• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PKM Kelompok 12 Sungai Rangas Tengah 09 feb

N/A
N/A
balbal zantha

Academic year: 2025

Membagikan "LAPORAN PKM Kelompok 12 Sungai Rangas Tengah 09 feb"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PELAKSANAAN KULIAH KERJA NYATA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (KKN-PPM) “STUNTING GO AWAY: KREATIVITAS MAKANAN LOKAL SEBAGAI SOLUSI PEMENUHAN GIZI BALITA UNTUK MENGURANGI

STUNTING DI DESA SUNGAI RANGAS TENGAH KECAMATAN MARTAPURA BARAT

KABUPATEN BANJAR

Disusun Oleh

Arisa Angelia Christy 11194562110333

Cindy Maulida 11194562110335

Desy Mutia 11194762110629

Fifi Alayda Azzahra 11194862110630

Fifi Firnanda 11194862110091

Mita Febriyanti 11194862110101 M. Iqbal Rizantha 11194762110639 M. Hidayaturrahman 11195062110029 Olga Nathania Donaretsi 11194762110706

Siti Raihani 11194562110360

UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN

2025

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PELAKSANAAN KKN-PPM INTERGRATIF UNIVERSITAS SARI MULIA

Judul : STUNTING GO AWAY: KREATIVITAS MAKANAN LOKAL SEBAGAI SOLUSI PEMENUHAN GIZI BALITA UNTUK MENGURANGI STUNTING

Waktu :

Lokasi : Desa Sungai Rangas Tengah Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar

Penyusun : Arisa Angelia Christy 11194562110333 Keperawatan Cindy Maulida 11194562110335 Keperawatan

Desy Mutia 11194762110629 Farmasi

Fifi Alayda Azzahra 11194862110630 Farmasi Fifi Firnanda 11194862110091 Kebidanan Mita Febriyanti 11194862110101 Kebidanan M. Iqbal Rizantha 11194762110639 Farmasi

M. Hidayaturrahman 11195062110029 Promosi Kesehatan Olga Nathania Donaretsi 11194762110706 Farmasi

Siti Raihani 11194562110360 Keperawatan

Banjarmasin, 27 Januari 2024 Menyetujui

Pembimbing Lapangan,

Nurhaeni, S.T.,M.Cs NIK.1166092019162

Menyetujui

Pembimbing Klinik,

Kurnia Rafidha, S.Gz NIP.199511182024212017

i Penyusun,

Ketua Kelompok

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia yang memiliki dampak jangka panjang terhadap kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2023, prevalensi stunting di Indonesia masih mencapai 20,2%, meskipun telah terjadi penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pengentasan stunting memerlukan intervensi yang lebih strategis dan inovatif, terutama di tingkat lokal. Stunting terjadi akibat kurangnya asupan gizi yang memadai dalam 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak, serta dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sosial, dan ekonomi. Salah satu akar permasalahan adalah minimnya akses masyarakat terhadap makanan bergizi yang terjangkau. Ironisnya, banyak daerah di Indonesia memiliki kekayaan bahan pangan lokal yang melimpah, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung kebutuhan gizi balita (Martony, 2023).

Pemanfaatan bahan makanan lokal seperti singkong, ubi, jagung, ikan, dan sayuran khas daerah dapat menjadi solusi strategis untuk mengatasi stunting. Dengan kreativitas dalam pengolahan makanan, bahan-bahan tersebut dapat diubah menjadi menu yang tidak hanya bergizi, tetapi juga menarik bagi balita dan keluarga. Pendekatan ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) poin kedua, yaitu mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, dan meningkatkan gizi. Lebih dari itu, memanfaatkan bahan makanan lokal juga mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat. Ketergantungan terhadap produk olahan industri dapat dikurangi dengan memberdayakan petani lokal untuk menyediakan bahan pangan segar yang kaya nutrisi. Hal ini tidak hanya membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat desa tetapi juga menciptakan sistem pangan yang lebih berkelanjutan. Bahan makanan lokal sering kali lebih terjangkau dan mudah diakses oleh masyarakat, sehingga intervensi gizi berbasis lokal dapat diterapkan dengan lebih efektif, terutama di daerah dengan keterbatasan akses terhadap makanan impor atau produk olahan mahal (M.P, M.Gizi, & M.Biomed, 2024).

1

(4)

2

Namun, meskipun bahan makanan lokal memiliki potensi yang besar, rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai nilai gizi bahan-bahan tersebut sering menjadi kendala.

Banyak keluarga yang belum memahami cara mengolah makanan lokal menjadi menu bergizi yang sesuai dengan kebutuhan balita. Di sisi lain, kurangnya variasi dalam pola makan balita sering membuat mereka kehilangan minat untuk mengonsumsi makanan sehat. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam pengolahan bahan pangan lokal menjadi makanan yang menarik secara rasa, warna, dan tekstur, sehingga balita lebih tertarik untuk mengonsumsinya (Kamuri, Manongga, Neno, & Aman, 2023).

Inovasi dalam pengolahan makanan lokal harus mempertimbangkan kebutuhan nutrisi yang spesifik untuk balita, seperti protein, vitamin, mineral, dan asam lemak esensial yang berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka. Misalnya, singkong yang kaya akan karbohidrat dapat diolah menjadi makanan ringan dengan tambahan bahan- bahan kaya protein seperti ikan teri atau kacang-kacangan. Selain itu, sayuran hijau yang kaya zat besi dan vitamin dapat diolah menjadi puree atau campuran bubur yang disukai balita. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan nilai gizi, tetapi juga mengoptimalkan rasa dan tampilan makanan agar lebih menarik bagi anak-anak (Kamuri dkk., 2023).

Penting pula untuk melibatkan keluarga, terutama ibu, dalam proses inovasi makanan ini. Edukasi dan pelatihan memasak yang melibatkan bahan lokal dapat memberikan wawasan baru tentang cara memanfaatkan bahan-bahan tersebut secara efektif. Pelatihan ini juga dapat mencakup pengetahuan tentang cara menyimpan bahan pangan agar tetap segar dan cara memasak yang mempertahankan kandungan gizinya.

Dengan membangun kesadaran tentang pentingnya pola makan sehat sejak dini, keluarga akan lebih terdorong untuk menerapkan pola makan bergizi dalam kehidupan sehari-hari.

Di samping itu, kreativitas pengolahan makanan lokal juga dapat menjadi peluang ekonomi bagi masyarakat. Misalnya, produk makanan lokal yang inovatif dan bergizi dapat dikembangkan menjadi usaha mikro atau kelompok usaha bersama. Produk ini dapat dijual di pasar lokal atau diperkenalkan melalui media sosial untuk meningkatkan pendapatan keluarga sekaligus memperluas jangkauan manfaatnya. Dengan demikian, program ini tidak hanya berdampak pada pengentasan stunting, tetapi juga mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat (Rahmawati, Yati, Sholihah, & Aviva, 2024).

Lebih jauh, program ini dapat didukung dengan pendekatan teknologi untuk memperluas akses informasi. Contohnya adalah penggunaan aplikasi sederhana atau media sosial untuk berbagi resep inovatif, tips memasak, atau video edukasi tentang pentingnya gizi balita. Dengan pendekatan digital, program ini dapat menjangkau lebih banyak

2

(5)

3

keluarga, bahkan di daerah yang sulit dijangkau. Keberhasilan inovasi ini juga memerlukan dukungan dari berbagai pihak, seperti pemerintah daerah, puskesmas, posyandu, dan organisasi masyarakat. Kolaborasi yang erat dapat membantu memastikan bahwa program ini berjalan secara berkelanjutan. Misalnya, puskesmas dapat berperan dalam memberikan penyuluhan gizi, sedangkan posyandu dapat menjadi tempat pelaksanaan program pelatihan dan pendampingan bagi keluarga (Ali, Maniboey, Megawati, Djarwo, & Listiani, 2024).

Dengan langkah-langkah tersebut, pemanfaatan bahan makanan lokal tidak hanya menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan gizi balita tetapi juga menjadi gerakan kolektif yang memberdayakan masyarakat. Program ini diharapkan mampu memberikan dampak yang berkelanjutan, baik dari segi kesehatan maupun kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat setempat. Melalui program KKN dengan tema "Stunting Go Away: Kreativitas Makanan Lokal Sebagai Solusi Pemenuhan Gizi Balita untuk Mengurangi Stunting", diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam menurunkan angka stunting di wilayah sasaran. Program ini tidak hanya berfokus pada edukasi gizi bagi masyarakat, tetapi juga pada pemberdayaan keluarga untuk memanfaatkan bahan pangan lokal secara kreatif dan berkelanjutan.

Dengan keterlibatan mahasiswa, masyarakat, dan pihak-pihak terkait, diharapkan program ini dapat menjadi model intervensi yang dapat diterapkan di berbagai daerah untuk mendukung percepatan penurunan stunting di Indonesia.

2. Tujuan dan Manfaat

a. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi keluarga, khususnya ibu rumah tangga, dalam pemenuhan gizi seimbang bagi balita dengan bahan makanan lokal, yang diharapkan dapat mengurangi angka stunting di desa.

b. Mendorong masyarakat untuk lebih kreatif mengolah bahan pangan lokal menjadi menu bergizi dan menarik bagi balita, dengan harapan meningkatkan variasi makanan yang dapat mendukung asupan gizi optimal dan menarik minat makan balita.

c. Memberdayakan petani lokal dan pelaku usaha mikro melalui pemanfaatan bahan pangan lokal yang bergizi, yang akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat serta membuka peluang usaha baru berbasis produk pangan lokal.

d. Mengurangi ketergantungan pada makanan olahan industri dengan meningkatkan akses keluarga balita terhadap bahan pangan lokal yang bergizi, murah, dan mudah diakses, sehingga mendukung ketahanan pangan keluarga dan pemenuhan gizi balita.

(6)

4

e. Menciptakan sistem pangan berkelanjutan melalui pemanfaatan sumber daya lokal yang efisien dan bergizi, sehingga pola konsumsi pangan sehat dapat diterapkan secara berkelanjutan, baik di desa ini maupun daerah lainnya untuk mengurangi stunting.

(7)

BAB II

TINJAUAN KONSEPTUAL

1. Teori dan Konsep Terkait Topik Permasalahan

1.1 Teori 1.000 Hari Pertama Kehidupan (First 1,000 Days of Life)

Teori 1.000 Hari Pertama Kehidupan (First 1,000 Days of Life) adalah teori yang menekankan pentingnya periode kehidupan anak selama 1.000 hari pertama, yang dimulai sejak masa kehamilan hingga usia dua tahun. Pada periode ini, tubuh anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, baik secara fisik maupun kognitif. Oleh karena itu, pemenuhan gizi yang baik dan seimbang selama waktu ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan jangka panjang anak. Alasan mengapa 1.000 hari pertama kehidupan sebagai berikut:

1. Perkembangan Fisik dan Otak Anak

Selama 1.000 hari pertama, tubuh anak mengalami perkembangan yang sangat cepat.

Otak anak berkembang pesat, membentuk dasar untuk kemampuan berpikir, belajar, dan berinteraksi dengan lingkungan. Asupan gizi yang memadai pada periode ini mendukung perkembangan otak yang optimal. Kekurangan gizi dapat menghambat perkembangan otak yang bisa berakibat pada gangguan kognitif dan kemampuan belajar anak di masa depan.

2. Kesehatan Fisik Anak

Pada usia ini, pertumbuhan fisik anak, seperti tinggi badan dan berat badan, sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang diterima. Kekurangan gizi dalam 1.000 hari pertama dapat menyebabkan stunting, yaitu kondisi di mana anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan standar usianya, yang merupakan tanda adanya kekurangan gizi kronis. Stunting berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit di masa depan, masalah kognitif, serta potensi penurunan kualitas hidup.

3. Sistem Imun Anak yang Rentan

Pada masa 1.000 hari pertama, sistem kekebalan tubuh anak masih dalam tahap perkembangan. Asupan gizi yang buruk, terutama yang mengandung kekurangan vitamin dan mineral, dapat melemahkan sistem imun anak, meningkatkan kerentanannya terhadap penyakit infeksi yang dapat mengancam kesehatannya.

Dampak Kekurangan Gizi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan

5

(8)

6

Kekurangan gizi pada periode ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, salah satunya adalah stunting. Stunting adalah kondisi ketika anak mengalami gangguan pertumbuhan fisik, yang dapat menghambat perkembangan fisik dan kognitif mereka.

Stunting dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti:

a. Kurangnya asupan gizi yang cukup: Kekurangan kalori, protein, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal.

b. Keterbatasan akses terhadap makanan bergizi: Masyarakat yang tinggal di daerah dengan keterbatasan akses pangan sering kali kesulitan mendapatkan makanan yang cukup dan bergizi.

c. Faktor lingkungan dan sanitasi yang buruk: Lingkungan yang tidak bersih dan kurangnya akses terhadap air bersih dapat menyebabkan anak-anak rentan terhadap infeksi yang memperburuk status gizi mereka.

Pemenuhan gizi yang baik selama 1.000 hari pertama sangat penting untuk mencegah stunting. Makanan bergizi yang kaya akan energi, protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral seperti zat besi, seng, kalsium, dan vitamin A, D, serta asam folat, sangat diperlukan dalam periode ini. Penggunaan bahan pangan lokal yang bergizi, seperti singkong, ubi, jagung, ikan, dan sayuran lokal, bisa menjadi solusi yang efektif dalam pemenuhan gizi untuk balita.

Makanan yang mengandung karbohidrat kompleks (seperti singkong dan jagung) dapat memberikan energi yang cukup, sementara protein (seperti ikan atau kacang-kacangan) sangat penting untuk pertumbuhan sel dan jaringan tubuh. Vitamin dan mineral dalam sayuran hijau dan buah-buahan lokal mendukung fungsi tubuh, termasuk kesehatan mata dan sistem imun.

Pemanfaatan bahan pangan lokal yang bergizi adalah langkah strategis untuk memastikan anak-anak mendapatkan gizi yang cukup dalam periode 1.000 hari pertama kehidupan. Bahan pangan lokal sering kali lebih mudah diakses dan lebih terjangkau dibandingkan dengan produk pangan impor atau olahan industri, yang bisa sangat mahal dan sulit diakses oleh keluarga dengan keterbatasan ekonomi.

Inovasi dalam pengolahan bahan pangan lokal menjadi makanan yang menarik, bergizi, dan mudah diterima oleh balita dapat membantu mengatasi masalah kekurangan gizi dan stunting. Misalnya, mengolah singkong yang kaya karbohidrat menjadi makanan ringan yang dipadu dengan bahan kaya protein seperti ikan teri atau kacang-kacangan, serta sayuran hijau yang diolah menjadi puree atau bubur yang disukai balita, dapat menjadi pilihan yang baik.

(9)

7

Teori 1.000 Hari Pertama Kehidupan menekankan pentingnya pemenuhan gizi yang optimal selama periode kritis ini. Pemenuhan gizi yang tepat pada masa ini tidak hanya penting untuk pertumbuhan fisik, tetapi juga untuk perkembangan otak dan sistem kekebalan tubuh anak. Pemanfaatan bahan pangan lokal yang bergizi, dengan pendekatan inovatif dalam pengolahannya, dapat menjadi solusi strategis dalam upaya mengatasi stunting, serta meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.

1.2 Konsep Gizi Seimbang (Balanced Nutrition Concept)

Konsep Gizi Seimbang (Balanced Nutrition Concept) merujuk pada pentingnya konsumsi makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sesuai dan proporsional. Prinsip utama dari konsep ini adalah memastikan bahwa tubuh mendapatkan berbagai jenis zat gizi yang diperlukan untuk menjaga kesehatan, mendukung pertumbuhan, serta menjaga fungsi tubuh yang optimal. Gizi seimbang mencakup lima kelompok utama zat gizi, yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral, yang kesemuanya harus diperoleh dalam jumlah yang tepat sesuai dengan kebutuhan tubuh. Komponen utama dalam konsep gizi seimbang adalah sebagai berikut:

1. Karbohidrat

Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi tubuh. Makanan yang mengandung karbohidrat meliputi nasi, roti, singkong, jagung, dan umbi-umbian lainnya.

Karbohidrat memberikan energi yang diperlukan oleh tubuh untuk beraktivitas, dan sangat penting bagi otak, karena otak menggunakan glukosa (hasil pemecahan karbohidrat) sebagai bahan bakar utama. Mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang tepat dapat membantu menjaga stamina tubuh, serta memastikan tumbuh kembang yang optimal pada anak.

2. Protein

Protein sangat penting untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh. Protein juga berperan dalam pembentukan otot, enzim, dan antibodi yang melawan infeksi. Sumber protein yang baik antara lain ikan, telur, daging, kacang-kacangan, dan produk olahan susu. Dalam upaya mengatasi stunting, protein berperan penting untuk mendukung pertumbuhan fisik yang baik, termasuk meningkatkan massa otot dan memperbaiki jaringan yang rusak, serta mendukung perkembangan otak anak.

3. Lemak

Lemak berfungsi sebagai sumber energi cadangan, serta penting untuk penyerapan vitamin yang larut dalam lemak, seperti vitamin A, D, E, dan K. Lemak juga penting

(10)

8

untuk perkembangan otak, terutama dalam perkembangan sel saraf. Lemak sehat dapat diperoleh dari minyak nabati, kacang-kacangan, ikan berlemak, dan alpukat.

Mengonsumsi lemak sehat dalam jumlah yang tepat sangat penting untuk mendukung fungsi tubuh, tetapi harus diimbangi dengan jumlah yang tidak berlebihan untuk menghindari obesitas.

4. Vitamin dan Mineral

Vitamin dan mineral berperan dalam berbagai proses tubuh, seperti menjaga sistem kekebalan tubuh, membantu proses metabolisme, serta mendukung kesehatan tulang dan gigi. Vitamin A, misalnya, sangat penting untuk kesehatan mata, sementara vitamin C diperlukan untuk pertumbuhan jaringan tubuh dan penyembuhan luka. Mineral seperti zat besi penting untuk mencegah anemia, dan kalsium penting untuk pembentukan tulang yang kuat. Mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin dan mineral, seperti sayuran, buah-buahan, dan produk susu, sangat penting untuk mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak, yang biasanya ditandai dengan tinggi badan yang lebih rendah dibandingkan dengan standar usia anak. Stunting dapat disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, terutama pada masa 1.000 hari pertama kehidupan, yang meliputi masa kehamilan hingga usia dua tahun. Untuk mencegah stunting, tubuh anak memerlukan asupan gizi yang seimbang, terutama yang mendukung perkembangan fisik dan kognitif. Pola makan yang seimbang, yang mengandung semua kelompok zat gizi tersebut dalam jumlah yang sesuai, dapat membantu mengatasi masalah stunting dengan cara:

1. Pemenuhan Gizi yang Diperlukan untuk Pertumbuhan

Zat gizi yang terkandung dalam karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral mendukung proses pertumbuhan anak, terutama pada usia emas mereka. Kekurangan salah satu dari zat gizi ini dapat menghambat pertumbuhan anak, baik secara fisik maupun mental, yang akan berdampak pada kualitas hidup mereka di masa depan.

2. Meningkatkan Imun Anak

Asupan vitamin dan mineral yang cukup, seperti vitamin A, C, dan D, serta mineral seperti zinc dan zat besi, dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh anak. Anak yang memiliki sistem imun yang kuat akan lebih sedikit mengalami infeksi, yang sering menjadi salah satu faktor yang memperburuk kondisi gizi dan memperburuk risiko stunting.

(11)

9

3. Mengoptimalkan Fungsi Otak dan Kognitif

Nutrisi yang seimbang juga sangat penting untuk perkembangan otak anak. Protein dan lemak sehat, serta vitamin dan mineral tertentu, mendukung pembentukan koneksi otak yang sangat penting bagi perkembangan kognitif anak. Kekurangan gizi pada tahap ini dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak, yang berhubungan dengan rendahnya kemampuan belajar di kemudian hari.

Salah satu langkah yang dapat membantu pemenuhan gizi seimbang untuk anak-anak adalah dengan memanfaatkan bahan pangan lokal yang kaya gizi. Bahan pangan lokal sering kali lebih terjangkau, mudah didapat, dan lebih bergizi dibandingkan dengan bahan pangan impor. Dengan memanfaatkan bahan pangan lokal, seperti:

a. Karbohidrat dari singkong, jagung, ubi jalar, dan nasi.

b. Protein dari ikan, telur, kacang-kacangan, tempe, dan tahu.

c. Vitamin dan mineral dari sayuran hijau seperti bayam, kangkung, dan daun singkong, serta buah-buahan lokal seperti pisang, pepaya, dan mangga.

Makanan berbahan dasar lokal yang diproses dengan baik dapat menjadi solusi yang baik untuk mendukung pola makan seimbang yang dibutuhkan anak-anak. Selain itu, ini juga mendukung keberlanjutan ekonomi masyarakat dan ketahanan pangan.

Konsep gizi seimbang menekankan pentingnya konsumsi makanan yang mengandung semua zat gizi dalam jumlah yang tepat. Dalam mengatasi stunting, pola makan seimbang sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang anak yang optimal, baik secara fisik maupun kognitif. Pemanfaatan bahan pangan lokal yang bergizi merupakan langkah yang efektif untuk memastikan bahwa anak-anak mendapatkan gizi yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, mencegah stunting, dan mempromosikan kesehatan jangka panjang mereka.

(12)

BAB III

METODE PELAKSANAAN

1. Metode dan Tahapan Pelaksanaan

a. Metode/Teknik yang Digunakan dalam Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pengabdian masyarakat ini adalah pendekatan partisipatif dan kolaboratif, yang melibatkan masyarakat secara aktif dalam setiap proses kegiatan. Teknik yang digunakan terdiri dari beberapa aspek, seperti sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan langsung di lapangan. Kami juga menerapkan metode survey untuk mengidentifikasi masalah yang ada, serta teknik diskusi kelompok terfokus (FGD) untuk mendalami kebutuhan masyarakat lebih lanjut.

b. Pengabdian Masyarakat Dilaksanakan Secara Langsung dengan Bentuk Kegiatan di Lokasi Sesuai Dibutuhkan

Pelaksanaan pengabdian masyarakat ini dilakukan langsung di lapangan, dengan bentuk kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat.

Kegiatan ini berfokus pada pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat, yang didapatkan dari hasil observasi dan diskusi bersama. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan mencakup pelatihan keterampilan, penyuluhan tentang kesehatan, serta pendampingan dalam implementasi yang dapat membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat.

c. Tahapan Pelaksanaan

Pelaksanaan pengabdian masyarakat dibagi menjadi tiga tahapan utama, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan: Koordinasi dalam Pelaksanaan Kegiatan

Pada tahap persiapan, kami melakukan koordinasi dengan pihak terkait, seperti pemerintah desa, lembaga sosial, dan tokoh masyarakat, untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas yang ada di masyarakat. Koordinasi ini juga mencakup persiapan administrasi, seperti izin dan pengumpulan data awal yang diperlukan. Selain itu, pada tahap ini, kami juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk memberi pemahaman mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan.

2. Tahap Pelaksanaan: Pengumpulan Data, Penyiapan Lapangan, Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat, dan Tindak Lanjut

10

(13)

11

Pada tahap pelaksanaan, dilakukan pengumpulan data terkait dengan masalah yang dihadapi masyarakat melalui observasi lapangan dan wawancara dengan anggota masyarakat. Selanjutnya, tim menyiapkan lapangan kegiatan, seperti tempat untuk pelatihan atau penyuluhan, serta peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran kegiatan. Setelah itu, dilakukan pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, yang mencakup berbagai aktivitas sesuai dengan program yang telah disusun. Pada tahap ini, pendampingan secara langsung juga dilakukan untuk memastikan bahwa masyarakat dapat memahami dan mengimplementasikan materi yang diberikan. Selain itu, di tahap ini juga dilakukan monitoring dan evaluasi untuk memastikan kegiatan berjalan sesuai rencana.

3. Tahap Tindak Lanjut

Setelah kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan, tahap tindak lanjut berfokus pada evaluasi hasil kegiatan dan sustainabilitas. Pada tahap ini, dilakukan pemantauan terhadap dampak yang dihasilkan dari kegiatan yang telah dilaksanakan dan apakah masyarakat telah mengimplementasikan hasil pengabdian tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Jika diperlukan, diberikan pendampingan lanjutan untuk membantu masyarakat dalam mengatasi kendala yang muncul setelah pelaksanaan kegiatan. Tim juga melakukan feedback kepada masyarakat untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efektivitas kegiatan yang telah dilakukan.

(14)

BAB IV

PELAKSANAAN PENGABDIAN MASYARAKAT MAHASISWA

1. Tahap Persiapan

a. Menetapkan peran dan tanggung jawab setiap anggota dalam tim sesuai dengan keahlian masing-masing.

b. Melakukan survei awal di Desa Sungai Rangas Tengah, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar, untuk memahami kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat terkait pola konsumsi pangan dan status gizi balita.

c. Melakukan observasi langsung untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat stunting, ketersediaan bahan pangan lokal, dan kebiasaan makan balita.

d. Mengadakan rapat dengan tim KKN dan dosen pembimbing untuk merumuskan strategi pelaksanaan program, termasuk penyusunan rencana kegiatan berbasis kreativitas makanan lokal sebagai solusi pemenuhan gizi balita.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan Pengabdian Mahasiswa kepada Masyarakat

a. Nama Kegiatan: “Stunting Go Away: Kreativitas Makanan Lokal sebagai Solusi Pemenuhan Gizi Balita untuk Mengurangi Stunting”

b. Jenis Kegiatan: Pengabdian kepada Masyarakat melalui edukasi, pelatihan, dan inovasi dalam pemanfaatan bahan pangan lokal guna meningkatkan status gizi balita.

c. Tujuan

Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya gizi seimbang dalam mencegah stunting.

Mendorong pemanfaatan bahan pangan lokal sebagai alternatif pemenuhan gizi balita.

Memberikan edukasi kepada ibu balita dan kader posyandu tentang pentingnya pola makan sehat.

d. Manfaat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi seimbang dan makanan berbasis pangan lokal.

12

(15)

13

Mengurangi angka stunting melalui pemberian makanan yang kaya nutrisi.

Mengembangkan keterampilan ibu-ibu dalam mengolah makanan sehat bagi balita.

e. Sasaran Kegiatan

Ibu balita dan kader posyandu sebagai agen perubahan dalam pola asuh dan pemenuhan gizi anak.

Warga desa, khususnya keluarga dengan balita yang berisiko mengalami stunting.

f. Pihak-Pihak yang Terlibat

Mahasiswa KKN: Melaksanakan program edukasi, pendampingan, dan pelatihan dalam pengolahan makanan lokal bergizi.

Dosen Pembimbing: Memberikan arahan dan evaluasi terhadap implementasi program KKN.

Pemerintah Desa: Membantu koordinasi dan memberikan dukungan kebijakan dalam keberlanjutan program.

Kader Posyandu: Menjadi mitra dalam edukasi dan pemantauan status gizi balita.

Masyarakat Desa: Terlibat dalam sosialisasi, pelatihan, dan penerapan pola makan bergizi untuk balita.

Universitas: Menyediakan pedoman pelaksanaan dan mengevaluasi dampak program KKN.

g. Proses Pelaksanaan KKN 1. Persiapan

o Pembentukan tim dan pembagian tugas.

o Survei lokasi untuk mengidentifikasi kondisi gizi balita.

o Rapat dengan dosen pembimbing dan pihak desa untuk menyusun rencana kegiatan.

2. Perencanaan

(16)

14

o Penyusunan proposal program yang mencakup tujuan, sasaran, metode, dan anggaran.

o Penyusunan modul edukasi tentang pemenuhan gizi balita berbasis bahan pangan lokal.

3. Pelaksanaan

o Sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pemenuhan gizi balita.

o Pelatihan pembuatan makanan berbasis bahan lokal yang kaya nutrisi.

o Penyuluhan kepada ibu balita dan kader posyandu tentang gizi seimbang.

4. Monitoring dan Evaluasi

o Mengukur tingkat pemahaman masyarakat sebelum dan sesudah kegiatan melalui pre-test dan post-test.

o Melakukan pemantauan terhadap penerapan pola makan bergizi di rumah tangga.

5. Pelaporan

o Menyusun laporan kegiatan yang mencakup proses, hasil, dan rekomendasi untuk keberlanjutan program.

h. Hasil Capaian Kegiatan

Peningkatan Pengetahuan Masyarakat

Ibu balita dan kader posyandu mendapatkan pengetahuan baru melalui penyuluhan dan pelatihan pengolahan makanan sehat berbasis pangan lokal.

Kesadaran Sosial

Masyarakat lebih sadar akan pentingnya pola makan sehat dalam mencegah stunting.

Peningkatan Konsumsi Makanan Bergizi

Adanya perubahan perilaku dalam penyediaan makanan sehat bagi balita.

i. Rancangan Tindak Lanjut

(17)

15

Mengidentifikasi program yang berhasil dan merancang strategi keberlanjutan.

Membentuk kelompok masyarakat yang fokus pada edukasi dan praktik pengolahan makanan sehat.

Mendorong kebiasaan konsumsi makanan bergizi dan pola asuh yang tepat untuk mencegah stunting.

Instrumen evaluasi yang digunakan: pre-test, post-test, dan pemantauan penerapan pola makan sehat di rumah tangga.

3. Tindak Lanjut Kegiatan

Keberlanjutan Program

o Melibatkan pemerintah desa dalam mendukung program berkelanjutan.

o Rancangan tindak lanjut hasil kegiatan mengidentifikasi program yang berhasil dan merumuskan rencana untuk melanjutkan atau mengembangkan kegiatan membentuk kelompok masyarakat yang berfokus pada pengembangan berkelanjutan dalam bidang yang telah dilatih, memberi makanan yang bergizi dan pola asuh untuk mencegah stunting. Instrumen yang digunakan dalam kegiatan yaitu post-test pre-test dan edukasi

Membentuk Kelompok Masyarakat

o Kelompok ibu balita dan kader posyandu sebagai agen perubahan dalam upaya pencegahan stunting.

Evaluasi

o Evaluasi mengumpulkan tanggapan dari masyarakat seperti post test dan pre- test terkait kegiatan yang telah dilaksanakan.

(18)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Simpulan

Program KKN Integratif Bidang Kesehatan di Desa Sungai Rangas Tengah, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar, dengan tema "Stunting Go Away:

Kreativitas Makanan Lokal sebagai Solusi Pemenuhan Gizi Balita untuk Mengurangi Stunting" telah memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemenuhan gizi seimbang bagi balita. Melalui edukasi, pelatihan, dan pemanfaatan bahan pangan lokal, masyarakat lebih memahami cara menyediakan makanan bergizi untuk anak-anak mereka.

Partisipasi aktif dari mahasiswa, dosen pembimbing, pemerintah desa, dan masyarakat menunjukkan bahwa kolaborasi yang baik dapat mempercepat pencapaian tujuan program. Evaluasi melalui pre-test dan post-test membuktikan adanya peningkatan pemahaman masyarakat setelah mengikuti kegiatan ini. Selain itu, dengan adanya inovasi seperti pemanfaatan bahan pangan lokal dan edukasi tentang pola asuh yang baik, program ini memberikan dampak jangka panjang bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam upaya penanggulangan stunting di desa tersebut.

2. Rekomendasi

Agar program ini memberikan dampak yang lebih luas dan berkelanjutan, disarankan agar kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan dengan melibatkan lebih banyak kelompok masyarakat. Pemerintah desa diharapkan dapat mengadopsi dan mengintegrasikan program ini ke dalam kebijakan lokal untuk mendukung pemenuhan gizi balita secara berkelanjutan. Selain itu, pembentukan kelompok masyarakat yang berfokus pada edukasi gizi dan kesehatan perlu dilakukan agar manfaat program dapat terus dirasakan dalam jangka panjang. Perguruan tinggi juga dapat berperan dalam memberikan pendampingan serta riset lanjutan guna mengembangkan inovasi yang lebih efektif dalam pencegahan stunting.

16

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, A., Maniboey, L. C., Megawati, R., Djarwo, C. F., & Listiani, H. (2024). Media Pembelajaran Interaktif: Teori Komprehensif dan Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif di Sekolah Dasar. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.

Kamuri, K. J., Manongga, I. R. A., Neno, M. S., & Aman, D. K. T. (2023). Pengolahan Makanan Padat Gizi Berbasis Pangan Lokal Kepada Ibu Rumah Tangga Dengan Balita Stunting Di Kabupaten TTS. E-Amal: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(2), 73–80.

https://doi.org/10.47492/eama l.v3i2.2573

Martony, O. (2023). Stunting di Indonesia: Tantangan dan Solusi di Era Modern. Journal of Telenursing (JOTING), 5(2), 1734–1745. https://doi.org/10.31539/joting.v5i2.6930 M.P, H. A. P. S. T. P., M.Gizi, V. I. P. S. T. P., & M.Biomed, R. S. W. S. S. G. (2024). Kreasi

Makanan Inovatif: Ide Kreatif Untuk Kewirausahaan Gizi, Penanganan Penyakit Degeneratif Dan Masalah Gizi Lain. Deepublish.

Rahmawati, S., Yati, S. R., Sholihah, P. D., & Aviva, R. (2024). Membangun Kesadaran Stunting di Indonesia: Program Edukasi Komprehensif oleh Kelompok Pengabdian Masyarakat UIN Sunan Ampel Surabaya. Social Studies in Education, 2(1), 59–74.

https://doi.org/10.15642/sse.2024. 2.1.59-74

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan | Direktorat Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan. (t.t.). Diambil 19 Januari 2025, dari https://farmalkes.kemkes.go.id/unduh/uu-17-2023/

17

(20)

LAMPIRAN 1. Foto Kegiatan

Kunjungan ke kantor Desa Sungai rangas tengah

Kunjungan ke rumah ketua RT 1-2 Desa DRT

Posyandu lansia

18

(21)

19 Posyandu balita

Kelas balita

Pembagian Biskuit untuk anak paud

Sosialisasi Penanganan Stunting

(22)

20

Sosialisasi tentang sutanting

Penempatan spanduk cegah stunting

Kerja bakti membersihkan sampah di RT 2

(23)

21 Kerja bakti

membersihkan posyandu

Peletakan spanduk STOP buang sampah sembarangan

(24)

22 Peberian kartu

edukasi untuk pusyandu balita dan pospindu

Pembagian bantuan

sembako dengan aparat Desa SRT

(25)

23 1. Materi

Kegiatan Penangan an

Stunting

(26)

24

(27)

25 Pre-Test dan

Post -Test

(28)

26 Hasil Pre-

Test dan Post-Test

(29)

27

Pengeluaran saat kegiatan

2. Link video kegiatan (Video berisi pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat misalnya

pelatihan, workshop, dan sosialisasi atau lainnya).

https://drive.google.com/drive/folders/1-EC66drbuhzGQl1rWLFAG4EsjSX6hpx0

Referensi

Dokumen terkait