• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ANALISIS PENGENDALIAN BAHAN BAKU PADA PROSES PROUKSI ROTI DI ROTTE BAKERY PEKANBARU

N/A
N/A
Revi

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ANALISIS PENGENDALIAN BAHAN BAKU PADA PROSES PROUKSI ROTI DI ROTTE BAKERY PEKANBARU"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

ANALISIS PENGENDALIAN BAHAN BAKU PADA PROSES PROUKSI ROTI DI ROTTE BAKERY PEKANBARU

Oleh:

RAJA HARRAUL AZMI NIM. 2106135472

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2023

(2)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

ANALISIS PENGENDALIAN BAHAN BAKU PADA PROSES PROUKSI ROTI DI ROTTE BAKERY PEKANBARU

OLEH:

RAJA HARRAUL AZMI NIM. 2106135472

Diajukan sebagai salah satu syarat kelengkapan nilai Praktek Kerja Profesi

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2023

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL PRAKTEK KERJA PROFESI

ANALISIS PENGENDALIAN BAHAN BAKU PADA PROSES PROUKSI ROTI DI ROTTE BAKERY PEKANBARU

OLEH :

RAJA HARRAUL AZMI NIM. 2106135472

Pekanbaru, Desember 2023

Mengetahui, Menyetujui,

Koordinator Program studi Dosen Pembimbing Agroteknologi

Dr. Dewi Fortuna Ayu, S.TP., M.Si. Dr. Yusmarini, S.Pt., M.P . NIP. 19761214 200501 2 001 NIP.19690911 199903 2 001

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis atas kehadirat Allah SWT karena karunia, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Praktek Kerja Profesi (PKP) yang berjudul. Proposal ini diajukan untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi (PKP) di kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada PT. Riau Andalan Pulp and Paper yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan dan mengikuti kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP), dan penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Yunandra,SP.,M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan motivasi sampai selesainya laporan Praktek Kerja Profesi (PKP) ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi (PKP) ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini tidak lepas dari kesulitan, hambatan dan tantangan yang menjadikan proposal ini tidak lepas dari kesalahan dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan yang akan menyempurnakan proposal ini.

Pekanbaru, Desember 2023

Raja Harraul Azmi

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR LAMPIRAN... viii

I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan... 3

II TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Tanaman Akasia (Acacia crassicarpa)... 5

2.2 Penyakit Tanaman Akasia (Acacia crassicarpa)... 8

III METODOLOGI... 14

3. 1 Tempat dan Waktu... 14

3. 2 Metoda Pelaksanaan... 14

3. 3 Pengamatan dan Pengumpulan Data... 14

3. 4 Analisis Data dan Informasi... 16

3. 5 Rencana Kerja... 17

IV KEADAAN UMUM LOKASI PKP... 19

4.1 Sejarah Singkat PT. Riau Andalan Pulp and Paper... 19

4.2 Letak Geografis atau Letak Wilayah Administrasi PT. Riau Andalan Pulp and Paper... 20

4.3 Struktur Organisasi PT. Riau Andalan Pulp and Paper... 22

4.4 Visi dan Misi PT. Riau Andalan Pulp and Paper... 23

V PELAKSANAAN KEGIATAN PKP... 25

5.1 Aspek Manajerial... 25

5.2 Aspek Teknis... 26

VI PEMBAHASAN... 32

6.1 Kegiatan Umum di Lokasi PKP... 32

6.2 Kegiatan Khusus di Lokasi PKP... 38

DAFTAR PUSTAKA... 46

(6)

LAMPIRAN... 49

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Lokasi PT. RAPP... 21

2. Pulp and Paper Mill PT. RAPP... 21

3. Pembibitan Tanaman Eucalyptus sp. (a) dan Acacia crassicarpa (b)... 22

4. Struktur Organisasi Kerinci Central Nursery 2... 23

5. Proses pengadaan media (Sumber: Dokumentasi Pribadi)... 28

6. Kegiatan pengambilan shoot (Sumber: Dokumentasi Pribadi)... 30

7. Kegiatan cutting (Sumber: Dokumentasi Pribadi)... 30

8. Kegiatan penanaman (Sumber: Dokumentasi Pribadi)... 31

9. Perawatan tanaman (Sumber: Dokumentasi Pribadi)... 31

10. Kegiatan Briefing pada pagi hari... 33

11. Proses pemasukan tube ke dalam tray... 33

12. Kegiatan Harvesting Shoot/tunas... 34

13. Pemotongan Shoot/tunas... 35

14. Penanaman Shoot... 35

15. Penumbuhan akar bibit pada RHA... 36

16. Kegiatan Spacing and Grading... 36

17. Proses penyiraman bibit... 37

18. Seleksi bibit... 37

19. Pengamatan Hama & Penyakit... 38

20. Tanaman Acacia crassicarpa yang terserang penyakit embun tepung (A) Dokumentasi Pribadi(B)Hidayati (2014)... 39

21. Tanaman Acacia crassicarpa yang terserang penyakit embun jelaga (A) Dokumentasi Pribadi(B)Hidayati (2014)... 40

22. Tanaman Acacia crassicarpa yang terserang penyakit layu fusarium(A)Dokumentasi Pribadi(B)Buku Panduan: Plant Health Program RAPP... 41

23. Tanaman Acacia crassicarpa yang terserang penyakit Bercak Pestalotiopsis(A)Dokumentasi Pribadi(B)Buku Panduan: Plant Health Program RAPP... ... 42

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil diagnosis penyakit Embun Tepung Acacia crassicarpa... 38

2. Hasil diagnosis penyakit Embun Jelaga Acacia crassicarpa... 40

3. Hasil diagnosis penyakit Layu Fusarium Acacia crassicarpa... 41

4. Hasil diagnosis penyakit Bercak Pestalotiopsis Acacia crassicarpa... 42

5. Hasil diagnosis penyakit Layu Rhizoctonia Acacia crassicarpa... 43

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Survey Lokasi Praktek Kerja Profesi (PKP)...

Error! Bookmark not defined.

2. Lokasi Pembibitan Tanaman Akasia di PT. RAPP...

Error! Bookmark not defined.

(10)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex Benth. merupakan salah satu jenis tanaman yang dikembangkan untuk hutan tanaman industri (HTI) di Indonesia, yang berperan penting dalam menunjang pengembangan industri kayu serat di Indonesia. Pembangunan HTI Pulp penting karena besarnya ketergantungan jenis industri pulp dan kertas kepada kayu serat. Pada saat ini lebih dari 90% bahan baku pulp dan kertas berasal dari kayu akasia, karena kayu ini mempunyai keunggulan dibandingkan dengan kayu yang lain, dikarenakan memiliki:

rendemen tinggi (51,46 %), kandungan lignin sedang (18 – 33 %), kekuatan pulp dan kertas yang dihasilkan tinggi, pemakaian alkali agak tinggi (16 %), serta pulp mudah diputihkan (Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pulp, 2010).

Acacia crassicarpa merupakan salah satu famili Fabaceae yang mulai banyak direkomendasikan untuk ditanam dalam rangka rehabilitasi lahan kritis maupun pembangunan HTI. Hal ini didasarkan pada pertumbuhannya yang cepat, mempunyai adaptasi yang luas dan tahan terhadap kondisi yang kurang menguntungkan (tidak memerlukan syarat tumbuh yang tinggi serta kualitas kayunya memenuhi syarat bahan baku industri) (Riadi, 2006). Acacia crassicarpa termasuk tanaman yang cepat tumbuh, dapat hidup dengan baik pada lahan marginal dengan PH rendah, tanah berbatu, tanah yang mengalami erosi, dan pada daerah gambut (Leksono dan Setyaji, 2003).

(11)

Keberadaan kertas merupakan sarana yang tergolong penting dan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 kebutuhan konsumsi mencapai 5,40 juta ton, sedangkan 2005 mencapai 6,45 juta ton. Pertumbuhan dalam dekade berikutnya diperkirakan mencapai 2% - 3% per tahun atau membutuhkan kayu log dari lahan seluas 1-2 juta hektar per tahun

Fenomena tersebut menjadi peluang yang baik bagi Indonesia dalam mengembangkan industri pulp dan kertasnya sekaligus dibutuhkan alternatif untuk meningkatkan produksi akasia. Salah satu solusi yang dapat dilakukan yaitu dengan memperhatikan pertumbuhan awal bibit tanaman. Bibit yang sehat dengan pertumbuhan normal adalah modal awal yang baik untuk pengembangan perkebunan akasia. Pemberian amelioran dan pemupukan yang tepat jenis, dosis dan waktu pemberian sangat penting dalam mempengaruhi tingkat produksi.

Akasia memiliki masalah dalam pengembangannya yaitu pertama benih akasia rentan terhadap hama dan penyakit kedua tegakan tanaman semacam A.

mangium yang umumnya diusahakan secara monokultur menyimpan potensi adanya serangan hama penyakit sewaktu-waktu. Perkembangan tanaman hutan seperti akasia di Indonesia, selain memberikan hasil berupa produksi kayu yang semakin meningkat, namun disertai dengan berbagai bentuk gangguan pada ekologinya.

Salah satu permasalahan dalam budidaya akasia adalah adanya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), permasalahan ini sangat penting karena serangan OPT dapat menyebabkan kerugian secara ekonomi, terutama tanaman ini merupakan tanaman hutan tahunan. Oleh karena adanya berbagai macam OPT yang menyerang akasia, maka diperlukan suatu usaha untuk mendiagnosis OPT

(12)

khususnya patogen utama yang paling banyak menyebabkan kerusakan pada tanaman akasia yang di sebabkan oleh jamur dilahan pembibitan PT. Riau Andalan Pulp and Paper. Dengan adanya usaha diagnosis patogen utama tersebut maka kemudian diharapkan dapat diketahui macam metode untuk pencegahan maupun untuk pengendaliannya.

Masalah yang harus juga diperhatikan untuk pertumbuhan bibit akasia adalah serangan penyakit pada pembibitan. Penyakit yang ditemukan pada pembibitan adalah penyakit rebah semai yang disebabkan oleh Pythium sp, Phytopthora sp, Diplodia sp, Rhizoctonia sp dan Fusarium sp. Penyakit rebah semai merupakan penyakit yang mempunyai intensitas serangan yang tinggi dan mengakibatkan kematian pada pembibitan akasia yang disebabkan oleh Fusarium sp (Rahayu 1999).

Ketersediaan bibit yang berkualitas sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang menentukan produksi akhir jenis komoditas ini, untuk itu harus ditangani secara serius. Pertumbuhan bibit akasia yang baik dapat di peroleh jika tanaman sehat, yaitu terhindar dari penyakit terutama yang di sebabkan oleh jamur yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman akasia nantinya.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian yang mendetail untuk mengetahui penyakit yang di sebabkan oleh jamur dan kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman akasia pada masa pembibitan di kawasan perkebunan PT. Riau Andalan Pulp and Paper.

1.2 Tujuan

Tujuan umum dari pelaksanaan Praktek Kerja Profesi (PKP) ini adalah untuk mengembangkan wawasan yang dimiliki mahasiswa dalam melakukan

(13)

praktek kerja di lapangan dan mampu menerapkan serta mengaplikasikannya dan juga dapat meningkatkan kemampuan teknis di lapangan dengan melaksanakan kegiatan sesuai dengan tahapan yang ada di lokasi PKP Praktek Kerja Profesi.

Tujuan khusus dari pelaksanaan Praktek Kerja Profesi (PKP) ini adalah dapat mendiagnosis penyakit dan dapat mengetahui gejala kerusakan tanaman yang di sebabkan oleh jamur pada pembibitan tanaman akasia (Acacia crassicarpa) di kawasan perkebunan PT. Riau Andalan Pulp and Paper.

(14)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Akasia (Acacia crassicarpa)

Acacia crassicarpa merupakan tanaman tropis yang tumbuh cepat dengan kemampuan adaptasi yang tinggi dan merupakan tanaman pemfiksasi nitrogen. Di alam, Akasia ini dapat hidup pada tanah yang memiliki drainase yang buruk sampai tanah kering. Berikut adalah klasifikasi dari tanaman Akasia: Kingdom:

Plantae (tumbuhan), Subkingdom: Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh), Super Divisi: Spermatophyta (menghasilkan biji), Divisi: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga), Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil), Sub Kelas: Rosidae, Ordo: Fabales, Famili: Fabaceae (polong-polongan), Genus: Acacia, Spesies:

Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex Benth (The IUCN, 2011).

Menurut Isnayadi (2020) morfologi dari tanaman Akasia adalah sebagai berikut:

a. Morfologi Akar

Gambar 1. Akar Tanaman Akasia (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Akar merupakan bagian paling bawah pada tanaman yang termasuk salah satu komponen terpenting dari struktur tanaman, akar juga merupakan bagian paling dahulu dalam perkembangan tanaman. Akar dari tanaman Akasia pada

(15)

umumnya merupakan akar tunggang dan berwarna putih kotor.

b. Morfologi Batang

Gambar 2. Batang Tanaman Akasia

Tanaman Akasia berupa pohon dengan tinggi 15 - 20 m, kecuali pada tempat yang kurang menguntungkan akan tumbuh lebih kecil antara 7 - 10 m.

Batang Akasia berdiri tegak, berkayu keras, beralur longitudinal, berbentuk bulat dan warnanya bervariasi mulai dari cokelat gelap, cokelat terang hingga putih kolor. Beberapa jenis tanaman Akasia ada yang berduri dan ada yang tidak berduri.

c. Morfologi Daun

Gambar 3. Daun Tanaman Akasia (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Daun Akasia adalah daun majemuk yang terdiri dari banyak anak daun serta letak yang saling berhadapan. Daunnya menyirip, berbentuk lonjong, bagian tepi daun merata, bagian ujung dan pangkal daun tumpul, pertulangan daun

(16)

menyirip serta berwarna hijau. Panjang daun tanaman Akasia sekitar 5 cm - 20 cm dengan lebar 1 cm - 2 cm.

d. Morfologi Bunga

Gambar 4. Bunga Tanaman Akasia

Bunga tanaman Akasia yaitu majemuk yang berkelamin dua dan berbentuk seperti kuku serta berwarnaputih. Bunga Akasia muncul di ketiak daun.

Kelopak berbentuk silindris, benang sari berbentuk silindris, kepala sari berbentuk seperti ginjal, mahkota berwarna putih.

e. Morfologi Buah

Gambar 5. Buah Tanaman Akasia

Buah Akasia berbentuk polong dan berwarna hijau ketika masih muda, lalu menjadi cokelat setelah tua. Bijinya berbentuk lonjong dan pipih serta berwarna cokelat.

(17)

Tanaman Akasia dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah dan kondisi lingkungan. Tanaman Akasia dapat tumbuh cepat di lokasi dengan level nutrisi tanah yang rendah, bahkan pada tanah-tanah asam dan terdegradasi.

Di bawah naungan, tanaman Akasia akan tumbuh kerdil dan kurus (Krisnawati et al., 2010).

Tanaman Akasia biasanya ditemukan di daerah dataran rendah beriklim tropis yang dicirikan oleh periode kering yang pendek selama 4 bulan. Jenis ini dapat tumbuh pada ketinggian 480 m. Meskipun demikian, tanaman Akasia juga dapat tumbuh pada ketinggian hingga 800 m. Tanaman Akasia bisa mengalami kematian jika terkena kekeringan yang parah atau musim dingin yang berkepanjangan. Menurut Pan dan Yang (1987) melaporkan angka kematian yang tinggi pada Akasia berumur 5 tahun setelah mengalami periode waktu dengan suhu rendah (sekitar 5°C - 6°C) disertai dengan hujan dingin yang lama.

Acacia crassicarpa mempunyai banyak kelebihan sehingga dikembangkan dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI), baik pada lahan kering maupun lahan basah. Umumnya tumbuh di daerah tropik dan subtropik yang secara geografis terletak pada 8°LS - 20°LS dengan ketinggian tempat berkisar pada 0 - 450 m dpl dan curah hujan tahunan berkisar antara 500 mm - 3500 mm.

Tempat tumbuh jenis ini memiliki rata-rata suhu udara minimum berkisar pada 15°C - 22°C dan suhu udara maksimum adalah 31°C - 34°C (Susi et al., 2015).

2.2 Penyakit Tanaman Akasia (Acacia crassicarpa)

2.2.1 Embun Tepung (Powdery Mildew)

Penyebab penyakit ini adalah jamur Oidium spp. dimana spesies dan fase

(18)

seksualnya pada empat Acacia tropis (A. aulacocarpa, A. auriculiformis, A.

crassicarpa dan A. mangium) belum diidentifikasi, namun tentu saja dimungkinkan terdapat lebih dari satu spesies yang terlibat. Oidium spp.

merupakan parasit obligat yang memiliki kisaran inang luas. Pada akasia, embun tepung ditemukan pada filodia, terutama pada persemaian dan juga pada tajuk bagian bawah pada tanaman muda di kebun (Old et al., 2000).

Penyakit ini dilaporkan menyerang akasia di Australia, beberapa daerah di Afrika, Cina, Hawai, India, Indonesia, Filipina, Malaysia dan Thailand. Gejala awal berupa munculnya lapisan seperti sarang laba-laba hingga seperti tepung putih dari hifa dan juga spora jamur pada daun primer dan muda. Selanjutnya, lapisan berukuran semakin besar dan bersatu membentuk lapisan yang lebih besar, menyebar ke daun sekunder atau filodia, dan kadang-kadang menyebabkan defoliasi. Permukaan atas pada daun yang terserang berat menjadi tertutupi oleh hifa dan spora yang terlihat seperti tepung. Pada permukaan daun yang terinfeksi kemudian muncul bercak-bercak berwarna kuning (Old et al., 2000).

2.2.2 Embun Jelaga (Black Mildew)

Meliola spp. (famili Meliolaceae, ordo Meliolales dari Ascomycota) adalah jamur penyebab penyakit embun jelaga. Jamur dari ordo Meliolales merupakan parasit obligat yang memproduksi berbagai macam struktur untuk mempenetrasi sel inang. Spesies dari Meliola ditemukan pada daun dan batang dengan kisarang inang yang luas di daerah tropis. Embun jelaga merupakan penyakit yang umum ditemukan pada akasia namun masih sedikit informasi mengenai organisme penyebab penyakitnya. M. brisbanensis dilaporkan menyerang A. auriculiformis dan A. mangium di Queensland (Old et al., 1997) serta M. adenanphererae

(19)

dilaporkan menyerang A.auriculiformis di Jawa (laporan tidak dipublikasi) (Old et al., 2000).

Gejala dari penyakit ini yaitu jamur membentuk koloni seperti beledu berwarna hitam pada permukaan filodia. Pada serangan berat seluruh permukaan filodia akan ditutupi oleh jamur. Infeksi biasanya sering terjadi pada permukaan atas dibanding permukaan bawah filodia. Kadang-kadang batang muda dan ranting juga dapat terinfeksi (Old et al., 2000). Penyakit ini dikategorikan penyakit minor, namun embun jelaga dapat menyebabkan terganggunya proses fotosintesis jika terjadi serangan berat pada tanaman muda (Rimbawanto et al., 2014).

2.2.3 Karat Filodia (Phyllode Rust)

Atelocauda digitata merupakan jamur penyebab penyakit karat pada A.

auriculiformis. Di Australia, Asia, dan New Zealand dilaporkan adanya serangan A. digitata (Widyastuti et al., 2014), demikian juga di Sumatera Selatan serta Kalimantan (Barry, 2002). Pada awalnya di Hawai A. digitata merupakan patogen sekunder yang menyerang A. auriculiformis. Hutan rakyat A. auriculiformis di Wonogiri, Jawa Tengah dilaporkan terserang A. digitata (Ismail dan Anggraeni, 2008) dan begitu juga Hutan Pendidikan Wanagama I di Gunung Kidul, Yogyakarta. Gejala yang ditunjukkan adalah munculnya pembengkakan pada daun, ranting, dan cabang, sedangkan adanya tanda ditunjukkan dengan munculnya teliospora berwarna coklat pada permukaan daun, ranting, dan cabang yang mengalami pembengkakan. Informasi mengenai infeksi serta dinamika penyakit ini masih sangat terbatas (Widyastuti et al., 2014).

(20)

2.2.4 Karat Puru (Gall Rust)

Old et al. (1997) menemukan puru pada filodia, kuncup dan juga ranting di persemaian A. auriculiformis di beberapa daerah di Jawa. Penyakit ini diduga disebabkan oleh Uromyces sp. yang dicirikan dengan pembentukan puru pada filodia dan kuncup serta batang muda. Sementara itu, menurut Old et al. (2000) penyakit ini disebabkan oleh Uromycladium tepperianum dan U. notabile dimana di Australia penyakit karat ini terjadi pada banyak spesies dari genus Acacia.

Karakteristik gejala yang dihasilkan dari infeksi Uromycladium spp. adalah terbentuknya puru dengan bentuk globos berwarna coklat kemerahan pada batang dan tunas. Permukaan gall dewasa menjadi tertutupi oleh spora berwarna seperti kayu manis (Old et al., 2000). Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan kematian pada bibit yang terserang, infeksi pada kuncup atau batang dapat mengganggu pertumbuhan tunas yang berakibat terjadinya klorosis dan tanaman kerdil. Penyakit ini juga ditemukan pada yang baru saja ditanam di kebun (Old et al., 1997).

2.2.5 Kanker Batang dan Cabang (Stem and Branch Cankers)

Kanker batang dan cabang disebabkan oleh jamur Botryosphaeria spp.

dengan inang A. auriculiformis, A. mangium dan hibridanya. Kanker merupakan area kulit kayu yang mati yang kadang-kadang disertai getah atau luka cekung yang meluas mulai dari beberapa centimeter hingga lebih dari 1 meter sepanjang cabang dan batang. Gejala ini juga dapat disertai diskolorisasi gelap dan retak terutama di tengah-tengah luka. Tubuh buah dari jamur biasanya ditemukan pada area kankernya terutama pada batas antara kulit kayu sehat dan sakit atau pada cabang yang baru saja mati (Thu et al., 2010). Kanker yang sangat parah

(21)

dilaporkan terjadi pada A. auriculiformis yang berasosiasi dengan infeksi dari Botryosphaeria sp. di lahan percobaan di Thailand dengan tingkat kematian beberapa bibit mencapai 80%. Percobaan dii Kalimantan Selatan dengan beberapa sumber yang sama seperti di Thailand menghasilkan infeksi yang parah penyakit kanker dengan asosiasi dari patogen lain berupa Phomopsis sp. dan Lasiodiplodia sp. (Old et al., 2000).

2.2.6 Busuk Akar (Root Rot)

Penyakit pada akar yang disebabkan oleh Macrophomina phaseolina, Armillaria mellea dan Ganoderma spp. menginfeksi serius Acacia spp.

(Hosagoudar et al., 2007). Patogen-patogen ini dilaporkan menyerang A.auriculiformis di Indoa dan Pakistan (Hosagoudar et al., 2007). Penyakit busuk akar merupakan penyakit yang merugikan meskipun berada dalam keadaan endemik (Henessy dan Daly, 2007). Di Papua Nugini, A. auriculiformis terinfeksi busuk akar yang disebabkan oleh Ganoderma dan Phellinus spp. Di salah satu area yang diamati, tercatat kematian tanaman tiap tahun sekitar 10%

(Hosagoudar et al., 2007). Jamur menyebar dengan cepat di sepanjang akar menuju leher akar kemudian naik menuju dasar batang. Pohon yang terinfeksi menjadi kuning, layu dan akhirnya mati (Hosagoudar et al., 2007).

Ganoderma sp. menginfeksi pada jaringan akar tanaman yang kemudian tumbuh dan berkembang di bawah permukaan tanah. Gejala serangan penyakit busuk akar tingkat ringan pada tanaman secara umum adalah layu, tidak berkembang, kehilangan helai daun sampai lodoh pada batang. Pada serangan tingkat lanjut, secara umum penyakit dapat diidentifikasi dengan kemunculan tubuh buah (Henessy dan Daly, 2007).

(22)

Tanda tanaman yang terserang tampak pada akar yang terinfeksi yaitu adanya miselium berwarna krem yang selanjutnya berubah menjadi merah sampai kehitaman. Miselium berwarna putih ditemukan pada bagian dalam akar yang terinfeksi dan mempunyai bau yang spesifik (Mohammed, 2006). Miselium ini kemudian akan meluas membentuk selaput-selaput tebal berwarna merah (rhizomorf) yang akan tampak jelas jika dibasahi air (Aciar, 2008). Dua kebun benih di Wonogiri, Jawa Tengah yang ditanami dengan spesies Akasia yang berbeda yaitu Acacia mangium (mangium) dan Acacia auriculiformis (auri) mengalami busuk akar yang disebabkan oleh G. steyaertanum (Glen et al., 2009).

2.2.7 Rebah Semai/Kecambah (Damping-off)

Rebah semai dapat disebabkan oleh beberapa jamur seperti Phytium spp., Phytophthora spp., Fusarium spp., dan Rhizoctonia solani. Di Sarawak, rebah semai A. auriculiformis disebabkan oleh infeksi dari Pythium spp. dan Fusarium spp. (Old et al., 2000). Rebah semai terjadi ketika persemaian akasia dilakukan pada skala luas dan biasa dilaporkan terjadi di beberapa negara seperti Indonesia, Malaysia dan India. Bibit yang terserang menjadi sangat berair dan jaringan batang dekat tanah mengerut sehingga menyebabkan rebah dan mati. Gejala penyakit ini biasanya terjadi tidak lebih dari 2 minggu setelah perkecambahan biji dan menyebabkan tingkat kematian tinggi pada kondisi yang sesuai untuk perkembangan penyakit; seperti sebaran bibit yang terlalu rapat, serta kelembaban dan lengas tanah yang tinggi. Sekali saja infeksi terjadi maka dapat menyebar sangat cepat dan mematikan bibit dalam jumlah besar hanya dalam beberapa hari (Old et al., 2000).

(23)

BAB III METODOLOGI

3. 1 Tempat dan Waktu

Kegiatan Praktik Kerja Profesi (PKP) ini dilaksanakan di PT. Riau Andalan Pulp and Paper, Jalan Lintas Timur, Pangkalan Kerinci Kota, Pangkalan Kerinci, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan. Kegiatan Praktik Kerja Profesi dilaksanakan selama 5 minggu, yaitu pada tanggal 18 Juli 2022 – 22 Agustus 2022.

3. 2 Metoda Pelaksanaan

Metode pelaksanaan Praktik Kerja Profesi (PKP) meliputi tahapan yaitu sebagai berikut:

1. Peserta Praktik Kerja Profesi (PKP) melakukan pengamatan langsung kelapangan sebelum melakukan PKP di lokasi tersebut, guna memudahkan dalam penyusunan rencana kedepan.

2. Peserta Praktik Kerja Profesi (PKP) secara langsung turun kelapangan dan mengikuti kegiatan di PT. Riau Andalan Pulp and Paper serta melakukan pengumpulan data dan mendiagnosis secara langsung penyakit yang ada pada areal pembibitan tanaman akasia.

3. Peserta praktek melakukan studi literatur untuk menganalisa dan membandingkan antara data yang diperoleh dengan literatur yang ada dan membahasnya dalam sebuah laporan tertulis.

(24)

3. 3 Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi diperoleh dengan menggunakan dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan metode tidak langsung untuk data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan secara langsung dan wawancara dengan pembimbing lapangan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung yang terkait dengan permasalahan yang diambil untuk memperoleh data dan informasi. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi melalui studi pustaka. Studi ini dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti dan menelaah berbagai literatur - literatur yang bersumber dari buku-buku, teks, jurnal ilmiah, situs-situs si internet dan bacaan-bacaan yang ada kaitannya dengan topik PKP.

Pengamatan dan pengumpulan data dilaksanakan dengan cara peninjauan langsung ke lokasi Praktik Kerja Profesi (PKP) sebelum pelaksanaan PKP berlangsung, dengan tujuan untuk mengetahui kondisi nyata dari lokasi PKP sehingga memudahkan dalam penyusunan rencana atau program yang akan dilaksanakan ketika pelaksanaan Praktik Kerja Profesi (PKP) berlangsung.

Adapun hasil pengamatan dan pengumpulan data kondisi lokasi PKP yaitu sebagai berikut:

1. Tempat lokasi berada di PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Jalan Lintas Timur, Pangkalan Kerinci Kota, Pangkalan Kerinci, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau

2. Komoditi yang ada di PT. Riau Andalan Pulp and Paper ini merupakan

(25)

tanaman akasia (Acacia crassicarpa)

3. Pembibitan tanaman akasia berada pada daerah perkebunan PT. Riau Andalan Pulp and Paper.

3. 4 Analisis Data dan Informasi

Pengumpulan data dan informasi diperoleh dengan menggunakan dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan metode tidak langsung untuk data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan secara langsung dan wawancara dengan pembimbing lapangan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung yang terkait dengan permasalahan yang diambil untuk memperoleh data dan informasi. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi melalui studi pustaka. Studi ini dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti dan menelaah berbagai literatur - literatur yang bersumber dari buku-buku, teks, jurnal ilmiah, situs-situs di internet dan bacaan-bacaan yang ada kaitannya dengan topik PKP.

Pengamatan dan pengumpulan data dilaksanakan dengan cara penin- jauan langsung ke lokasi Praktek Kerja Profesi (PKP) sebelum pelaksanaan PKP berlangsung, dengan tujuan untuk mengetahui kondisi nyata dari lokasi PKP sehingga memudahkan dalam penyusunan rencana atau program yang akan dilaksanakan ketika pelaksanaan Praktek Kerja Profesi (PKP) berlangsung.

Adapun hasil pengamatan dan pengumpulan data kondisi lokasi PKP yaitu sebagai berikut Pertama tempat lokasi berada di PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Jalan Lintas Timur, Pangkalan Kerinci Kota, Pangkalan

(26)

Kerinci, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan. Kedua komoditi yang ada di PT. Riau Andalan Pulp and Paper ini merupakan tanaman akasia (Acacia crassicarpa). Ketiga Pembibitan tanaman eukaliptus berada pada daerah perkebunan PT. Riau Andalan Pulp and Paper.

3. 5 Rencana Kerja

Rencana kerja yang akan dilakukan terkait dalam Praktek Kerja Profesi (PKP) adalah sebaga berikut:

3.5.1 Pengadaan Bibit

Pengadaan bibit dilakukan untuk memperoleh bibit/anakan yang siap untuk ditanam di media semai. Pengadaan benih adalah kegiatan yang meliputi penyiapan sarana, prasarana, pengumpulan bibit berkualitas baik berupa biji maupun anakan alam (wilding) ataupun teknik lainnya yang diperuntukkan sebagai penyedia materi (bibit) khususnya dalam kegiatan penanaman, pengayaan (enrichment planting), rehabilitasi hutan maupun peruntukan lainnya.

3.5.2 Persiapan Media Tanam

Persiapan media tanam dilakukan untuk memudahkan kegiatan penyeleksian bibit dan memudahkan dalam perawatan tanaman. Media tanam merupakan media yang berupa tanah gambut yang dipersiapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk bibit dapat tumbuh dengan baik.

3.5.3 Pemberian Pupuk

Pemupukan dilakukan untuk membantu menyuburkan tanah dan tanaman sehingga mendapatkan kualitas dan hasil yang baik. Pemupukan adalah kegiatan menambahkan unsur hara atau bahan lainnya agar pertumbuhan tanaman dengan

(27)

baik. Umumnya pupuk diberikan dalam bentuk padat atau cair melalui tanah dandiserap oleh akar tanaman. Namun pupuk dapat juga diberikan lewat permukaan tanaman, terutama daun.

3.5.4 Pemeliharaan Bibit

Pemeliharaan bibit dilakukan untuk memperoleh bibit yang tersemai terawat dan tumbuh dengan baik. Pemeliharaan Bibit Persemaian merupakan kegiatan perawatan yang dilakukan agar bibit yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik. Pemeliharaan yang dilakukan antara lain dengan melakukan penyiraman dua kali sehari yaitu pagi hari dan sore hari. Pemberantasan penyakit pada tanaman dan pembersihan penyemaian dari gulma atau tanaman lain yang dapat mengganggu pertumbuhan bibit.

3.5.5 Pengamatan dan diagnosis penyakit

Diagnosis penyakit secara langsung dengan melihat langsung pada lahan, dan mengambil sampel berupa gejala yang ditimbulkan penyakit dan penyakit yang ditemukan dilapangan, serta mengambil gambar dari gejala penyakit yang ditemukan. Tahapan lanjutan, mencari literatur lebih lanjut untuk membahas penyakit akasia secara spesifik. Dengan adanya literatur pendukung yang didapatkan dapat mencocokkan dengan gejala yang terjadi pada bibit tanaman akasia yang disebabkan oleh serangan penyakit.

(28)

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PKP

4.1 Sejarah Singkat PT. Riau Andalan Pulp and Paper

PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) merupakan bagian dari perusahaan dari APRIL (Asia Pacific Resources International Holding Ltd) grup yang bergerak pada bidang industri pulp dan paper. APRIL grup berada dalam satu kelompok perusahaan yang bernama RGE (Royal Golden Eagle) yang didirikan oleh Bapak Sukanto Tanoto pada tahun 1973. RGE mengelola beberapa perusahaan manufaktur yang berbasis pada sumber daya alam pada berbagai negara, seperti di Indonesia, China, dan Brasil.

Sedangkan PT. RAPP, perusahaan Riau Pulp and Paper ini berdiri pada awal tahun 1992, dimana pada saat itu dilakukan survey lapangan untuk lokasi pabrik yang berada di Desa Pangkalan Kerinci. Kemudian dilanjutkan dengan masa proyek kurang lebih 2 tahun, mulai Januari hingga Maret dilakukan Start-up running test pabrik, dan pada tahun 1995 dimulailah masa Comisioning Production. Dan pada tahun selanjutnya dilakukan survey untuk pabrik kertas yang berada di area pabrik pulp.

Produksi perusahaan RAPP ini berupa pulp dengan lembaran kering yang berkualitas tinggi, sebab proses produksinya dilakukan secara kimia dan ditunjang dengan mesin-mesin yang berteknologi tinggi dan terbaru, seperti extended Superbatch cooking, oxygen delignification dan Elemental Chlorine Free.

Produksi pulp and paper dari perusahaan RAPP di ekspor ke negara China, Singapore, Australia, Korea, dan berbagai negara belahan Eropa seperti Russia, Turkey, dan juga negara kawasan Amerika seperti USA, Mexico, dan Brazilia. Itu

(29)

semua karena hasil dari produksi pulp and paper dari RAPP sangat berkualitas tinggi sehingga dalam melakukan pemasaran tidak mendapat kendala.

PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) adalah salah satu penghasil pulp dan kertas yang terbesar dengan teknologi terkini dan terefisien di dunia. Produk PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), termasuk merek kertas unggulan Paper One TM, dipasarkan dan dijual di lebih dari 70 negara di seluruh dunia. Bisnis PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) dibangun berdasarkan Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (Sustainable Forest Management Policy).

Kegiatan operasional PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) meliputi pabrik pulp dan perkebunan hutan tanaman dengan teknologi paling mutakhir berlokasi di Provinsi Riau, Sumatera, Indonesia. PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) mempekerjakan secara langsung lebih dari 5.000 orang dan secara tidak langsung lebih dari 90.000 orang terlibat dalam bisnis-bisnis yang memasok atau mendukung PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).

4.2 Letak Geografis atau Letak Wilayah Administrasi PT. Riau Andalan Pulp and Paper

PT. Riau Andalan Pulp and Paper terletak di Pangkalan Kerinci, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan yang mana areal Estate Pelalawan dapat diakses dari ibu kota Provinsi Riau yakni Kota Pekanbaru melalui transportasi darat dengan menggunakan kendaraan roda empat dengan jarak ± 21 Km. Jenis jalan menuju Estate Pelalawan terdiri aspal, semen, kerikil dan tanah.

Sedangkan kantor pusat dan urusan administrasi serta kerjasama terletak di Jl.

Teluk Betung No. 31 Jakarta Pusat 10230. PT. RAPP merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri pulp (bubur kertas) dan paper (kertas).

(30)

Gambar 1 Peta Lokasi PT. RAPP

Kecamatan Pangkalan Kerinci dibentuk berdasarkan Perda Nomor 10 Tahun 2001, dengan Wilayah terletak 25 m di atas permukaan laut, dengan Suhu maksimum 33ºC dan Suhu Minimum 30ºC. Kecamatan Pangkalan Kerinci terbagi atas 3 Kelurahan meliputi Kelurahan Kerinci Barat, Kelurahan Kerinci Kota dan Kelurahan Kerinci Timur, selain itu juga terdiri dari 4 Desa yaitu desa Bukit Agung, desa Kuala Terusan, desa Makmur dan desa Rantau Baru. Luas wilayah Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan ± 35.056,8 Ha.

Lokasi produksi yang terletak di Pangkalan Kerinci merupakan lokasi yang strategis karena dekat dengan sumber bahan baku (HTI) dan memiliki iklim yang sesuai dengan pertumbuhan pohon yang menjadi bahan baku pulp dan kertas.

Bahan baku pendukung produksi berupa air juga mudah diperoleh karena lokasi pabrik dekat dengan aliran sungai kampar yang berjarak sekitar 4 km.

Gambar 2 Pulp and Paper Mill PT. RAPP

(31)

Selain mempunyai mesin yang canggih di area pulp and paper mill juga mempunyai tempat pembibitan Eucalyptus sp. dan Acacia mangium terbesar kedua di dunia. Research and Development Department (R&D) sebagai departemen yang menangani berbagai macam penelitian yang dilakukan oleh perusahaan sering melakukan penelitian yang berkaitan dengan percobaan di tempat pembibitan ini.

Gambar 3 Pembibitan Tanaman Eucalyptus sp. (a) dan Acacia crassicarpa (b) PT. RAPP memiliki 8 sektor HTI yaitu sector baserah, sektor cerenti, sector langgam, sector logas, sector Mandau, sector pelalawan, sector tesso, dan sector ukui. Berdasarkan keputusan IUPHHK pada HTI, SK.356/MenhutII/2004 tanggal 1 Oktober 2004, PT. RAPP memiliki luas areal hutan tanaman sebesar 235.140 Ha. Dimana luas areal ini terbagi menjadi dua yaitu untuk lahan kering (dry land) seluas 151.500 dan daerah rawa (peat land) seluas 83.640 Ha.

(32)

4.3 Struktur Organisasi PT. Riau Andalan Pulp and Paper

Struktur organisasi dan ketenagakerjaan PT. Riau Andalan Pulp and Paper yaitu pada Kerinci Central Nursery 2 tempat Praktek Kerja Profesi dilaksanakan dapat dilihat berdasarkan bagan berikut :

Gambar 4 Struktur Organisasi Kerinci Central Nursery 2

4.4 Visi dan Misi PT. Riau Andalan Pulp and Paper

4.4.1 Visi

Menjadi perusahaan pulp dan paper berskala dunia dengan manajemen dan kinerja terbaik, paling menguntungkan dan berkelanjutan serta menjadi pilihan utama konsumen maupun karyawan.

4.4.2 Misi

1. Menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan di seluruh rantai nilai (value chain);

2. Menjadi pemimpin industri dalam setiap aspek operasional;

(33)

3. Memaksimalkan keuntungan bagi para pemangku kepentingan sambil membantu untuk mendorong pembangunan sosial-ekonomi lokal dan regional;

4. Menciptakan nilai tambah melalui tenaga kerja yang berbakat dan termotivasi dan penggunaan teknologi secara efektif.

(34)

V. PELAKSANAAN KEGIATAN PKP

5.1 Aspek Manajerial

Struktur organisasi merupakan suatu rangkaian yang menunjukkan hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain, sehingga menjadi jelas kedudukan dan tanggung jawab masing-masing bagian dalam suatu orgnisasi yang teratur. Struktur organisasi yang baik harus dapat memperlihatkan pendelegasian, wewenang, rentang kekuasaan dan kesatuan perintah dalam organisasi yang bersangkutan.

Setiap instansi memiliki struktur organisasi yang berbeda, karena hal ini dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan dari instansi yang bersangkutan.

Struktur organisasi dapat bermanfaat untuk mengetahui tugas, pekerjaan, dan hubungan antara tugas dan wewenang untuk menjalankan tugas tersebut.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah struktur organisasi PT. Riau Andalan Pulp and Paper:

5.1.1 Manager

Manager bertugas sebagai memberi arahan jalannya kegiatan sebagaimana semestinya, dan menerima rekapan rencana kerja dan hasil kegiatan yang di laporkan oleh asisten kepala.

5.1.2 Asisten Kepala

Asisten kepala bertugas mengawasi kinerja asisten lapangan dan memberi arahan kepada asisten lapangan, serta melaporkannya kepada manajer tentang hasil kegiatan

(35)

5.1.3 Asisten Lapangan

Asisten lapangan bertugas memberi arahan kegiatan kepada mandor dan memastikan semua kegiatan yang telah di rencanakan berjalan dengan baik, kemudian melaporkan hasil kegiatan kepada asisten kepala.

5.1.4 Mandor

Mandor bertugas mengarahkan pekerja dan membagi tugas sesuai rencana kerja yang telah di buat oleh asisten lapangan.

5.2 Aspek Teknis

Aspek teknis adalah suatu aspek yang digunakan untuk menilai kesiapan suatu usaha dalam menjalankan kegiatannya dengan menilai ketepatan lokasi, luas

produksi dan layout serta kesiapan mesin dan tehnologi. Aspek teknis yang ada di R&D Nursery Riset sangat memperhatikan kualiatas sumber daya manusia dan

sumber bahan baku yang dimiliki. Kegiatan teknis yang dilakukan juga harus menerapakan SOP perusahaan agar hasil riset dan kualitas tanaman yang dihaslkan sesuai dengan harapan perusahaan. Berikut teknis yang diterapakan di

R&D Nursery Riset sebagai berikut :

5.2.1 Sterilisasi Rak dan Tabung

Sterilisasi rak dan tabung merupakan proses menjadikan rak dan tabung yang akan digunakan pada kegiatan selanjutnya dalam keadaan steril atau aseptic.

Sterilisasi rak dan tabung ini dilakukan menggunakan alat yang disebut tray Washer dengan suhu 80oC yang dimulai dengan pencucian dengan air dingin dan dilanjutkan dengan air panas. Kegiatan pembersihan/ pencucian tube & tray agar media terhindar dari sampah dan mikroorganisme dengan air bersuhu 80 oC, dan

(36)

sodium hypocloride 1%.

5.2.2 Pengadaan Clone Tanaman Unggul

Pengadaan atau menciptakan tanaman dengan kualitas unggul merupakan target utama dari Nursery Riset. Clone tanaman yang sudah ada harus bisa dikembangkan dan diperbanyak guna memenuhi kebutuhan riset maupun produksi. Manfaat utama dari pemuliaan tanaman adalah menciptakan clone unggul tanaman. Pemuliaan tanaman merekayasa genotipe atau gen dari tanaman untuk menghasilkan fenotipe atau sifat fisik tanaman yang unggul.

Perbanyakan dengan kultur jaringan dan stek pucuk merupakan salah satu metode utama untuk menghasilkan bibit kualitas unggul dalam jumlah besar dengan menggunakan material unggul. Eucalyptus dan Akaia dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif mempunyai keunggulan karena mempunyai perakaran yang kuat sehingga resiko tanaman roboh rendah namun memiliki kekurangan yaitu variasi pertumbuhan yang sangat tinggi sehingga mempengaruhi volume dan mempersulit pemiliharaan dan pemanenannya.

Perbanyakan vegetatif mempunyai banyak kegunaan dalam kehutanan (Zobel dan Talbert, 1984), yaitu : (1) preservasi genotipa-genotipa unggul dalam bank klon atau arsip klonal, (2) perbanyakan genotipa-genotipa unggul yang diinginkan untuk kegunaan khusus seperti di kebun benih atau pemurnian, (3) penilaian dari genotipa-genotipa dan interaksinya dengan lingkungan melalui uji klonal dan (4) Memperoleh keuntungan genetik maksimum apabila digunakan untuk peremajaan.

Syarat-syarat klon yang diinginkan oleh perusahaan Hutan Tanaman

(37)

Industri (HTI) untuk memenuhi kebutuhan industri Pulp and paper pada umumnya adalah mudah dikembangkan dengan teknik vegetatif (perakaran dan tunas bagus), pertumbuhan sangat cepat dan tinggi, batang lurus, berkulit tipis (ini berhubungan dengan tonase kayu berbanding volume) Bentuk kulit batang bermacam-macam dari kasar dan berserabut, halus bersisik, tebal bergaris-garis atau berlekuk-lekuk. Warna kulit batang mulai dari putih kelabu, abu abu muda, hijau kelabu sampai cokelat, merah, sawo matang sampai coklat batang sangat silindris (berhubungan dengan aspek pemanenan dan volume kayu), memiliki kayu dengan kadar selulose yang tinggi (ini berhubungan dengan produksi serat untuk pulp and paper), memiliki kadar lignin dan zat ekstraktif yang rendah, tahan terhadap hama penyakit utama (berhubungan dengan MAI), dapat tumbuh baik diberbagai kondisi lahan/tapak (berhubungan dengan keragaman tapak/tanah yang dimiliki), dapat tumbuh baik dalam kondisi iklim yang ekstrim (berhubungan dengan kondisi iklim seperti curah hujan, temperatur, ketinggian tempat dari permukaan laut, dsb), respon terhadap berbagai tindakan silvikultur (Sipayung, 2010).

(38)

5.2.3 Pengadaan Media yang Berkualitas Baik

Gambar 5 Proses pengadaan media (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pengadaan media adalah kegiatan menyediakan media untuk bahan tanam.

Media dengan kualitas baik harus memiliki unsur hara yang cukup agar nantinya tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Media yang baik adalah media yang tidak terkontaminasi mikroba yang nerugikan tanaman. Kegiatan pencampuran cocopid 0,8 m3, sekam padi 0,2m3 dan pupuk osmocote 3kg dan ETA 800gr di mixer, dilanjutkan kegiatan pencucian media yang bertujuan mencapai EC&PH agar sesuai standar.

5.2.4 Pengambilan Shoot/Pucuk Tanaman

Pengambilan shoot/pucuk tanaman adalah proses pengambilan bahan baku tanaman untuk bahan baku perbanyakan tanaman. Perkembangbiakan vegetatif dengan cara memotong bagian tubuh tanaman untuk ditanam sehingga menghasilkan tanaman baru. Perkembangbiakan dengan cara ini juga bisa diartikan sebagai cara memperbanyak tanaman dengan memisahkan organ vegetatif atau modifikasinya dari pohon induk. Keunggulan dari perkembangan biakan dengan cara perbanyakan tanaman ini dilakukan untuk tanaman yang

(39)

sulit berkembang biak menggunakan biji. Selain itu, perkembangbiakan vegetatif ini juga berguna untuk membentuk klon tanaman unggul. Menurut Na’iem (2000) perkembangbiakan vegetatif lebih unggul daripada generatif karena bibit hasil pengembangan secara vegetatif merupakan duplikat induknya karena mempunyai struktur genetik yang sama.

Gambar 6 Kegiatan pengambilan shoot (Sumber: Dokumentasi Pribadi) 5.2.5 Cutting

Cutting adalah kegiatan pemotongan daun hasil shoot menjadi bahan siap tanam. Pemotongan daun bertujuan untuk mengurangi penguapan pada saat proses penanaman. Cutting harus dilakukan secara benar dan hati-hati karena shoot yang diambil masih muda sehingga rentan patah pada bagian pucuk daun.

Gambar 7 Kegiatan cutting (Sumber: Dokumentasi Pribadi) 5.2.6 Penanaman

Penanaman merupakan proses yang di lalui setelah pengambilan shoot/stek

(40)

pada pohon induk. Penanaman adalah pemindahan bahan tanam ke media yang telah di siapkan. Penanaman pada hasil mini cutting dan makro cutting pada tanaman eukaplitus dan akasia di lakukan di dalam Production hause area.

Production hause area memiliki fungsi menghindari terpaan air hujan yang dapat menyebabkan tanaman tersebut rusak atau mati, melindungi dan mengontrol suhu, serta mampu mengurangi serangan organisme pengganggu tanaman. Kegiatan penanaman bibit dengan menggunakan hormone IBA.

Gambar 8 Kegiatan penanaman (Sumber: Dokumentasi Pribadi) 5.2.7 Perawatan Tanaman

Perawatan tanaman merupakan aspek yang memegang peranan penting dalam Tumbuh kembang tanaman. Secara umum pemeliharaan tanaman meliputi Penyiraman, pemupukan, dan pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) serta pemeliharaan spesifik untuk tanaman tertentu. Perawatan tanaman sangat penting di lakukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.

Gambar 9 Perawatan tanaman (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

(41)

VI PEMBAHASAN

6.1 Kegiatan Umum di Lokasi PKP

Kegiatan umum yang dilakukan peserta PKP adalah mengamati dan mempelajari seluruh kegiatan pembibitan akasia (Acacia crassicarpa) di PT.

Riau Andalan Pulp and Paper bagian Kerinci Central Nursery 2. Dimana kegiatan pembibitan ini dimulai dari pengambilan shoot tanaman akasia (Acacia crassicarpa) dari tanaman induk hingga bibit sesuai dengan kriteria untuk tumbuh dilapangan. Berikut kegiatan yang dilalui penulis selama menjalani profesi kerja praktek.

6.1.1 Briefing

Briefing merupakan pengarahan yang harus di berikan oleh pimpinan kepada pekerja. Briefing ini dilakukan untuk mensosialisasikan kegiatan, aturan, dan kebijakan baru. Briefing dilakukan pada pukul 06.45 WIB, bertempat di Production House Area. Briefing diikuti oleh manajer, asisten kepala, asisten lapangan, serta peserta PKP. Briefing sangat diperlukan agar manajer mengetahui progres rencana yang sudah dilakukan, selain itu dengan briefing menjadi wadah untuk menyampaikan pendapat dan masalah yang ada pada area masing masing asisten lapangan.

(42)

Gambar 10 Kegiatan Briefing pada pagi hari 6.1.2 Insert tube

Insert tube merupakan kegiatan memasukkan tube (media tanam) ke dalam tray (rak). Kegiatan ini dilakukan oleh karyawan setiap harinya. Kegiatan ini dilakukan sebelum pembersihan tray pada alat tray washer. Dalam kegiatan PKP, mahasiswa ikut serta dalam kegiatan insert tube, serta dibimbing oleh asisten bagaimana mekanisme insert tube yang benar. Insert tube dilakukan pada area Production House Area (PHA). Kegiatan insert tube ini dilakukan secara manual menggunakan tangan kosong oleh pekerja setiap hari sekitar pukul 7 pagi hingga pukul 4 sore.

Gambar 11 Proses pemasukan tube ke dalam tray 6.1.3 Pengambilan Shoot (Harvesting)

Pengambilan shoot merupakan kegiatan pemotongan tunas bibit yang akan dijadikan tanaman baru. Kegiatan ini bisa disebut sebagai kegiatan “panen”.

(43)

Kegiatan ini dilakukan di area Mother Plant House (MPH) yang dimana area ini rumah tempat bibit atau tanaman induk dirawat. Pengambilan shoot ini harus sesuai kriteria dan aturan yang sudah di tetapkan. Kegiatan pemanenan ini dilakukan secara manual menggunakan beberapa alat bantu diantaranya yaitu gunting, ember yang telah dilubangi, wadah sinergis, batas panen, dan wadah shoot.

Gambar 12 Kegiatan Harvesting Shoot/tunas 6.1.4 Cutting (Pemotongan Tunas)

Kegiatan pemotongan bagian dari shoot yang akan di jadikan bibit.

Kegiatan ini dilakukan setelah pengambilan shoot. Dalam kegiatan ini tanaman yang dilakukan cutting yaitu Acacia crassicarpa, karena pada pengambilan shoot tanaman ini diambil minimal 15 cm pada ketiak daun pertama. Untuk dijadikan bibit tanaman ini harus dilakukan pemotongan lagi, yaitu pada internode (2,5- 3,5cm) untuk top (0,5-1,5) untuk daunnya di potong 50% dari seluruh daun.

Kegiatan ini dilakukan pada area Production House Area (PHA).

(44)

Gambar 13 Pemotongan Shoot/tunas 6.1.5 Penanaman Shoot

Dalam kegiatan PKP, mahasiswa ikut membantu pekerja dan dibimbing dalam penanaman shoot pada media yang telah disiapkan sebelumnya. Kegiatan ini dilakukan secara manual oleh para pekerja bagian produksi dan dilakukan dengan sistem TTLP (tengah, tegak, lurus, pencet).

Gambar 14 Penanaman Shoot 6.1.5 Penumbuhan Akar

Dalam kegiatan PKP, mahasiswa ikut mengamati pekerja dan dibimbing serta diberi penjelasan tentang penumbuhan akar. Kegiatan ini dilakukan di Rooting House Area (RHA) yang mana hanya ada penyiraman otomatis dengan sistem misting irrigation yaitu pengkabutan untuk menyesuaikan suhu pada bibit agar tidak mati, kegiatan ini bertujuan untuk pertumbukan akar bibit.

(45)

Gambar 15 Penumbuhan akar bibit pada RHA 6.1.6 Spacing and Grading

Dalam kegiatan PKP, mahasiswa ikut mengamati pekerja dan dibimbing serta diberi penjelasan tentang spacing grading. Kegiatan ini dilakukan secara manual oleh para pekerja dengan pengarahan pelaksanaan kegiatan. Hal ini dilakukan pada tanaman yang keluar dari area aklimatisasi bertujuan untuk penjarangan.

Gambar 16 Kegiatan Spacing and Grading 6.1.7 Penyiraman

Dalam kegiatan PKP, mahasiswa ikut mengamati pekerja dan dibimbing serta diberi penjelasan tentang penyiraman pada pembibitan akasia. Penyiraman pada bibit akasia dilakukan sebanyak 2 kali pada area terbuka yaitu pada jam 9 pagi dan jam 1 siang.

(46)

Gambar 17 Proses penyiraman bibit 6.1.8 Seleksi Bibit

Dalam kegiatan PKP, mahasiswa ikut membantu pekerja dan dibimbing dalam kegiatan seleksi pada bibit, dengan melakukan trimming akar dan daun juga abnormality pada bibit. Kegiatan ini bertujuan mempersiapkan bibit yang akan dikirim.

Gambar 18 Seleksi bibit 6.1.9 Pengendalian Hama Penyakit

Dalam kegiatan PKP, mahasiswa ikut mengamati pekerja dan dibimbing serta diberi penjelasan tentang cara pengaplikasian pestisida sebagai pengendali hama penyakit pada pembibitan akasia. Pengendalian hama penyakit pada pembibitan akasia dilakukan menggunakan beberapa metode pengendalian

(47)

diantaranya pengendalian fisik dan mekanik dengan cara pengembilan hama secara langsung pada hama ulat dan penggunaan blue and yellow trap untuk serangga juga penggunaan pestisida kimia berformulasi cair yang disemprotkan pada tanaman, dan banyak lainnya.

Gambar 19 Pengamatan Hama & Penyakit 6.2 Kegiatan Khusus di Lokasi PKP

Pengamatan dan diagnosis penyakit tanaman Acacia crassicarpa:

6.2.1 Embun Tepung (Powdery Mildew)

Hasil diagnosis penyakit tanaman Acacia crassicarpa dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil diagnosis penyakit Embun Tepung Acacia crassicarpa Hasil diagnosis penyakit

tanaman akasia

Keterangan Tanaman inang Acacia crassicarpa

Nama penyakit Embun tepung Penyebab penyakit Jamur Oidium sp.

Gejala awal Munculnya lapisan seperti sarang laba-laba hingga seperti tepung putih dari hifa dan juga spora jamur pada daun primer dan muda.

Gejala lanjutan Lapisan berukuran semakin besar dan bersatu membentuk lapisan yang lebih besar, menyebar ke daun sekunder atau filodia, dan kadang-kadang menyebabkan defoliasi.

Permukaan atas pada daun yang terserang berat menjadi tertutupi oleh hifa dan spora yang terlihat seperti tepung.

(48)

Pada permukaan daun yang terinfeksi kemudian muncul bercak-bercak berwarna kuning

Tanda Hifa dan spora yang terlihat seperti tepung

Tanaman Acacia crassicarpa yang terserang penyakit embun tepung dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 20 Tanaman Acacia crassicarpa yang terserang penyakit embun tepung (A) Dokumentasi Pribadi (B) Hidayati (2014)

Berdasarkan hasil diagnosis di atas, diduga tanaman Acacia crassicarpa terserang patogen Oidium sp. yang menyebabkan penyakit embun tepung. Gejala yang tampak yaitu adanya lapisan putih seperti tepung yang menyelimuti permukaan daun. Ini sesuai dengan penelitian (Old et al. 2000), yang menyatakan bahwa Gejala awal penyakit embun tepung berupa munculnya lapisan seperti sarang laba-laba hingga seperti tepung putih dari hifa dan juga spora jamur pada daun primer dan muda. Selanjutnya, lapisan berukuran semakin besar dan bersatu membentuk lapisan yang lebih besar, menyebar ke daun sekunder atau filodia, dan kadang-kadang menyebabkan defoliasi.

6.2.2 Embun Jelaga (Black Mildew)

Hasil diagnosis penyakit tanaman Acacia crassicarpa dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil diagnosis penyakit Embun Jelaga Acacia crassicarpa Hasil diagnosis

penyakit tanaman akasia

Keterangan

Tanaman inang Acacia crassicarpa Nama penyakit Embun jelaga Penyebab penyakit Jamur Meliola sp.

Gejala awal Muncul bercak-bercak hitam pada daun

Gejala lanjutan Pada serangan berat seluruh permukaan filodia akan

A B

(49)

ditutupi oleh jamur. Infeksi biasanya sering terjadi pada permukaan atas dibanding permukaan bawah filodia.

Tanda Tanda penyakit berupa beledu berwarna hitam pada permukaan atas daun yang merupakan koloni dari jamur tersebut

Tanaman Acacia crassicarpa yang terserang penyakit embun jelaga dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 21 Tanaman Acacia crassicarpa yang terserang penyakit embun jelaga (A) Dokumentasi Pribadi (B) Hidayati (2014)

Berdasarkan hasil diagnosis di atas, diduga tanaman Acacia crassicarpa terserang patogen Meliola sp. yang menyebabkan penyakit embun jelaga. Gejala yang tampak yaitu adanya lapisan hitam yang menyelimuti permukaan daun. Hal ini menyebabkan proses fotosintesis tanaman terhambat. Ini sesuai dengan penelitian (Old et al. 2000), yang menyatakan bahwa Gejala dari penyakit ini yaitu jamur membentuk koloni seperti beledu berwarna hitam pada permukaan filodia. Pada serangan berat seluruh permukaan filodia akan ditutupi oleh jamur.

Infeksi biasanya sering terjadi pada permukaan atas dibanding permukaan bawah filodia. Kadang-kadang batang muda dan ranting juga dapat terinfeksi.

6.2.3 Layu Fusarium

Hasil diagnosis penyakit tanaman Acacia crassicarpa dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil diagnosis penyakit Layu Fusarium Acacia crassicarpa Hasil diagnosis penyakit

tanaman akasia

Keterangan Tanaman inang Acacia crassicarpa

A B

(50)

Nama penyakit Layu Fusarium Penyebab penyakit Jamur Fusarium sp.

Gejala awal Daun berwarna kekuningan disertai dengan bercak hitam pada daun dan batang

Gejala lanjutan Tanaman layu kemudian mati

Tanda tanda penyakit berupa beledu berwarna hitam pada permukaan atas daun yang merupakan koloni dari jamur tersebut

Tanaman Acacia crassicarpa yang terserang penyakit Layu Fusarium dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 22 Tanaman Acacia crassicarpa yang terserang penyakit layu fusarium (A) Dokumentasi Pribadi (B) Buku Panduan: Plant Health Program RAPP

Berdasarkan hasil diagnosis di atas, diduga tanaman Acacia crassicarpa terserang patogen Fusarium sp. yang menyebabkan penyakit layu fusarium.

Gejala yang tampak yaitu daun berwarna kuning dan terdapat bercak hitam pada daun dan batang. Ini sesuai dengan Buku Panduan: Plant Health Program RAPP yang dimana gejala awal serangan Fusarium adalah daun berwarna kekuningan disertai dengan bercak hitam pada daun dan batang. Dampak terparah dari serangan Fusarium adalah tanaman layu kemudian mati.

6.2.4 Bercak Pestalotiopsis

Hasil diagnosis penyakit tanaman Acacia crassicarpa dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil diagnosis penyakit Bercak Pestalotiopsis Acacia crassicarpa Hasil diagnosis

penyakit tanaman akasia

Keterangan

Tanaman inang Acacia crassicarpa

A B

(51)

Nama penyakit Bercak Pestalotiopsis Penyebab penyakit Pestalotiopsis sp.

Gejala awal Terdapat bercak nekrosis kecil berwarna coklat kemerahan atau coklat tua.

Gejala lanjutan Bercak meluas dan membuat daun berguguran Tanda Terdapat hollow atau bagian daun yang terserang

patogen

Tanaman Acacia crassicarpa yang terserang penyakit Bercak Pestalotiopsis dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 23 Tanaman Acacia crassicarpa yang terserang penyakit Bercak Pestalotiopsis (A) Dokumentasi Pribadi (B) Buku Panduan: Plant Health Program

RAPP

Berdasarkan hasil diagnosis di atas, diduga tanaman Acacia crassicarpa terserang patogen Pestalotiopsis sp. yang menyebabkan penyakit bercak pestalotiopsis. Gejala yang tampak yaitu terdapat bercak kecoklatan atau kemerahan pada daun. Ini sesuai dengan Buku Panduan: Plant Health Program RAPP yang dimana gejala pada tanaman yang terserang penyakit bercak pestalotiopsis adalah pada daun terdapat bercak nekrosis kecil berwarna coklat kemerahan atau coklat tua.

6.2.5 Layu Rhizoctonia

Hasil diagnosis penyakit tanaman Acacia crassicarpa dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil diagnosis penyakit Layu Rhizoctonia Acacia crassicarpa Hasil diagnosis

penyakit tanaman akasia

Keterangan

A B

(52)

Tanaman inang Acacia crassicarpa Nama penyakit Layu Rhizoctonia Penyebab penyakit Rhizoctonia solani Gejala awal Terdapat bercak basah

Gejala lanjutan Lama kelamaan tanaman akan layu dan mati Tanda Terdapat benang benang putih seperti jaring laba-laba

yang melekat pada pucuk atau batang yang merupakan hifa dari jamur tersebut

Tanaman Acacia crassicarpa yang terserang penyakit Layu Rhizoctonia dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Tanaman Acacia crassicarpa yang terserang penyakit Layu Rhizoctonia (A) Dokumentasi Pribadi (B) Buku Panduan: Plant Health Program

RAPP

Berdasarkan hasil diagnosis di atas, diduga tanaman Acacia crassicarpa terserang patogen Rhizoctonia solani yang menyebabkan penyakit layu rhizoctonia. Penyakit layu rhizoctonia ini umumnya menyerang pada pembibitan tanaman akasia. Gejala yang tampak yaitu terdapat bercak basah yang di ikuti dengan adanya benang-benang putih di sekitar bibit. Ini sesuai dengan Buku Panduan: Plant Health Program RAPP yang dimana gejala atau ciri serangan layu rhizoctonia ini ditandai dengan adanya benang-benang putih membentuk jaring seperti jaring laba-laba yang melekat pada pucuk/daun/batang tanaman.

Benang/jaring putih tersebut merupakan hifa miselium. Jamur ini menyebar melalui tanah atau di atas permukaan tanah dengan memanfaatkan kerapatan tanaman yang tinggi. Tanaman yang terinfeksi menunjukkan bercak basah, kemudian layu dan mati.

A B

(53)

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Ilmu yang didapatkan selama mengikuti kegiatan Praktek Kerja Profesi di PT.

RAPP yaitu perawatan tanaman induk akasia, cara perbanyakan akasia dan perawatan shoot yang akan dijadikan bibit. Kegiatan ini meliputi pengambilan pucuk/shoot, pengisian tabung, pemotongan shoot, penanaman shoot, penjarangan bibit sesuai umur, penyiraman, seleksi bibit, dan pengendalian hama penyakit.

2. Kegiatan khusus yang dilakukan yaitu pengamatan dan identifikasi penyakit bibit akasia (Acacia crassicarpa) pada pembibitan di Kerinci Central Nursery 2 (KCN 2). Berdasarkan hasil diagnosis yang dilakukan, tanaman Acacia crassicarpa di KCN 2 ditemukan penyakit:

a. Penyakit Embun Tepung pada Acacia crassicarpa di sebabkan oleh patogen Oidium sp.

b. Penyakit Embun Jelaga pada Acacia crassicarpa di sebabkan oleh patogen Meliola sp.

c. Penyakit Layu Fusarium pada Acacia crassicarpa di sebabkan oleh patogen Fusarium sp.

d. Penyakit Bercak Pestalotiopsis pada Acacia crassicarpa di sebabkan oleh patogen Pestalotiopsis sp.

e. Penyakit Layu Rhizoctonia pada Acacia crassicarpa di sebabkan oleh patogen Rhizoctonia solani

Pengendalian yang dilakukan yaitu pengendalian preventif dengan melakukan penyemprotan fungisida sintetik pada bibit akasia.

7.2 Saran

Dari kegiatan PKP yang telah dilakukan penulis memberikan saran bahwasannya ketika melakukan PKP harus bersugguh-sungguh dan menaati semua peraturan yang telah ditetapkan perusahaan dan koordinator PKP serta dosen pembimbing PKP.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Aciar, 2008. Final report of laboratory works. Management of fungal root rot in plantation acacias in Indonesia. Tidak dipublikasikan.

Barry K. 2002. Heartrots in Plantation Hardwoods in Indonesia and Australia.

ACIAR Technical Reports No. 51e.

Glen, M., Neale, L. B., Anthony, A. F., Susan, Q. N., Su See Lee, Ragil, I., Karen, M. B., Christopher, L. B., dan Caroline, L. M.2009. Ganoderma and Amauroderma species associated with root-rot disease of Acacia mangium plantation trees in Indonesia and Malaysia. Australasian Plant Pathology. Vol 38, Hal 345–356.

Henessy, C., dan Daly A. 2007. Ganoderma Diseases. Darwin: Northern Territory Government, Plant Pathology, Diagnostic Services.

Hidayati, N., Glen, M., Nurrohmah, S. H., Rimbawanto, A., & Mohammed, C. L.

(2014). Ganoderma steyaertanum as a root-rot pathogen of forest trees.

Forest Pathology. https://doi.org/10.1111/efp.12142

Hosagoudar, V. B., G. R. Archana and A. Manojkumar. 2007. Disease on Wattles (Acacia spp.) – A Review. J. Mycopathol. Res. 45: 219-223.

Ismail, B., dan I. Anggraeni. 2008. Identifikasi Penyakit Jati (Tectona grandis) dan Akasia (Acacia auriculiformis) di Hutan Rakyat Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Jurnal Pemuliaan Tanaman. 2(1) : 1 – 12. Balai Besar Penelitian Bioteknologi Pemuliaan Tanaman Hutan, Yogyakarta.

Krisnawati, H., Wang, Y., dan Ades, P.K. 2010. Generalised Height-Diameter Model for Acacia mangium Willd. Plantations in South Sumatra. Journal of Forestry Research. 7: 17-36.

Leksono, B. dan Setyaji, T. 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Acacia mangium Seri GN-RHL. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.

Leksono,B. dan T. Setyaji. 2003. Pentingnya benih unggul Acacia dan Eucalyptus dalam program pembangunan hutan tanaman. Paper. Pusat Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Rutan. Yogyakarta.

(55)

Mohammed, C.L., Barry, K.M. dan Irianto, R.S.B. 2006. Busuk Hati dan Busuk Akar pada Acacia mangium : Identifikasi Gejala dan Penilaian Terhadap Tingkat Serangan. Aciar Proceedings No. 124. Yogyakarta, Indonesia, 7-9 February 2006.

Old, K. M., Lee S. S. and J. K. Sharma. 1997. Diseases of Tropical Acacias.

Proceedings of an International Workshop held at Subanjeriji (South Sumatra). Center for International Forestry Research (CIFOR), Jakarta.

Old, K. M., Lee S. S., J. K. Sharma and Zi Q. Y. 2000. A Manual of Diseases of Tropical Acacias in Australia, South-East Asia and India. Center for International Forestry Research (CIFOR), Jakarta.

Pan, Z. dan Yang, M. 1987. Australian Acacias in the People’s Republic of China.

Dalam: Turnbull, J.W. (ed.) Australian Acacias in Developing Countries.

Prosiding ACIAR. Australian Centre for International Agricultural Research. Canberra, Australia.

Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pulp. 2010. Rencana Penelitian Integratif (RPI). Koderifikasi RPI 7.

Rahayu, M, U Soelisna dan N Suasri. 1999. Potensi Beberapa Jenis Acacia di Indonesia dalam Hutan Tanaman Industri. Di dalam: Djulaika, R. 2001.

Karbohidrat dalam Ekstrak Tanin Kulit Kayu Akasia. [skripsi]. Bogor:

Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. IPB. 29 hal.

Riadi, F. 2006. Pertumbuhan Semai Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex Benth pada Tanah Bekas Tambang Batubara yang diberi Perlakuan Bioremediasi.

Skripsi. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Riadi, R. 2006. Upaya Penyelesaian Konflik Catchtment Area di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal Penelitian Magistra No.89.

Rimbawanto, A., B. Tjahjono, dan A. Gafur. 2014. Panduan Hama dan Penyakit Akasia dan Ekaliptus. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Yogyakarta.

Susi, Teddy, dan Wieke. 2015. Potensi Acacia crassicarpa sebagai Bahan Baku Pulp Kertas untuk Hutan Tanaman Industri. Balai Besar Pulp dan Kertas.

Bandung.

(56)

The IUCN. 2011. Acacia crassicarpa THE IUCN Red List of Therated Species.

http://www.Iucnredlist.org/details/38366/0acaciacrassicarpa. Di akses 13 Oktober 2022.

Thohari, Machmud, et.,all. 2015. Draft 1 Penilaian Nilai Konservasi Tinggi PT.

Riau Andalan Pulp And Paper Estate Pelalawan. LPPM, Bogor.

Thu, P. Q., M. W. Griffiths, G. S. Pegg, J. M. McDonald, F. R. Wylie, J. King and S. A. Lawson. 2010. Healthy Plantations: A Field Guide to Pests and Pathogens of Acacia, Eucalyptus and Pinus in Vietnam. Department of Employment, Economic Development and Innovation, Queensland, Australia.

Widyastuti, S. M., Harjono dan Z. A. Susanti. 2014. Pengaruh musim terhadap perkembangan Atelocauda digitata, penyebab penyakit karat pada Acacia auriculiformis di Yogyakarta. J. HPT Tropika 1: 8-15.

(57)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Kgiatan di MPH

Gambar 1 Area MPH Gambar 2 Replacement Bedengan

Gambar 3 Planting Gambar 4 Blanking

Gambar 5 Topping Gambar 6 Harvesting Shoot

Gambar

Gambar  2.  Batang Tanaman Akasia
Gambar  3. Daun Tanaman Akasia (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar  4. Bunga Tanaman Akasia
Gambar 1 Peta Lokasi PT. RAPP
+7

Referensi

Dokumen terkait