• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIK LAPANG KEHUTANAN KELOMPOK PEMANGKUAN HUTAN BANDUNG UTARA

N/A
N/A
Umar Ash Shiddiq Muttaqien

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN PRAKTIK LAPANG KEHUTANAN KELOMPOK PEMANGKUAN HUTAN BANDUNG UTARA"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Lapangan Kehutanan ini. Laporan Praktek Lapangan Kehutanan ini disusun sebagai syarat akhir pelaksanaan latihan lapangan yang merupakan bagian dari Mata Kuliah Praktek Lapangan Kehutanan (FHT 200).

Latar Belakang

Tujuan

Letak dan Wilayah Pengelolaan

Kondisi Biofisik Lingkungan

Waktu dan Tempat

Metode Pengumpulan Data

Perencanaan Hutan

Dalam PP Nomor 44 Tahun 2004, Pasal 1 ayat 8 dijelaskan bahwa pengukuhan kawasan hutan adalah serangkaian kegiatan penunjukan, penandaan, pemetaan, dan penetapan kawasan hutan dengan tujuan untuk memberikan kepastian hukum mengenai status, letak, batas dan luas kawasan hutan. Secara administratif Kawasan Hutan KPH Bandung Utara terletak di empat kabupaten yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Purwakarta. Seluruh rencana pengelolaan hutan di KPH Bandung Utara disusun dalam Rencana Pengelolaan Kelestarian Hutan (FPSMP).

Rencana Pengelolaan Kelestarian Hutan (RPKH) adalah dokumen yang memuat rencana pengelolaan hutan selama 10 (sepuluh) tahun untuk siklus menengah/panjang atau 5 (lima) tahun untuk siklus pendek, yang didasarkan pada kelestarian sumber daya hutan (SDH). ). ) dengan memperhatikan keseimbangan ekologi dan sosial suatu kesatuan pengelolaan hutan (KPH) di tingkat tapak. Setelah RPKH disusun, KPH menyerahkan dokumen berupa ringkasan RKPH kepada Menteri Penjaminan Mutu, Direktur Jenderal. Hasil pemantauan ini akan dilaporkan setiap enam bulan sekali dalam bentuk laporan kegiatan.

Gambar 1. Pal Batas RPH Cipeundeuy dengan RPH Rajamandala  4.1.3   Penataan Hutan
Gambar 1. Pal Batas RPH Cipeundeuy dengan RPH Rajamandala 4.1.3 Penataan Hutan

Pembinaan Hutan

Penanaman jati dilakukan pada petak yang sama dengan tempat persemaian, sebelum dilakukan persemaian terlebih dahulu lahan dibersihkan. Penyiangan merupakan proses pembersihan tanaman pengganggu atau gulma disekitar tanaman produksi. Penanaman kembali dilakukan agar tidak ada lahan kosong meskipun tanaman yang ditanam tidak sehat atau rusak.

Penjarangan merupakan suatu proses dimana suatu areal lahan banyak ditumbuhi tanaman. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya perebutan unsur hara di dalam tanah.

Gambar 5. Bedeng Sapi  4.2.2.  Penanaman
Gambar 5. Bedeng Sapi 4.2.2. Penanaman

Perlindungan Hutan

Selain karat daun, hama yang sering menyerang tanaman kopi adalah penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei). Pengendalian hama penggerek buah kopi dilakukan dengan cara membuang kopi yang terserang hama tersebut agar tidak menular ke buah kopi lainnya. Kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla adalah peristiwa pembakaran hutan dan/atau lahan, baik secara alami maupun karena perbuatan manusia, yang mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian ekologi, ekonomi, sosial budaya, dan politik (PermenLHK No. 32 Tahun 2016).

Berdasarkan tabel 5, Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang terjadi di KPH Bandung Utara tergolong dalam Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) tingkat rendah karena tidak ada laporan kasus kebakaran hutan dalam 2 tahun terakhir. Salah satu cara untuk mencegah dan memantau hal tersebut adalah dengan melakukan pemantauan hutan melalui pos jaga yang dilakukan oleh Polisi Hutan (PolHut). Dengan menggunakan peralatan canggih, kita bisa memantau titik api penyebab kebakaran hutan di kawasan KPH Bandung Utara.

Selain itu, PolHut juga bekerja sama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) untuk memantau kawasan hutan. 15 kebakaran tersebut dilakukan dengan membuat parit (parit) dengan jarak 2 meter untuk menghentikan penyebaran api. Perum Perhutani turut berperan dalam permasalahan ini. Pencegahan berhasil mereka lakukan dengan mensosialisasikan larangan menjembatani kepada masyarakat di wilayah administrasi KPH Bandung Utara.

Terbentuknya KTH dan LMDH juga menjadi salah satu faktor penyebab minimnya jembatan di kawasan KPH Bandung Utara. Salah satu penyebab kerusakan hutan adalah penggembalaan hewan ternak di kawasan hutan. Hal ini mungkin terjadi karena Perhutani bekerja sama dengan LMDH untuk menjaga kelestarian hutan, namun Perhutani tetap membantu masyarakat yang memiliki hewan ternak dengan menyediakan lahan yang bisa ditanami pakan ternak (HMT).

Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang keberadaannya sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup. 17 Kawasan KPH Bandung Utara berada pada kawasan yang aman dari gangguan hutan khususnya pencurian kayu. Hal ini terjadi karena tim kehutanan bekerja sama dengan LMDH untuk melindungi kawasan hutan dari kejahatan manusia.

Gambar 6. Menara Pengawas
Gambar 6. Menara Pengawas

Pemanenan Hutan

Penebangan di RPH Cipeundeuy dilakukan pada lahan miring, penempatan pohon harus menghadap ke atas untuk mengurangi resiko kerusakan kayu. Berbeda dengan kondisi di lapangan, pohon tersebut dibaringkan agar lebih mudah meluncur. Setelah kayu ditebang, tunggulnya diberi tanda yaitu dengan memasukkan barcode dan menandainya dengan palu.

Setelah dibelah menjadi beberapa jenis, kayu tersebut diberi tanda pada setiap potongannya dengan palu yang berisi angka-angka untuk menentukan berapa banyak potongan dalam satu dudukan, tanggal dan kelilingnya. Setelah dilakukan pengecekan ulang, kayu tersebut diuji oleh pemeriksa untuk menilai mutu kayu tersebut.Dasar yang digunakan untuk menentukan mutu ada pada SNI 7535-01. Setelah itu kayu diberi tanda dengan cat pada setiap bontos dan disusun sesuai ukuran dan kualitas kayu.

KPH Bandung Utara mempunyai potensi besar untuk hasil hutan bukan kayu (HHBK), antara lain pariwisata, pemanfaatan air, agroforestri, dan pemanfaatan getah pinus. Kopi merupakan salah satu sumber pendapatan masyarakat sekitar hutan yang hasilnya dapat diekspor ke luar negeri. Damar pinus merupakan HHBK yang sangat penting bagi Perhutani karena permintaan pasarnya yang tinggi sehingga menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi Perhutani.

Getah yang telah disadap kemudian dibawa ke pabrik gondorukem dan terpentin untuk diolah menjadi kristal, kemudian diekspor untuk dijadikan produk. Selain itu, bentuk HHBK lainnya adalah HMT (Fodder) yaitu tanaman yang ditanam di bawah batang pohon pinus. Teknik pemanfaatan tanah bawah tegakan yang banyak digunakan adalah agroforestri dimana tanaman kopi ditanam.

Pemanenan kopi biasanya dilakukan sekitar bulan Mei hingga Agustus dengan cara memetik buah kopi yang sudah matang. Meski berada di kawasan hutan lindung (HL), getah pinus tetap bisa dipanen dengan cara disadap. Metode quarre digunakan karena cara ini sangat efektif di KPH Bandung Utara mengingat kurangnya sumber daya manusia yang tersedia.

Gambar 8. DK 316  4.4.2   Pembagian Batang
Gambar 8. DK 316 4.4.2 Pembagian Batang

Konservasi Sumberdaya Alam Hayati

Kehutanan Masyarakat

Observasi beberapa penyakit yang menyerang tanaman kopi (Coffea sp) di Desa Mekar Jaya Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Perbandingan Pendapatan Pemanen Hutan Rakyat Kayu Jati dan Kayu Kelapa di Desa Pesse Kecamatan Donri-Donri Kabupaten Soppeng [tesis].

Referensi

Dokumen terkait