TINJAUAN APOTEK
Sejarah Apotek
Kisah PT Kimia Farma Apotek dimulai hampir dua abad yang lalu, yaitu pada tahun 1817, ketika berdirilah perusahaan farmasi pertama yang didirikan oleh Hindia Belanda di Indonesia bernama NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Kimia sendiri merupakan perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia. yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1817. Berdasarkan kebijakan nasionalisasi perusahaan-perusahaan bekas Belanda pada awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia menggabungkan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Pharmaceutical State Perusahaan) Bhinneka Kimia Farmasi. Kemudian pada awal kemerdekaan dinasionalisasi oleh pemerintah Republik Indonesia dan pada tanggal 16 Agustus 1971 menjadi PT (Persero) Kimia Farma, suatu perusahaan farmasi milik negara yang bergerak di bidang industri farmasi, distribusi dan kefarmasian.
Hingga tahun 2002, apotek merupakan salah satu kegiatan usaha PT Kimia Farma (Persero) Tbk yang kemudian pada awal tahun 2003 dipecah menjadi PT Kimia Farma Apotek. PT Kimia Farma Apotek menjadi anak perusahaan PT Kimia Farma (Persero) Tbk sejak tanggal 4 Januari 2003 berdasarkan surat pendirian no. Saat ini, PT Kimia Farma Apotek telah bertransformasi menjadi perusahaan penyedia layanan kesehatan, perusahaan jaringan layanan kesehatan terintegrasi terbesar di Indonesia, yang pada akhir tahun 2020 memiliki 1.278 apotek, 500 klinik dan praktik kedokteran gabungan, 75 laboratorium klinik dan 10 ahli kacamata, dengan .
Menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan terkemuka yang mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia. Menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan yang berkesinambungan berbasis teknologi, informasi, komunikasi, melalui: Pengembangan pelayanan kesehatan terpadu, meliputi apotek, klinik, laboratorium klinik, optik, peralatan kesehatan dan pelayanan kesehatan lainnya, Saluran distribusi utama produk sendiri dan pemilihan utama produk jalur distribusi produk utama, SDM yang memiliki kompetensi, komitmen dan integritas tinggi, Pengembangan bisnis baru, Peningkatan pendapatan lain-lain (fee base income).
Profil Apotek
Apotek ini bekerjasama dengan beberapa otoritas publik yaitu BPJS dan dokter umum lainnya. Apotek ini terletak tepat di depan jalan umum kawasan Martapura, sehingga dapat memudahkan masyarakat dalam mengakses obat-obatan.Ada beberapa jenis resep yang diterima di apotek ini, baik berupa resep BPJS, dokter umum maupun dokter spesialis. yang mempunyai hubungan kerjasama, untuk pelayanan pengadaan obat gratis, gratis terbatas dan OWA sering dilakukan di apotek ini. Apotek ini mempunyai 2 praktek kedokteran yaitu dokter umum dan dokter gigi, namun karena adanya pandemi virus COVID-19 maka praktek tersebut dipindahkan secara mandiri.
SOP DAN MANAJEMEN APOTEK
- SOP dan Metode Perencanaan
- SOP dan Metode Pengadaan
- SOP dan Metode Penerimaan
- SOP dan Metode Penataan dan Penyimpanan
- SOP dan Metode Pencatatan
- SOP dan Metode Pelaporan
- SOP dan Metode Pemusnahan
- Struktur Organisasi Apotek
Pengadaan mendesak dilakukan apabila barang yang diminta tidak tersedia dan untuk menghindari penolakan obat/resep. Pengadaan ini dilakukan untuk menutup kekurangan atau kelebihan stok barang di cabang Kimia Farma. Dengan dilaksanakannya pengadaan ini stok barang dapat terjaga sehingga kerugian dapat dihindari. Penerimaan barang di Apotek Kimia Farma Martapura diterima oleh Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian (PTS).
Barang sampai di PBF disertai invoice, Staf Teknis Farmasi akan memeriksa barang sampai sesuai surat pemesanan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat penerimaan barang antara lain nama barang, jenis sediaan, takaran obat, bentuk sediaan. , jumlah barang, kondisi fisik, tanggal kadaluarsa, nomor batch, harga satuan, jika perhitungan benar semuanya divalidasi dengan kuitansi dan stempel Aptotek. Obat Prekursor, Narkotika, dan Psikotropika diserahkan langsung oleh PBF ke Apotek dengan disertai invoice, barang yang sampai dicek sesuai invoice dan ditandatangani oleh Staf Teknis Kefarmasian atau Apoteker untuk obat Prekursor, sedangkan untuk obat Narkotika dan Psikotropika hanya harus diterima dan ditandatangani oleh Apoteker penanggung jawab apotek. Apabila barang yang sampai tidak sesuai dengan Pesanan Pembelian barang yang masuk atau terdapat kerusakan fisik pada stok, maka akan dilakukan retur untuk ditukarkan dengan barang yang sesuai.
Apabila barang sampai sesuai dengan Surat Pemesanan, maka Surat Pemesanan akan diserahkan kepada pengirim barang dengan tanda tangan basah. Barang apa pun yang tidak masuk ke dalam sistem dipisahkan dengan menempatkannya di ruangan atau tempat khusus. Metode First In First Out (FIFO) mengasumsikan barang yang diimpor terlebih dahulu akan dijual atau dikeluarkan terlebih dahulu, sedangkan barang yang diimpor terakhir akan dijual atau dikeluarkan di kemudian hari.
Membuat Berita Acara Pemusnahan Barang (BAP) Resmi yang ditandatangani oleh saksi dan pihak apotek serta dinas kesehatan kota/kabupaten setempat.
ANALISIS RESEP
- Membaca dan Menulis Ulang Resep
- Menganalisa Resep
- Alur Pelayanan Resep
- Penyerahan Obat ke Pasien
Obat yang tercantum adalah amlodipine 10 mg sebanyak 30 tablet untuk mengatasi hipertensi pasien, glibenclamide 30 tablet, dan metformin 30 tablet untuk mengatasi diabetes pasien, masing-masing satu tablet diminum satu kali sehari. Obat tersebut terdiri dari 3 pena Novomix, 3 kali sehari, 12 inci sebelum makan, untuk mengontrol kadar gula darah pasien. Aspilet 30 tablet sehari sekali, antipiretik 1 tablet dan candesartan 8 mg, sehari 30 tablet sekali, 1 tablet.
Obat yang dimaksud adalah Ramipril 5 mg 30 tablet dengan pemakaian 1 kali sehari pada malam hari untuk mengatasi hipertensi, Concort 30 tablet dengan penggunaan 1 kali sehari pada pagi hari, Nitrocaf dengan penggunaan 1 tablet dua kali sehari dan CPG 30 tablet 1 kali sehari. . siang hingga malam. Berotec spray digunakan sehari sekali, 1 isapan dan Amlodipine 5 mg 30 tablet sehari sekali untuk penderita hipertensi. Obat yang diresepkan adalah Novomix 2 pulpen, 8 bawang bombay 2 kali sehari pada pagi dan sore hari.
Metformin 500 mg 30 tablet sehari sekali 1 tablet untuk mengobati pasien diabetes dan Simvastatin 10 mg 30 tablet 2 kali sehari 1 tablet untuk mengobati kolesterol pasien. Pasien datang ke apotek dengan keluhan keluhan pasien. dengan metode pemilihan terapi WWHAM. Konseling seperti penggunaan, efek samping dan rekomendasi yang diberikan kepada pasien akurat dan tepat.
Saran yang diberikan benar namun tidak ada efek samping dan terapi nonfarmakologis, hal ini perlu disampaikan kepada pasien. Prosedur operasional standar di Apotek Kimia Farma 179 Martapura telah sesuai dengan ketentuan PERMENKES dan standar nasional. Perencanaan di Apotek Kimia Farma 179 Martapura mengutamakan pemanfaatan pola konsumsi dan pola penyakit di wilayah dimana apotek berada.
Pengadaan di Kimia Farma 179 Martapura Farmacia dibagi menjadi 3 metode pengadaan yaitu rutin, mendesak dan pengiriman (Autospreading). Penerimaan di Apotek Kimia Farma 179 Martapura memerlukan pengecekan alamat, invoice, produk, tanggal kadaluarsa dan adanya produk yang rusak. Pencatatan di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dilakukan untuk menghitung jumlah barang masuk dan keluar, narkotika, serta perputaran harian, bulanan dan tahunan.
Pelaporan ke Apotek Kimia Farma 179 Martapura dilakukan setiap 3 bulan sekali untuk obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat keras. Pemusnahan di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dilakukan apabila produk rusak tanpa pengembalian, produk mempunyai Tanggal Kedaluwarsa tanpa pengembalian.
ANALISIS SWAMEDIKASI
Alur Pelayanan Non Resep
Pasien yang datang ke apotek tidak selalu mempunyai penyakit yang serius sehingga harus membawa resep dari dokter, hal ini menimbulkan kebutuhan akan pelayanan yang dijual bebas. Layanan yang dijual bebas itu sendiri menargetkan gejala penyakit ringan atau kekurangan multivitamin. Layanan yang dijual bebas memerlukan pengobatan sendiri, yang menjamin penggunaan obat yang rasional dan memastikan efek positif.
Obat-obatan yang diperbolehkan diberikan tanpa resep adalah obat bebas, obat bebas terbatas dan golongan OWA yang tercantum dalam peraturan pemerintah dalam PERMENKES. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 347/MENKES/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apoteker, memuat daftar Obat Wajib Apoteker No.1.
Kegiatan Swamedikasi
Analisis Swamedikasi, Penatalaksanaan, dan Monitoring
Kegiatan pengobatan mandiri mengharuskan kedua belah pihak, pasien dan apoteker, untuk melakukan konseling dan pemantauan secara berkala untuk mengendalikan efek, interaksi dan efek samping obat yang tidak diinginkan. W Lansia usia 63 tahun Menggali H Sakit dada, karena. terjatuh dan memar A Pasien meminta pertolongan. pereda nyeri saat menunggu pemeriksaan rontgen. Terapi yang diberikan sesuai dengan gejala nyeri yang dialami pasien untuk meredakan sementara. Mengobati nyeri pada memar di dada.
Mual, ketidaknyamanan perut dan kantuk. tidak ada yang diserahkan ) Pasien disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter dan melakukan rontgen. Terapi yang diberikan sesuai dengan keluhan pasien berupa nyeri perut ringan hingga sedang, kecuali tukak lambung. Cara penggunaan yang disampaikan kepada pasien sudah benar, namun terapi non farmakologi dan efek samping tidak disampaikan.
Jika sakit perut tidak kunjung mereda atau terjadi efek samping yang tidak diinginkan, hentikan penggunaan dan segera dapatkan bantuan medis. Penyimpanan dan penataan di Apotek Kimia Farma 179 Martapura dilakukan dengan metode FIFO, FEFO, atau dengan melihat konsumsi obat tertinggi yang nantinya akan dikelompokkan menjadi PARETO A, B dan C. Sedangkan obat golongan NAPZA sebulan sekali melalui SIPNAP atau secara manual ke dinas kesehatan kotamadya.
Pemusnahan dilakukan dengan cara mengumpulkan produk dari masing-masing cabang daerah, yang kemudian dimusnahkan pada waktu yang sama setiap beberapa bulan. Pelayanan yang dijual bebas atau pengobatan sendiri kurang menyeluruh karena fokus tujuan pelayanannya berbeda. 179 Martapura telah memberikan pelayanan kefarmasian yang baik, namun kami berharap pertanyaan yang diajukan pada saat pengobatan mandiri dapat lebih diperdalam sesuai prosedur dan pemberian informasi obat (PIO) dapat lebih ditingkatkan seperti penambahan efek samping obat, pemantauan , terapi nonfarmakologis dan menanyakan kembali apakah pasien memahami bahwa pasien memahami obat yang diterimanya, begitu pula dengan pelayanan pengobatan mandiri.
KESIMPULAN
SARAN