Devi Ika Indriati, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Tarakan yang telah mengizinkan saya melakukan kegiatan PKL. Di era globalisasi saat ini, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) terus berkembang pesat sehingga daya saing dunia kerja semakin berkembang dan berdaya saing. Oleh karena itu, untuk mampu menghadapi dunia kerja yang semakin kompetitif diperlukan pelatihan dan pengembangan keterampilan.
Salah satu bentuk pelatihan dan pengembangan untuk memasuki dunia kerja adalah Praktek Kerja Lapangan (PKL). Dengan mengikuti kegiatan PKL diharapkan mahasiswa menjadi lebih terampil, berpengetahuan dan berpengalaman sebelum memasuki dunia kerja nyata. Melaksanakan PKL akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif kepada mahasiswa mengenai dunia kerja sebenarnya.
Dengan adanya kesempatan tersebut, praktisi memilih untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Dinas Kesehatan Kota Tarakan. Mempraktikkan apa yang telah dipelajari dalam perkuliahan di dunia kerja dan memperoleh pengalaman sebagai bekal menghadapi dunia kerja nyata. Mengalami budaya dunia kerja dalam hal kerjasama tim, manajemen waktu dan tekanan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu sehingga dapat melatih kedisiplinan, kerjasama dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas agar menjadi lulusan yang siap memasuki dunia kerja. pekerjaan.
Dokter melakukan kegiatan PKL di Dinas Kesehatan Kota Tarakan dan berkedudukan di Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan Departemen Pelayanan Kesehatan (Yankes).
Metode PKL
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
Sejarah Berdirinya
Visi Misi Dan Tujuan
Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya seluruh bagian bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi semua orang, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sosial dan ekonomi yang produktif. sumber daya manusia.. Keberhasilan pembangunan kesehatan secara besar-besaran ditentukan oleh kesinambungan antara upaya program dan multisektor serta kesinambungan dengan upaya yang telah dilakukan pada periode yang lalu. Kesehatan dalam teks pasal UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan diartikan sebagai keadaan sehat jasmani, rohani, rohani dan sosial yang memungkinkan setiap orang menjalani kehidupan sosial dan ekonomi yang produktif.
Pembangunan kesehatan periode 2020-2025 merupakan program Indonesia Sehat yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung oleh perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan; Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan semesta melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan kesehatan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN);
Upaya kesehatan ditingkatkan dengan tujuan memberikan upaya kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau bagi masyarakat, terutama yang berpendapatan rendah, dengan peran serta aktif masyarakat. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan, yaitu tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum tujuan negara. Desentralisasi atau otonomi daerah yang terjadi pada bidang kesehatan, kualitas sistem informasi kesehatan sangat ditentukan oleh kualitas sistem kesehatan kabupaten/kota.
Sistem kesehatan nasional secara umum tidak bisa begitu saja dilaksanakan di daerah otonom. Daerah otonom mengandung semangat kepedulian terhadap permasalahan khusus di daerah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat daerah, serta unsur-unsur yang muncul dan berkembang di daerah. Profil Kesehatan Kota Tarakan yang disusun dapat dijadikan acuan dalam melihat dan mengevaluasi tujuan untuk mendukung pencapaian kota sehat dalam kerangka desentralisasi kesehatan khususnya pada tahun berjalan, yang akan digunakan untuk menyusun rencana pada tahun berikutnya.
Struktur Organisasi dan Personilnya
Sarana Dan Prasarana
AC 13. Dispenser
RUANG LINGKUP WILAYAH KERJA DAN PERMASALAHAN A. Ruang lingkup pelayanan kesehatan dan sumber daya kesehatan. Bidang pelayanan kesehatan dikelola oleh kepala departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas; Bidang pelayanan kesehatan terdiri atas Bidang Pelayanan Kesehatan Primer, Bidang Akreditasi dan Pelayanan Kesehatan Tradisional, Bidang Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Bidang Farmasi dan Makmin.
Divisi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Manajer Divisi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pelayanan. Pengelola Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas utama penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, koordinasi, advokasi, bimbingan teknis, sosialisasi, fasilitasi serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan Sumber Daya Kesehatan. Bidang Sumber Daya Kesehatan terdiri atas Bagian Pembiayaan Kesehatan, Bagian Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan, dan Bagian Sarana dan Peralatan Kesehatan.
Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Divisi yang bertanggung jawab dan bertanggung jawab kepada Kepala Divisi Sumber Daya Kesehatan. Kepala Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program, pelaksanaan kebijakan teknis di bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Pengembangan Sumber Daya Manusia Departemen Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut.
Penyiapan bahan pengambilan kebijakan, perencanaan program pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan, serta penelitian dan pengembangan; Penyiapan petunjuk teknis dan promosi kegiatan pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan dan penelitian dan pengembangan; Penyiapan bahan advokasi, sosialisasi dan koordinasi kegiatan pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan serta penelitian dan pengembangan;
Penyiapan bahan penyusunan pedoman kegiatan pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan serta penelitian dan pengembangan kesehatan; Dan. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kegiatan pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan serta penelitian dan pengembangan bidang kesehatan.
Permasalahan Di Tiap Bagian (yang ditempati selam Pkl)
Menginput Penilaian pada Puskesmas Berprestasi
Melakukan Penilaian TPCB
Melakukan Penginputan Laporan Bulanan
Penilaian TPCB di puskesmas juga agak terhambat hingga dilakukan penilaian TPCB yang kedua, untuk nantinya menentukan puskesmas mana yang skornya lebih rendah, akan dilakukan pembinaan oleh Dinas Kesehatan.
Prioritas Masalah
Dengan menganalisis prioritas masalah dengan metode Delbecq di atas, maka dapat diketahui bahwa prioritas yang perlu segera ditindaklanjuti dan merupakan masalah yang perlu ditangani dan diberikan pembinaan adalah “Penilaian TPCB di Puskesmas adalah juga sedikit terhambat hingga dilakukan penilaian TPCB yang kedua, yang menyatakan: “Selanjutnya, setiap Puskesmas dengan skor terendah akan dirujuk oleh Dinas Kesehatan.” Dalam penilaian TPCB terhadap Puskesmas, terdapat sedikit sulit untuk merekrut anggota untuk tim pelatihan kelompok.
Alternative pemecah masalah dan prioritas pemecah masalah 1. Alternatif solusi
- Pemecahan masalah
- Rumusan masalah
- Sasaran
- Tujuan
- Metode kegiatan
Tujuannya untuk mengetahui kelengkapan data pada masing-masing bagian Puskesmas dan memberikan pembinaan lebih lanjut pada bagian PKM yang masih perlu diberikan bimbingan dari dinas kesehatan. Pemerintah sadar untuk memperbaiki plafon ruangan yang tidak sesuai dan menyediakan lemari tambahan agar berkas tidak berserakan dan terlihat berantakan di dalam ruangan. Materinya, dengan menggunakan cara penyampaian melalui teknologi terkini kepada PKM tersebut dari pemerintah kota secara langsung untuk memberikan pelatihan kepada PKM yang masih membutuhkan.
P3 (Pemantauan,pengawasan, dan penilaian)
Pemantauan dalam pemantauan jalannya kegiatan meliputi beberapa kriteria pertanyaannya yaitu what, who, when, why dan how (5W + 1H)
Pengawasan PKM yang dapat berupa bimbingan dilakukan dengan cara mengamati dan bekerja sama langsung dengan petugas dari pelayanan kesehatan di puskesmas. Tanpa adanya evaluasi atau penilaian, kita tidak akan mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu proses yang dilaksanakan. Tahap awal evaluasi program dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa rencana yang disusun benar-benar sesuai dengan permasalahan yang ditemukan.
Penilaian tahap pelaksanaan program bertujuan untuk mengukur apakah program yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan awal atau tidak, dan apakah terdapat penyimpangan terhadap tujuan dan sasaran yang telah direncanakan.
Kesimpulan (keunggulan lokasi, prioritas masalah, prioritas pemecah masalah, hasil analisis SWOT)
SARAN
Bagi Praktikan
Praktisi perlu lebih melatih dan mengembangkan keterampilan interpersonal agar calon pemagang dapat cepat beradaptasi dengan lingkungan kerja di kemudian hari. Praktisi diharapkan lebih proaktif dalam melaksanakan pekerjaan yang dijalaninya dan berani meminta tugas, apalagi jika calon pemagang mempunyai banyak waktu luang.
Bagi Kampus Stikes Surya Global Yogyakarta
Bagi Dinas Kesehatan Kota Tarakan