertempat di SD Negeri Pendrikan Lor 3. Kegiatan dimulai pada pukul 12.30 WIB setelah kegiatan belajar mengajar di sekolah sehingga tidak mengganggu jam belajar siswa. Partisipasi guru dalam
4
workshop sangat tinggi yaitu sebanyak 30 guru hadir yang terdiri dari para guru kelas 1 sampai guru kelas 6 sebagai perwakilan setiap sekolah.
Tabel 1. Jadwal Workshop 14 Maret 2019 Waktu Materi Workshop
12.30 – 13.00 Materi 1: Pengantar Pembelajaran matematika Saintifik.
13.00 – 14.00 Materi 2 : Miskonsepsi Pembelajaran Matematika (Aljabar:
Bilangan dan operasinya)
14.00 – 15.00 Materi 3: Solusi Miskonsepsi Pembelajaran Matematika (Aljabar:
Bilangan dan operasinya) 15.00 – 15.30 Diskusi dan Tanya jawab
Gambar 1. Pelaksanaan workshop hari pertama
Kegiatan workshop hari kedua Kamis 21 Maret 2019, ternyata diikuti lebih banyak peserta dari pada pertemuan pertama hari kamis 14 Maret 2019. Beberapa sekolah yang memiliki kelas parallel menambah peserta untuk mengikuti workshop. Sehingga jumlah peserta workshop mencapai 40 peserta. Menurut salah satu Kepala Sekolah yang ikut hadir yaitu Ibu Dra. Tutik Intarti, beliau mengatakan bahwa kegiatan workshop ini sangat penting bagi para guru untuk mengurangi kesalahan konsep dalam pembelajaran matematika.
5 Tabel 2. Jadwal Workshop 21 Maret 2019
Waktu Materi Workshop
12.30 – 13.00 Materi 4: Pengantar Pembelajaran matematika Inovatif.
13.00 – 14.00 Materi 5 : Miskonsepsi Pembelajaran Matematika (Masalah Geometri) 14.00 – 15.00 Materi 6: Solusi Miskonsepsi Pembelajaran Matematika (Masalah
Geometri)
15.00 – 15.30 Diskusi dan Tanya jawab
Pertemuan kedua kegiatan workshop disajikan materi pembelajaran matematika inovatif. Pada sesi ini nara sumber menyampaikan bahwa pembelajaran matematika merupakan aktivitas fisik dan psikis (mental). Oleh karenanya, pembelajaran matematika tidak hanya disajikan melalui ceramah dan pemberian tugas, tetapi dapat dikemas dalam bentuk pembelajaran di luar kelas (outdoor mathematics learning) yang tidak membosankan. Siswa diberi pekerjaan proyek melakukan praktik pengukuran luas lapangan voly, mengamati bentuk-bentuk geometris melalui benda-benda yang ada di lingkungan sekolah, menghitung volume air dalam bejana, praktik jual beli, dan lain sebagainya.
Pada pertemuan hari ketiga, kegiatan workshop didesain dengan kegiatan praktik mengajar matematika. Para peserta dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 guru. Di dalam kelompok ditunjuk salah satu guru untuk mempresentasikan cara pemecahan masalahan matematika, dan kelompok lain sebagai pengamat. Materi yang dipresentasikan dipilih sendiri oleh peserta berdasar diskusi kelompok. Nara sumber bertugas sebagai fasilitator dan menilai penampilan peserta.
Tabel 3. Jadwal Workshop 28 Maret 2019
Waktu Materi Workshop
12.30 – 13.00 Materi 4: Pengantar Pembelajaran matematika Inovatif.
13.00 – 14.00 Materi 5 : Miskonsepsi Pembelajaran Matematika (Masalah Geometri)
14.00 – 15.00 Materi 6: Solusi Miskonsepsi Pembelajaran Matematika (Masalah Geometri)
15.00 – 15.30 Diskusi dan Tanya jawab
6 BABIII
HASILDANPEMBAHASAN
Hasil survey menunjukkan bahwa dari 12 permasalahan matematika diperoleh data 85% guru menjawab tidak sesuai konsep pembelajaran matematika, 10 % guru tidak menjawab atau tidak dapat menjelaskan konsep pembelajaran matematika, dan 5% guru menjawab dengan benar sesuai konsep pembelajaran matematika. Hasil angket awal menunjukkan 85% dari 40 responden (guru) menyatakan setuju diselenggarakan workshop atau pelatihan kemahiran mengajar matematika di Sekolah Dasar.
Pelaksanaan workshop hari pertama diawali dengan penyampaian materi pembelajaran matematika saintifik. Materi ini sangat berguna bagi para guru sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik. Nara sumber menekankan bahwa pembelajaran Matematika harus disajikan dengan berbasis masalah, setelah siswa mengamati dan memahami masalah kemudian siswa berdiskusi (menanya).
Aktivitas siswa dalam kelompok adalah berkolaborasi (membangun jejaring) untuk menemukan pemecahan masalah. Sesi materi kedua adalah pemaparan hasil temuan survey berkaitan dengan kesalahan atau miskonsepsi dalam pembelajaran matematika di kelas.
Masih banyak guru belum dapat membedakan antara symbol (-) sebagai tanda operasi bilangan dan symbol (-) sebagai nama bilangan. Miskonsepsi dalam bilangan bulat ini menyebabkan kesalahan konsep dalam pembelajaran matematika. Pada pembelajaran nilai tempat decimal juga masih terjadi miskonsepsi pembelajaran. Miskonsepsi juga terjadi dalam pembelajaran konsep dasar perkalian ( a x b ) dan pembagian bilangan secara bersusun (porogapit). Beberapa guru bertanya tentang miskonsepsi-miskonsepsi tersebut dan oleh nara sumber telah berhasil dijelaskan letak kesalahan atau miskonsepsi pembelajaran matematika sesuai aturan matematika serta sesuai dengan teori pembelajaran konstruktivisme.
Hasil kegiatan workshop hari kedua, saat penyajian materi miskonsepsi pembelajaran matematika pada pokok bahasan geometri ternyata para guru memiliki pengetahuan yang sangat minim terhadap definisi bentuk-bentuk geometri dasar. Banyak diantara mereka yang tidak mengerti tentang definisi jajar genjang. Para guru hanya memiliki pengetahuan berdasar gambar visual tentang bentuk-bentuk geometri dasar.
Akibat pengetahuan yang minim ini, guru menganggap bahwa persegi panjang dan bujur sangkar bukan jajar genjang. Saat diminta konfirmasi, mereka hanya dapat menjelaskan sesuai gambar bahwa persegi panjang sudutnya siku-siku (900) sedangkan jajar genjang sudutnya tidak siku-siku (900). Setelah nara sumber menjelaskan sifat-sifat jajar genjang, para peserta memahami tentang jajra genjang dan lingkupnya. Dari workshop ini juga dapat diungkap bahwa masih banyak guru yang pada saat mengajar tentang rumus volume limas segiempat tidak dilakukan dengan metode penemuan. Para guru hanya menyajikan rumus lalu memberikan contoh masalah kemudian latihan soal. Penjelasan lebih lanjut hany
7
berkisar bahwa volume limas segiempat adalah sepertiga volume balok. Namun setelah dilakukan peragaan untuk menemukan volume limas segiempat melalui pendekatan kubus maka semua peserta memahaminya dan permasalahan terpecahkan.
Pada kegiatan workshop hari ketiga, praktik pembelajaran matematika yang dilakukan oleh 6 guru sebagai purposive sample, berhasil dicatat dari pengamatan dan tanya jawab dengan peserta. Pada praktik mengajar matematika tampaknya para guru telah memiliki kemahiran matematis yang baik. Kemahiran matematis yang telah memiliki guru terdiri dari lima komponen (1) pemahaman konseptual, yaitu pemahaman konsep matematika, operasi, dan hubungan, (2) kelancaran prosedural, yaitu keterampilan dalam melaksanakan prosedur secara fleksibel, akurat, efisien, dan tepat, (3) kompetensi strategis, yaitu kemampuan emosional untuk merumuskan, mewakili, dan memecahkan masalah matematika, (4) penalaran adaptif, yaitu kapasitas untuk pemikiran logis, refleksi, dan pembenaran, dan (5) disposisi produktif, yaitu kecenderungan atau kebiasaan untuk melihat matematika sebagai hal yang masuk akal, berguna, dan bermanfaat, ditambah dengan keyakinan dalam ketekunan dan kecerdasan (NRC: Kilpatrick, Swafford, & Findell, 2001).
Di akhir kegiatan dilakukan evaluasi pelaksanaan workshop. Para peserta diberikan angket tentang manfaat workshop kemahiran mengajar matematika. Hasil angket menunjukkan seluruh peserta penyatakan bahwa kegiatan workshop sangat bermanfaat bagi pengembangan dan peningkatan professional guru. Diskusi dan tanya jawab dalam workshop telah berhasil mengurangi kesalahan atau miskonsepsi yang terjadi pada pembelajaran matematika di kelas. Para guru merasa puas dan senang karena workshop dikemas dengan tidak membosankan, para nara sumber kooperatif, melayani peserta dan menguasai materi sesuai bidang keahliannya.
Mengajar bukan hanya tantangan kognitif; itu juga bersifat sosial dan menuntut secara emosional (Jennings & Greenberg, 2009). Untuk memenuhi tantangan ini, dibutuhkan oleh para guru untuk mengatur keterlibatan mereka dan untuk mengembangkan cara-cara mengatasi tuntutan dari pekerjaan. Oleh karena itu guru perlu mengembangkan keterampilan profesionalnya untuk pengaturan diri dan mempertahankan komitmen pekerjaan mereka dari waktu ke waktu (Jennings & Greenberg, 2009).
Pernyataan para peserta menunjukkan bahwa para nara sumber dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat memiliki kompetensi professional yang baik. Syarat
"kompetensi profesional" adalah penerapan konsep untuk kehidupan kerja, terutama dalam profesi yang sangat kompleks dan menuntut, di mana penguasaan situasi sangat tergantung pada interaksi pengetahuan, keterampilan, sikap, dan motivasi (Desimone & Garet, 2015).
Beberapa peneliti telah menyarankan bahwa konsep kompetensi professional dapat diterapkan pada profesi mengajar dan yang multidimensional (Hooker, 2017).
8 BABIV PENUTUP
Simpulan
Guna mengatasi kesalahan atau miskonsepsi dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar setiap guru hendaknya meningkatkan kemahiran mengajar dengan memahami konsep - konsep dan prinsip-prinsip matematika secara benar sehingga pengetahuan guru bertambah dan guru dapat mengubah cara mengajar (pembelajaran) matematika di kelas serta peningkatan hasil pembelajaran. Dengan memahami konsep - konsep dan prinsip-prinsip matematika maka akan meningkatkan kemahiran mengajar guru.
Sedangkan kemahiran mengajar guru dapat ditingkatkan melalui kegiatan workshop.
Pengembangan kemahiran mengajar merupakan pengembangan profesional yang efektif dan terstruktur yang menghasilkan perubahan pada pengetahuan dan praktik guru dalam pembelajaran matematika. Secara konseptual, kemahiran mengajar (pembelajaran) sebagai produk dari aktivitas yang tertanam dalam pekerjaan. Aktivitas dalam pembelajaran yang didukung oleh kemahiran mengajar akan meningkatkan pengetahuan guru dan membantu mereka mengubah cara pembelajaran di kelas. Jadi, secara formal pengembangan kemahiran mengajar merupakan bagian dari kisaran pengalaman yang dapat menghasilkan pembelajaran profesional.
Saran
Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, disarankan hal-hal berikut: (1) para guru sekolah dasar untuk senantiasa berdiskusi dengan teman sejawat apabila mengalami kesulitaan dalam pembelajaran matematika, (2) memanfaatkan forum KKG secara efektif sebagai tempat berdiskusi memecahkan permasalahan pembelajaran matematika, dan (3) menghadirkan nara sumber sesuai bidang keahlian untuk membantu memecahkan permasalahan pembelajaran di sekolah.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih yang tak terhingga dihaturkan kepada LPPM Universitas Islam Sultan Agung yang telah mendanai kegiatan pengabdian kepada masyarakat tahun 2019.
Tak lupa disampaikan terima kasih kepada para Kepala Sekolah dan guru-guru sekolah dasar di daerab binaan Gugus Indraprasta kecamatan Semarang Tengah atas partispasi dan bantuannya sehingga kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat berjalan dengan
9
DAFTAR PUSTAKA
Desimone. L.M., and Garet. M.S. (2015).Best Practices in Teachers’ Professional Development in the United States. Journal Psychology, Society, & Education, 2015.
Vol. 7(3), pp. 252-263
Groves, Susie. (2012). Developing Mathematical Proficiency. Journal of Science and Mathematics Education in Southeast Asia. 2012, Vol. 35 No. 2, 119-145
Hamid Muhammad. (2016). Ya Ampun, Ternyata Selama ini Pembelajaran Matematika Salah ... https://www.jawapos.com/.../ya-ampun-ternyata-selama-ini-pembelajaran- matematika-... Sumber: Jawa Pos, 22 Oktober 2016.
Hasmiana Hasan. (2015). Kendala yang Dihadapi Guru dalam Proses Belajar Mengajar matematika di Sekolah Dasar. Jurnal Pesona Dasar. PGSD Universitas Syiah Kuala, Vol. 1 No. 4, Oktober 2015, hal 40 - 51
Hooker, M. (2017). Models and Best Practices in Teacher Professional Development.
https://www.researchgate.net/publication/242603141_Models_and_Best_Practices_in _Teacher_Professional_Development
Jennings, P. A., & Greenberg, M. T. (2009). The Prosocial Classroom: Teacher Social and Emotional Competence in Relation to Student and Classroom Outcomes. Review of Educational Research, 79(1), 1–37. https://doi.org/10.3102/0034654308325693 Khoirianingrum, I., Sarjono, Stevani. F., Fradani, A.C., Pristian F. A. (2018). Workshop
Labeling Dan Packaging Untuk Meningkatkan Nilai Jual Produk Lokal Keripik Ketela Di Desa Semenpinggir Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro Loyalitas.
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Volume I, Nomor 2, hal. 114-124.
NRC: Kilpatrick, J., Swafford, J., & Findell, B. (2001). Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics. In Mathematics Learning Study Committee (Ed.), National Research Council (pp. 1–462). National Academies Press. Retrieved from https://www.ru.ac.za/media/rhodesuniversity/content/sanc/documents/Kilpatrick, Swafford, Findell - 2001 - Adding It Up Helping Children Learn Mathematics.p
OECD. (2016). PISA 2015 Results in Focus, 1–16. Retrieved from https://www.oecd.org/pisa/pisa-2015-
results-in-focus.pdf
10 Lampiran 1:
SUSUNAN ORGANISASI TIM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
No. Nama Jabatan Volume Kerja Uraian tugas
1. Imam Kusmaryono, S.Pd., M.Pd
Ketua 8 jam / minggu Mengkoordinasi pembagian pekerjaan dengan mitra dan anggota Tim pengabdian.
Menyampaikan materi workshop sesuai tugas.
Memimpin rapat evaluasi pelaksanaan pengabdian.
Menyusun laporan kegiatan pengabdian.
2. M. Abdul Basir, M.Pd
Sekretaris 8 jam / minggu Membantu ketua tim pengabdian menyusun proposal, mendistribusikan tugas, mencatat pekerjaan tim, dan membantu menyusun laporan kegiatan.
Menyampaikan materi workshop sesuai tugas.
3. Hevy Risqi
Maharani, M.Pd
Anggota 6 jam / minggu Membantu pekerjaan ketua Tim Pengabdian
Menyampaikan materi workshop sesuai tugas.
Memberi masukan dalam rapat evaluasi pekerjaan.
4. Mahasiswa 1 Anggota 6 jam / minggu Membantu pekerjaan ketua Tim Pengabdian
Pengumpulan dan mengolah data.
Memberi masukan dalam rapat evaluasi pekerjaan.
5. Mahasiswa 2 Anggota 6 jam / minggu Membantu pekerjaan ketua Tim Pengabdian
Pengumpulan dan mengolah data.
Memberi masukan dalam rapat evaluasi pekerjaan.
11 Lampiran 2:
Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengabdian 1) Ketua Tim Pengusul :
a) Nama : Imam Kusmaryono, M.Pd
b) NIK / NIDN : 211311006 / 0626037003 c) JaFA /Pangkat/Gol. : Lektor / Penata / III C
d) Fakultas/Jurusan : FKIP Unissula/ Pendidikan Matematika e) Bidang Keahlian : Pendidikan Matematika
f) Nomor HP : 081575626844
g) E-mail : [email protected]
h) Alamat Kantor : Jl. Kaligawe Raya Km. 4 Smg Telp. 024 6583584 2) Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat
a) Imam Kusmaryono (Ketua): Diklat Peningkatan Kompetensi Guru SMP Mata Pelajaran Matematika Di LPMP Jawa Tengah (2016).
b) Imam Kusmaryono (Ketua): Workshop Bedah SKL dan Penyusunan Kisi- Kisi Soal Matematika pada Ujian Nasional Sekolah Dasar tahun 2016 di SD Muhammadyah Sragen (2016).
c) Imam Kusmaryono (Ketua): Pelatihan Keterampilan Berhitung Cepat melalui Matematika Kreatif Bagi Siswa Sekolah Dasar di UPTD Rowosari kabupaten Kendal (2014).
3) Anggota Tim Pengabdian kepada Masyarakat
No. Anggota 1: NO. Anggota 2:
1. M. Abdul Basir, M.Pd.
NIK : 211313009 Pangkat/ Gol. : Penata Muda / IIIB Jabatan Fungsional : Ast.Ahli Bid.Keilmuan : Pendidikan Matematika
2. Hevy Risqi Maharani, M.Pd.
NIK : 211313016
Pangkat/ Gol. : Penata Muda / IIIB Jabatan Fungsional : Ast.Ahli Bid.Keilmuan : Pendidikan Matematika
NO. Anggota 3: NO. Anggota:
3. Mahasiswa 1 4. Mahasiswa 2
12 Lampiran 3: Surat Kesediaan dengan mitra
SURAT PERNYATAAN
KESEDIAAN BEKERJASAMA DARI MITRA PENGABDIAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Imam Kusmaryono, S.Pd., M.Pd NIP/NIDN : 211311006 / 0626037003
Jabatan : Ketua Tim Pengabdian Kepada Masyarakat FKIP UNISSULA Alamat : Jl. Kaligawe Raya KM. 4 Kec. Genuk Semarang 50112
Selanjutnya disebut sebagai PIHAK I.
Nama : Tutik Intarti, S.Pd.
NIP : 1965 1208 1993 03 2004
Jabatan : Ketua KKG-KKKS Dabin III Gugus Indraprasta Semarang Tengah Selanjutnya disebut sebagai PIHAK II.
Pada Tanggal 02 Januari tahun 2019 Pihak II menyatakan kesediaannya sebagai mitra dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan oleh Pihak I melalui penandatanganan surat kesediaan bermitra, bertempat di KKG-KKKS Dabin III Gugus Indraprasta Semarang Tengah dengan judul kerjasama “Pelatihan Kemahiran Mengajar Guru Matematika di Sekolah Dasar dalam peningkatan Profesionalisme Guru”. Ketentuan dan jadwal pelaksanaan kegiatan akan disepakati bersama melalui koordinasi berdasar musayawah untuk mufakat.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan penuh tanggungjawab, agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
13 Lampiran 4
4.1 Jadwal Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
No. URAIAN
KEGIATAN
MARET 2018 APRIL 2018 MEI JUNI
JUL AGT
SEP OKT I II III IV I II III IV
1. Penyusunan proposal
2. Pembuatan materi pelatihan
3. Rapat koordinasi 4. Pelaksanaan
Pengabdian 5. Evaluasi Kegiatan 6. Pembuatan
Laporan
7. Penyusunan draft publikasi
8. Submit artikel publikasi
4.2 Jadwal Kegiatan Workshop Kemahiran Mengajar Matematika Hari
Tanggal
Tempat Kegiatan Materi Penangungjawab Kegiatan
Kamis, 14 MAret 2019 Pukul: 10.00 – 13.00
Tempat: Dabin III SDN Pendrikan Lor 3-4
UPTD Semarang Tengah
(1) Pengembangan professional Guru yang Efektif (2) Kurikulum dan
Pembelajaran Saintifik
Imam Kusmaryono, M.Pd
M. Abdul Basir, M.Pd
Kamis, 21 Maret 2019
Pukul: 10.00 – 13.00
Tempat: Dabin III SDN Pendrikan Lor 3-4
UPTD Semarang Tengah
(3) Miskonsepsi pembelajaran matematika di sekolah dasar, (4) Solusi miskonsepsi
pembelajaran matematika di sekolah dasar,
Imam Kusmaryono, M.Pd
Hevy Risqi Maharani, M.Pd
Kamis, 28 Maret 2019
Pukul: 11.00 – 13.00
Tempat: Dabin III SDN Pendrikan Lor 3-4
UPTD Semarang Tengah
(5) Pembelajaran berorientasi
pengembangan HOTS (6) Menyusun soal tes
berorientasi higher order thinking skills (HOTS).
M. Abdul Basir, M.Pd
Hevy Risqi Maharani, M.Pd
14 Lampiran 5 : Peserta Workhsop dan daftar hadir
DAFTAR NAMA GURU PESERTA PELATIHAN - DABIN III
“KEMAHIRAN MENGAJAR BAGI GURU SEKOLAH DASAR"
NO. NAMA GURU ASAL SEKOLAH
1 Lasminto, S.Pd. SD Islam Bilingual Annisa
2 Tri Indarti, S.Pd. SD Islam Bilingual Annisa 3 Lilik Lutfiani, S.Pd. SD Islam Bilingual Annisa 4 Ummy Daniati, S.Pd. SD Islam Bilingual Annisa 5 Iin Sholechah, S.Pd. SD Islam Bilingual Annisa
NO. NAMA GURU ASAL SEKOLAH
1 Ummi Kulsum, S. Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 01 2 Kristina Ujiati, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 01
3 Jumiati, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 01
4 Risnu Basuki, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 01
5 Mulyani, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 01
6 Sulamah, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 01
7 Budi Murni, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 01
8 Hartati, S.Pd. M.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 01 9 Rachmat Karno U, S.Pd.SD. SD Negeri Pendrikan Lor 01 10 Eko Prasetyo Nur U, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 01
NO. NAMA GURU ASAL SEKOLAH
1 Rumiyati, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 02
2 Eko Sulastri, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 02
3 Surati, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 02
4 Pifi Setiowati, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 02 5 Ratna Arminingsih, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 02 6 Yusefin Nuri Prasetyowati, S.Pd.SD. SD Negeri Pendrikan Lor 02 7 Nofiani Kristanti, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 02 8 Silvirius Widodo, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 02 9 Pratiwiningsih, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 02 10 Ag Dwi Oktavianto, SE, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 02
NO. NAMA GURU ASAL SEKOLAH
1 Sumantri,S.Pd. SD Negeri Pendrikan Kidul
2 Murti Asih, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Kidul
3 Sri Darti, S.Pd.SD. SD Negeri Pendrikan Kidul
4 Hartono, S.Pd.SD. SD Negeri Pendrikan Kidul
5 Priyono,S.Pd.SDl. SD Negeri Pendrikan Kidul
6 Lilis Wuri Listriyani,S.Pd.SD. SD Negeri Pendrikan Kidul
15
NO. NAMA GURU ASAL SEKOLAH
1 Dra. Tutik Intarti, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 03 2 Agnes Dwi Hastuti, S., S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 03
3 Kartini, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 03
4 Sri Sundari, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 03
5 Ni Nyoman Matri, S.Pd. SD. SD Negeri Pendrikan Lor 03 6 Rachmad Kunaidi, S.Pd.SD. SD Negeri Pendrikan Lor 03
7 Sunaryo, S.Pd.SD. SD Negeri Pendrikan Lor 03
8 Dwi Ningsih, S.Pd. SD Negeri Pendrikan Lor 03
9 Christiana Ratih, P. SD Negeri Pendrikan Lor 03
URGENSI PENGEMBANGAN PROFESI GURU
Pengabdian Kepada Masyarakat FKIP UNISSULA
Oleh: Imam Kusmaryono, S.Pd., M.Pd
• Guru adalah sosok pendidik yang sebenarnya .
• UUGD nomor14 tahun 2005, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
PENDAHULUAN
Guru Professional
Sertifikat yang dimiliki oleh guru merupakan simbol kompetensi dari kapasitas, perilaku dan karya-karya profesinya.
Guru professional adalah guru yang mampu memenuhi standar kompetensi dan dibuktikan dengan sertifikat profesi.
Sertifikasi memberikan jaminan terhadap kinerja dalam melakukan pek erjaan m endidik dan meng ajar secara profesional pula .
Sertifikasi bukanlah “hadiah”bagi guru untuk
memperoleh pendapatan yang lebih besar, tetapi
merupakan sebuah pengakuan atas profesi mereka
RENDAHNYA INVESTASI
PENGEMBANGAN PROFESI GURU
• Mendikbud Muhadjir Effendi mengatakan bahwa walau guru sudah disertifikasi, banyak yang belum
profesional, (Kompas, 06/10/2016).
• Secara umum, partisipasi guru bersertifikat pendidik dalam pandangan masyarakat masih dianggap rendah untuk melakukan investasi pengembangan
keprofesiannya baik secara mandiri, berkelompok, atau melembaga.
• Belum banyak Guru bersertifikat pendidik melakukan perubahan pada mindsetnya akan pentingnya
pengembangan profesionalitas seorang guru.
• Sebagian beranggapan sudah tidak ada lagi target dengan kompensasi nyata yang harus dicapai karena proses
sertifikasi sudah dilalui, sehingga dana untuk
pengembangan keprofesiannya dialihkan dalam bentuk
kegiatan lain yang tidak mendukung pengembangan dirinya (survei Bank Dunia, 2011)
• Survei Bank Dunia tahun 2011 pun menyatakan bahwa sertifikasi guru tidak mengubah cara guru mengajar.
Program sertifikasi guru yang diharapkan mampu
meningkatkan kinerja guru, ternyata baru sebatas mampu meningkatkan kesejahteraan guru.
• Apakah guru tidak boleh sejahtera? Jawabannya, tentunya boleh bahkan harus sejahtera agar fokus dalam bekerja.
RENDAHNYA INVESTASI
PENGEMBANGAN PROFESI GURU
PENGEMBANGAN PROFESI GURU
• Guru sebagai sebagai sebuah profesi dan
menerima tunjangan profesi harus senantiasa
meningkatkan kompetensi diri sebagai bentuk
pengembangan (investasi) keprofesiannya
• Dalam PBM, penguasaan materi pelajaran dan cara menyampaikannya merupakan syarat yang sangat essensial dan perlu mendapat perhatian yang serius .
Komponen pembelajaran yang sangat penting dikusai oleh guru
Karakteristik siswa
Teori-teori belajar
Belajar menjadi bermakna bagi
siswa
Guru harus mampu
Merencanakan pembelajaran
Memilih media pembelajaran yang tepat Melaksanakan proses
Melakukan penilaian
Merefleksi pembelajaran
Kompetensi Guru :
Profesional, Pedagogik, Sosial, Kepribadian
PARADIGMA PEMBELAJARAN
• Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
• Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran , serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada siswa.
Teori Belajar David Ausubel
• Makna dapat muncul dari materi baru hanya bila materi itu terkait dengan struktur kognitif dari pembelajaran
sebelumnya.
• Menurut Ausubel ada dua jenis belajar : (1) Belajar
bermakna (meaningful learning) dan (2) belajar menghafal (rote learning).
• Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar (siswa aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri).
• Sedangkan belajar menghafal adalah siswa berusaha
menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru
atau yang dibaca tanpa makna.
Prinsip Teori Belajar Konstruktivisme (Piaget, Ausubel, & Vygotsky)
• Prinsip kontruktivis dalam belajar yakni sebagai berikut;
• (1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial,
• (2) pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari pengajar kepada pebelajar, kecuali dengan
keaktifan siswa itu sendiri untuk menalar,
• (3) pengajar sekedar membantu pebelajar dengan menyediakan sarana dan situasi agar proses
konstruksi pebelajar berlangsung secara efektif dan
efisien.
3. Tahapan Operasi Konkrit (7-11th)
Tahapan Perkembangan Kognitif menurut Piaget :
1. Tahapan Sensori Motor (0-2th)
4. Tahapan Operasi Formal (11-15th)
2. Tahapan Pra – Operasional (2-7th)
Teori Belajar Kognitif Bruner
Teori Bruner di kenal free discovery learning , yang menyatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik jika pendidik
memberikan kesempatan kepada peserta didiknya untuk menemukan suatu konsep,
teori , aturan atau penambahan melalui contoh – contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Belajar Menemukan (Penemuan Kembali)
Tahapan Belajar menurut Bruner
1. Tahapan Enaktif : dalam memahami dunia
disekitarnya anak mengunakan pengetahuan motorik (benda –benda konkrit)
2. Tahapan Ikonik: dalam memahami dunia
disekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpaan
& perbandingan (gambar, visual).
3. Tahapan Simbolik: dalam memahami dunia
disekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol atau
ide-ide abstrak (kemampuan berbahasa, logika)
PERUBAHAN PARADIGMA PEMBELAJARAN
Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai : keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso) , dan mengembangkan kreativitas (tut wuri handayani);
Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah
guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;
• STUDENTS CENTER LEARNING
• KONSTRUCTIVISM
• PROBLEM BASED LEARNING
PARADIGMA BARU PEMBELAJARAN
PENDEKATAN SAINTIFIK
Sasaran Pembelajaran Mencakup Pengembangan Tiga Ranah
SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
Kompetensi Guru SD = Guru Kelas
• Guru kelas adalah guru yang mengikuti kelas pada satuan pendidikan sekolah dasar atau yang sederajat, yang bertugas melaksanakan pembelajaran seluruh mata pelajaran pada satuan pendidikan tersebut, kecuali
pendidikan agama dan olahraga.
MUNCUL PERMASALAHAN :
DIDUGA KUAT terjadi miskonsepsi pada
pembelajaran (MATEMATIKA)
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN MATEMATIKA
• Objek kajian yang dipelajari Abstrak yaitu (Fakta, Konsep, Prinsip, dan Skills)
• Berpola pikir Deduktif
• Menganut hukum kebenaran konsisten (konsisten dalam sistemnya)
• Memperhatikan semesta pembicaraan.
• Memiliki Simbol yang Kosong dari Arti
Pembelajaran matematika di SD dapat melalui pendekatan Induktif, sesuai tahap perkembangan
kognitif Operasional Konkrit ( 7 – 11 thn)
Terjadinya MISKONSEPSI
Latar Belakang Pendidikan (bidang spesialisasi)
Pemahaman Teori-teori Belajar
Bergantung pada BUKU TEKS Berdasar pada Pengalaman
dulu (kurang update)
Pemahaman yang keliru
tentang MATEMATIKA
MISKONSEPSI DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR
Disajikan dalam Kegiatan
Pengabdian Kepada Masyarakat FKIP UNISSULA
SEMARANG 17 JANUARI 2019
MISKONSEPSI
NILAI TEMPAT
PERKALIAN BILANGAN
FPB DAN KPK
OPERASI PADA BILANGAN BULAT
PENARIKAN AKAR
PANGKAT DUA , TIGA
DLL
• SEGI BANYAK
• KONSEP BANGUN DATAR
•MENEMUKAN LUAS BANGUN DATAR
• KONSEP MENEMUKAN VOLUME BANGUN
RUANG
ARITMATIKA GEOMETRI
Tahapan pembelajaran konsep matematika di Sekolah Dasar
1.
Penanaman KONSEP
2.
Pemahaman KONSEP
3.
Pembinaan KETERAMPILAN
•Konsep Awal
•Permasalahan rutin
Menalar Banyak latihan
* Permasalahan tidak rutin
Menganalisa
Menalar
BAGIAN PERTAMA
MISKONSEPSI dalam
ARITMATIKA
Miskonsepsi NILAI TEMPAT
729 = … ratusan + … puluhan + …. satuan
Pilihan jawaban:
(a) 729 = 7 ratusan + 2 puluhan + 9 satuan
(b) 729 = 6 ratusan + 12 puluhan + 9 satuan
Mana jawaban yang benar ???
NILAI TEMPAT
Pada bilangan 729 dapat dijelaskan bahwa
7 menempati tempat ratusan
2 menempati tempat puluhan
9 menempati tempat satuan
729 = 7 ratusan + 2 puluhan + 9 satuan
729 = 700 + 20 + 9
Jadi bicara menentukan NILAI TEMPAT,
contoh kasus tersebut BENAR
NILAI TEMPAT
729 = 7 ratusan + 2 puluhan + 9 satuan
700 + 20 + 9
NILAI TEMPAT
Permasalahan:
Ayah memiliki 6 lembar uang ratusan, 12 koin uang puluhan, dan 9 koin uang satuan
Pertanyaan :
Berapa jumlah uang ayah seluruhnya?
NILAI TEMPAT
729 = 6 ratusan + 12 puluhan + 9 satuan
729 = 600 + 120 + 9
6 ratusan + 12 puluhan + 9 satuan
Miskonsepsi NILAI TEMPAT
729 = … ratusan + … puluhan + …. satuan
Pilihan jawaban:
(a) 729 = 7 ratusan + 2 puluhan + 9 satuan
(b) 729 = 6 ratusan + 12 puluhan + 9 satuan
Kesimpulan:
Permasalahan tersebut adalah disebut KESAMAAN
Berbicara masalah KESAMAAN maka semua jawaban yang
setara adalah BENAR ( jawaban a dan b semua BENAR)
Perkalian Bilangan Asli
Perkalian a dan b atau (a x b) adalah penjumlahan berganda yang mempunyai sebanyak a suku dan tiap-tiap sukunya adalah b.
a x b = c, maka a = pengali, b = bilangan yang
dikalikan, dan c = hasil kali.
Contoh ilustrasi,
4 x 6 = 6 + 6 + 6 + 6 = 24
Balok Denies, disusun secara baris x kolom
Sesuai definisi, 4 sbg bilangan pengali, 6 sbg bilangan
yang dikalikan, dan 24 sbg hasil kali.
Hasil Perkalian Bilangan Asli
Secara umum: baris x kolom
m x n = n x m (hukum komutatif)
Pemasalahan:
Pak Sholeh memiliki 5 ekor ayam betina (ayam petelur).
Setiap hari setiap ayam bertelur 1 butir.
Berapa jumlah telur ayam yang diperoleh pak Sholeh dari hari
Senin sampai hari Sabtu ?
Maka model matematika, 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 = 30
6 x 5 = 30
Jadi BUKAN ditulis 6 + 6 + 6 + 6 + 6 = 6 x 5 (karena pada
tabel di atas TIDAK PERNAH MUNCUL angka 6)
PEMECAHAN MASALAH MISKONSEPSI
• Membaca beberapa sumber belajar : buku, diktat, artikel, jurnal, sumber online, dll.
• Diskusi, bertanya kepada teman sejawat
• Diskusikan di forum : KKG (kelompok Kerja Guru)
• Mengikuti Seminar, Pelatihan, Diskusi ilmiah dll.
• Diskusikan dengan para pakar yang berkompeten.
Kata-Kata Bijak
• Janganlah mencari-cari alasan untuk bermalas- malasan bekerja. Biasanya orang yang banyak
alasan itu Memang sebenarnya Orang yang MALAS bekerja.
•
Ketika Anda telah terjun ke suatu bidang pekerjaan, maka tekunilah pekerjaan itu.
Inggatlah!!! Setelah Anda berhasil menyelesaiakan suatu pekerjaan,
pekerjaan lain akan datang.
• SELAMAT BERKARYA UNTUK KEMAJUAN
PENDIDIKAN INDONESIA
DOKUMENTASI KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNISSULA SEMARANG DI GUGUS INDRAPRASTA UPTD PENDIDIKAN SEMARANG TENGAH
TANGGAL : 14, 21, DAN 28 Maret 2019
DOKUMENTASI KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNISSULA SEMARANG DI GUGUS INDRAPRASTA UPTD PENDIDIKAN SEMARANG TENGAH
TANGGAL : 14, 21, DAN 28 Maret 2019