1
Sejarah Apotek
Profil Apotek
Sistem perencanaan di Apotek Kimia Farma 336 Antasari menggunakan metode konsumsi dan epidemiologi serta buku penolakan. Pengadaan di Apotek Kimia Farma 336 Antasari dilakukan oleh pengadaan BM Banjarmasin dengan sistem online Minmax. Obat-obatan yang disimpan di Apotek Kimia Farma 336 Antasari juga diurutkan berdasarkan abjad untuk memudahkan pencarian.
SOP dan Metode Perencanaan
Metode konsumsi merupakan suatu metode perencanaan obat berdasarkan kebutuhan obat aktual pada periode sebelumnya dengan penyesuaian dan koreksi berdasarkan penggunaan obat pada tahun sebelumnya. Metode ini untuk menutupi kelemahan metode konsumsi dan epidemiologi, sehingga metode gabungan ini merupakan gabungan antara metode konsumsi dan epidemiologi. Metode konsumsi didasarkan pada data penggunaan atau konsumsi pada periode sebelumnya, sedangkan metode epidemiologi didasarkan pada penyakit atau kondisi yang sedang terjadi.
SOP dan Metode Pengadaan
Sistem pengadaan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma 336 Antasari dilakukan secara berkelompok, dimana disentralisasi oleh bagian BM (Manajer Bisnis), yang kemudian disalurkan ke titik-titik Kimia Farma lainnya. Sistem Min-max adalah pengadaan berdasarkan perhitungan sistem Kimia Farma yang dilakukan oleh bagian pengadaan Business Manager (BM). Permintaan Cito digunakan untuk barang yang dibutuhkan dengan cepat, biasanya dilakukan untuk pembelian obat karena permintaan pasien dimana obat tersebut tidak tersedia di Kimia Farma lain.
SOP dan Metode Penerimaan
Kimia Farma Apteek juga melakukan pendistribusian barang secara otomatis secara perputaran barang sehingga tidak terjadi penumpukan akibat overstock dan barang pasif (Death Stock) yang terdaftar sebagai barang Pareto. Sistem penerimaan di Kimia Farma Apteek No. 336 dimulai dari barang tiba, kemudian apoteker atau TTK memeriksa nama obat, dosis obat, kesesuaian jumlah, keadaan fisik barang, tanggal kadaluarsa (ED), dan No. Batch disesuaikan dengan LPLPO dan invoice untuk syarat pengembalian barang JKN Apoteker atau TTK menandatangani invoice kemudian disimpan Penerimaan dilakukan setiap awal bulan.
SOP dan Metode Penataan dan Penyimpanan
Sistem penerimaan di Kimia Farma Apteek No. 336 dimulai dari barang tiba, kemudian apoteker atau TTK memeriksa nama obat, dosis obat, kesesuaian jumlah, keadaan fisik barang, tanggal kadaluarsa (ED), dan No. Batch disesuaikan dengan LPLPO dan invoice untuk syarat pengembalian barang JKN Apoteker atau TTK menandatangani invoice kemudian disimpan Penerimaan dilakukan setiap awal bulan. e) Obat khusus untuk asuransi (BPJS/PRB), obat generik dan obat bermerek. f) Obat disimpan berdasarkan LASA (Look Alike Sound Alike). g) Obat disimpan berdasarkan Hight Alert. . h) Suhu khusus, digunakan untuk penyimpanan sediaan seperti supositoria, suntikan dan sediaan lain yang memerlukan penyimpanan pada suhu dingin 2-8. Saya). Sistem penyimpanannya dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun berdasarkan abjad. j) Penyaluran obat menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIEU (First in First Out). k) Obat dapat disimpan berdasarkan klasifikasi obat. Obat yang disimpan khusus adalah obat pasien BPJS/PRB, obat dokter kapitasi, obat generik, dan obat bermerek.
SOP dan Metode Pencatatan
Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan dilakukan dengan membedakan rak penyimpanan dan mengelompokkan perbekalan farmasi yang sejenis. Misalnya membedakan antara penyimpanan sediaan injeksi, sediaan tablet atau kapsul, serta sediaan sirup dan sediaan setengah padat. Sediaan sirup dikumpulkan dalam bentuk sediaan yang sama dengan sirup kering Amoksisilin, Parasetamol, suspensi antibiotik dan lain-lain.
Pergudangan berbasis pareto atau fast moving yaitu obat yang waktu penyelesaiannya relatif cepat dan obat yang menghasilkan 80% total omzet dari 20% barangnya. Penyimpanan FIFO (First In First Out) adalah penyimpanan berdasarkan barang yang masuk terlebih dahulu akan ditempatkan paling depan sehingga akan didistribusikan terlebih dahulu, sedangkan FEFO (First Expired First Out) adalah penyimpanan barang berdasarkan tanggal kadaluarsa farmasi. perbekalan, barang yang masa kadaluwarsanya mendekati ditempatkan sebelum barang yang masa kadaluarsanya lama. Registrasi dilakukan setiap hari, meliputi pencatatan data pasien, penerimaan invoice dan copy resep setiap hari guna memantau seluruh aktivitas di Apotek Kimia Farma 366 Antasari agar dapat berfungsi dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan serta memberikan bukti data yang berkaitan dengan jumlah barang. , jenis barang, waktu yang dihabiskan dan seluruh rangkaian proses pendistribusian barang.
SOP dan Metode Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap tahapan pengelolaan mulai dari perolehan, penyerahan dan pemusnahan secara tertib dan akurat serta disetujui oleh apoteker penanggung jawab. Nama Jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa serta nama produsen. Laporan dikirimkan ke Badan POM, Direktorat Pengawasan Obat dengan tembusan ke kantor pusat atau Balai POM.
Setiap bulannya Asisten Apoteker menginput data penggunaan narkotika dan psikotropika melalui SIPNAP, dan setelah data dimasukkan maka dilakukan impor data (paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya). Laporan tersebut berisi laporan penggunaan obat pada bulan yang bersangkutan (termasuk nomor seri, nama bahan/sediaan, alat, persediaan awal bulan), password dan username yang diperoleh setelah registrasi pada dinas kesehatan setempat. Pelaporan harus dilakukan pada setiap rangkaian kegiatan, dengan tujuan untuk memantau seluruh kegiatan di Apotek Kimia Farma Nr.
Kegiatan ini memberikan data jumlah barang, jenis barang, waktu pengeluaran dan keseluruhan proses pendistribusian barang. Laporan harian yang meliputi Laporan Tinjauan Penjualan Harian (LIPH) disertai Tanda Terima Setoran Kasir (BSK), Laporan Pendapatan Harian Apotek yang dilakukan pada pergantian shift (pendapatan pagi, siang dan malam) dan pengeluaran apotek setiap hari. . Laporan bulanan meliputi penjualan produk Kimia Farm dan produk promosi, laporan pembelian, persediaan, laporan laba rugi, dan laporan penolakan resep.
Pelaporan obat dan psikotropika dilakukan sebulan sekali, dibuat sebanyak 4 rangkap untuk Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin dengan tembusan dari Dinas Kesehatan Kota Provinsi Kalimantan Selatan, Balai POM Kalimantan Selatan dan Arsip Apotek.
SOP dan Metode Pemusnahan
Struktur Organisasi Apotek
Pada bagian administrasi resep ini tidak ditemukan umur, alamat pasien dan inisial dokter. Dan pada aspek klinis pemilihan terapi, pasien dengan keluhan demam diberikan parasetamol 10 tablet dengan aturan pakai 3 x 1 hari, dan untuk batuk berdahak diberikan ambroxol 10 tablet dengan aturan pakai 3 x. 1 per hari, dan untuk masuk angin diberi loratadine 5 tablet 1 x 1 per hari, dan antibiotik untuk membunuh infeksi bakteri, obat cefadroxil sebanyak 15 tablet dengan aturan pakai 2 x 1 per hari. Dan pada aspek klinis pemilihan terapi, pasien dengan keluhan hipertensi mendapat amlodipine 5 mg 15 tablet dengan aturan pakai 1 x 1 per hari, untuk kolesterol mendapat simvastatin 10 tablet 10 mg dengan aturan pakai 1 x. 1 per hari pada malam hari, dan keluhan perut. Ia diberi obat omeptrazol 20 mg sebanyak 10 tablet dengan aturan pemakaiannya harus sehari sekali.
Dan aspek klinis pemilihan terapi pada pasien yang mempunyai keluhan batuk berdahak, ambroxol diberikan 10 tablet dengan aturan pakai 3 x 1 sehari selama 3 hari, salep genta diberikan 1 buah dengan aturan pemakaiannya dioleskan tipis-tipis pada kulit yang terkena Amlodipine 15 mg diberikan tablet dengan aturan pakai 1x1 per hari selama 15 hari untuk hipertensi, glimepiride 2 mg diberikan 15 tablet dengan aturan pakai 1x1 per hari. Kegiatan Pengeluaran dan Penyediaan Obat adalah kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap penyiapan/penyiapan obat, penyediaan label/tag, penyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang cukup disertai dokumentasi. Saat pasien datang, petugas Kimia Farma Apteek No. 336 Antasari menanyakan nama untuk memastikan identitas pasien benar, dan pasien diminta memberikan inisial pada resep.
Obat kemudian diserahkan kepada pasien dengan memberikan informasi obat yang benar dan jelas mengenai nama obat, kegunaan, petunjuk penggunaan, cara penggunaan, cara penyimpanan dan efek samping obat. Apotek Kimia Farma 336 Antasari menyediakan OWA, OTC, alat kesehatan dan obat herbal atau disebut juga pengobatan mandiri yaitu pengobatan mandiri terhadap pasien yang datang ke apotek dengan keluhan tertentu. Pelayanan ini dilakukan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian dengan metode bertanya WWHAM (Who, What, How, Action, Medication). Sedangkan evaluasi penggunaan obat merupakan kegiatan evaluasi penggunaan obat secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin penggunaan obat sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau (rasional) (Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 Tahun 2016 ).
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2380/A/Sk/Vi/83 tentang Merek Khusus Obat OTC dan Obat OTC Terbatas.
Menulis Ulang Resep dan Analisis Resep
Lama penggunaan paracetamol, ambroxol, loratadine 3 hari dan antibiotik cefadroxil 8 hari. Banjarmasin APA: Nelson Jaya Saputra, S.Si, Apt. ml/tetes/sendok teh/makan malam pagi-siang-sore-malam.
Alur Pelayanan Resep
Penyerahan Obat ke Pasien
Masalah lain: kulit terasa gatal dan tampak berjerawat jika garukannya mengeluarkan cairan. Riwayat Alergi: alergi terhadap makanan tertentu. Pengobatan sendiri adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mengobati sendiri suatu penyakit tanpa berkonsultasi dengan dokter, menggunakan obat-obatan yang tidak diresepkan, dan obat-obatan yang dijual bebas secara terbatas dan dapat diperoleh tanpa resep dokter (Izzatin , 2015). Menurut WHO, pengertian pengobatan sendiri adalah pilihan dan penggunaan obat modern, herbal atau tradisional oleh individu untuk mengobati suatu penyakit atau gejala suatu penyakit (WHO, 2010).
Pelayanan obat bebas merupakan pelayanan bagi pasien yang ingin melakukan pengobatan sendiri atau mengobati diri sendiri. Obat swamedikasi meliputi obat yang dapat digunakan tanpa resep, antara lain obat wajib farmasi (OWA), obat bebas resep (OBT), dan obat bebas (OB). Penilaian pasien merupakan penilaian terhadap kondisi pasien yang penting untuk dipertimbangkan oleh apoteker dalam menentukan identifikasi pasien sebelum membuat rekomendasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan tindakan apoteker sebelum menggunakan konseling sebagai acuan rekomendasi adalah riwayat pengobatan, untuk siapa obat tersebut ditujukan, usia pasien, penyebab penyakit, lama sakit, lokasi sakit. , gejala penyakit, obat lain yang digunakan, obat serupa lainnya, alergi obat, apakah pernah menderita penyakit sebelumnya, gejala lain, dan apakah Anda pernah ke dokter (Chua, et al., 2006 ). Pemantauan resep dapat dilakukan dengan kegiatan seperti Pemantauan Efek Samping Obat (MESO), Pemantauan Terapi Obat (PTO), dan evaluasi penggunaan obat. MESO adalah kegiatan untuk memantau reaksi merugikan atau tidak terduga terhadap suatu obat yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau untuk mengubah fungsi fisiologis.
PTO adalah proses yang memastikan pasien menerima terapi obat yang efektif dan terjangkau yang memaksimalkan efektivitas dan meminimalkan efek samping. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 40 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penanganan Prekursor Farmasi dan Obat yang Mengandung Prekursor Farmasi. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
Alur Pelayanan non Resep
Kegiatan Swamedikasi
Alat Kesehatan