• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI RUMAH SAKIT BUNDA MARGONDA KOTA DEPOK PERIODE 11 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2023

N/A
N/A
H. Cece Siswandi

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI RUMAH SAKIT BUNDA MARGONDA KOTA DEPOK PERIODE 11 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2023"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI RUMAH SAKIT BUNDA MARGONDA KOTA DEPOK PERIODE 11 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2023

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI HUMERUS PADA PASIEN FRAKTUR HUMERUS 1/3 PROKSIMAL DEXTRA

Disusun Oleh :

Cikal Bagja Nugraha (NIM 2216014) Bima Aditya Akbar (NIM 2216012) I Made Candra Saputra (NIM 2216031)

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI PERSADA NUSANTARA BEKASI

TAHUN 2023

(2)

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Judul : Teknik Pemeriksaan Radiografi Humerus pada Pasien Fraktur Humerus 1/3 Proksimal Dextra

Identitas Peserta PKL

1. Nama : Cikal Bagja Nugraha

NIM 2216014

2. Nama : Bima Aditya Akbar

NIM 2216012

3. Nama : I Made Candra Saputra

NIM 2216031

Bekasi, 31 Oktober 2023

Dosen Pembimbing, Pembimbing Lapangan,

Yeyen Yuliawati,SKM.,M.Sc Rudi Ernawan, Amd. Rad

NIP.

Mengetahui,

Koordinator Radiologi,

Irna hari, A, Amd, Rad NIP

ATRO PERSADA NUSANTARA i

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan pada tanggal 11 September – 31 Oktober 2023 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Bunda Margonda Kota Depok, Jawa Barat.

Kami mengucapkan terima kasih kepada instruktur, pembimbing materi dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini, serta semua bantuan dan kemudahan yang telah diberikan dalam menyelesaikan penulisan laporan. Penulisan laporan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktik kerja lapangan.

Guna memenuhi tugas mata kuliah PKL I Program Studi Diploma III Jurusan Akademi Teknik Radiodiagnostik Dan Radioterapi Persada Nusantara Bekasi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak DR. H.M.S Mursyid, M.Si, M.Kes, Ph.D Selaku Ketua Yayasan Sekaligus Direktur ATRO Persada Nusantara Bekasi

2. Ibu Irna Hari, A, Amd, Rad Selaku Kepala Ruangan Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Bunda Margonda

3. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis 4. Semua Radiografer Rumah Sakit Umum Bunda Margonda

5. Ibu Yeyen Yuliawati,SKM.,M.Sc. Selaku Dosen Pembimbing

Bekasi, 31 Oktober 2023

Penulis

(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN ...1

1. 1 Latar Belakang ... 1

1. 2 Tujuan ... 1

1.3 Tujuan Penulisan Laporan ... 2

1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan ...2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Bunda Margonda ... 3

2. 2 Struktur Organisasi Instalasi Radiologi RS U Bunda Margonda ...4

2. 3 Anatomi Fisiologi ...5

2. 4 Patofisiologi ... 6

2. 5 Teknik Pemeriksaan Radiografi humerus ... 9

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ...12

3.1Identitas Pasien ... 12

3.2Persiapan pemeriksaan ... 12

3.3Alat dan Bahan ... 12

3.4Prosedur Pemeriksaan ...13

3.5Praktek Teknik Pemeriksaan di Lapangan ... 13

3.6Hasil Gambaran Radiografi ... 15

BAB IV PENUTUP ... 16

4.1Kesimpulan ... 16

4.2Saran ... 16

DAFTAR PUSTAKA ... v

LAMPIRAN GAMBAR ...vi

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Anatomi Humerus ... 5

Gambar 2 Posisi Pasien Proyeksi AP ... 9

Gambar 3 Hasil Pengaturan Sinar dan Ekspos Proyeksi AP ... 10

Gambar 4 Posisi Pasien Proyeksi Lateral ... 10

Gambar 5 Posisi Pasien Proyeksi Lateral ... 11

Gambar 6 Hasil Gambar Radiologi Pasien Ny. M...15

Gambar 7 Formulir Permintaan Radilogi...vi

Gambar 8 Hasil Expertise Radiologi...vii

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Akademi Teknik Radiodiagnostik Dan Radioterapi Persada Nusantara Bekasi merupakan jurusan yang mendidik tenaga kesehatan khusus di bidang radiologi yang merupakan salah satu bentuk pelayanan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat.

Seiring dengan kemajuan ilmu teknologi di bidang kesehatan terutama di bidang radiologi, dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan keahlian dalam pelayanan radiologi, serta menciptakan radiografer yang handal dan profesional.

Untuk mendapatkan tenaga ahli tersebut, Akademi Teknik Radiodiagnostik Dan Radioterapi Persada Nusantara Bekasi membuat program pendidikan yang mengarahkan para mahasiswa untuk menjadi tenaga ahli yang sudah siap terjun ke lapangan. Salah satu program tersebut adalah Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan pada tanggal 11 September - 31 Oktober 2023.

Kami yakin dengan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini pasti akan menambah wawasan Kami dari segi pengalaman dan pengetahuan yang didapat secara langsung.

1. 2Tujuan

Dengan adanya kegiatan PKL ini diharapkan mahasiswa yang mengikuti program tersebut dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dan dapat menyelesaikan masalah masalah yang terjadi dalam ruang lingkup pelayanan kesehatan di bidang radiologi dan menampilkan performa yang profesional dan proporsional, yaitu sebatas kewenangan yang di milikinya dengan selalu memikirkan hak pasien, serta dapat mengidentifikasidan menganalisa masalah yang timbul dalam pelayanan kesehatan bidang radiologi Rumah Umum Bunda Margonda Kota Depok, Jawa Barat

ATRO PERSADA NUSANTARA 1

(7)

1. 3 Tujuan Penulisan Laporan

Penulisan laporan ini bertujuan guna memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) Program Studi Diploma III Jurusan Akademi Teknik Radiodiagnostik Dan Radioterapi Persada Nusantara Bekasi.

1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan

Dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Rumah Sakit Umum Bunda Margonda sebagai Mahasiswa Akademi Teknik Radiodiagnostik Dan Radioterapi Persada Nusantara dapat menerapkan pelajaran yang diperoleh di kampus secara langsung di aplikasikan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit sebagai lahan untuk memperoleh pengalaman dalam melakukan praktek di lapangan, sesuai dengan standar dan mutu yang berlaku di Rumah Sakit.

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Bunda Margonda

Berawal dari tahun 1961 saat di mana dr Rizal Sini Sp.OG yang merupakan seorang dokter spesialis kandungan terkenal di Indonesia mendirikan sebuah klinik persalinan. Selanjutnya 12 tahun kemudian pada tanggal 27 Maret 1973, dr Rizal Sini Sp.OG meresmikan RSB Bunda yang berlokasi di Menteng Jakarta Pusat. RSB Bunda menjadi menjadi klinik persalinan yang memiliki keunggulan dalam menyediakan layanan kesehatan bagi wanita selama proses kehamilan hingga persalinan. Saat ini, RSB Bunda dikenal sebagai RSIA Bunda Jakarta yang terus berdedikasi pada penyediaan layanan kesehatan bagi ibu dan anak. Melewati berbagai proses dan waktu dalam memberikan pelayanan, RSB Bunda bertransformasi menjadi RSIA Bunda Jakarta dan terus mengembangkan bisnisnya, tidak hanya melayani ibu dan anak melainkan menyediakan perawatan bagi seluruh keluarga di Indonesia.

RS Bunda Margonda merupakan RS kedelapan yang tergabung dalam Bunda Indonesia Hospital Alliance, RS ini berlokasi tepat di pinggir jalan Margonda Depok Saat pertama kali di resmikan RS Bunda Margonda merupakan RSIA (Rumah Sakit Ibu dan Anak) yang khusus memberikan pelayanan jasa hanya kepada kaum ibu dan anak. Akan tetapi pada 11 April 2006 RSIA ini diresmikan kembali menjadi RSU Bunda Margonda, hal ini dikarenakan banyaknya permintaan dari pasien - pasien yang sudah melakukan pelayanan RS Bunda, dikarenakan belum banyaknya RSU (Rumah Sakit Umum) yang bisa memfasilitasi kebutuhan akan kesehatan mereka.

Sebagai aliansi RS yang dikenal piawai merawat ibu bersalin dan anak ini, RS diharapkan dapat menjadi tujuan utama keluarga di Depok. ini RS Bunda Margonda telah dilengkapi berbagai fasilitas yang canggih. (Sejarah Tentang Kami, 2010)

(9)

2. 2 Struktur Organisasi Instalasi Radiologi RSU Bunda Margonda

Direktur RSU, Bunda Dr.

Selamat, MARS

KA. BID JANGMED Dr. Myrna Octaviany, MARS

KA INSTALASI RADIOLOGI dr. R. Bagus Denny Indra Baruna, Sp. Rad (K)

RADIOLOGIST

dr. Rachmania Diandini, So Rad dr. Maria Marcella, Sp. Rad

KA. RU. INST. RADIOLOGI Irna hari, A, Amd, Rad Rudi ernawan, Amd. Rad Syarifa Aini, Amd. Rad Mulianasari, Amd. Rad Chandra Effendi, Amd. Rad Nayla tiarannisa, S.Tr.Kes Septiana Putri, Amd. Rad

(10)

2. 3 Anatomi Fisiologi

Gambar 1 Anatomi Humerus

Menurut (Lie, 2019) Humerus (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal bersendi pada siku lengan dengan dua tulang, ulna dan radius. 3 Ujung proksimal humerus memiliki bentuk kepala bulat (caput humeri) yang bersendi dengan kavitas glenoidalis dari scapula untuk membentuk articulatio gleno-humeri. Pada bagian distal dari caput humeri terdapat collum anatomicum yang terlihat sebagai sebuah lekukan oblik. Tuberculum majus merupakan sebuah proyeksi lateral pada bagian distal dari collum anatomicum.

Tuberculum majus merupakan penanda tulang bagian paling lateral yang teraba pada regio bahu. Antara tuberculum majus dan tuberculum minus terdapat sebuah lekukan yang disebut sebagai sulcus intertubercularis. Collum chirurgicum merupakan suatu penyempitan humerus pada bagian distal dari kedua tuberculum, dimana caput humeri perlahan berubah menjadi corpus humeri. Bagian tersebut dinamakan collum chirurgicum karena fraktur sering terjadi pada bagian ini. 3 Corpus humeri merupakan bagian humerus yang berbentuk seperti silinder pada ujung proksimalnya, tetapi berubah secara perlahan menjadi berbentuk segitiga hingga akhirnya menipis dan melebar pada ujung distalnya. Pada bagian lateralnya, yakni di pertengahan corpus humeri, terdapat daerah berbentuk huruf V dan kasar yang disebut sebagai tuberositas deltoidea. Daerah ini berperan sebagai titik perlekatan tendon musculus deltoideus. 3 Beberapa bagian yang khas merupakan penanda yang terletak pada bagian distal dari humerus. Capitulum humeri

(11)

merupakan suatu struktur seperti tombol bundar pada sisi lateral humerus, yang bersendi dengan caput radii. Fossa radialis merupakan suatu depresi anterior di atas capitulum humeri, yang bersendi dengan caput radii ketika lengan difleksikan.

Trochlea humeri, yang berada pada sisi medial dari capitulum humeri, bersendi dengan ulna. Fossa coronoidea merupakan suatu depresi anterior yang menerima processus coronoideus ulna ketika lengan difleksikan. Fossa olecrani merupakan suatu depresi posterior yang besar yang menerima olecranon ulna ketika lengan diekstensikan. Epicondylus medialis dan epicondylus lateralis merupakan suatu proyeksi kasar pada sisi medial dan lateral dari ujung distal 1

Humerus merupakan tempat kebanyakan tendon otot-otot lengan menempel. Nervus ulnaris, suatu saraf yang dapat membuat seseorang merasa sangat nyeri ketika siku lengannya terbentur, dapat dipalpasi menggunakan jari tangan pada permukaan kulit di atas area posterior dari epicondylus medialis

2. 4 Patofisiologi

Menurut (Apley, 1993) Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Namun apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Ignativiicius

& Donna D, 1995).

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur 1. Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

2. Faktor Intrinsik

(12)

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.

b. Klasifikasi Fraktur Berdasarkan sifat fraktur

1. Fraktur Tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.

2. Fraktur Terbuka (open / compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

Berdasarkan komplit atau tidaknya fraktur

1. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang.

2. Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:

a) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)

b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya

c) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang

Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma 1. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan

merupakan akibat trauma angulasi atau langsung

2. Fraktur Obliq: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasi juga.

3. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.

4. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain

5. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang.

(13)

Berdasarkan jumlah garis patah

1. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.

2. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.

3. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.

Berdasarkan pergeseran fragmen tulang

1. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh

2. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:

a) Dislokasi (pergeseran searah sumbu).

b) Dislokasi (pergeseran yang membentuk sudut).

c) Dislokasi (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).

3. Fraktur Kelelahan, fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang

4. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:

1. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya.

2. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.

3. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan.

4. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman sindroma kompartemen.

(14)

2. 5 Teknik Pemeriksaan Radiografi Humerus

Menurut (Chaira, n.d.) beberapa teknik pemeriksaan radiografi humerus, yaitu a. Proyeksi AP

1. Posisi Pasien

Pasien dalam posisi supine di atas meja pemeriksaan, sesuaikan kaset untuk memasukkan seluruh panjang humerus

2. Posisi Objek

Gambar 2 Posisi Pasien Proyeksi AP

a) Tempatkan kaset dekat dengan axila, dan pusatkan humerus ke garis tengah kaset

b) Kecuali dikontraindikasi, tekuk siku, angkat permukaan ibu jari tangan ke atas dan sandarkan humerus pada penyangga yang sesuai c) Sesuaikan posisi tubuh untuk menempatkan permukaan lateral humerus

tegak lurus dengan central ray 3. Pengaturan Sinar dan Eksposi

a) Arah sinar/central ray (CR) : Tegak lurus dengan kaset.

b) Titik bidik/central point (CP) : Midpoint humerus c) Focus Film Distance (FFD) : 90-100 cm

d) Ukuran kaset : 35 x 43 cm

e) Ukuran film : 8 x 10 inci

(15)

Gambar 3 Hasil Pengaturan Sinar dan Ekspos Proyeksi AP

4. Kriteria Radiograf a) Kolimasi yang tepat

b) Menunjukkan dua sendi yaitu elbow joint dan shoulder joint.

c) Visibilitas epicondylus maksimal tanpa rotasi keluar.

d) Caput humerus dan tubercular yang lebih besar masuk dalam profil.

e) Garis besar tuberculum yang lebih rendah, di antara caput humerus dan tubercular yang lebih besar.

f) Divergensi sinar yang mengakibatkan distorsi pada sambungan siku.

g) Kecerahan pada humerus distal dan proksimal seupa.

b. Proyeksi Lateral 1. Posisi Pasien

Gambar 4 Posisi Pasien Proyeksi Lateral

(16)

2. Posisi Objek

a) Tempatkan kaset dekat dengan axila, dan pusatkan humerus ke garis tengah kaset

b) Kecuali dikontraindikasi, tekuk siku, angkat permukaan ibu jari tangan ke atas dan sandarkan humerus pada penyangga yang sesuai

c) Sesuaikan posisi tubuh untuk menempatkan permukaan lateral humerus tegak lurus dengan central ray

3. Pengaturan Sinar dan Eksposi

a) Arah sinar/central ray (CR) : Tegak lurus dengan kaset.

b) Titik bidik/central point (CP) : Midpoint humerus c) Focus Film Distance (FFD) : 90-100 cm

d) Ukuran kaset : 35 x 43 cm e) Ukuran film : 8 x 10 inci

Gambar 5 Posisi Pasien Proyeksi Lateral

4. Kriteria Radiograf

a) Menunjukan seluruh panjang humerus, true lateral dapat dilihat dengan adanya superimposisi epicondylus.

b) Elbow dan Shoulder joint terlihat.

c) Tubercular kecil di profil dan tubercular besar superimposisi diatas kepala humerus.

d) Kecerahan dan kontras gambar humerus proximal dan distal.

e) Kolimasi yang tepat

(17)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. M

Jenis Kelamin : Wanita

Tanggal Lahir : 22 Agustus 1942

Usia : 81 tahun

Alamat : IGD

Dokter Pengirim : Dr.Eric. J. Ferauchi dr.Mars Jenis Alat : Konvensional dan DR

Proyeksi : Os

Humerus Nomor Pemeriksaan :R.09.23.9266 Pacient Id:03164574

Tanggal Permintaan :12 September 2023

Waktu : 15:16 (WIB)

Hasil Expertise : 12 September 2023/ 18:41 (WIB) 3.2 Persiapan pemeriksaan

Pada dasarnya pemeriksaan humerus ini tidak membutuhkan pemeriksaan yang khusus. Namun karena Pasien kesulitan dalam memposisikan maka kita melakukan pemeriksaan dengan posisi duduk di kursi roda dan lengan pasien di pasang bantalan untuk meminimalisir pergerakan lalu Pasien diharuskan untuk melepaskan benda-benda asing yg berada di sekitar lengan kanan hingga dada bagian kanannya agar tidak menimbulkan gambaran radiopaque pada gambar radiograf.

Dalam hal ini diantaranya yakni resleting, kancing logam, kalung, koin logam dan benda berbahan logam lainnya. Selain itu juga sebelum pemeriksaan petugas harus memberitahu prosedur pemeriksaan kepada pasien atau keluarga agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pemeriksaan pasien tersebut.

3.3 Alat dan Bahan 1. Peasawat Sinar- X 2. DR merk Philips 3. Detector 35×45 cm 4. Bucky Stand 5. Printer

(18)

3.4 Prosedur Pemeriksaan

Pasien datang membawa Surat Permintaan dari dokter pengirim ruangan, lalu pasien dipersilahkan duduk di ruang tunggu dan petugas mengimput data pasien di ruangan Administrasi Radiologi. Setelah data diinput dan di print, petugas masuk ke ruangan Pemeriksaan dan meinput data pasien di komputer DR setelah itu petugas mempersiapkan alat. Setelah semua siap, petugas memanggil pasien untuk masuk keruangan pemeriksaan dan mempersilakan pasien mengganti pakaian dengan pakaian pemeriksaan bila diperlukan.

Setelah pasien sudah siap, Petugas memposisikan pasien dan memproyeksikan pasien. Setelah selesai pasien dipersilahkan mengganti baju kembali apa bila meggunakan baju pemeriksaan dan di arahkan keluar ruangan setelah semua selesai.

Lalu petugas Kembali ke ruang computer untuk mencetak hasil dan di berikan kepada pasien atau perawat.

3.5 Praktek Teknik Pemeriksaan di Lapangan a. Proyeksi AP

1. Posisi Pasien

Pasien erect di depan bucky stand, dengan lengan atas dan tubuh posisi AP menempel pada kaset.

2. Posisi Objek

Posisikan humerus dan mid humerus pada pertengahan kaset. Posisi kan kaset sekitar 2 jari di atas lengan atas humerus dan maksimalkan dengan kondisi pasien indikasi fraktur humerus dan memposisikan humerus senyaman pasien guna mengurangi rasa sakit yang dirasa.

3. Pengaturan Sinar dan Eksposi

Arah sinar/central ray (CR) : Tegak lurus Horizontal dengan kaset. Titik bidi k/central point (CP): Midpoint humerus Focus Film Distance (FFD) : 90-100 cm

kV : 48-55

mAs : 2,0-4,0

Ukuran Kaset : 35×43 cm

Marker R/L : R

4. Kriteria Gambaran Radiograf

a) Terlihat Proyeksi AP dari seluruh humerus, termasuk sendi bahudan siku.

b) picondylus terlihat maksimal dan tidak rotasi,tuberculum minor terlihat.

c) Tampak jelas elbow dan shouder joint

(19)

b. Proyeksi Lateral 1. Posisi Pasien

Pasien erect di depan bucky stand, dengan lengan atas dan tubuh posisi AP menempel pada kaset.

2. Posisi Objek

Humerus Pasien di posisikan lateral dan atur humerus pada pertengahan kaset.

Jika terindikasi fraktur humerus maka posisikan semaksimal mungkin pasien.

Sendi bahu dan siku agak d sudutkan sekitar 45º 3. Pengturan Sinar dan Eksposi

Arah sinar/central ray (CR) : Tegak lurus Horizontal dengan kaset.

Titik bidi k/central point (CP): Mid point humerus Focus Film Distance (FFD) : 90-100 cm

kV : 48-55

mAs : 2,0-4,0

Ukuran Kaset : 35×43 cm

Marker R/L : R

4. Kriteria Gambaran Radiograf

a) Terlihat sendi yaitu Shoulder Joint b) Humerus dalam posisi truelateral c) Epicobdylus superposisi

d) 4.Tuberculum minor terlihat jelasdan tuberculum major superposisi.

(20)

3.6 Hasil Gambaran Radiografi

Gambar 6 Hasil Gambar Radiologi Pasien Ny. M

(21)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tulang Humerus merupakan tulang terbesar pada lengan dan penyusun satu- satunya lengan atas. Fraktur humerus adalah cedera yang terjadi pada tulang humerus akibat benturan keras yang menyebabkan trauma langsung atau tidak langsung.Fraktur humerus dapat menimpa siapa saja dan tingkat keparahannya dapat ditatalaksana dengan cara yang berbeda. Fraktur humerus dapat saja menjadi kondisi yang cukup serius ketika terjadi komplikasi

Pemeriksaan radiografi pada humerus dengan kasus fraktur medial humerus di RSU Bunda Margonda menggunakan proyeksi humerus AP dan Lateral sehingga kedua hasil gambaran dapat dilihat dan dibandingkan. Proyeksi AP dan Lateral dengan kasus fraktur adalah proyeksi yang mampu menampakan hasil gambaran fraktur pada humerus.

4.2 Saran

Pemeriksaan humerus pada kasus fraktur dengan kondisi pasien masih mampu berdiri maka bisa dilakukan dengan posisi pasien erect didepan bucky stand , agar lebih memudahakan pasien dan petugas untuk meposisikan objek dan dapat membuat pasien lebih nyaman dan menurangi rasa sakit saat ingin dilakukan pemeriksaan.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Apley, A. (1993). Buku Ajar Orthopedi Fraktur Sistem Apley (Vol. 7th). Widya Medika.

Chaira, N. (n.d.). Teknik Pemeriksaan Radiografi Humerus. Academia.

Lie, H. (2019). Anatomi Humerus. DOCPLAYER. https://docplayer.info/73057239-Anatomi- humerus-dan-femur.html

CNBC Indonesia. (2021). Sejarah Panjang RS Bunda Hingga Akhirnya Melantai di Bursa.

https://www.cnbcindonesia.com/market/20210806190138-17-266807/sejarah-panjang- rs-bunda-hingga-akhirnya-melantai-di-bursa

Lisa Rahmayanti,FISIP UI (2009).https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124256- SK

%20010%2009%20Rah%20p%20-%20Pengaruh%20Kualitas-Metodologi.pdf

ATRO PERSADA NUSANTARA v

(23)

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 7 Formulir Permintaan Radilogi

(24)

Gambar 8 Hasil Expertise Radiologi

Referensi

Dokumen terkait

DRAFT OF THE AMENDMENT OF ARTICLES OF ASSOCIATION PT BANK CIMB NIAGA TBK YEAR 2021 Page 8 of 16 CURRENT ARTICLES OF ASSOCIATION PROPOSED DRAFT OF ARTICLES OF ASSOCIATION 12.2.b

As the climate warms, the increased thaw of the uppermost permafrost and thickening of the active layer, results in ground subsidence, accelerated erosion and related hydrological and